Lawan 79 Negara, Tim Karate Inkanas Dilepas Menuju Shanghai

Kiri ke kanan (atas) Binpres PB Inkanas Mursalim Badoo, Wasekjend Andi Taletting, Ketua Umum Jenderal Pol (Purn) Badrodin Haiti dan Sekjend Irjen Pol Sam Budigusdian, turut melepas enam karateka menuju Kejuaraan WKF Karate 1 Series A di Shanghai, China. (Inkanas)

Jakarta- Ketua Umum Institut Karate-Do Nasional (Inkanas) Jenderal Pol (Purn) Badrodin Haiti melepas enam atlet yang bakal berlaga di Kejuaraan WKF Karate 1 Series A Shanghai, China, pada 7-9 Desember 2018. Pelepasan itu digelar di Kawasan Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta Selatan, pada Selasa (4/12). Daftar keenam atlet yang bakal tampil itu yakni Krisda Putri (Kata Individu Putri), Tri Winarni (Kumite -61 Kg Putri), Dwi Fadhilah (Kumite -50 Kg Putri), Andi Jerni (Kumite -50 Kg Putri), Aqtur (Kumite -67 Kg Putra) dan Aditya (Kumite +84 Kg Putra). Adapun pendamping tim Karate Indonesia yang bernamakan INKANAS EMAS ini adalah Mursalim Bado’o (Manager), Ricky Muchtar (Official) Yedih Lesmana (Pelatih), Aam Siti Aisyah (Pelatih) dan Donny Zaiko (Pelatih). Kejuaraan yang diselenggarakan oleh World Karate Federation ini, diikuti 79 negara dari seluruh dunia. Kejuaraan ini merupakan ajang untuk meraih poin menuju Olimpiade Tokyo 2020. Kegiatan ini sebagai bentuk keseriusan Badrodin Haiti dalam membina atlet Karate Inkanas, yang secara aktif mengirimkan atlet berprestasi unjuk kebolehan di ajang internasional. Terutama, ajang resmi World Karate Federation (WKF). “Kesempatan ini jangan disia-siakan dan dimanfaatkan betul oleh atlet. Selain itu, kedepannya para pelatih perlu untuk mendapatkan kesempatan di event international untuk memperoleh sertifikasi International,” ujar Badrodin. Hal senada diucapkan oleh Sekretaris Jenderal PB Inkanas, Irjen Pol Sam Budigusdian. Dalam kesempatan yang sama dia menerangkan bahwa PB Inkanas berkomitmen agar dapat berpartisipasi pada setiap seri Kejuaraan International WKF ini. (Adt) Daftar Kontingen Indonesia Atlet Krisda Putri (Kata Individu Putri), Tri Winarni (Kumite -61 kg Putri), Dwi Fadhilah (Kumite -50 kg Putri), Andi Jerni (Kumite -50 kg Putri), Aqtur (Kumite -67 kg Putra),Aditya (Kumite +84 kg Putra) Pendamping Mursalim Bado’o (Manager), Ricky Muchtar (Official), Yedih Lesmana (Pelatih), Aam Siti Aisyah (Pelatih), Donny Zaiko (Pelatih)

Berburu Poin Olimpiade Tokyo, Inkanas Siapkan Karateka Tampil di Shanghai

Menuju Olimpiade Tokyo 2020, Perguruan Karate Institut Karate-Do Nasional (Inkanas), menyiapkan 6 orang atlet tampil di Kejuaraan WKF Karate 1 Series A, di Shanghai, China, pada 7-9 Desember 2018. (istimewa)

Jakarta- Perguruan Karate Institut Karate-Do Nasional (Inkanas), yang dipimpin oleh Ketua Umum Jenderal Pol (Purn) Badrodin Haiti, sudah menyiapkan 6 orang atlet untuk mengikuti Kejuaraan WKF Karate 1 Series A, di Shanghai, China, pada 7-9 Desember 2018. Kejuaraan yang diselenggarakan oleh World Karate Federation (WKF), diikuti oleh 79 negara dari seluruh dunia, yang akan berlomba untuk meraih poin menuju Olimpiade Tokyo 2020. Pada Olimpiade Tokyo ini, Karate pertama kali secara resmi akan ditandingkan di Olimpiade. Untuk mencapai hal ini, karateka Indonesia harus tampil di sejumlah kejuaraan Federasi Karate Dunia mengumpulkan rating poin (seperti bulutangkis). Sebagai syarat tampil pada Olimpiade 2020 Tokyo, para karateka harus bisa masuk 100 besar di peringkat WKF. Agar menjaga peluang para karatekanya bisa tampil di Tokyo, Inkanas memberi kesempatan tampil di ajang WKF, baik kejuaraan dunia, WKF Premier League, maupun Series A. Guna mempersiapkan hal itu, Inkanas selenggarakan Training Camp (TC) sejak 27 November, hingga tanggal keberangkatan pada Selasa (4/12). Selain Mursalim Badoo sebagai pelatih kepala, tim yang bernamakan Inkanas Emas ini, turut didampingi pelatih Yedih Lesmana, Donny Zaiko, Aam Siti Aisyah, dan Official Ricky Muchtar. Mursalim yang juga menjadi manajer mengatakan kegiatan ini merupakan bentuk pembinaan tahap awal Bidang Prestasi PB INKANAS, di kepengurusan 2018-2021. Sedangkan, atlet-atlet yang akan bertanding adalah Krisda Putri (Kata Perorangan Putri), Dwi Fadhilah (Kumite Putri -50 Kg), Tri Winarni (Kumite Putri -61 Kg), Andi Mesyara Jerni (Kumite Putri -50 Kg), Aqtur Dimarsyah (Kumite Putra -67 Kg) dan Aditya Suhendar (Kumite Putra +84 Kg). Ketua Dewan Guru PB Inkanas, Shihan Ellong Tjandra, memberi dukungan penuh pada ajang ini. “Saya berharap nanti makin banyak atlet PB Inkanas yang dikirim ke Kejuaraan International. Begitu pula, untuk pengiriman Wasit dan Pelatih, dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM),” ujarnya. Hal senada diucapkan oleh Wakil Ketua Bidang Luar Negeri PB Inkanas, Ricky Muchtar. Sesuai arahan Ketua Umum yang merupakan mantan Kapolri, Inkanas sangat fokus untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat Internasional. Inkanas juga akan mengirimkan beberapa Karate-Ka untuk berlatih ke Jepang, di akhir Januari 2019. “Selain pengiriman atlet ke Kejuaraan di Luar Negeri, Inkanas akan mendatangkan 2 orang pelatih, dari Dojo Pusat Jepang yakni Takashi Yamaguchi (DAN VII) dan mantan juara Dunia, Shinji Nagaki (DAN V), pada 15-19 Desember 2018 di Surabaya dan Medan,” kata Ricky, melalui keterangan tertulisnya, Minggu (2/11). (Adt)

Loloskan Tiga Petinju Ke Final, Indonesia Sabet Dua Medali Emas di China

Tim tinju Indonesia akhirnya berhasil menyabet dua medali emas dalam kejuaraan tinju "The Belt and Road China-ASEAN Boxing Championship" di Kota Nanning, Guangxi, China, yang berlangsung pada 24-25 November 2018. (beritabali.com)

Denpasar- Tim tinju Indonesia berhasil menyabet dua medali emas dalam kejuaraan tinju “The Belt and Road China-ASEAN Boxing Championship” di Kota Nanning, Guangxi, China. Mereka bertolak ke Tiongkok atas undangan AIBA (Association Internationale de Boxe Amateur, badan tinju yang menaungi tinju amatir sedunia). Tim Indonesia berjumlah tiga orang yakni Gregorius Gheda Dende (64 kg), Kornelis Kwangu Langu (56 kg), dan Aldriani Beatrix Suguro (51 kg putri), serta pelatih Denisius Agustinus Hitarihun. “Mereka yakni Beatrichx (putri) dan Kornelis, sementara Gheda Dende meraih perak usai kalah dari petinju tuan rumah (Tiongkok),” kata Manajer Tim Tinju Indonesia yang juga Ketua PD Pertina Denpasar, Bali, Made Muliawan Arya di China, pada Senin (26/11). Muliawan Arya yang akrab dipanggil De Gadjah menjelaskan, di pertarungan sebelumnya Beatrichx berhadapan dengan Li Mingyan (China), sedangkan Kornelis bertarung dengan Muhmad Hafisz Bin Ahma (Singapura). Adapun Gheda melawan Ocana Sugar Ray Estroga (Filipina). Semua petinju Indonesia ini yang dikirim ini lolos babak final. Beatrichx menang angka atas Mingyan, Kornelis menang angka atas Hafiz dari Singapura. Sementara Gheda menang angka atas Estroga dari Filipina. “Kami memang targetkan mereka bertanding semaksimal mungkin dan harapannya pulang membawa emas,” ucap De Gadjah yang juga Wakil Ketua DPRD Kota Denpasar. Menurut dia, semua kegiatan tim Indonesia selama di negri tirai bambu itu berjalan lancar. Begitu juga hubungan petinju, pelatih, dan manajer berjalan harmonis. Ini membuat petinju tampil lepas dan maksimal. De Gadjah memimpin tim Indonesia untuk bertarung di ajang kejuaraan tinju “The Belt and Road China-ASEAN Boxing Championship” yang berlangsung pada 24-25 November 2018. (Adt)

Indonesia Raih Dua Emas Asian Youth Championship 2018, Atlet 18 Tahun Kiromal Katibin Kampiun Speed Youth A Putra

Pemanjat tebing asal Jawa Tengah berusia 18 tahun Kiromal Katibin (tengah), akhirnya berhasil meraih medali emas nomor Speed Youth A Putra, di ajang Asia Junior Championship 2018, di Chongqing, China, pada Minggu (5/11). (FPTI)

Chongqing- Skuat muda Indonesia sukses meraih dua medali emas pada ajang Asian Youth Championship 2018, di Chongqing, China, pada Minggu (5/11). Sebanyak 14 dari 16 atlet muda panjat tebing Merah Putih itu turun di nomor Speed. Dari jumlah itu, 10 atlet lolos di babak kualifikasi. Namun, mereka mulai berguguran di semifinal. Disebabkan hal teknis, diantaranya false start, fall, hingga terpeleset. Di youth B putri, srikandi muda Indonesia, Amanda Narda Mutia, tampil gemilang. Sejak babak kualifikasi, ia menempati peringkat satu dan konsisten dengan waktu pemanjatannya. Di final, Amanda menjadi yang tercepat, sekaligus mengamankan medali emas usai mencetak catatan waktu 9,44 detik, menekuk Jing Yu asal China, yang hanya menghasilkan waktu 10,99 detik. Dan, wakil Korea Jimin, harus puas mendapatkan medali perunggu. Sedangkan di youth A putra, pemanjat asal Bali, I Putu Iwan Putra, sempat menduduki peringkat kedua babak kualifikasi. Sayang, ia terpeleset di perempat final dengan torehan waktu 8,32 detik. Hasil negatif juga dialami Jasmico Pamumade dan Michael Owen Parhorasan Siburian. Mereka mengalami false start di perdelapan final. Sementara itu, di youth A putri, Desak Made Rita Kusuma Dewi, berhasil masuk ke babak 4 besar. Namun, ia sempat terpeleset saat perebutan perunggu dengan catatan waktu 12,68 detik. Dan, lawannya asal China, Yi Ling, menorehkan catatan waktu 8,34 detik. Serupa di kategori junior putri. Tim Indonesia yang diwakili Berthdigna Devi, sukses menembus 4 besar. Namun, dara yang disapa Bertha ini mengalami gangguan kesehatan sehingga dilarang melanjutkan pemanjatan oleh tim dokter. Bertha gugur, sehingga medali perunggu otomatis diraih pemanjat asal China, Pei Yang. Di laga terakhir Asian Youth Championship 2018, pada Minggu (5/11), Indonesia bisa menambah pundi medali emas dari Kiromal Katibin, skuat atlet Asian Games XVIII/2018. Pemanjat kelahiran Batang, Jawa Tengah, 21 Agustus 2000 itu, mengunci catatan waktu 6,05 detik. Ia menyingkirkan Milad Shenazandifar Alipour asal Iran, dengan catatan waktu 6,42 detik. Kuntono Halim, Manajer Tim Indonesia, mengaku secara umum tahun ini Indonesia mampu bersaing. Hal itu, menurutnya, dibuktikan dengan catatan waktu para atlet Indonesia yang masih berada di peringkat atas. Kendati demikian, ia menyebut jika di nomor speed banyak negara lain yang harus diwaspadai. Sebab, tambah Kuntono, perlahan negara-negara yang sebelumnya tidak unggul di speed seperti Korea dan Jepang, kini sudah bisa meraih medali. “Kita patut waspada, karena di tahun mendatang negara lain mulai sudah sangat bersiap diri dengan sentralisasi pelatihan. Sedangkan Indonesia belum melakukan itu,” ujar Kuntono. Dijelaskannya, bahwa apapun bisa terjadi di speed. Karena negara yang sebelumnya tak diunggulkan, tiba-tiba bisa merangsek ke peringkat atas. “Seperti Indonesia. Dua tahun lalu, kami masih jauh di atas. Sekarang semua negara sangat antusias di speed dan mereka bisa bersaing. Kami tidak boleh terlena,” tukas Kuntono. (Adt)

Triple Gold Spiderwoman Grobogan Aries Susanti Rahayu, Tambah Motivasi Menuju Olimpiade 2020 Tokyo

Atlet panjat tebing kelahiran Grobogan, Jawa Tengah (Jateng), 21 Maret 1995, Aries Susanti Rahayu, sukses mengukir medali emas ketiga di ajang IFSC Climbing Worldcup, yang kali ini berlangsung di Xiamen, China, pada 27-28 Oktober 2018. (FPTI)

Xianmen- Aries Susanti Rahayu kembali mengukir medali emas di ajang bergengsi dunia IFSC Climbing Worldcup, yang kali berlangsung di Xiamen, China, pada 27-28 Oktober 2018. Sekaligus menjadi medali emas ketiga bagi atlet panjat tebing berjuluk ‘Spiderwoman’ itu di ajang IFSC Climbing Worldcup. Di partai puncak kategori women’s speed, ia menghadapi pemanjat asal Rusia Iuliia Kaplina. Wanita kelahiran Grobogan, Jawa Tengah (Jateng), 21 Maret 1995, jadi yang tercepat usai membukukan catatan waktu 7,532 detik. Kaplina kalah akibat fall. Posisi ketiga dihuni Anouck Jaubert asal Prancis. Ia mengalahkan pemanjat Rusia Elena Remizova. Jaubert menang dengan mengunci waktu 7,947 detik, sedangkan Remizova 7,995 detik. Prestasi gemilang itu membuat wanita asal Desa Klambu, Kabupaten Grobogan, Jateng itu, makin mantap menyongsong Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang. “Ini memotivasi saya menatap Olimpiade,” ujar Aries, seperti keterangan yang diterima redaksi nysnmedia.com, pada Senin (29/10). Dipertandingan lain, Aspar ‘Babon’ Jaelolo meraih medali perak. Di babak final, ia harus mengakui keunggulan, Bassa Mawem asal Prancis. Catatan waktu kedua atlet ini terpaut tipis. Mawem mampu merebut medali emas usai membukukan waktu 5,600 detik, sedangkan Aspar 5,620 detik. Peringkat ketiga diraih Reza Alipourshena (Iran), dengan catatan 7,600 detik, sedangkan Dmitrii Timofeev dari Rusia, fall. Dijelaskan Aspar, kompetisi di Xiamen sangat luar biasa. Persaingan dalam event ini ketat. Atlet asal DKI Jakarta itu, mengaku kerepotan untuk bisa mengamankan tiket ke babak final. Semua atlet berpeluang menang. “Pertandingan seri terakhir ini luar biasa ketat. Untuk babak final sangat susah. Rata-rata atlet, waktu pemanjatannya 5 detik dan 06,20 detik,” terang pria kelahiran Wani, Sulawesi Tengah, 24 Januari 1988. Hendra Basir, Pelatih Speed Indonesia, menyebut para atlet bisa tampil lebih maksimal lagi. “Dibanding dua seri terakhir, (performa atlet) masih bagus seri awal-awal yang diikuti. Sekarang, kami enggak ada Pelatnas lagi. Jadi sifatnya cuma mempertahankan performa saja,” tutur Hendra. Ia menambahkan usai dari Xiamen, China, para atlet kembali ke Tanah Air, sebelum mengikuti kejuaraan Asia. “Kami pulang ke Indonesia dan kurang lebih persiapan tiga hari untuk Asian Champhionship (pada 7-11 November 2018, di Kurayoshi, Jepang),” imbuhnya. Sementara itu, Pristiawan Buntoro, Wakil Ketua II Pengurus Pusat (PP) Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), menegaskan prestasi ini capaian yang luar biasa. “Sudah on the track dan sah dia (Aries Susanti Rahayu) sebagai pemanjat dunia. Tahun depan dia harus ikut semua seri (IFSC Climbing Worldcup),” cetusnya. Sedangkan Faisol Riza, Ketua Umum PP FPTI, menerangkan kompetisi di luar negeri sangat bermanfaat bagi para atlet Indonesia. “Kemenangan ini makin menunjukkan kesiapan atlet panjat tebing merah putih, untuk berlaga di Olimpiade,” tukas Faisol. (Adt)

Indonesia Kampiun Kategori Speed di China, Aspar Jaelolo dan Aries Susanti Rahayu Sandingkan Gelar Juara Dunia

Aries Susanti Rahayu meluapkan kegembiraannya usai merebut gelar juara dunia dalam kategori women’s speed, di ajang IFSC Climbing World Cup, di Wujiang, China, pada 20-21 Oktober 2018. (FPTI)

Wujiang- Prestasi gemilang ditorehkan dua atlet panjat tebing andalan Indonesia, di ajang IFSC Climbing World Cup, di Wujiang, China, pada 20-21 Oktober 2018. Aspar Jaelolo dan Aries Susanti Rahayu, berhasil menyandingkan gelar juara dunia kategori speed di Negeri Tirai Bambu itu. Torehan ini menunjukkan kelas dua atlet panjat tebing Merah Putih itu sebagai pemain elit dunia, sebab world cup merupakan kejuaraan tertinggi di sport climbing. Aspar menunjukkan kelasnya sebagai juara dunia setelah merebut posisi pertama kategori men’s speed. Pria kelahiran Wani, Sulawesi Tengah, 24 Januari 1988 itu, mengalahkan atlet asal Italia Ludovico Fossali. Ia mencatatkan waktu 5,810 detik, sedangkan Fossali 5,940 detik. Dan, posisi ketiga diduduki pemanjat asal Iran, Reza Alipourshena. Aspar mengaku bahagia dengan prestasi yang diraihnya kali ini. “Saya hanya ingin mengatakan bahwa selama masih punya mimpi, maka masih ada waktu untuk membuktikan. Meski saya sering dianggap spesialis perak, namun saya tidak pernah menghapus mimpi saya untuk jadi nomor satu. Dan, hari ini saya buktikan. Terima kasih, ini untuk Indonesia,” ujar Aspar, di Wujiang, pada Minggu (21/10). Sementara, Aries meraih medali emas kategori women’s speed setelah mengalahkan atlet Prancis Anouck Jaubert. Di babak final, ‘Spiderwoman Grobogan’ itu mengungguli Jaubert dengan catatan waktu 7,740 detik, berbanding 8,010 detik. Sedangkan tempat ketiga diduduki Iuliia Kaplina dari Rusia. Aries mengaku bahagia, namun ia tak ingin jemawa dan cepat puas. Wanita kelahiran Grobogan, Jawa Tengah, 21 Maret 1995, ingin terus melaju dengan menorehkan prestasi-prestasi lainnya yang membanggakan untuk Indonesia. “Terima kasih. Ini podium kedua di world cup. Namun, saya tak ingin berhenti di sini. Saya masih ingin memecahkan rekor dunia agar Indonesia bangga,” tegas Aries. Sementara itu, Hendra Basir, Pelatih Speed Indonesia, mengungkapkan sebetulnya tim tidak menargetkan apa-apa dalam kompetisi ini. Namun, para atlet tetap akan menunjukkan kemampuan terbaiknya. Dan, terbukti hasilnya, dimana atlet dari Indonesia mampu melesat ke posisi pertama. Ia juga mengakui bila misteri medali emas Aspar akhirnya terpecahkan. Menurutnya, capaian ini semakin menunjukkan kelas atlet Indonesia sebagai atlet dunia. “Iya (Aspar pecah emas). Banyak dapat ucapan selamat dari pemain lain. Kita atlet elit tingkat dunia,” tegas Hendra. Sedangkan Caly Setiawan, Kepala Bidang Pembinaan Pengurus Pusat (PP) Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), menyebut sebelum berangkat ke China, para atlet diharapkan menunjukkan kelasnya sebagai atlet top. “Untuk Aspar ini memang kami harapkan bisa pecah emasnya dan untuk Aries kami harapkan dapat emas, sehingga semakin memantapkan kalau dia memang atlet top dan medali emas-nya memang merupakan hasil kerja kerasnya selama ini,” tukas Caly. (Adt)

Berlaga di IFSC Climbing World Cup China, Spiderwoman Grobogan Aries Susanti Rahayu Cs Diminta Tampil Fight

Sebelum tampil di kualifikasi Olimpiade, di Prancis pada 2019, Aries Susanti Rahayu (tengah) dan kawan-kawan, diminta tampil fight pada kejuaaraan dunia IFSC Climbing World Cup, di Wujiang, China, pada 20-21 Oktober 2018. (FPTI)

Wujiang- Aries Susanti Rahayu dan kolega bakal berlaga pada kejuaaraan dunia IFSC Climbing World Cup di Wujiang, China, pada 20-21 Oktober 2018. Mereka diminta tampil fight di Negeri Tirai Bambu itu. Dalam event bergengsi ini, Indonesia turun di nomor men’s speed, men’s lead, women’s speed, dan women’s lead. Selain Aries Susanti, terdapat nama lain yakni Aspar Jaelolo, Alfian M Fajri, Sabri, Muhammad Hinayah, Veddriq Leonardo, Pangeran Septo Wibowo, Puji Lestari, Rajiah Sallsabillah, Agustina Sari, Nurul Iqamah, dan Mudji Mulyani. “Kami akan fight dan menunjukkan kemampuan terbaik kami dalam ajang bergengsi ini. Kami akan memaksimalkan semua kemampuan yang ada,” ujar Hendra Basir, Pelatih Speed Indonesia, dikutip situs resmi FPTI, pada Sabtu (20/10). Sementara itu, Pristiawan Buntoro, Wakil Ketua II Pengurus Pusat (PP) Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), menjelaskan usai gelaran Asian Games 2018, para atlet panjat tebing elit Indonesia terus menempa diri dengan mengikuti berbagai event internasional. “Anak-anak ini levelnya sudah dunia. Mereka sedang mempertahankan level dunia mereka,” tegas Pristiawan. Ia berharap para atlet terus menempa diri, sehingga skillnya semakin terasah. Menurutnya, keikutsertaan mereka di event tingkat internasional amat penting guna mempertahankan level mereka. Terlebih, event akbar Olimpiade, di Tokyo, Jepang, semakin dekat. Sebelumnya, Aries Susanti Cs mengikuti dua event ‘The Belt and Road International Climbing Master Tournament 2018’, di Huaian dan Wanxianshan, China, beberapa waktu lalu. Dalam kedua event tersebut atlet Indonesia mampu mengawinkan emas dan memborong medali. “Kami berharap prestasi yang terbaik untuk mereka,” cetusnya. Selanjutnya, usai seri piala dunia di Wujiang, mereka akan mengikuti seri piala dunia di Xiamen, China, pada 27-28 Oktober 2018. Para atlet juga akan beraksi di Asian Championship, pada 7-11 November 2018, di Kurayoshi, Jepang. “Ini sebagai bekal mereka mempersiapkan diri kualifikasi Olimpiade di Prancis pada 2019. Itu tujuan utama kami agar lolos ke Olimpiade Tokyo 2020,” tukas Pristiawan. (Adt)

Atlet Panjat Tebing Indonesia Torehkan Prestasi Gemilang, Kawinkan Emas dan Borong Medali di China

Aries Susanti Rahayu meraih medali emas usai mencetak waktu 7,99 detik, di nomor women’s speed kejuaraan ‘The Belt and Road’ International Climbing Master Tournament 2018, di Wanxianshan, China, 13-14 Oktober 2018. (FPTI)

Wanxianshan- Prestasi gemilang kembali lagi ditorehkan atlet panjat tebing Indonesia, saat berlaga di China, pada kejuaraan bertajuk ‘The Belt and Road’ International Climbing Master Tournament 2018, di Wanxianshan, akhir pekan ini. Tak hanya sukses mengawinkan medali emas speed, tapi mereka memborong medali di nomor women’s speed. Sebelumnya, pada turnamen serupa yang dihelat di Huaian, China, 9-10 Oktober 2018, Merah Putih juga berkibar di podium tertinggi ketika berhasil mengawinkan emas. Para atlet yang mengikuti kompetisi di Negeri Tirai Bambu, yakni Aspar Jaelolo, Alfian M Fajri, Sabri, Muhammad Hinayah, Veddriq Leonardo, Pangeran Septo Wibowo, Puji Lestari, Aries Susanti Rahayu, Rajiah Sallsabillah, Agustina Sari, dan Nurul Iqamah. Aries, spiderwoman Grobogan ini menyabet Medali emas dinomor women’s speed, dan men’s speed dipersembahkan Septo Wibowo. Hendra Basir, Pelatih Speed Indonesia, mengatakan dalam kategori women’s speed, peringkat satu hingga empat diduduki atlet Indonesia. Diungkapkannya, peringkat pertama ditempati Aries, dengan catatan waktu 7,99 detik. Dara kelahiran 21 Maret 1995 ini, menyingkirkan kompatriotnya Agustina Sari, dalam babak final, dengan waktu 8,20 detik. Sementara, peringkat tiga ditempati Nurul Iqamah dengan 8,52 detik. Ia mengalahkan rekan senegaranya Rajiah Sallsabillah yang menorehkan catatan waktu 8,72 detik, dalam babak perebutan juara tiga. Sedangkan di nomor men’s speed, Aspar sukses sebagai pemenang dengan catatan waktu 5,99 detik. Ia melibas atlet tuan rumah, Lin Penghui, di babak final yang menorehkan waktu 6,30 detik. Peringkat tiga ditempati Muhammad Hinayah yang mengalahkan Veddriq Leonardo, di babak perebutan juara tiga. Hinayah menang usai menciptakan waktu 6,29 detik, karena Veddriq hanya mampu mengukir waktu 6,37 detik. Menurutnya, tak hanya bermain di nomor speed, para atlet Indonesia juga menjajal berkompetisi di nomor Lead. Nurul Iqamah berhasil menduduki peringkat keempat di nomor women’s lead, sedangkan Aspar berada di peringkat delapan di nomor men’s lead. “Mereka memang enggak hanya main di speed, tetapi di lead juga. Biar merasakan kompetisi di lead juga,” ujar Hendra seperti keterangan yang diterima redaksi nysnmedia.com, pada Minggu (14/10). Sementara itu, Faisol Rizal, Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), mengapresiasi prestasi membanggakan yang ditorehkan Aries Susanti Cs. “Kemenangan ini semakin menunjukkan kesiapan para atlet untuk berlaga di Olimpiade,” tegas Rizal. (Adt)

Rebut Emas Nomor Women’s Speed, Spiderwoman Grobogan Aries Susanti Rahayu Kawinkan Emas di China

Indonesia sukses mengawinkan medali emas nomor men’s speed dan women’s speed kejuaraan The Belt and Road International Climbing Master Tournament 2018, di Huaian, China. (FPTI)

Huaian– Dua atlet panjat tebing andalan Indonesia sukses mengawinkan medali emas nomor men’s speed dan women’s speed pada kejuaraan bertajuk ‘The Belt and Road International Climbing Master Tournament 2018’, di Huaian, China, pekan ini. Kemenangan ini dipersembahkan untuk korban gempa bumi dan tsunami yang melanda Sulawesi Tengah, beberapa waktu lalu. Pangeran Septo Wibowo, yang turun di nomor men’s speed, sukses meraih medali emas setelah mengunci catatan waktu 6,33 detik, di partai final. Ia menyingkirkan Rukin Sergei asal Rusia yang mengalami fall saat final. Sedangkan Sabri harus puas diposisi ketiga karena hanya mampu menciptakan catatan waktu 6,28 detik, mengalahkan rekannya Muhammad Hinayah yang mencetak catatan waktu 6,37 detik. Sementara itu, spiderwoman Grobogan, Aries Susanti Rahayu, berhasil mengawinkan gelar. Ia menjadi yang tercepat di nomor women’s speed usai membuat catatan waktu 7,93, di partai pamungkas. Atlet kelahiran Grobogan, Jawa Tengah, 21 Maret 1995 itu, mengalahkan He Cuilian asal China yang mengukir waktu 8,86 detik. Kemudian, peringkat ketiga dihuni Agustina Sari dan Nurul Iqamah. Agustina unggul usai menorehkan catatan waktu 6,28 detik berbanding 11, 21 detik. Hendra Basir, Pelatih Speed Indonesia, mengatakan, atlet yang berangkat ke Negeri Tirai Bambu guna mengikuti kompetisi internasional, yakni Aspar Jaelolo, Alfian M Fajri, Sabri, Muhammad Hinayah, Veddriq Leonardo, Pangeran Septo Wibowo, Puji Lestari, Aries Susanti Rahayu, Rajiah Sallsabillah, Agustina Sari, dan Nurul Iqamah. Faisol Riza, Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), menambahkan kompetisi yang diikuti para atlet Indonesia di luar negeri memberikan manfaat yang sangat besar. “Olimpiade Jepang itu 2020. Kami tidak memiliiki cukup waktu untuk bersiap. Apalagi, Pemerintah belum menetapkan Pelatnas untuk (Olimpiade) itu. Sehingga kompetisi yang diikuti atlet-atlet Indonesia di luar negeri sangat penting untuk menjaga performa,” ujar Riza seperti keterangan yang diterima nysnmedia.com. (Adt)

Sabet Juara di Turnamen 1 Juta Dolar, Pemuda 21 Tahun Asal Cimahi Raih Kampiun di China Open 2018

Anthony Sinisuka Ginting menjuarai China Open 2018 BWF World Tour Super 1000, pada Minggu (23/9), paska menaklukan wakil Jepang, Kento Momota, sekaligus unggulan tiga, straight game, 23-21, 21-19, dalam laga sengit, di Olympic Sports Center Xincheng Gymnasium, Changzhou. (Humas PBSI)

Changzhou- Pemain tunggal Merah Putih, Anthony Sinisuka Ginting menjuarai China Open 2018 BWF World Tour Super 1000, pada Minggu (23/9). Ginting, sapaannya, menaklukan wakil Jepang Kento Momota sekaligus unggulan tiga, setelah melewati laga sengit di Olympic Sports Center Xincheng Gymnasium, Changzhou, straight game, 23-21, 21-19. Menghabiskan laga sepanjang 63 menit di partai final seakan menjadi klimaks bagi penampilan pemain asal PB SGS PLN Bandung, Jawa Barat (Jabar) itu. Datang ke Negeri Tirai Bambu dengan status pemain non unggulan, namun, pria kelahiran Cimahi, Jabar, 20 Oktober, 21 tahun silam itu, menunjukkan kapasitasnya jadi pemain elite dunia. Menghadapi Momota, bukanlah perkara mudah. Dari enam kali perjumpaannya dengan tunggal utama Negeri Sakura itu, Ginting hanya memetik dua kali kemenangan. Pada laga kali ini, Momota unggul 11-10 lebih dahulu di jeda interval gim pertama. Usai jeda interval, duel kedua pemain tetap berlangsung sengit dan ketat. Ginting kembali tertinggal ketika kedudukan 14-15. Bahkan disaat poin-poin mendekati akhir, kesalahan demi kesalahan yang dilakukan pemain penghuni Pelatnas PBSI Cipayung itu memberikan ‘angin’ bagi Momota hingga sempat unggul 19-16. Tertinggal tiga poin dari Momota, tak membuat Anthony kendur. Ia bangkit, bahkan mengubah kedudukan imbang 19-19. Publik yang menyaksikan laga itu dibuat berdebar. Ginting yang tak mampu mengembalikan bola di depan net dengan sempurna, membuat Momota memundi dan merubah kedudukan 20-20. Kemenangan pemain Jepang ranking dua dunia di gim pertama itu berada di depan mata saat unggul 21-20. Namun, ia belum menyerah. Dewi Fortuna berpihak padanya hingga kembali membuat kedudukan imbang 21-21. Ginting akhirnya mampu memanen dua angka di poin-poin kritis sekaligus mengunci gim ini dengan skor 23-21. Hasil positif yang diraih Ginting menjadi bekal melakoni gim kedua. Namun, lagi-lagi pemain Indonesia pemegang gelar Indonesia Masters 2018 itu harus tertinggal 8-11 di jeda interval gim. Momota juga terus memberikan ancaman ke daerah pertahanan lawan serta mampu memperlebar jarak poin dengan Ginting saat kedudukan 15-10. Ginting tak ingin kehilangan momentum. Perlahan dan pasti, ia berusaha memangkas jarak poin dengan Momota. Alhasil, poin kedua pemain hanya terpaut tipis 15-16, dan berlanjut imbang 16-16. Satu-satunya wakil Indonesia itu bahkan mampu membalikan keadaan setelah unggul 18-17. Mendekati akhir gim, duel keduanya makin menarik. Terlebih, kedudukan imbang tercipta di poin 19-19. Smash menyilang Ginting tak mampu diantisipasi dengan sempurna oleh Momota, hingga mengubah kedudukan 20-19 untuk keunggulan peraih medali perunggu Asian Games XVIII/2018 itu. Ketenangan serta semangat juang Ginting akhirnya menemui klimaks setelah mampu mencetak game point saat kedudukan 20-19. Dan, pengamatan tak sempurna dari Momota akhirnya memastikan Ginting menyegel gim ini dengan skor 21-19. Keberhasilan Ginting membawa pulang gelar di turnamen berhadiah total 1 juta dollar Amerika Serikat (AS) itu sekaligus menggenapi gelar sebelumnya di ajang Indonesia Masters 2018, akhir Januari lalu. Usai laga, Ginting mengucap syukur atas pencapaian tertingginya di level Super 1000 itu. “Puji Tuhan hari ini saya bisa menang. Pertandingan juga ketat, dan skornya tipis. Saat tertinggal, saya hanya berusaha menjalankan apa yang saya terapkan di partai sebelumnya, saat poin tertinggal juga,” ujar Ginting, dikutip situs resmi PBSI, Minggu (23/9). Sukses menjadi juara membuat Ginting mendapatkan hadiah uang 70.000 dolar AS (Rp 1,037 miliar). Namun, Ia mengaku tak memikirkan poin saat tertinggal dari lawan. Ginting hanya fokus dengan cara bermain. “Saya mukul bola untuk dapat poin, itu saja. Tapi, di gim kedua saya coba kuasai kondisi angin yang membuat saya melakukan kesalahan sendiri,” lanjut pemain ranking 13 dunia itu. Ginting mengungkapkan soal pukulan halus di depan net merupakan usahanya untuk membuat lawan terpancing mengangkat bola ke atas. “Pukulan halus di depan net, memang itu salah satu usaha saya untuk mendapatkan kesempatan menyerang,” pungkas anak didik Hendri Saputra itu. (Adt)

Bukan Unggulan China Open 2018, Anthony Ginting Lolos Pertama Kali Ke Final Turnamen Level Super 1000

Langkah Anthony Sinisuka Ginting yang melaju hingga ke partai final China Open 2018 terbilang mengejutkan. Berstatus non-unggulan, dan menaklukkan trio juara dunia tiga hari berturut, ia menantang Kento Momota (Jepang) dalam laga perebutan gelar juara. (Humas PBSI)

Changzhou- Langkah Anthony Sinisuka Ginting yang melaju hingga ke partai final China Open 2018 terbilang mengejutkan. Berstatus non-unggulan, dan menaklukkan trio juara dunia tiga hari berturut, membawa langkah pemuda kelahiran Cimahi 20 Oktober 1996 ini menantang Kento Momota (Jepang) dalam laga perebutan gelar juara. Anthony menuju laga final turnamen level Super 1000 pertamanya, di Olympic Sports Center Xincheng Gymnasium, Changzhou, Sabtu (22/9), usai mengalahkan Chou Tien Chen (Taiwan), dalam laga semifinal, lewat partai rubber game, dengan skor 12-21, 21-17, 21-15. Dengan kemenangan ini, Anthony sekaligus membalas kekalahan di semifinal Asian Games 2018 dengan skor 21-16, 21-23, 17-21. Di game pertama, Anthony tak dapat tampil di permainan terbaiknya. Ia terus berada di bawah tekanan lawan. Kesalahan-kesalahan sendiri dibuat Anthony. Ia pun tertinggal jauh 4-15, terlalu sulit untuk mengejar. “Puji Tuhan saya menang, saya bersyukur atas hasil hari ini. Di game pertama, Chou sering mendorong bola dan membuat posisi saya sulit. Saat menetralkan bola, saya tidak dapat mengontrol kondisi angin di lapangan. Jadi pengembaliannya kalau tidak out, ya tanggung,” ujar Anthony, seperti termuat dalam rilis PBSI. Anthony melanjutkan, “Di game kedua dan ketiga saya mencoba untuk mempercepat permainan. Chou ingin bermain seperti di game pertama, tapi pergerakannya tidak secepat di game pertama.” Ihwal persiapan menghadapi Chou, Anthony mengatakan tak ada yang khusus. “Sebetulnya, saya tak memikirkan kalau akan re-match melawan dia, tak mau terlalu dipikirkan supaya bisa rileks. Semalam saya cuma nonton video sekilas aja, habis itu istirahat. Yang penting sudah punya persiapan mau main bagaimana melawan dia. Saya belajar seperti ini sejak Asian Games,” katanya. Di babak final, Anthony akan melawan juara dunia Kento Momota dari Jepang. Ia siap bermain mati-matian. “Ini pertama kalinya saya ke final turnamen level super 1000, tapi saya belum puas karena kan belum juara, masih ada satu pertandingan lagi,” tuturnya. Momota melangkah ke partai puncak, paska menekuk pemain andalan tuan rumah, Shi Yuqi. Berlangsung selama 40 menit, Momota unggul straight game 21-10, 21-17. Pada partai puncak turnamen berhadiah total 1 juta dollar AS ini, yang akan berlangsung pada Minggu (23/9), akan menjadi ulangan babak perempat final Asian Games 2018. Anthony menang 21-18, 21-18, atas pemain kidal itu, dalam pertandingan nomor perorangan. Sebelum menang pada Asian Games 2018, Anthony sempat mengalahkan juara dunia 2018 tersebut, dalam ajang Hong Kong Open Superseries 2015. Berdasarkan rekor pertemuan, Momota, yang pekan lalu menjadi juara Japan Open 2018, unggul 4-2 atas Anthony. (adt) Perjalanan Anthony Sinisuka Ginting menuju Final China Open 2018 Babak Pertama Anthony Sinisuka Ginting vs Lin Dan (China) 22-24, 21-5, 21-19 Babak Kedua Anthony Sinisuka Ginting vs Viktor Axelsen (Denmark) 21-18, 21-17 Babak Perempat Final Anthony Sinisuka Ginting vs Chen Long (China) 18-21, 22-20, 21-16 Babak Semi Final Anthony Sinisuka Ginting vs Chou Tien Chen (Taiwan) 12-21, 21-17, 21-15

Maju Ke Semifinal China Open 2018, Anthony Ginting Punya Bekal Sadis dan Menakutkan

Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, punya bekal positif menuju semifinal China Open 2018, usai mengalahkan trio juara dunia dalam tiga hari. (Humas PBSI)

Changzhou- Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, punya bekal positif menuju semifinal China Open 2018, usai mengalahkan trio juara dunia dalam tiga hari. Ia mengawali perjalanannya pada China Open 2018, paska menekuk pemegang lima gelar juara dunia asal China, Lin Dan. Anthony mengalahkan Lin Dan dengan skor 22-24, 21-5, 21-19, pada Rabu (18/9). Lin Dan merupakan Juara Dunia pada 2006, 2007, 2009, 2011, dan 2013. Melalui hasil ini, rekor pertemuan Anthony dengan Lin Dan terevisi menjadi 1-2, masih untuk keunggulan Lin Dan. Pada babak kedua, Kamis (20/9), Anthony menumbangkan Juara Dunia 2017, Viktor Axelsen (Denmark), dengan skor 21-18, 21-17. Menang atas Axelsen, Anthony memperpanjang keunggulan dengan tunggal putra terbaik Denmark, dengan skor 2-1. Pemain berusia 21 tahun ini juga makin unggul dalam rekor pertemuan dengan Chen Long (China), Juara Dunia 2014 dan 2015, dan pemilik medali emas Olimpiade 2016 Rio de Janeiro ini, pada babak perempat final China Open 2018, Jumat (21/9). Anthony menang tiga gim 18-21, 22-20, dan 21-16, di Olympic Sports Center Xincheng Gymnasium, Changzhou, pada Jumat (21/9). Ia sekaligus mengulang hasil positif atas Chen Long di perempatfinal Asian Games 2018. Sampai saat ini, Anthony menang 5-2 atas Chen Long. “Pertandingan yang seru melawan Chen Long hari ini. Dia bermain baik di gim pertama, jarang salah,” kata Anthony, dalam rilisnya. “Sempat ketinggalan jauh 2-8 di gim kedua, waktu unggul 19-13 juga saya tidak bisa cepat menyelesaikan permainan. Ini karena permainan saya berubah, saya ingin menyerang terus,” ujar Anthony. “Di gim ketiga, saya belajar dari kesalahan di gim kedua. Semua berawal dari pikiran, walaupun pertandingan ini melelahkan, banyak reli, saya harus jaga mindset saya. Saya usahakan unggul di permainan net karena saya cari poin dari situ, supaya saya bisa menyerang,” dia menjelaskan. Pada babak semifinal, Sabtu (22/9), Anthony akan menjumpai peraih medali perak Asian Games 2018, Chou Tien Chen (Taiwan). Partai ini juga merupakan ulangan semifinal Asian Games 2018. Saat itu, Anthony kalah dari Chou, 21-16, 21-23, 17-21. Rekor pertemuan kedua pemain adalah 3-2 untuk keunggulan Anthony. “Saya tak mau kejadian di Asian Games terulang. Saya akan pelajari lagi permainan kami di Asian Games, saya coba nikmati permainan dan bagaimana mengatur pikiran saya. Sekarang saya mau fokus untuk recovery dan bersiap untuk pertandingan besok,” pungkas pemuda kelahiran Cimahi 20 Oktober 1996. (adt) Perjalanan Anthony Sinisuka Ginting menuju semifinal China Open 2018 Babak Pertama Anthony Sinisuka Ginting vs Lin Dan (China) 22-24, 21-5, 21-19 Babak Kedua Anthony Sinisuka Ginting vs Viktor Axelsen (Denmark) 21-18, 21-17 Babak Perempat Final Anthony Sinisuka Ginting vs Chen Long (China) 18-21, 22-20, 21-16

Enam Wakil Indonesia Ke Perempat Final China Open 2018, Gregoria Mariska Satu-satunya Tersisa di Tunggal Putri

Gregoria Mariska Tunjung menjadi salah satu wakil yang tersisa bagi Indonesia, melaju ke babak perempat final perempat final China Open 2018 BWF World Tour Super 1000, di Olympic Sports Center Xincheng Gymnasium, Changzhou. (Humas PBSI)

Changzhou- Indonesia sukses meloloskan 6 wakilnya melaju ke babak perempat final perempat final China Open 2018 BWF World Tour Super 1000. Sayangnya, sejumlah pilar andalan Merah Putih justru harus tumbang dan gagal melanjutkan kiprahnya, di Olympic Sports Center Xincheng Gymnasium, Changzhou. Hanya 6 dari 12 wakil Indonesia yang bertarung pada hari ini, sukses menggenggam tiket babak perempat final China Open 2018. Bahkan Indonesia menyisakan masing-masing satu wakil pada empat sektor. Hanya ganda putra yang menyisakan dua wakil yang keduanya bertarung satu sama lain untuk memperebutkan tiket semifinal. Dalam laga babak 16 besar pada Kamis (20/9), nasib sial diderita ganda campuran terbaik Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Duet unggulan ketiga ini dipermalukan duo Jepang, Yuta Watanabe/Arisa Higashino dalam laga rubber game, 12-21, 21-14 dan 12-21 dalam durasi 51 menit. Sementara itu sektor ganda putra menyumbang dua wakilnya ke fase delapan besar. Kevin Sanjaya/Marcus Gideon serta Ricky Karanda Suwardi/Angga Pratama terus menjaga asa untuk merebut gelar. Sedangkan di sektor tunggal, hanya Anthony Sinisuka Ginting dan Gregoria Mariska Tunjung menjadi wakil yang tersisa bagi Indonesia. “Saya terus mencoba untuk tak melakukan kesalahan sendiri. Rasa percaya diri di lapangan masih hilang muncul, karena terlalu memikirkan cara main. Padahal, saya harus berkonsentrasi dengan permainan yang saya jalani,” ujar Gregoria, usai menyingkirkan tunggal Amerika Serikat, Zhang Beiwen dengan skor 23-21 dan 22-20. Ia bakal menantang wakil Jepang, Nozomi Okuhara, unggulan delapan. Ini jadi kesempatan bagi dara kelahiran Wonogiri, Jawa Tengah, 11 Agustus, 19 tahun silam itu untuk membalas kekalahan di pertemuan pertama ajang Asia Team Championship 2018. Ia kalah rubber game dari Juara Dunia 2017, dengan skor 5-21, 21-19, 21-15. (Adt) Hasil lengkap wakil Indonesia di babak 16 besar China Open 2018 Tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting [INA] vs Viktor Axelsen (1) [DEN] 21-18, 21-17 Ng Ka Long Angus (8) [HKG] vs Jonatan Christie [INA] 21-18, 21-16 Tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung [INA] vs Zhang Beiwen [USA] 23-21, 22-20 Ganda putra Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo (1) [INA] vs Tinn Isriyanet/Kittisak Namdash [THA] 21-13, 21-13 Ricky Karanda Suwardi/Angga Pratama [INA] vs Goh V Shem/Tan Wee Kiong [MAS] 21-14, 17-21, 21-19 Han Chengkai/Zhou Haodong [CHN] vs Berry Angriawan/Hardianto [INA] 8-21, 25-23, 24-22 Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan (INA) vs Huang Kaixiang/Wang Yilyu (CHN) 11-21, 12-21 Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (INA) vs He Jiting/Tan Qiang (CHN) 17-21, 21-12, 17-21 Ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu (INA/4) vs Chang Ye-na/Jung Kyung-eun (KOR) 24-22, 21-18 Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (2) [JPN] vs Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta [INA] 19-21, 21-13, 21-13 Ganda campuran Ricky Karanda Suwardi/Debby Susanto [INA] vs Lu Kai/Chen Lu [CHN] 21-18, 21-19 Yuta Watanabe/Arisa Higashino [JPN] vs Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (3) [INA] 21-12, 14-21, 21-12

Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2018, Beban Terjal Skuat Muda Indonesia

Gregoria Mariska Tunjung bukanlah satu-satunya wakil Indonesia dalam Kejuaraan Dunia 2018. Di sektor tunggal putri, PBSI juga mengirimkan Fitriani. (Pras/NYSN)

Jakarta- Kejuaraan Dunia Bulutangkis (BWF World Championship 2018) bakal dihelat di Nanjing, China, 30 Juli – 5 Agustus. Indonesia mengirim 29 pemain terbaik pada laga yang dimainkan di Nanjing Youth Olympic Games Sports Park Arena itu. Pasukan Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta, bertolak ke China pada Sabtu (28/7). Di Negeri Tirai Bambu, peluang terbesar ada pada sektor ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran, sedangkan kesempatan di sektor tunggal putra dan putri sangat berat. Dua srikandi yakni Fitriani dan Gregoria Mariska Tunjung, menjadi andalan Indonesia di sektor tunggal putri. Mereka bakal berjibaku membawa pulang gelar juara. Di babak pertama (64 besar), Senin (30/7), Fitriani menantang Linda Zetchiri (ranking 42) asal Bulgaria. Keduanya belum pernah berjumpa. Jika melewati Linda, calon yang tak kalah berat menunggu atlet kelahiran Garut, Jawa Barat, 19 tahun silam ini. Wakil India Pusarla V. Sindu (ranking 3) yang dibabak pertama mendapatkan bye jadi lawannya. Sejauh ini, rekor pertemuan 4-0 untuk Sindhu. Terakhir, mereka bertemu di ajang Badminton Asia Team Championships 2018. Pemain asal PB Exist Jaya Jakarta itu kalah straight game, 13-21 dan 22-24. Hal serupa juga dialamai Gregoria (ranking 22) yang menjalani laga cukup terjal. Jika lolos dari hadangan wakil Skotlandia Kirsty Gilmour (ranking 24), di babak pertama, pemain tunggal kelahiran Wonogiri, Jawa Tengah, 18 tahun silam itu bakal berduel kontra Chen Yufei (ranking 5) asal China. Rekor pertemuan kedua pemain imbang 1-1. Pada ajang Badminton Asia Junior Championships 2016 (Individual Event), penghuni Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta itu kalah straight game, 23-25 dan 14-21. Namun, Gregoria berhasil membalas kekalahan atas Yufei, di ajang Indonesia Open 2017. Gregoria enggan berharap pada Kejuaraan Dunia 2018. Dia mengaku tujuan awalnya adalah memenangi laga pertama kontra Gilmour. Ia mengaku banyak melakukan persiapan untuk menjalani Kejuaraan Dunia 2018. Beberapa hal teknis sudah dipersiapkannya demi mendulang hasil positif. “Untuk latihan ada beberapa pendalaman soal teknik, tetapi yang lebih ditekankan soal gerak kelincahan dan kekuatan kaki,” ujar pemilik medali perak Kejuaraan Asia Junior 2016 itu menang rubber game, 17-21, 21-19, dan 21-19. Selain Fitriani dan Gregoria, pemain muda lainnya adalah duet Yantoni Edi Saputra/Marsheilla Gischa Islami, serta dobel junior, Siti Fadia Silva Ramadhanti/Agatha Imanuela. Gischa mengaku senang dan berjanji akan memanfaatkan kesempatan dengan sebaik-baiknya saat berlaga di kejuaraan dunia itu. Bagi mereka ini kejuaraan dunia pertama yang diikuti. “Persiapan jelang kejuaraan dunia berbeda dengan kejuaraan lain. Latihannya lebih intens dan ada program khusus,” ujar Gischa, Kamis (26/7). Ia menambahkan untuk meminimalisir kesalahan sendiri, dirinya melakukan latihan teknis yang terfokus pada kematangan pukulan. “Sedangkan latihan fisik diutamakan untuk kelincahan dan kekuatan kaki, supaya pergerakannya lebih cepat,” terangnya. Sementara itu, Susy Susanti, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PP PBSI, menerangkan para atlet sudah menunjukkan sikap siap bertanding. Ia berharap anak didiknya bisa memberikan yang terbaik. Dan untuk kejuaraan dunia kali ini pihaknya mengirimkan banyak skuat muda. “Target kami satu gelar. Harapannya bisa lebih dari satu. Kami tidak memfokuskan pasti dari ganda putra, bisa dari sektor mana saja,” cetusnya. (Adt) Skuad Tim Indonesia di World Championships 2018 : Tunggal Putra : Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, Tommy Sugiarto Tunggal Putri : Fitriani, Gregoria Mariska Tunjung Ganda Putra : Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Berry Angriawan/Hardianto, Wahyu Nayaka Arya Pankaryanira/Ade Yusuf Santoso Ganda Putri : Greysia Polii/Apriyani Rahayu, Rizki Amelia Pradipta/Della Destiara Haris, Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istarani, Siti Fadia Silva Ramadhanti/Agatha Imanuela Ganda Campuran : Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, Ronald Alexander/Annisa Saufika, Yantoni Edi Saputra/Marsheilla Gischa Islami

Langkah Berat Timnas Basket Putri 3X3 Di Piala Dunia, Butuh Dua Kemenangan Ke Babak Selanjutnya

Fanny Kalumata (putih) dkk wajib menang saat berjumpa Italia dan Turkmenistan, jika ingin lolos ke babak selanjutnya di FIBA 3X3 World Cup 2018, di Manila, Filipina. (FIBA 3X3).

Jakarta- Timnas basket putri 3X3 Indonesia butuh dua kemenangan jika ingin lolos ke babak selanjutnya pada Kejuaraan FIBA 3X3 World Cup (Piala Dunia) 2018, di Manila, Filipina. Skuat putri diperkuat Fanny Kalumata (Tenaga Baru Pontianak), Jovita Elizabeth (Surabaya Fever), Husna Latifah dan Yusranie Assipalma (Merpati Bali). Langkah berat itu harus dilalui Fanny dan kawan-kawan menyusul dua kekalahan beruntun atas Republik Ceko dan Malaysia. Di babak penyisihan, srikandi Merah Putih masuk di grup A bersama Republik Ceko, Malaysia, Italia, dan Turkmenistan. Di laga pertama, Indonesia sudahharus mengakui ketangguhan Republik Ceko dengan skor 11-22. Di laga ini, Indonesia bermasalah dengan akurasi, karena bisa membuat 24 tembakan, namun hanya 10 tembakan yang sukses memundi poin. Ini diperparah dengan 9 turn over. Jovita mencetak enam poin, dan Yusranie menyumbangkan tiga poin pada laga itu. Sebaliknya, Negara Eropa Tengah itu memaksimalkan permainan melalui Ramona Hejdova dan Ramona Stehlikova yang mencetak masing-masing 7 poin. Pada laga kedua, Indonesia tampil lebih baik saat berjumpa Malaysia. Bahkan, pertandingan berjalan seimbang. Jovita kembali menjadi penyumbang poin terbanyak dengan 7 poin. Namun tembakan forward dari Negeri Jiran Fook Yee Yap yang sukses membukukan 12 poin berasal dari 4 tembakan 1 poin, dan 4 tembakan 2 poin, akhirnya membuat Indonesia dipaksa menyerah dengan skor 14-21. Hasil itu membuat Indonesia harus berjuang keras disisa dua pertandingan berikutnya, pada Senin (11/6), bila ingin lolos ke babak selanjutnya saat berjumpa Italia yang pernah menembus 8 besar di Piala Dunia 3X3 pada 2017, dan Turkmenistan. Persiapan Fanny dan kawan-kawan di ajang ini memang tidak maksimal. Mereka hanya butuh kurang dari 1 minggu mempersiapkan diri jelang event FIBA 3X3 World Cup setelah ditunjuk menggantikan Venezuela yang mundur akibat terkendala visa. (Adt)

Hasil Dua Kali Ujicoba Buruk, Timnas Basket 3X3 Bidik Tembus Final Di Mongolia

Christie Apriani Rumambi dkk dibebankan target masuk final turnamen FIBA 3X3 Usia 23 Nations League 2018, di Mongolia. (mainbasket.com)

Jakarta- Dua ujicoba telah dijalani tim nasional (Timnas) 3X3 yang diproyeksikan ke ajang Asian Games 2018 yakni di FIBA 3X3 Asia Cup 2018, Shenzhen, Cina, 27 April hingga 1 Mei. Terkini, Timnas 3X3 putri Indonesia berlaga di International Women International Pro Tournament Chengdu Challanger 2018, pada 26-27 Mei. Hasil dari dua kejuaraan itu, performa pasukan Garuda masih kurang memuaskan. Fareza Tamrella, Manajer Timnas 3X3 Indonesia, mengatakan perkembangan yang didapat dari ujicoba terakhir adalah fisik dan fundamental sudah membaik bila dibandingkan saat tampil di Shenzhen, beberapa waktu lalu. “Pekerjaan rumahnya soal komunikasi tim dan mental bertanding yang lebih ditingkatkan lagi,” ujar Fareza, Kamis (31/5). Kini, skuat Merah Putih yang dihuni 8 pemain (4 putra dan 4 putri) yakni Tri Saputra, Erick Gozal, Reza Fahdani Guntara, dan Kevin Moses Poetiray dibagian putra. Dan, Christie Apriani Rumambi, Regita Pramesti, Dewa Ayu Made Sriartha Kusuma Dewi serta Jovita Elizabeth, dibagian putri. Anak asuh Wahyu Widayat Jati akan kembali mengikuti kejuaraan FIBA 3X3 Usia-23 (U-23) Nations League 2018 di Mongolia, pada 1-3 Juni. Di Mongolia, mereka dibebani target tinggi tembus ke partai final. Target itu beralasan, sebab mereka bakal bertem lawan yang setingkat. “Untuk turnamen FIBA 3X3 U-23 Nations League ini, kami ingin tampil babak final. Karena mereka akan bertanding dengan lawan-lawan yang sepadan,” cetus Fareza. (Adt)

Di Asian Games 2018 Timnas U-23 ‘Batal’ Pakai Apparel Nike, Li-Ning Jadi Gantinya ?

Jersey apparel dari China, Li-Ning, menjadi sponsor resmi seragam Kontingen Indonesia, di Asian Games 2018. (IndoTimes.com)

Jakarta- Timnas U-23 tak akan memakai jersey apparel Nike pada Asian Games 2018. Sebagai gantinya, produk yang akan dikenakan Evan Dimas dkk berasal dari China, yakni Li-Ning. Hal ini berbanding terbalik dengan pernyataan PSSI beberapa waktu yang lalu. Menurut Sekjen PSSI, Ratu Tisha, mereka masih tetap kerja sama dengan Nike, untuk mendukung perjalanan skuat Garuda pada Asian Games 2018. “Ini menuju Asian Games, jadi kemungkinan besar jersey Timnas Indonesia akan launching pada Juli 2018,” kata Tisha, beberapa waktu lalu. Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Erick Thohir, sudah mewajibkan kontingen Indonesia di Asian Games 2018 Jakarta-Palembang, memakai seragam Li-Ning. Peraturan ini meliputi seluruh cabang olahraga (cabor), termasuk sepak bola yang diwakilkan Timnas U-23. KOI menjalin mitra dengan Li-Ning untuk Asian Games tahun ini. Itu berarti, seluruh kontingen yang bertanding di perhelatan multievent ini, tidak boleh memakai apparel lain, kecuali Li-Ning. “Timnas U-23 harus pakai Li-Ning. Ini multievent. Li-Ning akan provide semua bajunya, memang ada beberapa cabang Li-Ning tak bisa provide, sampaikan cabang apa, kalau memang Li-Ning tidak produksi cabang itu, baru boleh pakai yang lain,” ujar Erick di Jakarta, Senin (28/5). “Timnas Indonesia, mau cabor apa pun, yang resmi yang Li-Ning. Sama, cabor sepak bola, mereka bertanding di Asian Games, bukan single event. Jersey harus Li-Ning, kan ini di bawah KOI. Semua multievent di bawah KOI. Ketika masuk ke multievent, sudah di domainnya KOI,” tegasnya lagi. Selain menjalin mitra dengan Li-Ning, Erick menginginkan Kontingen Indonesia memakai pakaian yang seragam. Selama ini, lanjut Erick, Kontingen Indonesia kerap menggunakan seragam berbeda. “Negara-negara lain juga seragam. Beberapa kali tampil, seragamnya masih belang-belang. Ada ungu, merah, dan lain-lain. Kita (KOI) sudah bersama Li-Ning, kita berinisiatif, semua kita seragam,” kata Erick. “Kita ‘kan tuan rumah, mau perlihatkan kalau kita satu. Tidak hanya Li-Ning, kita sudah ada sponsor lain, asuransi. Ini bisa memperlihatkan ke masyarakat, karena memang kita PR-ing untuk Indonesia. Li-Ning ingin berpartisipasi, KOI tidak tinggal diam,” jelas Erick. (Ham/Dre)

Timnas 3X3 Putri Terbang ke Tiongkok, Siap Bidik Perunggu Asian Games 2018

Tim nasional 3X3 Putri Indonesia pekan ini akan tampil di Turnamen International Women Pro Tournament Chengdu Challenger 2018.(mainbasket.com)

Jakarta- Tim nasional 3X3 Putri Indonesia akan tampil di ‘Women International Pro Tournament Chengdu Challanger’, di China, pada Sabtu (26/5). Ajang yang diikuti Yusranie Assipalma dkk itu bagian dari persiapan jelang pesta olahraga terbesar di Asia Games 2018 sekaligus menambah pengalaman tanding dan jam terbang. Pada kompetisi berhadiah total 6.000 dollar Amerika Serikat (AS) itu, skuat Merah Putih bakal bersaing dengan 7 tim dari 6 negara. Tujuh negara tersebut terdiri dari Mongolia, Cina, Indonesia, Belarusia, Belanda, Serbia dan Australia. Tuan rumah Cina mengirimkan dua tim. Jadi total ada delapan peserta, antara lain China Women’s National 3×3 Basketball Team, China Women’s National 3×3 U23 Basketball Team, Dream Team Serbia, VIM Union Minsk Belarus, Ulaanbaatar Mongolia, Netherlands, Australia dan 3×3 Indonesia. Mereka dibagi menjadi dua grup di babak penyisihan yaitu grup A terdiri dari Cina, Mongolia, Indonesia dan Serbia. Sedangkan di grup B bersaing Cina U23, Belanda, Australia dan Belarusia. Di kejuaraan FIBA 3X3 Asia Cup 2018, di Shenzhen, China, 29 April – 1 Mei 2018, Indonesia hanya mampu duduk diurutan 7 klasemen akhir. Wahyu Widayat Jati, Pelatih Timnas 3X3 Putri Indonesia, bakal melakukan perombakan komposisi pemain jelang ‘Women International Pro Tournament Chengdu Challanger’. Turnamen untuk putri ini digelar bersamaan dengan FIBA 3×3 Chengdu Challenger 2018. Jadi turnamen putri dimainkan di lapangan yang sama, di sela-sela pertandingan tim putra. Regita Pramesti dan Ayu Sriartha, yang sebelumnya berada di standby list Tim Nasional, pada Asia Cup, kini menggantikan Jovita Elizabeth Simon dan Yusranie Assipalma. Sementara, Christie Apriyani Rumambi dan Lea Elvensia Kahol, tetap jadi pilihan utama. Fareza Tamrella, Manajer Tim Nasional 3×3 Indonesia, mengatakan di Asian Games nanti memiliki target bisa masuk 3 besar. “Targetnya menembus peringkat 3 besar di Asian Games nanti, minimal dapat perunggu. Peluang Indonesia cukup besar,” ujar Fareza, dilansir laman resmi srikandicup, Jumat (25/5). Hal serupa diungkap Wahyu. “Harus improve dan learn something. Jangan mengulang kesalahan yang sama. Target saat ini adalah target antara, bukan selalu juara pada tiap turnamen, namun bagaimana pemain bertanding hingga mencapai batas maksimal mereka. Itu yang saya mau,” timpal pelatih yang akrab disapa Cacing itu. (Adt) Skuat Tim Nasional 3×3 Putri Indonesia : 1. Lea Elvensia Kahol 2. Christie Apriyani Rumambi 3. Ayu Made Sriartha 4. Regita Pramesti Standby Players (Jakarta) : 1. Jovita Elizabeth Simon 2. Yusranie Assipalma

Ruselli Hartawan Libas Peraih Emas Olimpiade London, Indonesia Jadi Runner Up Grup D Piala Uber

Tunggal putri kelima Tim Uber Indonesia, Ruselli Hartawan, sukses mengalahkan eks pemain nomor satu dunia asal China, Lu Xuerui, lewat pertarungan tiga gim. (tempo.co)

Jakarta- Srikandi Indonesia harus puas menempati posisi runner up grup D Piala Uber usai kalah tipis 2-3 atas China. Namun, hasil itu sudah cukup untuk meloloskan Greysia Polii dkk ke babak perempat final. Melakoni laga di Impact Arena, Bangkok, Thailand, Rabu (23/5), tunggal putri Ruselli Hartawan, yang turun di partai kelima berhasil memangkas kekalahan Indonesia dari Negeri Tirai Bambu. Pebulutangkis kelahiran Jakarta, 20 tahun silam itu melibas peraih medali emas Olimpiade 2012, London, Inggris, sekaligus mantan pemain nomor satu dunia, Lu Xuerui, lewat pertarungan melelahkan tiga gim, 15-21, 21-19, dan 21-18, dalam tempo 57 menit. Kedua pemain terakhir bertemu pada ajang BCA Indonesia Open Super Series Premier 2016. Ruselli menyerah rubber game, 21-16, 8-21, dan 11-21. “Sempat mikir, wah lawan Li Xuerui bisa nggak ya menang? Tapi, akhirnya saya nggak pikirin. Anggap saja latihan lawan senior,” ujar pebulutangkis rangking 77 dunia itu usai laga. Merah putih juga berhasil mencuri angka melalui Gregoria Mariska Tunjung. Setelah memainkan laga berdurasi 45 menit, pebulutangkis tunggal berusia 18 tahun ini menang dua gim langsung atas Gao Fangjie, 23-21, dan 21-16. Sayang, tunggal pertama Indonesia, Fitriani gagal menyumbang kemenangan. Ia takluk dua gim langsung dalam tempo 32 menit, dengan skor 10-21, dan 15-21, dari Chen Yufei. Setali tiga uang di nomor ganda. Duet Greysia Polii/Apriyani Rahayu belum mampu meruntuhkan pertahanan pasangan Chen Qingchen/Jia Yifan. Mereka tumbang dua gim langsung, 13-21, dan 19-21, dalam tempo 46 menit. Senasib, dobel Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta juga belum mampu membendung keperkasaan Huang Yaqiong/Tang Jinhua. Mereka dipaksa menelan pil pahit usai kalah dua gim langsung, 16-21, dan 16-21, pada pertandingan berdurasi 38 menit. “Tim Uber sudah kerja keras dalam pertandingan tadi. Kami akui keunggulan tim Tiongkok, Khususnya nomor ganda,” ujar Susi Susanti, Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Pusat (PP) Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). “Tapi, secara keseluruhan penampilan para atlet maksimal,” tutupnya. (Adt)

Pembinaan Atlet Paralympian Di Daerah Minim, Pelatih : Kami Harus Mulai Dari Nol

Trio pelatih tim voli putri paralympic Indonesia yakni Achmad Suparto, Deddy Whinata, dan Matsuri akan diuji pada Asian Para Games 2018, Oktober. (Kemenpora)

Jakarta- Tiga pria asal Sumenep, Madura, Jawa Timur, yakni Achmad Suparto, Deddy Whinata dan Matsuri, dipercaya menjadi pelatih tim voli Paralympic Indonesia. Bagi trio Madura ini tak mudah menjadi pelatih atlet disabilitas. Kesulitan terbesar yang mereka hadapi adalah saat memompa mental dan percaya diri atlet yang sebagian besar memiliki keterbatasan fisik. Deddy mengatakan melatih atlet voli paralympian sangat berbeda dengan dengan atlet voli biasa. Terutama, dalam pergerakan tubuh. Sementara, menurutnya, pergerakan dan teknik dasar dalam permainan voli duduk, sangat berbeda dengan voli biasa. “Kami melatih mereka dari dasar, karena teknik pergerakan tubuh, sangat penting dalam pertandingan. Sementara pembinaan atlet paralympian di daerah sangat minim. Jadi kami harus memulainya dari nol,” ujar Dedy usai laga kontra Kazakhstan, Rabu (9/5), dalam Kejuaraan Dunia ParaVolley Wanita 2018 di Chengdu, China, 7-12 Mei. Deddy menyebut ketika di lapangan, peran pelatih sangat penting untuk menentukan hasil pertandingan. Untuk itu, Deddy bersama pelatih lainnya, selain meracik strategi untuk meraih kemenangan, juga kerap mengontrol kondisi mental pemain. Sebab, masalah mental, ungkap Deddy, merupakan pondasi utama bagi pemain menghasilkan pertandingan yang baik. “Kalau semangat mereka sangat antusias dalam melaksanakan program latihan yang sudah diterapkan pelatih. Hanya saat bertanding, kami seringkali membangun mental mereka dengan semangat bertanding,” cetusnya. “Kadang mereka dilihat orang jadi kecil hati dan berpengaruh terhadap mental mereka di lapangan. Jadi mengontrol mental mereka, saya akui menjadi masalah utama yang harus diperhatikan dengan baik,” urai Deddy. Tampil di event internasional ini dikatakan Deddy sangat penting membangun mental pemain. Ia melanjutkan tiga pertandingan pertama sangat terlihat mental anak asuhnya turun ketika menghadapi tim-tim besar seperti China, Ukraina dan Jepang. “Kami tak mematok target pada kejuaraan ini. Kami ingin menguji mental para pemain menghadapi tim kuat seperti China atau Rusia. Hasilnya jadi bekal kami di Asian Para Games 2018,” timpal Achmad. Sedangkan kiprah trio pelatih tim voli putri Paralympic Indonesia ini diuji pada Asian Para Games pada Oktober mendatang. Dedy dan Achmad yang sudah memiliki lisensi pelatih ParaVolley level I Internasional ini, diharapkan bisa memberikan kontribusi besar untuk tim Indonesia. “Kami bertiga yakin bisa memberikan yang terbaik untuk tim voli putri paralympic Indonesia di Asian Para Games nanti. Apalagi kami nanti menyandang predikat sebagai tuan rumah,” tutup Dedy. (Adt)