Menuju Olimpiade Paris 2024, FPTI Bidik 4 Atlet Muda Panjat Tebing

Menuju Olimpiade Paris 2024, FPTI Bidik 4 Atlet Muda Panjat Tebing

Ketua Umum Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), Yenny Wahid mengaku telah memiliki gambaran calon tim utama di Olimpiade Paris 2024. Pemisahan nomor speed dari kombinasi dengan lead-boulder membuat Yenny Wahid optimistis Indonesia akan meraih prestasi. “Olimpiade 2024 nanti bisa jadi momen bagi insan panjat tebing kita, terutama para atlet kita untuk bisa berjaya, untuk bisa kembali merajai, dan menjadi paling the best,” ujar putri mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid tersebut, Rabu (4/8/2021). Setidaknya ada empat nama kandidat yang telah dibidik FPTI untuk masuk dalam skuad utama panjat tebing Indonesia menuju Paris 2024. Yenny Wahid menyebutkan atlet incaran tersebut masih berusia belasan dan akan mencapai usia emas saat Olimpiade Paris, tiga tahun lagi. Siapa sajakah keempat proyeksi atlet tersebut? Yang pertama ialah Rahmad Adi Mulyono asal Jawa Timur. Saat ini Rahmad baru 19 tahun. Ia pernah memenangi IFSC Connected Speed Knockout, pada 2 Agustus 2020 lalu. Selanjutnya, ada duo Veddriq Leonardo (Kalimantan Barat) dan Kiromal Katibin (Jawa Tengah) juga masuk radar FPTI menuju Olimpiade Paris 2024. Duo atlet putra panjat tebing Indonesia itu menorehkan prestasi luar biasa pada IFSC Climbing World Cup 2021 di Amerika Serikat dan Swiss. Bahkan, Veddriq Leonardo meraih back-to-back medali emas untuk nomor speed putra di dua ajang kelas dunia panjat tebing tersebut. And that's it! Veddriq Leonardo wins it! 🇮🇩 Watch more sport climbing on https://t.co/RG08DMKMzK 🧗#VillarsWC #ClimbingSurOllon pic.twitter.com/ot8D7CyoBf — The Olympic Games (@Olympics) July 2, 2021 Satu nama terakhir yaitu atlet putri Desak Made Rita Kusuma Dewi, FPTI membidik Rita yang finis keempat saat berlaga di Swiss, bulan lalu. “Rita itu bisa lebih lagi prestasinya. Pada prakualifikasi angkanya nomor tiga,” tutur Yenny Wahid soal alasan FPTI membidik atlet muda Bali itu dalam rilis FPTI. “Pas pertandingan agak enggak mujur, enggak bisa sampai atas. Tergelincir. Ini nasib. Tapi, secara hitungan, dia sudah dapat waktu. Sudah bisa memecahkan itu,” lanjut Yenny. Untuk tim pelapis kedua dan ketiga, FPTI akan mengincar pemain junior yang akan menuju usia remaja ketika Paris 2024 tiba. “Makin muda saat mendalami olahraga ini, makin terbentuk muscle memory-nya atau memori ototnya,” ia menambahkan. “Misalnya, Katibin, mulai dari usia 8 tahun. Penting sekali. Kalau betul-betul ada bakat dan minat dan ketemu dengan FPTI, pasti bisa kami fasilitasi,” pungkasnya.

Atlet Panjat Tebing Indonesia Juara IFSC World Cup 2021 di Swiss

Atlet Panjat Tebing Indonesia Juara IFSC World Cup 2021 di Swiss

Atlet panjat tebing kebanggaan Indonesia, Veddriq Leonardo, menorehkan prestasi gemilang dalam ajang IFSC World Cup 2021 di Swiss, pada Jumat (2/7/2021) malam waktu setempat. Atlet 24 tahun tersebut sukses menaklukkan wall atau dinding panjang setinggi 15 meter dalam waktu 5,32 detik. Catatan tersebut jauh lebih baik daripada rivalnya di final, Dmitrii Timofeev (Rusia), yang kalah cepat sejak awal dan hanya menorehkan waktu 7,35 detik saja. Veddriq Leonardo mengaku sangat senang karena sukses berdiri di podium utama ajang panjat tebing sekelas IFSC World Cup 2021 lagi. “Saya sangat berterima kasih kepada semua orang yang terus mendukung saya,” ujar Veddriq usai lomba seperti dilansir dari Olympics.com. “Saya sangat senang bisa meraih medali emas. Saya sangat antusias dengan hasil yang saya dapat dalam kompetisi besar seperti ini,” lanjutnya. Ini menjadi gelar juara dunia kedua dalam sebulan terakhir untuk atlet asal Kalimantan Barat setelah kemenangan di ajang Climbing World Cup 2021, Salt Lake City, Amerika Serikat, awal bulan Juni lalu. And that's it! Veddriq Leonardo wins it! 🇮🇩 Watch more sport climbing on https://t.co/RG08DMKMzK 🧗#VillarsWC #ClimbingSurOllon pic.twitter.com/ot8D7CyoBf — The Olympic Games (@Olympics) July 2, 2021 Saat itu, Veddriq mampu mengemas catatan waktu 5,208 detik untuk memastikan medali emas di Salt Lake City. Tidak hanya dari Veddriq, Indonesia juga mendapatkan tambahan medali di ajang yang sama dari Kiromal Katibin. Kiromal Katibin tampil apik di small final hari Jumat kemarin dengan mencatatkan waktu 5,3 detik dan memastikan medali perunggu. Setelah Swiss, kejuaraan dunia panjat tebing masih menyisakan dua turnamen lagi yang akan berlangsung di Prancis dalam waktu dekat sebelum Olimpiade Tokyo resmi dibuka. Panjat tebing akan debut di Olimpiade Tokyo dengan satu nomor yang dipertandingkan, yakni combined antara tiga disiplin speed, bouldering and lead. Baik Veddriq Leonardo maupun Kiromal Katibin berharap mendapat kesempatan untuk tampil di Olimpiade Paris 2024. “Saya dan Veddriq akan terus (berupaya) membawa nama dan prestasi Indonesia ke pentas dunia,” ujarnya bulan Juni kemarin.

6 Pemanjat Tebing Junior Kalsel Lolos ke Tahap Seleksi Nasional

6 Pemanjat Tebing Junior Kalsel Lolos ke Tahap Seleksi Nasional

Sebanyak 6 pemanjat tebing junior dinyatakan lolos untuk mewakili Kalimantan Selatan ke Seleksi Nasional di Jakarta yang direncanakan digelar bulan ini. Nantinya, para atlet yang lolos Seleksi Nasional akan mewakili Indonesia di Kejuaraan Dunia yang diperkirakan berlangsung tahun depan. Keenam nama yang berhasil lolos ke Seleksi Nasional ini berhasil menjadi yang terbaik usai mengikuti seleksi yang diselenggarakan PP FPTI, di Venue Sport Climbing Gor Hasanudin HM, pada 29 Agustus 2020 lalu. Ketua Harian FPTI Provinsi Kalsel, Bandi Chairullah menjelaskan pada awalnya ada 8 nama yang mengikuti seleksi yang berasal dari kabupaten/kota diantaranya Tapin 3, Hulu Sungai Tengah 2, Tanah Laut 1, Banjarbaru 1 dan Banjar 1. Sementara kuota yang lolos hanya untuk 6 orang. “Namun dari semua atlet yang seleksi kemarin kita hanya menyediakan kuota 6 atlet saja, 3 putra dan 3 putri,” ucapnya Kamis (3/9/2020) seperti dikutip dari Klikkalsel.com. Bobot seleksi yang ditempuh para atlet adalah latihan fisik sekitar 20 persen, psikologi 30 persen dan tes pemanjatan 30 persen. Dari serangkaian tes tersebut, maka muncul 6 nama atlet terbaik yang berhak mewakili Kalimantan Selatan di Seleksi Nasional. Untuk atlet putra yang lolos, FPTI Tapin berhasil mendominasi dengan mengirimkan 3 nama. Sementara atlet putri terbagi rata dan berasal dari FPTI Banjarbaru, FPTI Hulu Sungai Tengah dan FPTI Tanah Laut. “Secara faktual data base hasil tes atlet yang bersangkutan, adalah murni sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.” ujar Bandi. Berikut Daftar Atlet Junior Kalimantan Selatan yang Lolos ke Seleksi Nasional: Putra: 1. Muhammad Firdan Andika – FPTI Tapin. 2. Muhammad Rezky Azhar – FPTI Tapin. 3. Moh. Reza Fernanda Abdi – FPTI Tapin. Putri: 1. Zeriflita Aura Rinjani – FPTI Banjarbaru. 2. Andika Nabila – FPTI Hulu Sungai Tengah. 3. Hudiya Lailan Nisfi – FPTI Tanah Laut.

Rahmad Adi Mulyono, Pemuda 19 Tahun dengan Target Prestasinya di Asian Games & Olimpiade di Panjat Tebing

Inilah Target Rahmad Adi Mulyono di Asian Games dan Olimpiade

Pemanjat dinding Indonesia, Rahmad Adi Mulyono, mengincar dua target kemenangan di Asia Games 2022 dan Olimpiade Paris 2024. Adi yang berhasil meraih emas di IFSC Connected Speed Knockout 2020 pada 2 Agustus 2020 lalu itu mengaku siap bersaing dengan para seniornya untuk bisa berprestasi di level internasional. “Kalau latihan tidak mau kalah sama yang senior, pengen sih ngalahin prestasi yang senior-senior itu,” kata Adi seperti dikutip dari Sport.tempo.co, Senin, 10 Agustus 2020. Tentang target, atlet yang baru menginjak usia 19 tahun ini mematok juara di Asian Games Hangzhou 2022 dan Olimpiade Paris 2024. Sedangkan Olimpiade Tokyo 2021, ia memilih realistis karena cabang olahraga panjat tebing masih memperlombakan nomor kombinasi yakni speed, lead, dan boulder. “Targetnya 2024, kalau Olimpiade Tokyo itu tiga kategori. Kalau saya fokus ke Asian Games 2022 dan Olimpiade 2024,” ungkap Adi. Adi merupakan anggota klub panjat dinding Life Sport Climbing di Surabaya. Spesialisasinya adalah panjat dinding kecepatan. Ia mengaku pertama kali mengenal olahraga panjat tebing saat ia berada di kelas 6 SD. Pada awalnya, Adi merasa tertantang oleh adiknya yang lebih dahulu mengenal olahraga panjat tebing. “Lihat-lihat kok menantang, akhirnya ikut sendiri. Pertama diejek sama adek, dulu adikku sering juara, kamu tidak bisa seperti aku,” kata Adi menirukan tantangan adiknya. “Aku latihan terus, tak buktiin. Jadi saling bersaing, sekarang adekku masih di Pengcab (pengurus cabang) Surabaya,” lanjutnya. Nama Adi kian melejit saat ia menjuarai Kejuaraan Nasional kelompok umur pada 2015. Setelah itu, Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) mempercayakan dirinya tampil di Asian Youth Championship 2017 di Singapura. Namun, Adi belum mendapatkan hasil maksimal kala itu. Setelah itu, satu demi satu kejuaraan baik level nasional mau pun internasional diikuti oleh atlet kelahiran Surabaya, 31 Oktober 2000 ini. Adi pun bisa mempersembahkan beberapa medali hasil dari kerja kerasnya tersebut. Diantaranya medali emas di kejuaraan daerah dan nasional, medali perunggu untuk nomor perorangan dan medali emas untuk nomor beregu di Asian Youth Championship 2019. Ia juga menjadi kontingen Indonesia yang berangkat ke IFSC Youth World Championships di Arco, Italia. Adi berhasil membawa pulang medali perunggu.

FPTI Tentukan 10 Atlet Pelatnas Hasil Promosi dan Degradasi untuk Perebutkan Tiket Olimpiade 2020 Tokyo

Atlet panjat tebing Rivaldi Ode R (Bali) menjadi salah satu atlet yang disiapkan untuk memperebutkan tiket Olimpiade 2020. (FPTI)

Jakarta- Setelah melalui tahap pemusatan latihan nasional (Pelatnas) sejak awal Februari 2019 serta melakoni beberapa laga di luar negeri, tim pelatih dan manajemen Pengurus Pusat (PP) Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) telah menentukan 10 atlet yang akan memperebutkan tiket ke Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang. Dibagian putra terpilih lima atlet yang akan mewakili Indonesia. Yakni Alfian M Fajri (Jawa Tengah), Aspar Jaelolo (DKI Jakarta), Fathur Roji (Jawa Timur), Rivaldi Ode R (Bali), dan Sabri (Kalimantan Utara). Dan dibagian putri yaitu Aries Susanti Rahayu (Jawa Tengah), Nurul Iqamah (Nusa Tenggara Barat), Fitria Hartani (Jawa Timur), Salsabila (Jawa Barat), dan Choirul Umi (Jawa Timur). Selama berlatih, para atlet ini akan didukung dua atlet sebagai sparring partner yakni Jamal Alhadad (Kalimantan Timur) dan Rahmayuna Fadillah (Daerah Istimewa Yogyakarta). Ada pula atlet yang terdegradasi yakni Temi Teli Lasa (Bali) dan mengundurkan diri yakni Agustina Sari (Jawa Tengah). Sehingg terpilih atlet berbakat dengan kriteria yang sudah ditetapkan serta terukur, misalnya catatan prestasi dan peringkat nasional. Pristiawan Buntoro, Manajer Tim Panjat Tebing Indonesia, mengatakan 10 atlet tersebut terpilih seiring berjalannya Pelatnas sejak Februari dan try out di empat seri Worldcul di Swiss, Rusia, dan China. “Pelatnas ini konsentrasinya untuk prakualifikasi Olimpiade. Laga di luar negeri kemarin untuk mengukur kemampuan para atlet setelah berlatih keras di Pelatnas,” ujar Pristiawan. Tim panjat tebing telah kembali ke Indonesia dan langsung disambung latihan yang lebih intensif. Fokus tim panjat tebing dalamberlatih adalah mempertahankan keunggulan di nomor speed, sembati memperkuat nomor lead dan boulder lantara Olimpiade Tokyo mempertandingkan nomor combined. Dijelaskannya, tiga event penentu lolos atau tidaknya telah menghadang di depan mata yakni seleksi di World Championship pada Agustus 2019, prakualifikasi Olimpade pada November, dan satu event lagi pada Mei 2020. “Untuk Agustus nanti kami bisa mengirimkan lima atlet putra dan putri untuk ikut event. Untuk single event di November ada syarat khusus yakni hanya atlet yang masuk peringkat 20 dunia di kategori speed, atau lead, atau boulder yang berhak ikut seleksi,” lanjutnya. Dan, berdasarkan peringkat dunia, baik di nomor speed world record putra dan putri Indonesia telah mengamankan masing-masing tiga dan dua atlet. Di kategori putra atlet yang masuk peringkat 20 besar dunia yakni Alfian M Fajri di peringkat lima, Aspar Jaelolo peringkat tujuh, dan Fathur Roji peringkat sembilan. Sementara, di nomor putri Aries Susanti Rahayu bertengger di peringkat empat dunia dan Nurul Iqamah di peringkat 20. (Adt)

Singkirkan Wakil Ukraina, Alfian M. Fajri Raih Medali Emas Kejuaraan Dunia IFSC Climbing Chongqing China

Atlet panjat tebing Alfian M. Fajri meraih medali emas di kejuaraan dunia IFSC Climbing Chongqing, China. (FPTI)

Chongqing- Indonesia kembali meraih medali emas di kejuaraan dunia IFSC Worldcup di Chongqing, China. Gelar juara dunia kali ini dipersembahkan atlet Timnas Alfian M. Fajri dari nomor men’s speed world record. Alfian berhasil mengalahkan lawannya dari Ukraina, Kostiantyn Pavlenko. Pria asal Solo, Jawa Tengah ini menorehkan catatan waktu 5,961 detik, sedangkan Pavlenko hanya mampu membukukan waktu 6,310 detik. Lalu, medali perunggu diraih Sergey Rukin dari Rusia dengan catatan waktu 6,808 detik. Rukin mengalahkan lawannya asal China, Zhong Qixin, yang mengalami fall dalam perebutan medali perunggu. Bagi Alfian ini adalah medali pertamanya di IFSC worldcup dan langsung meraih gelar juara dunia. Sebelumnya Alfian meraih medali emas di Asian Championship di Kurayoshi, Jepang, pada November 2018. “Saya terimakasih kepada semua yang telah mendukung. Syukur Alhamdulillah kepada Tuhan yang Maha Esa saya bisa maksimal,” ujar Alfian, di Chongqing, China, Jumat (26/4). Dijelaskan Alfian, kunci kemenangannya ini adalah perasaan yang lebih tenang dan rileks. Ia juga selalu berdoa agar diberi kelancaran selama bertanding. Faisol Riza, Ketua Umum FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia), menyambut gembira kemenangan Alfian di Chongqing. “Ini awal bagus bagi Timnas. Dan saya percaya pelatih punya strategi agar kita juga bisa bagus di nomor boulder dan lead,” cetus Faisol. Di sisi lain, Aspar Jaelolo gagal melaju ke perempat final setelah dikalahkan Pavlenko, yang peraih medali perak. Di babak perdelapan final, Aspar sempat sedikit terpeleset sehingga catatan waktunya mengendur menjadi 6,286 detik. Pavlenko unggul 0,1 detik dengan catatan waktu 6,130 detik. Di babak perempat final, Pavlenko kembali mengalahkan atlet Indonesia, Fatchur Roji. Roji yang sempat unggul di start justru terpeleset di tengah lintasan dan mencatatkan waktu 7,518 detik. Sedangkan Pavlenko melesat di 5,997 detik. Sementara itu, untuk nomor women’s speed world record, medali emas diraih atlet asal China, Yiling Song dengan catatan waktu 7,673 detik. Medali perak diraih atlet Polandia, Aleksandra Rudzinska yang mengalami fall di babak big final. Untuk medali perunggu diraih atlet asal Rusia, Luliia Kaplina dengan catatan waktu 8,429 detik. Kaplina berhasil mengalahkan atlet Prancis Anouck Jaubert yang mengalami fall. Atlet putri andalan Indonesia, Aries Susanti Rahayu, gagal melaju ke babak semi final. Aries dikalahkan Anouck Jaubert dari Prancis dengan selisih skor tipis 0,02 detik. Aries menorehkan waktu 7,429 detik, sedangkan Jaubert 7,400 detik. Atlet putri Indonesia lainnya, Nurul Iqamah, gagal di babak perdelapan final melawan Rudzinska. Nurul menorehkan catatan waktu 8,724 detik, sedangkan Rudzinska 7,742 detik. Sebelumnya pada 2018, Aries meraih gelar juara dunia pertamanya di IFSC Worldcup Chongqing. Video aksinya berlaga di babak final beredar luas dan sejak saat itulah julukan spiderwomen melekat padanya. Menanggapi hasil pertandingan, Hendra Basyir selaku Pelatih Timnas Panjat Tebing, mengaku bersyukur atas prestasi yang diraih Alfian. Namun, ia menegaskan secara umum performa anak asuhnya kali ini kurang optimal. Fokus latihan yang harus dibagi antara speed, lead, dan boulder, tentu saja bukan hal yang mudah bagi para atlet. “Memang secara hasil kita Alhamdulillah bisa juara dunia kali ini untuk di putranya, hanya secara overall performa kita belum maksimal,” tuturnya. Hendra menerangkan seperti Kejuaraan Dunia di Moscow beberapa waktu lalu, targetnya kali ini adalah mempertahankan keunggulan di speed, sekaligus meminimalisir margin dari kelemahan di lead dan boulder. (Adt)

Spiderwoman Asal Grobogan Aries Susanti, Masuk Daftar 17 Milenial Paling Berprestasi se-Asia versi Majalah Forbes

Atlet panjat tebing Aries Susanti masuk dalam daftar 17 milenial paling berprestasi se_Asia versi majalah Forbes. (istimewa)

Jakarta- Spiderwoman Aries Susanti Rahayu tak berhenti menginspirasi. Kali ini, perempuan asal Grobogan, Jawa Tengah itu, masuk daftar bergengsi 30 Under 30 Asia 2019 versi majalah Forbes. 30 Under 30 Asia merupakan daftar orang berprestasi se-Asia dan masih berusia di bawah 30 tahun. Setiap tahunnya majalah Forbes rutin merilis daftar terbaru para bintang muda itu. Dikutip dari Forbes, ada sederet kriteria untuk masuk dalam daftar ini. Hanya mereka yang membawa perubahan bagi dunia melalui temuan atau prestasi yang bisa masuk daftar tersebut. Terdapat sekitar 2.000 peserta dari 23 negara se-Asia Pasifik yang masuk dalam daftar 30 Under 30 Asia 2019. Mereka diseleksi oleh reporter dan juri hingga terpilih 300 orang. “Jika Anda mencari generasi pemimpin Asia berikutnya, ini adalah panduan definitif Anda,” tulis Forbes. Di Indonesia, ada 17 orang yang masuk dalam kriteria tersebut. Salah satunya peraih juara dunia speed world record, Aries Susanti Rahayu. Deretan prestasi Aries di kancah dunia membuat Forbes tak ragu memasukkan atlet berusia 24 tahun ini sebagai salah satu perempuan muda paling berprestasi se-Asia. Prestasi Aries yang paling disorot adalah raihan medali emas di Asian Games 2018 dan 3 kali meraih juara dunia IFSC Climbing Worldcup pada 2017 dan 2018. “Perempuan berjulukan spiderwoman ini adalah salah satu pemanjat speed dengan ranking tertinggi di dunia,” tulis Forbes. Dari 17 orang asal Indonesia yang masuk daftar 30 Under 30 Asia, hanya Aries yang berasal dari kalangan atlet. 16 Orang sisanya merupakan founder dan cofounder berbagai aplikasi atau produk. Menanggapi penghargaan yang diberikan oleh Forbes itu, Aries mengaku bersyukur. Ia tidak menyangka dirinya bisa masuk ‘radar’ Forbes. “Senang, enggak nyangka aja ternyata Aries kepilih gitu kan. Soalnya banyak juga anak muda sekarang yang berprestasi. Terima kasih untuk semuanya,” ujar Aries. (Adt)

Medan Gelar Kejurnas Panjat Tebing Kapolda Sumut Cup 2019, Juara Dunia Aspar Jaelolo Turun Berlaga

Polda Sumut akan menggelar Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Open Panjat Tebing bertajuk 'Kapolda Sumut Cup 2019' pada 1-5 Februari 2019, di Lapangan Mako Brimob Polda Sumut, Medan. Juara dunia panjat tebing Indonesia, Aspar Jaelolo, dipastikan tampil pada Kejurnas Open Polda Sumut ini. (FPTI)

Medan- Polda Sumut akan menggelar Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Open Panjat Tebing bertajuk ‘Kapolda Sumut Cup’ pada 1-5 Februari 2019, di Lapangan Mako Brimob Polda Sumut, Medan. Terdapat empat kelas putra dan putri yang akan dipertandingkan pada Kejurnas ini yakni kelas speed WR, speed klasik, lead, dan boulder. Ketua II Panitia Panjat Tebing Kapolda Sumut Cup, Junet Iskandar mengungkapkan, jika salah satu juara dunia panjat tebing Indonesia, Aspar Jaelolo, dipastikan tampil pada Kejurnas Open Polda Sumut ini. “Atlet Asian Games kemarin juga akan turun, seperti Rajiah Salsabillah dan Abu Dzar Yulianto. Kejurnas ini event pertama yang diadakan tahun ini juga menjadi hitungan peringkat berjalan. Karena untuk seleksi Asian Championship, pada November 2019,” terangnya pada Kamis (25/1), di Mako Brimob Polda Sumut, Medan. Aspar berhasil meraih medali emas pada kategori speed di Piala Dunia Panjat Tebing, bertajuk IFSC Climbing Worldcup di Wujiang, Tiongkok, pada Oktober 2018. Sementara Salsabillah dan Abu Dzar, merupakan atlet peraih emas di nomor speed relay putra dan putri, di Asian Games 2018. Junet menjelaskan hadirnya juara dunia dan Asian Games ini akan membuat para climbers Sumut, belajar dari atlet pencetak rekor dunia. “Kami ingin kasih semangat buat atlet kita (Sumut) biar lebih kerja kerasnya. Hadirnya uara dunia dan Asian Games ini juga akan mendongkrak gengsi dan kemeriahan event ini,” tegasnya. Ia menerangkan akan ada 300 atlet yang berasal dari berbagai daerah serta negara tetangga, berpartisipasi dalam kejuaraan ini. Setidaknya, tercatat sembilan provinsi yang telah mendaftar untuk mengikuti Kejurnas Poldasu Cup ini. Ia menargetkan 200 atlet panjat tebing akan berlaga di Kejurnas ini. “Sudah ada delapan daerah yang telah mendaftar, seperti Aceh, Lampung, Sumbar, Bengkulu, Padang, lalu dari Jawa ada Bandung, Surabaya, Jawa Timur dan Jakarta. Hingga hari ini sudah ada 41 atlet yang mendaftar dan akan terus bertambah,” jelas pria kelahiran Medan, 17 Juni 1974 ini. Ketua Pengcab Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Kota Medan ini memastikan jika 30 atlet panjat tebing FPTI Sumut, akan berlaga pada kejurnas kali ini. Bahkan kejuaraan Poldasu Cup ini juga menjadi tolak ukur sebelum menghadapi Popwil, sebagai kualifikasi menuju PON 2020. “Sekitar 30 atlet panjat tebing Sumut nanti akan berlaga disini. Atlet-atlet dari Sumatera memang rata-rata semua ikut Kejuaraan. Sehingga nantinya menjadi barometer mereka, jelang persiapan menghadapi Popwil Sumatera, pada November 2019, di Lampung,” tegasnya. Lebih lanjut, kejuaraan ini berlangsung berkat kepedulian Kapolda Sumut Irjen Pol Agus Andrianto, untuk memajukan olahraga panjat tebing di Sumut. “Ini bukti kepedulian Pak Kapolda menghidupkan kembali olahraga panjat tebing ini, dengan membangun sarana baru dengan standar track speed wr dengan rekor dunia,” pungkasnya. (Adt)

Koleksi 282 Poin Sepanjang 2018, Atlet Boulder Putri 20 Tahun Jadi Nomor Satu di Indonesia

Gadis kelahiran Kudus, Jateng, 6 Januari 1998, Ndona Nasugian, menjadi atlet boulder putri nomor satu Indonesia 2018. Pememgang medali perak Asian Youth Championship 2011 di Singapura itu, mengoleksi total poin 282, dari empat kompetisi selama 2018. (FPTI)

Jakarta- Atlet panjat tebing asal Jawa Tengah (Jateng), Ndona Nasugian, menjadi atlet boulder putri nomor satu Indonesia 2018. Gadis kelahiran Kudus, Jateng, 6 Januari 1998 yang mememgang medali perak Asian Youth Championship 2011 di Singapura itu, mengoleksi total poin 282, dari empat kompetisi selama 2018. Yakni di ajang MOCC (23-27 April), Wali Kota Cup (18-21 Juli), ZTC Bali (3-5 Agustus), dan Kejuaraan Nasional (Kejurnas) XVII (27 November – 2 Desember). Mahasisiwi Jurusan Ilmu Olahraga Universitas Negeri Semarang ini, berbagi gelar dengan Nadya Putri Virgita, asal Bali, yang juga mengumpulkan total poin 282. Diikuti Kharisma Ragil Rakasiwi asal Jawa Timur (Jatim), yang berada di peringkat ketiga dengan total poin 243. Sedangkan peringkat keempat dihuni Fitria Hartani yang juga berasal dari Jatim dengan total poin 200. Sementara itu, peringkat kelima dan selanjutnya diisi Indahwati asal Jateng (175 poin), Anggun Yolanda asal Nusa Tenggara Barat (160 poin), Betti Nawafatus Y.N asal Jawa Barat (157 poin). Kemudian, Ni Komang Ayu Suartini asal Bali (149 poin), dan Dyah Puspitaningtyas asal Daerah Istimewa Yogyakarta (147 poin). (Adt)

Dorong Atlet Muda di SEA Games 2019, Juara Dunia Asal Palu Fokus Cari Poin Olimpiade Tokyo

Juara dunia speed world record Wujiang 2018, China, Aspar Jaelolo, mengaku dirinya tak akan tampil dalam ajang multievent SEA Games 2019 Filipina. Ia memilih untuk fokus mengumpulkan poin, menuju Olimpiade 2020 Tokyo, Jepang. (app.kurio.co.id)

Jakarta- Juara dunia speed world record Wujiang 2018, China, Aspar Jaelolo, mengaku dirinya absen di ajang SEA Games 2019 Filipina. Hal itu bukan tanpa alasan, sebab atlet kelahiran Wani, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, 24 Januari 1988 itu, akan fokus mengumpulkan poin menuju Olimpiade 2020 Tokyo, Jepang. “Kalau saya pribadi, tidak akan tampil di SEA Games 2019. Tapi, misalkan FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia) mengharuskan tampil, maka saya akan siap turun,” ujar Aspar, di Jakarta, pada Selasa (11/12). “Federasi menginginkan atlet yang lebih muda. Itu juga harapan saya. Supaya ada regenerasi. SEA Games itu lingkupnya Asia Tenggara, sehingga atlet muda harus diberi kesempatan untuk tampil,” lanjutnya. Ia mengungkapkan bila cabang olahraga panjat tebing masih diperdebatkan apakah bisa dipertandingkan di SEA Games 2019. “Di Asia Tenggara, Indonesia masih terkuat di cabang olahraga (cabor) panjat tebing. Sedangkan, tuan rumah punya kebijakan memasukan cabor yang jadi unggulannya. Tapi, karena panjat tebing sudah masuk Olimpiade, ya tuan rumah wajib memasukan cabang ini,” terang peraih medali perak Asian Games 2018, dalam nomor speed relay putra itu. Kedepan, harapannya, tegas Aspar, tim Indonesia yang akan berlaga di Olimpiade Tokyo 2020, bisa mendapatkan poin penuh pada ajang kualifikasi 2019. Untuk, itu dirinya akan fokus mengejar poin, menuju pesta olahraga terbesar sejagat, dengan mengikuti seluruh seri world cup pada tahun depan. “Sebenarnya tahun ini, saya punya target menempati ranking 3 dunia. Tapi nggak kesampaian, karena bertepatan dengan Asian Games 2018. Dari 8 seri yang harus diikuti, saya tidak bisa tampil di tiga seri world cup,” jelasnya. “Akibatnya, ranking saya sepanjang tahun ini, harus terkoreksi dan turun ke peringkat 6 dunia. Itu sebabnya, saya harus mengejar di tahun depan untuk mendapatkan tiket Olimpiade,” pungkas atlet asal DKI Jakarta itu. (Adt)

Hadirkan Indoor Climbing Gym Pertama di Jakarta, Sarana Pembibitan Atlet Muda Panjat Tebing

IndoClimb dengan FX Sudirman resmi bekerjasama, untuk menghadirkan indoor climbing gym pertama di pusat kota Jakarta, sekaligus jadi wadah latihan atlet panjat tebing nasional. Kesepakatan itu dilakukan di Kawasan Sudirman, Jakarta, pada Selasa (11/12) (dreamclimbingwalls.com)

Jakarta- Rock climbing merupakan olahraga outdoor yang melibatkan petualangan, adrenalin, dan kebugaran fisik. Aktifitas rock climbing tak sedikit serta berbahaya seperti dibayangkan sebagian orang. Bila dilakukan dengan dengan peralatan yang lengkap, serta teknik yang benar. Terlebih, olahraga ini memiliki komunitas yang besar di Indonesia dan mancanegara. Kini, olahraga outdoor dan extreme berkembang dan mulai digemari berbagai kalangan. Namun, untuk melakukan aktifitas rock climbing di alam bebas setiap hari, bagi masyarakat perkotaan tak memungkinkan. Sehingga, dibutuhkan lokasi yang terletak di pusat perkotaan agar rock climbers bisa berlatih. Di negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura dan negara Asia Tenggara lainnya, rock climbing sudah populer dan memiliki fasilitas climbing gym di pusat kota, sehingga sudah menjadi urban lifestyle bagi masyarakat perkotaan. Untuk itu, IndoClimb dengan FX Sudirman resmi bekerjasama, untuk menghadirkan indoor climbing gym pertama di pusat kota Jakarta, sekaligus wadah latihan atlet panjat tebing nasional. Denny Maruhum Pasaribu, Vice President Marketing Communication dan Komersial FX Sudirman, mengaku indoor climbing gym sesungguhnya sudah ada. Namun, tak berkembang dengan baik. “Kami melihat tak hanya dari sisi bisnis. Sebab, FX s itu merupakan home of sport. Dan, kami lihat ide membangun indoor climbing gym adalah peluang, dan sesuatu yang berbeda,” ujar Denny, di Jakarta, pada Selasa (11/12). “Bedanya, di tempat lain tidak strategis. Apalagi di kawasan ini rata-rata mereka adalah orang kantoran, yang suka berolahraga, yang sifatnya urban lifestyle. Jadi ini sebenarnya peluang besar,” lanjutnya.Terlebih, tambah Denny, paska Asian Games 2019 harus terus dijaga momentumnya. Sedangkan Fedi Fianto, dari pihak IndoClimb, mengungkapkan indoor climbing gym menjadi tempat ideal untuk semua kategori, mulai speed, lead dan boulder. “Kami pastikan arenanya sangat aman. Untuk speed record itu tingginya mencapai 15 meter, sedangkan lead bisa sampai 18 meter,” terang Fedi. Ketiganya bisa dinikmati pengunjung umum dan akan diadakan kelas program bagi yang ingin mendalami. Namun fasilitas panjat tebing ini baru akan hadir pada bulan April 2019. “Yang speed 15 meter, boulder yang cukup luas, pendek karena buruh movement dan tidak terlalu tinggi, dan lead climbing tingginya 18 meter,” jelas Fedi. Nantinya, tiket panjat tebing indoor ini akan dibandrol sekitar Rp 150.000 untuk satu hari dan tidak terbatas jam. Perbedaan Climbing gym di kawasan sentra olahraga Jakarta ini dengan tempat lain, yakni skenario rute memanjat yang bisa diubah, demi meningkatkan teknik pemanjat. Kehadiran indoor climbing gym ini adalah salah satu upaya melahirkan atlet muda panjat tebing. “Semoga makin banyak indoor climbing gym. Di Jepang, mereka punya ratusan arena seperti ini. Mereka kadang pusing menentukan atlet untuk timnas, karena atletnya terlalu banyak,” cetus Aspar Jaelolo, atlet pelatnas panjat tebing,. Ia berharap makin banyak pihak yang bisa menghadirkan indoor climbing gym, serta menggelar event. “Selain atlet-atlet nasional yang berlatih ditempat ini nantinya, juga bisa mengundang juara dunia, sehingga makin menarik minat masyarakat untuk datang ke indoor climbing gym,” tukas kampiun dunia di Wujiang 2018, China itu. (Adt)

Abdul Kosim Terjatuh di Panjat Tebing, Jadi Juara Lomba Lari Ekstrem OCR 2018

Abdul Kosim sedang bahagia, wajahnya selalu tersenyum karena dia baru saja menjuarai lomba lari halang rintang super ekstrem, Obstacle Course Race (OCR) Spartan Race, di Johor, Malaysia, pada Minggu (1/12). (spartanrace.my)

Jakarta- Abdul Kosim sedang bahagia, wajahnya selalu tersenyum karena dia baru saja menjuarai lomba lari halang rintang ekstrem, Obstacle Course Race (OCR) Spartan Race. Ajang lari ekstrem yang sedang ngetren ini, digelar di Johor, Malaysia, pada Minggu (1/12). Kosim memenangi nomor Beast (21 km) untuk tingkat Asia Tenggara. “Saya senang sekali, sebab ini prestasi pertama untuk saya, juga Indonesia. Tiga bulan lalu, saya ikut kejuaraan di Putra Jaya, Malaysia, namun hanya bisa 10 besar untuk nomor super atau 13 km,” kata Kosim, pelari asal Bima, NTB, dilansir Tempo.co, pada Kamis (6/12). Kosim sejatinya baru 6 bulan menekuni lari OCR. Sebelumnya dia adalah atlet panjat tebing. Kosim melihat peluang baru berprestasi, setelah dia tersisih dari timnas panjat tebing. Di bawah arahan pelatih Rachmat Rukmantara, Kosim perlahan-lahan menekuni cabang olahraga barunya itu. “Melihat postur Kosim, saya yakin dia mampu berprestasi di lari OCR. Cabang ini tak semata memerlukan daya tahan, namun juga kekuatan dan kelenturan seperti selama ini biasa dihadapi Kosim di panjat tebing,” kata Rachmat, soal pelari berusia 26 tahun itu. OCR adalah lari halang rintang ekstrem yang dibagi dalam 5 nomor dalam setiap lomba, yaitu Sprint (5 km), Super (13 km), Beast (21 km), dan Ultra (50 km). Kosim memenangi nomor Beast. OCR mengombinasikan lari lintas alam, halang rintang, dan panjat tebing. Seorang atlet OCR harus menyelesaikan jarak tertentu dan menaklukkan puluhan rintangan yang sengaja dibikin seperti layaknya pelatihan militer. OCR baru berkembang di Asia Tenggara sekitar 3 tahun terakhir, diawali di Malaysia dan Singapura. “Saya tertantang untuk meraih prestasi lebih tinggi, setelah menang di Johor. Saya ingin bersaing dan diakui sebagai pelari OCR elit dunia,” ujar Kosim bertekad untuk cabang lari yang kini ditekuninya. Lantaran mampu berprestasi bagus di tingkat Asia Tenggara, Kosim lantas direncanakan untuk meningkatkan raihannya di level Asia Pasifik dan Dunia. “Tahun depan Kosim dijadwalkan ikut 3 ajang Spartan Race Asia Pasifik. Kalau dapat sponsor, bukan tidak mungkin dia akan mencoba ke tingkat dunia,” cetus Rachmat. Rachmat menambahkan lari halang rintang ultra OCR ini direncanakan tampil di ajang SEA Games 2019 Filipina sebagai cabang eksebisi. “Ini kesempatan Indonesia menambah medali, jika OCR nantinya dikompetisikan secara resmi di SEA Games atau kompetisi multi cabang lainnya,” pungkasnya soal lomba lari ekstrem jenis baru ini. (Adt)

Jawa Timur Juara Umum Kejurnas XVII Panjat Tebing 2018, Nurul Iqamah Sabet Emas Hari Terakhir

Pada Kejurnas XVII Panjat Tebing 2018 yang berlangsung di Solo Sport Climbing Center, Kompleks Stadion Manahan, Solo 27 November-2 Desember, Jatim kembali menjadi nomor satu. Mereka total mengumpulkan delapan emas, enam perak, dan tiga perunggu. (suaramerdeka.com)

Solo- Atlet panjat tebing putri Nusa Tenggara Barat (NTB), Nurul Iqamah, menuntaskan hari terakhir Kejurnas XVII Panjat Tebing 2018 dengan meraih medali emas. Pada final nomor combined putri yang digelar, Minggu (2/12), atlet kelahiran Bima, 6 Mei 1995, sukses menjadi yang terbaik. Nurul mencatat 2 poin di kategori speed, 1 poin di kategori boulder, dan 4 poin di kategori lead. Catatan tersebut sukses membuatnya unggul dari atlet tuan rumah yaitu Jawa Tengah, yang mendapat medali perak. Jawa Tengah yang menurunkan Aries Susanti Rahayu, mendapat medali perak dengan perolehan 1 poin di kategori speed, 2 poin di kategori boulder, dan 5 poin di kategori lead. Sementara itu, Widia Fujiyanti yang merupakan atlet Jawa Barat, meraih medali perunggu. Widia mencatat 3 poin di kategori speed, 3,5 di kategori boulder, dan 2 poin di kategori lead. Pada Kejurnas XVII Panjat Tebing 2018 yang berlangsung di Solo Sport Climbing Center, Kompleks Stadion Manahan, Solo 27 November-2 Desember, Jatim kembali menjadi nomor satu. Jawa Timur kembali menjadi juara umum dalam kejuaraan nasional panjat tebing, setelah pada Kejurnas 2017 di Jogjakarta, tim Kota Pahlawan itu menjadi juara umum. Untuk tahun ini, mereka total mengumpulkan delapan medali emas, enam perak, dan tiga perunggu. Medali emas Jatim didapat dari nomor boulder perorangan putra, boulder perorangan putri, boulder tim putra, lead tim putra, lead tim putri, speed klasik putra, speed track perorangan putri, dan combined putra. Sementara, medali perak didapat dari nomor speed WR rellay putra, speed WR rellay putri, boulder perorangan putra, boulder tim putri, speed klasik perorangan putra, dan speed klasik perorangan putri. Dan medali perunggu didapat dari nomor lead perorangan putri, speed klasik perorangan putri, dan speed track perorangan putra. Manajer sekaligus pelatih Kontingen Jatim, Galar Pandu Asmoro mengaku, bersyukur dengan pencapaian saat ini lantaran melihat persaingan dari Jawa Tengah dan dari daerah lain sudah mulai ketat. “(Persaingan ketat) dari hari pertama, terlebih dengan Jateng sebagai tuan rumah,” ujar Galar, pada Minggu (2/12). Galar juga menyebutkan, perolehan emas kali ini mampu melebihi target emas yang dicanangkan. “Kalau target Jatim lima emas. Ini lebih dari target,” ungkapnya. Meski demikian, Galar mengakui ada target nomor yang meleset di samping nomor lain yang sesuai target. Nomor tersebut yakni speed WR rellay yang baik putra maupun putri direbut Jawa Tengah. Menurutnya, hasil ini bisa dicapai karena Jatim memiliki pola pembinaan yang baik. “Kami dari tim Jatim puslatda (pemusatan latihan daerah) jangka panjang. Jadi, selalu nyambung dan kontinyu,” katanya. Ketua Umum Pengda FPTI Jatim, Danu Iswara, senang Jatim bisa mempertahankan gelar juara umum. Namun, ia mengakui akan ada evaluasi yang dilakukan usai Kejurnas. “Banyak yang perlu dievaluasi juga karena ga semua provinsi hadir dan ada provinsi lain yang persiapannya belum maksimal,” katanya. Menurutnya, Jatim akan memperkuat nomor speed karena masih didominasi Jawa Tengah. Sementara itu, peringkat kedua diduduki Jawa Tengah dengan empat emas, empat perak, dan tiga perunggu. Emas Jateng didapat dari speed WR perorangan putri, speed WR rellay putra, speed WR rellay putri, dan boulder tim putri. Medali perak didapat dari speed WR perorangan putra, boulder tim putra, lead perorangan putra, dan combined putri. Perunggu diperoleh dari speed WR perorangan putri, lead tim putri, dan combined putra. Peringkat ketiga diduduki DKI Jakarta dengan dua emas, satu perak, dan tiga perunggu. Emas DKI didapat dari speed WR perorangan putra dan speed track perorangan putra. Lalu, Perak dari speed WR perorangan putri, sedangkan perunggu dari speed WR rellay putri, lead perorangan putra, dan speed track perorangan putri. (Adt)

Spiderwoman Aries Susanti Sabet Emas Speed World Record, Pemanjat Junior Berthdigna Taklukan Atlet Pelatnas

Aries Susanti Rahayu (Jawa Tengah) meraih medali emas nomor speed world record putri Kejurnas Panjat Tebing di Solo, Jawa Tengah, usai mengalahkan rekan satu Pelatnas Puji Lestari (kiri), pada Jumat (30/11). Sementara, pemanjat junior 19 tahun, Berthdigna Devi Surya Kusuma (kanan), mendapat perunggu. (FPTI)

Solo- Perebutan medali emas nomor speed world record putri kejuraan nasional (Kejurnas) XVII seakan mengulang momen Asian Games 2018 lalu. Spiderwomen Grobogan Aries Susanti Rahayu, kembali berduel dengan Puji Lestari di Solo Sport Climbing Center, Kompleks Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, pada Jumat (30/11). Mewakili Jawa Tengah, Aries memenangi duel panas, dengan Puji, usai mencatat catatan waktu 7,76 detik. Sedangkan Puji yang merupakan utusan DKI Jakarta, mengoleksi waktu 8,92 detik. Di pertandingan lain, suasana panas juga terjadi dalam perebutan medali perunggu. Atlet 19 tahun asal Blora, Berthdigna Devi Surya Kusuma berhadapan dengan atlet nasional asal Banten, Rajiah Salsabillah. Bertha, sapaanya, yang membela Jawa Tengah, berhasil memenangkan pertandingan, setelah Rajiah sempat terpeleset. Catatan waktu Bertha 8,74 detik, sedangkan Rajiah 8,85 detik. Bagi mahasiswi Universitas Dian Nuswantoro, Semarang, Fakultas Bisnis ini begitu berkesan, karena dirinya bisa mengalahkan atlet nasional dan lebih senior darinya. “Nggak nyangka, Alhamdulillah banget bisa menang,” ujar dara kelahiran Kudus, 21 September 1999. Kemenangan Bertha disambut positif oleh Puji dan Aries. Ini menunjukkan adanya regenerasi yang bagus di speed. “Semoga akan ada lebih banyak atlet-atlet junior yang berprestasi sehingga panjat tebing semakin dikenal luas oleh masyarakat,” ujar Aries kelahiran Grobogan, Jawa Tengah, 21 Maret 1995 itu. Sementara itu, dibagian putra, Aspar Jaelolo (DKI Jakarta) berhasil mengunci medali emas nomor speed world record setelah menyingkirkan rekan satu Pelatnas Alfian M. Fajri (Jawa Tengah). Aspar berhasil meraih medali emas dengan catatan waktu 6,78 detik, sedangkan Alfian hanya mencetak waktu 7,30 detik. Lalu, Pangeran Septo Wibowo Siburian yang merupakan atlet Pelatnas harus rela menyerahkan medali perunggu akibat kalah cepat dengan Wira Hutanianto. Catatan waktu Wira 5,95 detik, sedangkan Pangeran 6,96 detik. Wira mengaku bangga dengan perolehan medali perunggu ini. Ia tak menyangka mampu mengalahkan atlet nasional yang jam terbangnya jauh lebih tinggi. “Saya senang sekali, nggak nyangka bisa satu karantina sama atlet-atlet Pelatnas. Ini pertama kalinya bagi saya,” tukas Wira. (Adt)

Tampil Impresif di Kejurnas Panjat Tebing, Lead Tim Putra Sumbang Emas Pertama Bagi Jawa Timur

Lead tim putra kontingen Jawa Timur (kaos hijau), akhirnya sukses meraih medali emas pada hari pertama, pelaksanaan Kejurnas XVII Panjat Tebing 2018, di Solo, Jawa Tengah, pada Rabu (28/11). (FPTI)

Solo- Kontingen Jawa Timur (Jatim) menyabet satu medali emas dan satu medali perak pada hari pertama kejuaraan nasional (Kejurnas) XVII Panjat Tebing 2018, pada Rabu (28/11), di Solo Sport Climbing Center, Solo, Jawa Tengah (Jateng). Medali emas didapat dari kategori lead tim putra. Sedangkan perak didapat dari boulder tim putri. Lead tim putra Jatim dihuni Yohanes Angel Rossy Que, Akbar Huda Wardana, dan Fatchur Roji. Untuk medali perak lead tim putra direbut kontingen Jabar yang diperkuat Muhammad Rizal Ramdhan, Dimas Wahyu NR, dan Bim Sigrid. Dan, medali perunggu direbut kontingen Bali yang menurunkan Rifaldi Ode Sandjaya, Danes Devrian Sandehang, dan Temi Teli Lasa. Sementara itu, Jatim juga meraih medali perak melalui boulder tim putri. Jatim menurunkan Pradeva Adelin, Choirul Umi Cahyaning Ayub, Fitria Hartani, dan Amanda Nanda Mutia. Dalam babak final, boulder tim putri Jatim menorehkan 1 top, 1 zone, 1 AT, dan 6 AZ. Danu Iswara, Ketua Umum Pengda (Pengurus Daerah) FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia) Jatim, mengaku bersyukur bisa meraih medali emas dan perak di hari pertama Kejurnas. “Awal yang baik. Semoga performa atlet terus berlanjut sampai hari terakhir Kejurnas,” ujar Danu, pada Rabu (28/11) malam. Dengan raihan ini, Jatim yang merupakan juara umum Kejurnas tahun lalu itu memuncaki klasemen perolehan medali sementara, dengan meraih 1 medali emas dan 1 medali perak. Pada urutan kedua, Jateng mengantongi satu medali emas yang didapat dari tim putri pada kategori Boulder. Sementara kontingen Jabar di posisi ketiga dengan satu medali perak yang diraih tim putra pada kategori Lead. Kontingen Bali menempati posisi keempat dengan satu perak dan dua medali perunggu. Adapun kontingen daerah lain belum mendapat medali pada hari pertama ini. Kejurnas XVII Panjat Tebing 2018 berlangsung selama lima hari ke depan, mulai 28 November hingga 2 Desember 2018. Diikuti oleh 27 kontingen yang memperebutkan medali pada 18 nomor, termasuk 2 nomor olimpiade yang diikuti 129 atlet. (Adt)

211 Atlet Siap Panaskan Persaingan Kejurnas Panjat Tebing di Solo, Berebut Tiket Olimpiade 2020 Tokyo

Sebanyak 211 atlet siap memanaskan Kejurnas Panjat Tebing XVII di Solo Sport Climbing Center, Kompleks Stadion Manahan Solo, Jawa Tengah, yang mulai dihelat pada Rabu (27/11). Mereka juga akan berebut tiket Olimpiade 2020 Tokyo, Jepang. (Dok. Humas FPTI)

Solo- Sebanyak 211 atlet, terdiri dari 131 atlet putra dan 80 atlet putri dari 25 provinsi, tampil dalam Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Panjat Tebing XVII di Solo Sport Climbing Center, Kompleks Stadion Manahan Solo, Jawa Tengah. Mulai Rabu (27/11), mereka bakal berebut tiket Olimpiade 2020 Tokyo, Jepang. Event ini diyakini induk organisasi panjat tebing Indonesia berlangsung ketat. Selain bertabur atlet terbaik, juga diramaikan atlet Asian Games 2018, mewakili daerah masing-masing. Momen ini juga dimanfaatkan PP (Pengurus Pusat) Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) menjaring atlet untuk pra-Olimpiade 2019 di Prancis dan Olimpiade 2020 di Tokyo. Nomor yang akan dipertandingkan di Olimpiade adalah combine, yakni setiap atlet akan memainkan lead, boulder, dan speed sekaligus. Sedangkan saat ini yang menjadi andalan Indonesia adalah nomor speed. “Kalau yang lalu didominasi atlet speed, maka di Kejurnas ini kami harus realistis mencoba atlet yang berangkat dari lead dan boulder,” ujar Pristiawan Buntoro, Wakil Ketua II PP FPTI, pada Selasa (26/11). Pris, sapaannya, mengatakan skema Pelatnas untuk pra-Olimpiade dan Olimpiade akan berbeda dengan pelatnas Asian Games. Ia menjelaskan, karakter otot atlet speed dengan lead dan boulder sangat berbeda. Sehingga, jelas Pris, treatment untuk para atlet menjelang Olimpiade juga akan sangat berbeda dengan saat Asian Games lalu. “Itu susahnya, tapi ini problem di semua negara. Saat atlet itu bagus di speed, maka lead dan bouldernya kurang. Begitu juga sebaliknya,” lanjutnya. Selain hasil Kejurnas, poin lain yang akan dipertimbangkan dalam seleksi atlet Pelatnas jelang Olimpiade adalah prestasi atlet di tingkat nasional. “Meski secara umum, hasilnya nanti tak jauh berbeda,” tambahnya. Disisi lain, kendati skema seleksi berubah, namun PP FPTI akan mempertahankan atlet andalan Indonesia, yakni spiderwomen Aries Susanti Rahayu, dan Aspar ‘Babon’ Jaelolo. Sebab keduanya merupakan atlet andalan di nomor speed dengan prestasi level dunia. Alasan lainnya, Aries dan Aspar dipertahankan untuk menambah tiket Indonesia di pra-Olimpiade dan Olimpiade. Karena kuota masing-masing negara di kejuaraan tersebut hanya 2 orang putra dan 2 orang putri. Namun ada kuota tambahan bagi pemegang peringkat 5 besar dunia di nomor speed, lead, maupun boulder. “Kita enggak bisa singkirkan Aries dan Aspar. Mereka berdua akan masuk jadi tulang punggung timnas karena sudah kuat,” tegas Pris. Saat ini, Aries memegang peringkat 4 dunia di nomor women’s speed, sedangkan Aspar peringkat 8 men’s speed. Untuk itu, Aries dan Aspar akan digenjot mengikuti seri Kejuaraan Dunia pada 2019 agar prestasi mereka semakin bagus. “Jadi selain Aries dan Aspar, nantinya akan ada 8 atlet lain, yang bakal dipilih untuk Pelatnas pra-Olimpiade,” tukas Pria. (Adt)

Kejurnas Panjat Tebing 2018 Siap Digelar di Solo, FPTI Yakini Persaingan Bakal Ketat dan Seru

Venue di Solo Sport Climbing Center, Kompleks Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, siap digunakan pada Kejuaraan Nasional (Kejurnas) XVII Panjat Tebing 2018, yang mulai berlangsung pada 27 November-2 Desember 2018. (Dok. Humas FPTI)

Solo- Event nasional panjat tebing tertinggi di Tanah Air, yakni Kejuaraan Nasional (Kejurnas) XVII Panjat Tebing 2018 siap dihelat di Solo Sport Climbing Center, Kompleks Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, pada 27 November – 2 Desember 2018. Pristiawan Buntoro, Wakil Ketua II Pengurus Pusat (PP) Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), mengatakan Kejurnas kali ini siap digelar meskipun harus memindahkan lokasi penyelenggaraan. “Awalnya diselenggarakan di Sulawesi Tengah. Namun, karena ada bencana gempa bumi dan tsunami, jadi venue kejuaraan kami pindahkan ke Solo,” ujar Pristiawan, seperti keterangan yang diterima nysnmedia, pada Kamis (22/11). Dalam kondisi tertentu seperti saat ini, penyelenggaraan akan diambil alih oleh PP FPTI. Ia melanjutkan bila pemindahan venue merupakan hal lumrah karena secara berkala, selalu dilakukan review mengenai kesiapan daerah yang bersangkutan. Dan, Solo dipilih, menurut Pristiawan, karena dinilai memiliki venue yang layak untuk penyelenggaraan kejurnas. “Kejurnas ini akan menggelar 18 nomor lomba,” terangnya. Adapun 18 nomor yang dipertandingkan yakni lead perorangan putra (pa), lead perorangan putri (pi), lead tim (pa), lead tim (pi), speed world record (WR) perorangan (pa), speed WR perorangan (pi), speed WR tim relay (pa), speed WR relay (pi). Lalu, boulder perorangan (pa), boulder perorangan (pi), speed klasik perorangan (pa), speed klasik perorangan (pi), speed track perorangan (pa), speed track perorangan (pi), combined perorangan (pa), dan combined perorangan (pi). Pristiawan menambahkan Kejurnas ini akan berlangsung ketat. “Atlet top juga akan turun termasuk atlet nasional yang mewakili Indonesia di Asian Games 2018. Mereka akan mewakili daerah mereka masing-masing,” ungkapnya. Bahkan, Pristiawan optimistis Kejurnas ini menyajikan kompetisi yang ketat dan seru. Sebagai event tertinggi nasional dan bergengsi, tiap daerah diharapkan mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Sementara itu, Her Suprabu, Ketua Umum FPTI Solo, menyebut sebagai tuan rumah, FPTI Solo siap menjamin kelancaran dan kesuksesan pelaksanaan Kejurnas ini. “Untuk venue, kami sudah siap, dan lokasi sekarang lebih luas. Rekomendasi dari PP FPTI juga kami penuhi agar penyelenggaraan sukses,” cetusnya. Disisi lain, terang Suprabu, FPTI Solo juga akan memberikan sentuhan khas Solo dalam pelaksanaan. Dalam Kejurnas itu akan ada bazar makanan, cenderamata, dan oleh-oleh khas Solo. “Dari sisi atlet, ada tiga atlet Solo yang akan ikut serta, salah satunya Alfian M Fajri. Alfian ini merupakan atlet nasional. Kami harapkan dia dan atlet lainnya bisa memberikan prestasi yang terbaik,” tukas Suprabu. (Adt)

Kampiun Nomor Speed World Record, Indonesia Sukses Jaga Tradisi Medali Emas Asian Championship

Atlet panjat tebing Merah Putih, Alfian M. Fajri (kiri), dan Agustina Sari, jadi kampiun nomor speed world record perorangan putra dan putri, di Asian Championship 2018, di Kurayoshi, Prefecture Tottori, Jepang, pada Sabtu (10/11). (FPTI)

Tottori- Atlet panjat tebing Merah Putih Alfian M. Fajri dan Agustina Sari, jadi kampiun nomor speed world record perorangan putra dan putri, di Kurayoshi, Prefecture Tottori, Jepang, pada Sabtu (10/11). Torehan gemilang di ajang Asian Championship 2018 itu, membuat Indonesia sukses mempertahankan tradisi medali emas. Di laga puncak, Alfian keluar sebagai yang tercepat, setelah di big final mengalahkan kompatriotnya Sabri, dengan unggul selisih waktu yang tipis. Atlet kelahiran Sukoharjo, Jawa Tengah, 18 Januari 1997 itu, mencatatkan waktu 5,883 detik atau 0,003 detik lebih cepat dari Sabri yang mencatatkan waktu 5,886 detik. “Saya berusaha keras menjaga fokus. Siapa pun lawan saya, saya retap fokus sehingga saya bisa berada di podium tertinggi,” ujar Alfian seperti keterangan yang diterima redaksi nysnmedia, pada Minggu (11/11). Hasil positif yang ditorehkan Alfian itu mengulang prestasi ciamik pada 2010. Ia yang ketika itu masih bermain di Asian Youth Championship di Singapura, juga sukses merebut emas nomor speed perorangan putra. Sedangkan peringkat ketiga nomor speed world record putra, direbut Aspar Jaelolo, yang juga mengalahkan rekan senegara, Veddriq Leonardo. Sementara itu, di nomor speed world record perorangan putri, Agustina mampu menjadi yang tercepat, setelah dalam big final mengalahkan Yi Ling Song, dengan catatan waktu 8,366 detik berbanding 9,151 detik. “Asian Games memberi pelajaran saya dan saya memperbaikinya di Asian Championship 2018. (Medali emas) ini untuk Indonesia,” cetus Agustina usai pertandingan. Dan Aries Susanti Rahayu, kali ini harus puas berada di peringkat ketiga. Melawan Nurul Iqamah, atlet berjuluk Spiderwoman Grobogan itu, berhasil membukukan waktu 7, 816 detik berbanding 9,717 detik. Pristiawan Buntoro, Manager Timnas Asian Championship 2018, menyebut kesuksesan merebut emas di nomor speed merupakan target untuk menjaga tradisi. “Tradisi kita kan emas untuk nomor speed. Dan, Alhamdulillah itu tercapai. Sekarang waktunya fokus menyiapkan diri untuk kualifikasi pra olympic Tokyo 2020,” tukas Pristiawan. (Adt)

Triple Gold Spiderwoman Grobogan Aries Susanti Rahayu, Tambah Motivasi Menuju Olimpiade 2020 Tokyo

Atlet panjat tebing kelahiran Grobogan, Jawa Tengah (Jateng), 21 Maret 1995, Aries Susanti Rahayu, sukses mengukir medali emas ketiga di ajang IFSC Climbing Worldcup, yang kali ini berlangsung di Xiamen, China, pada 27-28 Oktober 2018. (FPTI)

Xianmen- Aries Susanti Rahayu kembali mengukir medali emas di ajang bergengsi dunia IFSC Climbing Worldcup, yang kali berlangsung di Xiamen, China, pada 27-28 Oktober 2018. Sekaligus menjadi medali emas ketiga bagi atlet panjat tebing berjuluk ‘Spiderwoman’ itu di ajang IFSC Climbing Worldcup. Di partai puncak kategori women’s speed, ia menghadapi pemanjat asal Rusia Iuliia Kaplina. Wanita kelahiran Grobogan, Jawa Tengah (Jateng), 21 Maret 1995, jadi yang tercepat usai membukukan catatan waktu 7,532 detik. Kaplina kalah akibat fall. Posisi ketiga dihuni Anouck Jaubert asal Prancis. Ia mengalahkan pemanjat Rusia Elena Remizova. Jaubert menang dengan mengunci waktu 7,947 detik, sedangkan Remizova 7,995 detik. Prestasi gemilang itu membuat wanita asal Desa Klambu, Kabupaten Grobogan, Jateng itu, makin mantap menyongsong Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang. “Ini memotivasi saya menatap Olimpiade,” ujar Aries, seperti keterangan yang diterima redaksi nysnmedia.com, pada Senin (29/10). Dipertandingan lain, Aspar ‘Babon’ Jaelolo meraih medali perak. Di babak final, ia harus mengakui keunggulan, Bassa Mawem asal Prancis. Catatan waktu kedua atlet ini terpaut tipis. Mawem mampu merebut medali emas usai membukukan waktu 5,600 detik, sedangkan Aspar 5,620 detik. Peringkat ketiga diraih Reza Alipourshena (Iran), dengan catatan 7,600 detik, sedangkan Dmitrii Timofeev dari Rusia, fall. Dijelaskan Aspar, kompetisi di Xiamen sangat luar biasa. Persaingan dalam event ini ketat. Atlet asal DKI Jakarta itu, mengaku kerepotan untuk bisa mengamankan tiket ke babak final. Semua atlet berpeluang menang. “Pertandingan seri terakhir ini luar biasa ketat. Untuk babak final sangat susah. Rata-rata atlet, waktu pemanjatannya 5 detik dan 06,20 detik,” terang pria kelahiran Wani, Sulawesi Tengah, 24 Januari 1988. Hendra Basir, Pelatih Speed Indonesia, menyebut para atlet bisa tampil lebih maksimal lagi. “Dibanding dua seri terakhir, (performa atlet) masih bagus seri awal-awal yang diikuti. Sekarang, kami enggak ada Pelatnas lagi. Jadi sifatnya cuma mempertahankan performa saja,” tutur Hendra. Ia menambahkan usai dari Xiamen, China, para atlet kembali ke Tanah Air, sebelum mengikuti kejuaraan Asia. “Kami pulang ke Indonesia dan kurang lebih persiapan tiga hari untuk Asian Champhionship (pada 7-11 November 2018, di Kurayoshi, Jepang),” imbuhnya. Sementara itu, Pristiawan Buntoro, Wakil Ketua II Pengurus Pusat (PP) Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), menegaskan prestasi ini capaian yang luar biasa. “Sudah on the track dan sah dia (Aries Susanti Rahayu) sebagai pemanjat dunia. Tahun depan dia harus ikut semua seri (IFSC Climbing Worldcup),” cetusnya. Sedangkan Faisol Riza, Ketua Umum PP FPTI, menerangkan kompetisi di luar negeri sangat bermanfaat bagi para atlet Indonesia. “Kemenangan ini makin menunjukkan kesiapan atlet panjat tebing merah putih, untuk berlaga di Olimpiade,” tukas Faisol. (Adt)

Indonesia Kampiun Kategori Speed di China, Aspar Jaelolo dan Aries Susanti Rahayu Sandingkan Gelar Juara Dunia

Aries Susanti Rahayu meluapkan kegembiraannya usai merebut gelar juara dunia dalam kategori women’s speed, di ajang IFSC Climbing World Cup, di Wujiang, China, pada 20-21 Oktober 2018. (FPTI)

Wujiang- Prestasi gemilang ditorehkan dua atlet panjat tebing andalan Indonesia, di ajang IFSC Climbing World Cup, di Wujiang, China, pada 20-21 Oktober 2018. Aspar Jaelolo dan Aries Susanti Rahayu, berhasil menyandingkan gelar juara dunia kategori speed di Negeri Tirai Bambu itu. Torehan ini menunjukkan kelas dua atlet panjat tebing Merah Putih itu sebagai pemain elit dunia, sebab world cup merupakan kejuaraan tertinggi di sport climbing. Aspar menunjukkan kelasnya sebagai juara dunia setelah merebut posisi pertama kategori men’s speed. Pria kelahiran Wani, Sulawesi Tengah, 24 Januari 1988 itu, mengalahkan atlet asal Italia Ludovico Fossali. Ia mencatatkan waktu 5,810 detik, sedangkan Fossali 5,940 detik. Dan, posisi ketiga diduduki pemanjat asal Iran, Reza Alipourshena. Aspar mengaku bahagia dengan prestasi yang diraihnya kali ini. “Saya hanya ingin mengatakan bahwa selama masih punya mimpi, maka masih ada waktu untuk membuktikan. Meski saya sering dianggap spesialis perak, namun saya tidak pernah menghapus mimpi saya untuk jadi nomor satu. Dan, hari ini saya buktikan. Terima kasih, ini untuk Indonesia,” ujar Aspar, di Wujiang, pada Minggu (21/10). Sementara, Aries meraih medali emas kategori women’s speed setelah mengalahkan atlet Prancis Anouck Jaubert. Di babak final, ‘Spiderwoman Grobogan’ itu mengungguli Jaubert dengan catatan waktu 7,740 detik, berbanding 8,010 detik. Sedangkan tempat ketiga diduduki Iuliia Kaplina dari Rusia. Aries mengaku bahagia, namun ia tak ingin jemawa dan cepat puas. Wanita kelahiran Grobogan, Jawa Tengah, 21 Maret 1995, ingin terus melaju dengan menorehkan prestasi-prestasi lainnya yang membanggakan untuk Indonesia. “Terima kasih. Ini podium kedua di world cup. Namun, saya tak ingin berhenti di sini. Saya masih ingin memecahkan rekor dunia agar Indonesia bangga,” tegas Aries. Sementara itu, Hendra Basir, Pelatih Speed Indonesia, mengungkapkan sebetulnya tim tidak menargetkan apa-apa dalam kompetisi ini. Namun, para atlet tetap akan menunjukkan kemampuan terbaiknya. Dan, terbukti hasilnya, dimana atlet dari Indonesia mampu melesat ke posisi pertama. Ia juga mengakui bila misteri medali emas Aspar akhirnya terpecahkan. Menurutnya, capaian ini semakin menunjukkan kelas atlet Indonesia sebagai atlet dunia. “Iya (Aspar pecah emas). Banyak dapat ucapan selamat dari pemain lain. Kita atlet elit tingkat dunia,” tegas Hendra. Sedangkan Caly Setiawan, Kepala Bidang Pembinaan Pengurus Pusat (PP) Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), menyebut sebelum berangkat ke China, para atlet diharapkan menunjukkan kelasnya sebagai atlet top. “Untuk Aspar ini memang kami harapkan bisa pecah emasnya dan untuk Aries kami harapkan dapat emas, sehingga semakin memantapkan kalau dia memang atlet top dan medali emas-nya memang merupakan hasil kerja kerasnya selama ini,” tukas Caly. (Adt)