Pimpin PB FORKI, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto Gerak Cepat Siapkan Atlet ke Olimpiade 2020

Ketua Umum PB FORKI periode 2019-2023 Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto bersama dengan pengurus yang baru akan bergerak cepat menyiapkan atlet ke Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang. (Adt/NYSN)

Jakarta- Kongres XV/2019 PB (Pengurus Besar) Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI) resmi ditutup pada Minggu (17/2), di Hotel Menara Peninsula, Jakarta Barat.Ketua Umum PB FORKI terpilih 2019-2023, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto berbaur dengan para pengurus provinsi (Pengprov) dan perguruan karate di Tanah Air. Dalam sambutannya, mantan KASAU (Kepala Staf TNI Angkatan Udara) 2017-2018 itu, mengajak seluruh Pengprov dan perguruan untuk bekerja keras dalam memajukan FORKI. Ia juga bertekad membawa organisasi ini kearah yang lebih baik, utamanya dalam prestasi, baik di kancah nasional maupun internasional. “Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta Kongres FORKI yang telah memilih saya secara aklamasi. Dan, saya juga memberikan penghormatan kepada Pak Gatot (Nurmantyo) yang telah membawa organisasi ini tampil cemerlang,” tutur Hadi dihadapan peserta Kongres XV/2019 PB FORKI. Hadi mengaku bila dirinya telah meminta doa restu kepada Gatot untuk mengemban amanah sebagai ketua umum selama empat tahun kedepan. “Saya memohon doa restu pada Pak Gatot, dan beliau mengatakan bahwa semua akan berjalan dengan baik. Semoga saya juga bisa menjalankan amanah sesuai keinginan organisasi,” lanjutnya. Pria lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) 1986 itu, menegaskan pihaknya bersama dengan para pengurus FORKI yang baru akan bergerak cepat dalam menyiapkan atlet menuju Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang. “Dalam waktu dekat kami akan menyiapkan atlet menghadapi Olimpiade. Waktu tersisa hanya tinggal 532 hari, dan saya akan lakukan konsolidasi serta melihat kekurangan yang ada terlebih dahulu untuk kemudian bersama-sama mencari solusi terbaik,” tambah suami dari Nanik Istumawati itu. Guna meraih prestasi di pesta olahraga terbesar sejagat itu, Hadi mengajak semua pihak di FORKI bersama-sama berjuang dan bekerja keras demi meraih prestasi. “Semua harus bisa melaksanakan ini dengan baik. Karena saya memiliki prinsip bahwa kemenangan bisa diraih dengan persiapan diri dengan pola pelatihan yang baik,” jelasnya. Sementara itu, terkait persiapan menuju SEA Games 2019 Filipina, lulusan Sekolah Penerbang TNI AU 1987 itu, menyebut akan terus melanjutkan prestasi yang sudah diraih oleh para pengurus FORKI sebelumnya. “Saya akan terus meningkatkan kemampuan para atlet mempersembahkan prestasi tinggi bagi Merah Putih,” tukas ayah dua anak itu. (Adt)

Terpilih Aklamasi, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto Pimpin FORKI Periode 2019-2023

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto akhirnya resmi terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI) periode 2019-2023. (tribunnews.com)

Jakarta- Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto akhirnya terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI) periode 2019-2023. Hasil itu merupakan keputusan Kongres FORKI XV, di Hotel Menara Peninsula, Jakarta Barat, selama dua hari, atau Jumat (15/2) hingga Sabtu (16/2). Pria kelahiran Malang, Jawa Timur, 8 November, 55 tahun silam itu, akan melanjutkan kepemimpinan Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo. Hadi diusulkan oleh 26 Pengprov (Pengurus Provinsi) dan 17 perguruan anggota FORKI. Sedianya Hadi akan hadir ke Kongres XV FORKI, namun berhalangan hadir. Ia mendapat tugas dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Semarang, Jawa Tengah. Dan rencananya Kongres XV FORKI yang semula ditutup pada Sabtu (16/2), diundur pada Minggu (17/2) pagi. Sebelumnya, usai membuka Kongres XV FORKI, Gatot menyatakan bersedia maju lagi sebagai Ketua Umum PB FORKI. Dengan syarat, ia hany bersedia jika dipilih melalui musyawarah dan mufakat. Basiruddin sebagai wakil pimpinan sidang, mengatakan kongres kali ini berlangsung lancar, dan memutuskan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai Ketua Umum PB FORKI. “Beliau sebelumnya sudah setuju diusung sebagai Ketua Umum PB FORKI, sehingga Pengprov dan perguruan memberi surat rekomendasi keterpilihan Panglima TNI sebagi Ketua Umum yang baru,” ujar Basiruddin, yang juga Ketua Harian FORKI DKI Jakarta. Selanjutnya, Ketua Umum baru akan membentuk struktur kepengurusan dibantu tim formatur. “Ada formatur yang terdiri dari 4 tim, yakni 2 dari Pengprov (Pengprov DKI dan Sumatera Utara), serta 2 perguruan, yaitu KKI (Kushin Ryu M Karate-Do Indonesia) dan INKANAS,” lanjutnya. “Formatur ini akan membantu Ketua Umum terpilih untuk menyusun struktur kepengurusan dalam jangka 30 hari masa kerja,” tambah Basiruddin. Sementara itu, Ellong Tjandra, Ketua Harian FORKI Sulawesi Selatan, berharap Ketua Umum yang baru dapat membawa organisasi kearah yang lebih baik serta memberikan perhatian lebih kepada pengurus daerah. “Semoga dengan kepengurusan yang baru ini, regenerasi atlet dapat berjalan dengan baik, begitu juga dengan pelatih. Selain itu, Ketua Umum yang baru bisa memberikan perhatian kepada pengurus-pengurus di daerah. Dan, kedepan prestasi FORKI harus lebih baik, bisa melebihi prestasi di Asian Games 2018,” tukas Ellong. (Adt)

Kandidat Kuat Ketua Umum Forki Periode 2019-2023, Ini Syarat Dari Gatot Nurmantyo

Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo menjadi kandidat kuat untuk menjadi Ketua Umum PB FORKI periode 2019-2023, dalam Kongres yang diselenggarakan di Hotel Peninsula, Jakarta Barat, Jumat (15/2). (breakingNews.co.id)

Jakarta- Masa jabatan Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo sebagai Ketua Umum PB (Pengurus Besar) Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI) akan berakhir seiring pelaksanaan Kongres XV PB FORKI, di Ballroom Hotel Menara Peninsula, Jakarta Barat, pada Jumat (15/2). Pria kelahiran Tegal, Jawa Tengah (Jateng), 13 Maret, 58 tahun silam itu, menyatakan bersedia maju lagi sebagai Ketua Umum PB FORKI periode 2019-2023, asalkan dengan satu syarat. “Saya akan maju lagi apabila dipilih secara musyawarah dan mufakat. Menurut saya kalo voting itu tidak pancasilais. Jadi kalau forum menginginkan saya untuk maju lagi, harus secara musyawarah dan mufakat. Diluar itu, saya tidak mau,” ujar Gatot yang hadir dan membuka Kongres XV PB FORKI, Jumat (15/2). Jika nanti dirinya terpilih, maka prioritas utama yang akan dijalankan mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) 2014-2015 itu, adalah menyiapkan atlet guna menghadapi pesta olahraga sejagat, atau Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang. “Paling utama adalah menyiapkan atlet untuk Olimpiade. Sebab, menuju ke Olimpiade tidak hanya menyiapkan atlet ‘jagoan’, namun harus juga mengikuti berbagai turnamen internasional,” lanjutnya. Ia menambahkan dalam menyiapkan atlet tak hanya melakukan lewat seleksi, namun mengirimkan mereka untuk mengikuti event internasional. “Selepas Asian Games, kami kirim para atlet ke Chili, Shanghai, Spanyol untuk mereka mengikuti event internasional. Karena itu merupakan bagian dari pengumpulan poin, sehingga atlet bisa mengikuti Olimpiade. Semoga kami bisa mengirimkan minimal 3 hingga 4 atlet, dan itu minimal,” tambah suami dari Enny Trimurti itu. Kongres FORKI akan berlangsung selama dua hari, yakni pada Jumat (15/2) hingga Sabtu (16/2), dan dihadiri perwakilan dari 23 perguruan serta 24 Pengprov (Pengurus Provinsi) untuk menentukan kepengurusan baru. Dalam kesempatan itu, Mayjend TNI (Purn) Suwarno, Wakil Ketua KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) Pusat, meminta cabang olahraga karate mempertahankan sekaligus meningkatkan prestasi yang pernah diraih pada ajang Asian Games 2018, Jakarta-Palembang. “Prestasi yang minimum satu emas itu harus bisa dipertahankan, atau bahkan harus lebih ditingkatkan lagi,” tutur Suwarno dalam sambutan pembukaan Kongres. Di era kepemimpinan Gatot, Indonesia pernah menjadi tuan rumah Kejuaraan Dunia Kadet-Junior dan U-21 di BSD (Bumi Serpong Damai), Tangerang Selatan, Banten, pada 2015. Tak hanya itu, pada Kejuaraan Dunia resmi Federasi Karate Dunia (WKF), para atlet mempersembahkan 4 medali emas. Medali emas masing-masing diraih Ahmad Zigi Zaresta (kata junior perorangan putra), Faqih Karomi (kumite kadet -70 kg putra), Ceyco Georgia Zefanya (kumite junior 59+ kg putra), dan Muhammad Fahmi Sanusi (kumite junior -76 kg putra). Sedangkan di pesta multievent empat tahunan se-Asia, lagu Indonesia Raya berkumandang oleh torehan membanggakan Rifky Ardiansyah Arrosyiid yang sukses mempersembahkan medali emas. Hasil positif ini sangat menggembirakan bagi FORKI, terlebih cabang olahraga beladiri ini paceklik medali emas setelah era Hasan Basari yang meraih medali emas pada Asian Games 2002. (Adt)

Indonesia Raih Dua Emas Asian Youth Championship 2018, Atlet 18 Tahun Kiromal Katibin Kampiun Speed Youth A Putra

Pemanjat tebing asal Jawa Tengah berusia 18 tahun Kiromal Katibin (tengah), akhirnya berhasil meraih medali emas nomor Speed Youth A Putra, di ajang Asia Junior Championship 2018, di Chongqing, China, pada Minggu (5/11). (FPTI)

Chongqing- Skuat muda Indonesia sukses meraih dua medali emas pada ajang Asian Youth Championship 2018, di Chongqing, China, pada Minggu (5/11). Sebanyak 14 dari 16 atlet muda panjat tebing Merah Putih itu turun di nomor Speed. Dari jumlah itu, 10 atlet lolos di babak kualifikasi. Namun, mereka mulai berguguran di semifinal. Disebabkan hal teknis, diantaranya false start, fall, hingga terpeleset. Di youth B putri, srikandi muda Indonesia, Amanda Narda Mutia, tampil gemilang. Sejak babak kualifikasi, ia menempati peringkat satu dan konsisten dengan waktu pemanjatannya. Di final, Amanda menjadi yang tercepat, sekaligus mengamankan medali emas usai mencetak catatan waktu 9,44 detik, menekuk Jing Yu asal China, yang hanya menghasilkan waktu 10,99 detik. Dan, wakil Korea Jimin, harus puas mendapatkan medali perunggu. Sedangkan di youth A putra, pemanjat asal Bali, I Putu Iwan Putra, sempat menduduki peringkat kedua babak kualifikasi. Sayang, ia terpeleset di perempat final dengan torehan waktu 8,32 detik. Hasil negatif juga dialami Jasmico Pamumade dan Michael Owen Parhorasan Siburian. Mereka mengalami false start di perdelapan final. Sementara itu, di youth A putri, Desak Made Rita Kusuma Dewi, berhasil masuk ke babak 4 besar. Namun, ia sempat terpeleset saat perebutan perunggu dengan catatan waktu 12,68 detik. Dan, lawannya asal China, Yi Ling, menorehkan catatan waktu 8,34 detik. Serupa di kategori junior putri. Tim Indonesia yang diwakili Berthdigna Devi, sukses menembus 4 besar. Namun, dara yang disapa Bertha ini mengalami gangguan kesehatan sehingga dilarang melanjutkan pemanjatan oleh tim dokter. Bertha gugur, sehingga medali perunggu otomatis diraih pemanjat asal China, Pei Yang. Di laga terakhir Asian Youth Championship 2018, pada Minggu (5/11), Indonesia bisa menambah pundi medali emas dari Kiromal Katibin, skuat atlet Asian Games XVIII/2018. Pemanjat kelahiran Batang, Jawa Tengah, 21 Agustus 2000 itu, mengunci catatan waktu 6,05 detik. Ia menyingkirkan Milad Shenazandifar Alipour asal Iran, dengan catatan waktu 6,42 detik. Kuntono Halim, Manajer Tim Indonesia, mengaku secara umum tahun ini Indonesia mampu bersaing. Hal itu, menurutnya, dibuktikan dengan catatan waktu para atlet Indonesia yang masih berada di peringkat atas. Kendati demikian, ia menyebut jika di nomor speed banyak negara lain yang harus diwaspadai. Sebab, tambah Kuntono, perlahan negara-negara yang sebelumnya tidak unggul di speed seperti Korea dan Jepang, kini sudah bisa meraih medali. “Kita patut waspada, karena di tahun mendatang negara lain mulai sudah sangat bersiap diri dengan sentralisasi pelatihan. Sedangkan Indonesia belum melakukan itu,” ujar Kuntono. Dijelaskannya, bahwa apapun bisa terjadi di speed. Karena negara yang sebelumnya tak diunggulkan, tiba-tiba bisa merangsek ke peringkat atas. “Seperti Indonesia. Dua tahun lalu, kami masih jauh di atas. Sekarang semua negara sangat antusias di speed dan mereka bisa bersaing. Kami tidak boleh terlena,” tukas Kuntono. (Adt)

Atlet Panjat Tebing Indonesia Torehkan Prestasi Gemilang, Kawinkan Emas dan Borong Medali di China

Aries Susanti Rahayu meraih medali emas usai mencetak waktu 7,99 detik, di nomor women’s speed kejuaraan ‘The Belt and Road’ International Climbing Master Tournament 2018, di Wanxianshan, China, 13-14 Oktober 2018. (FPTI)

Wanxianshan- Prestasi gemilang kembali lagi ditorehkan atlet panjat tebing Indonesia, saat berlaga di China, pada kejuaraan bertajuk ‘The Belt and Road’ International Climbing Master Tournament 2018, di Wanxianshan, akhir pekan ini. Tak hanya sukses mengawinkan medali emas speed, tapi mereka memborong medali di nomor women’s speed. Sebelumnya, pada turnamen serupa yang dihelat di Huaian, China, 9-10 Oktober 2018, Merah Putih juga berkibar di podium tertinggi ketika berhasil mengawinkan emas. Para atlet yang mengikuti kompetisi di Negeri Tirai Bambu, yakni Aspar Jaelolo, Alfian M Fajri, Sabri, Muhammad Hinayah, Veddriq Leonardo, Pangeran Septo Wibowo, Puji Lestari, Aries Susanti Rahayu, Rajiah Sallsabillah, Agustina Sari, dan Nurul Iqamah. Aries, spiderwoman Grobogan ini menyabet Medali emas dinomor women’s speed, dan men’s speed dipersembahkan Septo Wibowo. Hendra Basir, Pelatih Speed Indonesia, mengatakan dalam kategori women’s speed, peringkat satu hingga empat diduduki atlet Indonesia. Diungkapkannya, peringkat pertama ditempati Aries, dengan catatan waktu 7,99 detik. Dara kelahiran 21 Maret 1995 ini, menyingkirkan kompatriotnya Agustina Sari, dalam babak final, dengan waktu 8,20 detik. Sementara, peringkat tiga ditempati Nurul Iqamah dengan 8,52 detik. Ia mengalahkan rekan senegaranya Rajiah Sallsabillah yang menorehkan catatan waktu 8,72 detik, dalam babak perebutan juara tiga. Sedangkan di nomor men’s speed, Aspar sukses sebagai pemenang dengan catatan waktu 5,99 detik. Ia melibas atlet tuan rumah, Lin Penghui, di babak final yang menorehkan waktu 6,30 detik. Peringkat tiga ditempati Muhammad Hinayah yang mengalahkan Veddriq Leonardo, di babak perebutan juara tiga. Hinayah menang usai menciptakan waktu 6,29 detik, karena Veddriq hanya mampu mengukir waktu 6,37 detik. Menurutnya, tak hanya bermain di nomor speed, para atlet Indonesia juga menjajal berkompetisi di nomor Lead. Nurul Iqamah berhasil menduduki peringkat keempat di nomor women’s lead, sedangkan Aspar berada di peringkat delapan di nomor men’s lead. “Mereka memang enggak hanya main di speed, tetapi di lead juga. Biar merasakan kompetisi di lead juga,” ujar Hendra seperti keterangan yang diterima redaksi nysnmedia.com, pada Minggu (14/10). Sementara itu, Faisol Rizal, Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), mengapresiasi prestasi membanggakan yang ditorehkan Aries Susanti Cs. “Kemenangan ini semakin menunjukkan kesiapan para atlet untuk berlaga di Olimpiade,” tegas Rizal. (Adt)

Spiderwoman Grobogan Aries Susanti Rahayu Raih Emas di China, FPTI: Sinyal Positif Ke Olimpiade 2020 Tokyo

Indonesia meraih satu medali emas, yang dihasilkan Aries Susanti Rahayu, dan dua perak dalam kejuaraan International Climbing Elite Tournament, di Anshun, China, 21-22 September 2018. (FPTI)

Jakarta- Indonesia berhasil meraih satu medali emas, dan dua medali perak, dalam kejuaraan International Climbing Elite Tournament, Anshun, China, pada 21-22 September 2018. Medali emas Merah Putih dihasilkan Aries Susanti Rahayu, sedangkan medali perak disumbang Puji Lestari, dan Aspar Jaelolo. Spiderwoman Grobogan itu merebut emas usai memenangi duel all Indonesian final. Ia mengalahkan Puji Lestari di nomor Women’s Speed World Record dan membukukan catatan waktu 7,72 detik. Puji menjadi runner up setelah hanya mampu mencetak waktu 7,89 detik. Sedangkan Maria Krasavina (Rusia) berhak mengantongi perunggu. Sementara itu, pada laga final nomor Men’s Speed World Record, Aspar Jaelolo mengalami fall. Akibatnya, pria asal Donggala, Sulawesi Selatan (Sulsel) itu merelakan medali emas jatuh ke tangan rivalnya asal China Chen Zi Hang. Dan, medali perunggu menjadi milik atlet asal Rusia, Stanislav Kokorin. Selain berlaga di nomor Speed, Aspar, Aries, dan Puji juga tampil di nomor Lead. Namun, sayangnya mereka gagal lolos ke partai final. Karena, baik Aspar maupun Aries, harus puas berada di posisi 9. Sebab untuk masuk final Lead, minimal harus berada di peringkat 8. Aries, Aspar, dan Puji, adalah atlet elit yang diundang langsung oleh pihak China untuk mengikuti kompetisi internasional itu. Bahkan, seluruh biaya akomodasi ketiga atlet itu dibiayai oleh pihak penyelenggara. Selain International Climbing Elite Tornament di Anshun, masih ada tujuh kompetisi internasional yang bakal mereka lakoni di penghujung 2018. Dua dari tujuh kompetisi tersebut adalah seri kejuaraan dunia. Faisol Riza, Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), menilai raihan tiga medali ini merupakan penanda kesiapan atlet Indonesia di Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang. “Ini adalah sinyal bagus bagi kita dan juga pemerintah untuk segera menyiapkan Pelatnas,” tukas Faisol. (Adt)

Lima Atlet Panjat Tebing Diundang Khusus Ikut Kejuaraan di China, Berangkat Dengan Kocek Sendiri

Aries Susanti Rahayu, salah satu atlet panjat tebing andalan Indonesia, diundang secara khusus tampil mengikuti seri kejuaraan panjat tebing di China, pada 21-22 September 2018. (breakingnews.id)

Jakarta- Usai membawa harum nama Indonesia di pentas Asian Games XVIII/2018, lima atlet panjat tebing andalan Indonesia diundang khusus untuk mengikuti seri kejuaraan terbuka di China. Kelima atlet itu nantinya berangkat dalam dua tahap. Tahap pertama yakni Aspar Jaelolo, Aries Susanti Rahayu, dan Puji Lestari. Mereka akan mengikuti International Climbing Elite Tournament di Anshun, China, pada 21-22 September 2018. Lalu, Sabri dan Nurul Iqamah juga diundang untuk mengikuti open series menyusul tiga atlet sebelumnya, pada Oktober mendatang. Hendra Basir, Pelatih Tim Nasional (Timnas) Panjat Tebing, menjelaskan China memang selalu mengundang para atlet elit dunia untuk ikut open series. Artinya, menurut Hendra, ketiga atlet tersebut sudah berada di level elite. “Aspar, Aries, dan Puji, akan berangkat bertiga ke China tanpa didampingi siapapun termasuk pelatih. Saat ini mereka sedang berlatih keras untuk mengembalikan stamina mereka setelah libur 15 hari,” ujar Hendra, dikutip situs resmi FPTI, Selasa (18/9). “Selama berlibur, mereka sibuk meladeni beragam wawancara dan rangkaian selebrasi kemenangan di Asian Games,” tambahnya. Usai tampil di ajang International Climbing Elite Tournament di Anshun, mereka akan kembali ke Indonesia, dan langsung menuju lokasi eks Pelatnas di Yogyakarta untuk kembali berlatih. Selanjutnya, pada Oktober, mereka kembali ke China bersama Sabri, Nurul, dan lima atlet panjat tebing lainnya. Dimana atlet yang berjumlah 10 orang tersebut akan mengikuti delapan kejuaraan di China dan Jepang. Kedelapan kejuaraan itu meliputi international climbing elite tournament, world cup series, dan Asian Championship. Akibat, belum ada Pelatnas lagi setelah Asian Games 2018 selesai, maka saat ini para atlet berlatih keras dengan merogoh kocek sendiri. “Pelatnas sudah bubar sehingga dukungan (finansial) sudah selesai. Kalau latihan sendiri, tak maksimal karena fasilitas di daerah tidak memadai. Makanya kami mandiri,” lanjutnya. Bahkan, kelima atlet yang akan mengikuti open series di luar undangan dari China, juga harus merogoh kocek sendiri. “Kami paham ini masa transisi (dari Pelatnas Asian Games menuju Pelatnas Olimpiade). Tapi tugas kami tetap mengibarkan bendera Indonesia,” ucap Hendra. “Seluruh atlet yang diterjunkan kali ini tidak hanya akan turun di nomor speed, namun juga lead. Ajang ini juga jadi pemanasan menuju Olimpiade Tokyo 2020,” tukas Hendra. (Adt)

Persaingan Ketat Nomor Lompat Galah, Atlet 18 Tahun Idan Fauzan Tak Diprioritaskan ke Olimpiade 2020 Tokyo

Atlet lompat galah Idan Fauzan Richsan tak diprioritaskan menuju Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang, namun akan diikutsertakan dalam SEA Games dan Kejuaraan Asia. (antara)

Jakarta- Tigor M. Tanjung, Sekertaris Umum Pengurus Besar (PB) Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI), mengatakan atlet lompat galah, Idan Fauzan Richsan, tak diprioritaskan menuju Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang. Menurutnya, persaingan standar lompatan di nomor lompat galah adalah enam meter. Sedangkan Idan memiliki rekor lompatan 5,30 meter. Diketahui, Idan mempertajam rekor dari 5 meter menjadi 5,30 meter, di ajang ASEAN School Games (ASG) 2018, di Stadion Mini Atletik Bukit Jalil, Malaysia, Juli lalu, dan berhak meraih medali emas. Torehan itu juga memecahkan rekornas (rekor nasional) atas namanya sendiri. Rekor sebelumnya hanya 5,20 meter yang diciptakan Idan pada kejuaraan uji coba Asian Games XVIII/2018. Sebelumnya, di Kejuaraan Atletik Asia Junior 2018, di Gifu, Jepang, Juni lalu, Idan mencetak lompatan 5,15 meter. Hasil itu membuat remaja kelahiran 1 November 2000 itu merebut medali perak. “Kami akan ikutsertakan Idan di kejuaraan lain, seperti SEA Games, maupun Kejuaraan Asia,” ujar Tigor, di Asrama PB PASI, di Kawasan Grogol Utara, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (13/9). Diungkapkan pria berkacamata itu, saat ini pihaknya fokus memperbaiki teknik para atlet sebagai program jangka panjang Pelatnas (pemusatan latihan nasional) atletik. “Karena teknik lari cepatnya sudah baik, maka Idan hanya perlu perbaikan pada lompatan. Apalagi, ia baru berumur 18 tahun,” ungkap Tigor. (Adt)

Demi Olimpiade 2020 Tokyo, PB PASI Blusukan ke Daerah Cari Bibit Muda Potensial

Ketua Umum PB PASI, Mohammad Hasan, menyatakan akan blusukan ke daerah-daerah untuk mencari bibit muda potensial. Hal itu dilakukan demi persiapan menuju Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang. (Pras/NYSN)

Jakarta- Pengurus Besar (PB) Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) bakal blusukan ke daerah-daerah untuk mencari bibit muda potensial. Hal itu dilakukan demi persiapan menuju Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang. “Masih ada waktu 2 tahun untuk ke Olimpiade 2020 Tokyo, Jepang. Dengan sisa waktu yang ada, kami akan turun ke daerah-daerah mencari bibit-bibit muda potensial baru. Mereka nanti akan langsung kami panggil masuk Pelatnas,” ujar Mohammad Hasan, Ketua Umum PB PASI, Kamis (13/9). Apakah dengan waktu 2 tahun cukup untuk membina atlet muda? Bob Hasan, sapaan akrabnya, menegaskan sangat cukup. “Waktu 2 tahun cukup. Contohnya Lalu Muhammad Zohri. Dia kami bina sejak Oktober tahun lalu. Mudah-mudahan di daerah banyak bibit,” lanjut suami dari Pertiwi Hasan itu. Ia menyebut syarat mengikuti pesta multievent sejagat di Negara Sakura 2020 sangat berat. “Latihannya harus lebih keras. Misalnya untuk 100 meter itu harus di bawah 10 detik, dan untuk 4×100 meter perlu ditambah lagi kecepatannya. Begitu juga dengan nomor lompat. Nomor-nomor ini sementara yang menjadi andalan,” tambahnya. “Mungkin kami nanti akan tingkatkan ke nomor-nomor baru. Tapi harus kerja keras selama 2 tahun ini. Sebab, kalau tidak masuk kualifikasi Olimpiade sangat berat,” ungkap Pria kelahiran Semarang, Jawa Tengah (Jateng) 1931 itu. “Sehingga pertandingan yang masuk poin kualifikasi Olimpiade harus kami ikuti semua. Salah satunya kejuaraan dunia di Qatar, September tahun depan,” terang penerima Kalpataru 1997 itu. Ia menegaskan untuk bisa bersaing dengan negara-negara lain, anak didiknya harus memperbaiki teknik. “Seperti bagaimana berdiri, larinya, hingga ayunan tangan. Itu yang harus diperbaiki,” imbuh Bob Hasan, di Asrama Atlet PB PASI, di Kawasan Grogol Utara, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. “Untuk nomor jarak pendek, masih dimonopoli atlet-atlet Jamaica, sedangkan jarak jauh itu dominasi Afrika. Belum lagi harus bersaing dengan Jepang, China, dan Korea. Mereka sudah sangat maju sekarang ini,” urainya. Selain itu, ungkap Bob Hasan, para atlet akan dikirim mengikuti berbagai ajang try out (ujicoba) ke luar negeri. “Para atlet terus kami kirim mengikuti try out. Tidak hanya di kawasan Asia, tapi juga Afrika dan Eropa,” urainya. (Adt)

Bidik Olimpiade 2020 Tokyo, Aspar Jaelolo Cs Lakoni Pelatnas Jangka Panjang

Aspar Jaelolo CS melakoni Pelatnas jangka panjang cabor sekaligus mengikuti berbagai seri kejuaraan dunia guna pengumpulan poin Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang.(FPTI)

Jakarta- Aspar Jaelolo dan kolega segera melakoni pemusatan latihan nasional (Pelatnas) jangka panjang cabang olahraga (Cabor) panjat tebing. Sasaran utama mereka adalah Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang. Pada pesta olahraga terbesar sejagat itu, panjat tebing atau sport climbing, akan dipertandingkan sebagai cabor ekshibisi. Dan, ada waktu setahun guna mempersiapkan diri sebelum kualifikasi di Toulouse, Perancis, pada November 2019. Diketahui, pada Asian Games XVIII/2018, cabor sport climbing meraih tiga emas dari nomor Speed Relay Putra (Muhammad Hinayah, Rindi Sufriyanto, Abu Dzar Yulianto, Veddriq Leonardo), Speed Relay Putri (Puji Lestari, Aries Susanti Rahayu, Rajiah Sallsabillah, Fitriyani), dan Speed Putri (Aries Susanti Rahayu). Kemudian dua medali perak, dari nomor Speed Relay Putra (Aspar Jaelolo, Sabri, Pangeran Septo Wibowo Siburian, Alfian Muhammad Fajri), dan Speed Putri (Puji Lestari). Lalu, satu medali perunggu dari nomor Speed Putra (Aspar Jaelolo). “Usai Asian Games ini, target kami tampil di seri kejuaraan dunia untuk mengumpulkan poin Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang,” ujar Aspar, Minggu (9/9). “Kami menjalani Pelatnas jangka panjang. Sebab, waktu yang kami miliki sempit, kurang dari setahun,” lanjut pria kelahiran Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng), 24 Januari 1988 itu. Menurut atlet asal DKI Jakarta itu, dalam waktu dekat, ada dua kejuaraan yang bakal diikuti. “Ada IFSC Climbing World Champships di Innsbruck, Austria, pertengahan bulan ini, dan International Climbing Series-China Open di Guangzhou, pada November,” ungkap peraih medali emas World Extreme Games, Shanghai, China, 2014 itu. Selain Aspar, atlet putri Aries dan Puji juga turun di kejuaraan di China. Diungkapkannya, Indonesia tak bisa lepas dari bayang-bayang negara unggulan seperti Jepang, Korea, dan China. “Apalagi mereka itu persiapannya panjang. Bahkan sudah dimulai sejak dari usia dini,” cetus kampiun Asian Beach Games 2014, Thailand itu. Sehingga, tambah Aspar, sangat penting menggelar training center (TC) dan menjalani try out (ujicoba) ke luar negeri. “Jadi kami bisa berlatih dengan para juara dunia. Ini penting bagi kami, untuk bisa menyerap ilmu serta pengalaman yang mereka miliki,” tukas peraih medali emas Asia Championship 2016, di China itu. (Adt)

Incar Prestasi Olimpiade 2020 Tokyo, Pelatih: Pelatnas Panjat Tebing Jangan Berhenti

Trio tim speed relay Indonesia, Rindi Sufriyanto (kiri), Abu Dzar Yulianto (kanan), dan M. Hinaya, sukses meraih medali emas cabang panjat tebing Asian Games 2018, di Jakabaring Sport City, Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). (FPTI)

Jakarta- Cabang olahraga Panjat Tebing sukses meraih tiga emas, dua perak, dan satu perunggu di ajang Asian Games XVIII/2018. Prestasi yang diukir Aries Susanti Rahayu (speed putri) dan kolega menjadi batu loncatan menuju event olahraga terbesar di dunia, Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang. “Tantangan pertama adalah bagaimana kami bisa lolos di kualifikasi Olimpiade pada tahun depan,” ujar Hendra Basir, Pelatih Speed World Record Tim Nasional (Timnas) Indonesia, Kamis (30/8). Sementara itu, menjadi juara umum cabang panjat tebing pada pesta multi-cabang empat tahunan se-Asia itu, menurut Caly Setiawan, Pelatih Kepala Timnas Panjat Tebing Indonesia, mengindikasikan prestasi anak didiknya itu makin dekat ke Olimpiade. Namun, untuk bisa mengejar prestasi di Olimpiade, ungkap Caly, persiapan menjadi penting dan tidak bisa ditunda. “Dua tahun bukan waktu yang lama untuk menyiapkan ke Olimpiade,” cetusnya. Terlebih, pihaknya, tambahnya, harus menyiapkan nomor-nomor lain. “Kita sudah ready (siap) di nomor speed, tapi kami harus menyiapkan boulder dan lead. Dan itu tidak bisa dalam waktu dekat,” jelasnya. “Kalau Timnas Indonesia mau jadi ‘monster’ lagi, Pelatnas (pemusatan latihan nasional) tidak boleh berhenti dan harus terus dijalankan, dan juga tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah,” terangnya. “Caranya, buka jalan baru dan alternatif. Manfaatkan sponsorship agar pelatnas atau pembinaan itu jalan. Modelnya anak asuh atau bapak asuh. Banyak modelnya,” tukas pria yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) Pengurus Pusat (PP) Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) itu. (Adt)

Bidik 30 Medali Emas, Asian Games 2018 Jadi Pemanasan Jepang Jelang Olimpiade Tokyo 2020

Chef de Mission (CdM) Kontingen Jepang, Yasuhiro Yamashita, saat berbicara pada sesi jumpa wartawan, di Media Press Center (MPC), Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Sabtu (18/8). (bolapsort.com)

Jakarta- Kontingen Jepang menargetkan meraih 30 medali emas pada penyelenggaraan Asian Games XVIII/2018. Event olahraga empat tahunan ini sekaligus dijadikan ajang ujicoba Jepang menuju tuan rumah Olimpiade 2020, Tokyo. “Kami berharap mencapai target posisi ke-3 di Asian Games 2018, dengan target 30 medali emas. Sebenarnya target kami bukan disini (Asian Games), tapi Olimpiade 2020, di Tokyo,” ujar Yasuhiro Yamashita, Chef de Mission (CdM) Kontingen Jepang, di Media Press Center (MPC), Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Sabtu (18/8). Pada Asian Games XVII/2014, Incheon, Korea Selatan (Korsel), Jepang finish diurutan ke tiga dalam daftar peraih medali dengann 200 medali, terdiri dari 47 emas, 77 perak, dan 76 perunggu. Jepang berada di bawah China sebagai Juara, dengan 151 emas, 109 perak, dan 85 perunggu. Diikuti Korsel 79 emas, 70 perak, dan 79 perunggu. Menurut Yamashita, terdapat beberapa cabang olahraga yang secara tradisional merupakan keunggulan Jepang pada Asian Games ini seperti judo, gulat, senam dan renang. “Kami juga memiliki potensi di cabang tenis meja, karate, sofbol, badminton, juga bisbol,” lanjutnya. Peraih emas cabang judo pada Olimopiade 1984, Los Angeles, Amerika Serikat (AS) itu, menegaskan Asian Games 2018 ini menjadi ajang ujicoba menuju Olimpiade 2020, saat Jepang bertindak sebagai tuan rumah. “Jika kami meraih hasil terbaik di Asian Games ini maka itu sangat bagus dan kami siap untuk Olimpiade 2020. Tapi, jika nanti hasilnya kurang memuaskan, maka akan menjadi bahan evaluasi untuk persiapan Olimpiade 2020,” terangnya. Ia hanya berharap para atlet Negeri Sakura bisa menampilkan performa terbaik dalam cabaang olahraga terutama yang menjadi unggulan. “Bila mereka mampu melakukannya disini (Asian Games), itu artinya kami punya tim yang menjanjikan untuk dua tahun ke depan,” cetus Yamashita. (Adt)

Legenda Bulutangkis Ingin Prestasi ‘The Minion’ Terjaga Hingga Olimpiade 2020

Legenda bulutangkis Indonesia, Christian Hadinata berharap performa Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon terjaga hingga Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang. (pbdjarum)

Jakarta- Sederet prestasi ditorehkan duet Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Mereka berhasil menjawab 22 tahun penantian adanya ganda putra Indonesia yang mampu menjuarai All England dua kali berturut-turut. Terakhir, sejarah itu dicatat pasangan ganda Ricky Subagja/Rexy Mainaky (1995 dan 1996). Harapannya, prestasi cemerlang ‘The Minions’ terjaga hingga Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang. Hal itu dikatakan legenda bulutangkis Tanah Air, Christian Hadinata. “Semoga penampilan mereka tetap terjaga dan puncaknya itu di Olimpiade 2020. Asalkan, mereka mampu mempertahankan performanya seperti yang ditunjukkan saat ini,” ujar Christian, pada Rabu (28/3). Christian adalah salah satu legenda Indonesia yang juga meraih gelar All England di nomor ganda putra, secara beruntun bersama Ade Chandra, pada 1972 dan 1973. Namun, ia memberi catatan jika pertandingan seperti Olimpiade sangat luar biasa. Ditambah, Kevin/Marcus akan menjadi tumpuan Merah Putih dalam meraih medali emas pesta olahraga sejagat itu. Faktor non teknis, disebut pria kelahiran Kebumen, Jawa Tengah, 68 tahun silam itu, menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan mereka di ajang pesta olahraga empat tahun sekali itu. “Di Olimpiade, pressure mentalnya luar biasa. Atlet yang digadang-gadang meraih medali emas, malah gagal saat di Olimpiade. Contohnya, ganda Korea Selatan (Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong). Juga Lin Dan, tunggal dari Tiongkok,” ungkap peraih juara All England di nomor ganda campuran bersama Imelda Wiguna (1979). (Adt)