Kirim Remaja 15 Tahun Tampil di BWF World Junior Championships 2018, Ajang Seleksi Aset Masa Depan Indonesia

Pebulu tangkis tunggal putri junior, Stephani Widjaja, yang baru berusia 15 tahun, berpose di sela event Pembangunan Jaya Junior Grand Prix 2018, pada April lalu. Ia menjadi anggota skuat Indonesia yang akan tampil di BWF World Junior Championships 2018, di Ontario, Kanada, awal November. (bulutangkis.com)

Jakarta- Jelang keberangkatan ke Kanada, Wakil Ketua Umum 1 PP PBSI, Alex Tirta memberi semangat kepada tim junior Indonesia yang akan bertanding di BWF World Junior Championships 2018. Alex berharap para garuda muda bisa mengeluarkan kemampuannya dengan maksimal dan bertanding tanpa beban. “Segala persiapan dan latihan sudah dilakukan dengan maksimal. Saya harap para atlet mampu mengeluarkan permainan terbaiknya. Keinginan menang pasti ada, tapi jangan sampai membebani penampilan di lapangan. Saya yakin kalian bisa,” ujar Alex pada pelepasan tim di Pelatnas PBSI Cipayung, Senin (29/10). Sebanyak 23 atlet Indonesia turun pada BWF World Junior Championships 2018 yang berlangsung pada 5-18 November 2018 di Markham Pan Am Venue, Ontario, Kanada. BWF World Junior Championships 2018 akan mempertandingkan dua nomor, yaitu beregu dan perorangan. Pertandingan beregu campuran berlangsung pada 5-10 November. Sedangkan perorangan berlangsung mulai 12-18 November. Tim Indonesia rencananya akan bertolak ke Kanada pada Rabu (31/10), menggunakan maskapai Cathay Pacific Airways CX 792, pukul 05.45 WIB, dari bandar udara Soekarno Hatta, Cengkareng. Rata-rata pemain Indonesia yang tampil di turnamen kali ini, masuk skuat tim junior Indonesia di Asia Junior Championships 2018 pada Juli lalu di Jakarta. “Pemilihan dilihat dari prestasi, rangking, dan potensi atlet, juga kebutuhan tim,” kata manajer tim junior Indonesia, Susy Susanti, awal Oktober lalu. “Target kami pada event ini meraih satu gelar juara. Kami usahakan mempertahankan dua gelar,” tuturnya. Tahun lalu, di kejuaraan yang sama, Indonesia berhasil pulang dengan membawa dua gelar melalui Gregoria Mariska Tunjung (tunggal putri) dan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari. Salah satu terobosan yang dilakukan PP PBSI adalah mengirim Stephani Widjaja. Stephani adalah aset Indonesia di tunggal putri. Pada April lalu, ia menjadi andalan tim Indonesia U-19, pada turnamen bulutangkis Pembangunan Jaya Raya Junior Grand Prix 2018 di GOR PB Jaya Raya Bintaro, Tangerang Selatan. Sayang, langkah Stephani di nomor tunggal putri, gagal. Menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang lolos ke perempat final, Stephani harus terhenti. Dia kalah 13-21, 2-11 (ret), dari pemain China, Yang Ruiwen. Stephanie masih berusia 15 tahun dan bernaung di bawah Klub Jaya Raya, Jakarta. Secara umur, Runner Up U-15 tunggal putri Asia Youth 2017 ini sebenarnya masuk kategori U-17. Namun, remaja kelahiran Jakarta, 19 Februari 2003 itu, justru ikut kelas yang lebih tinggi, bersaing dengan pemain yang secara umur lebih tua dan unggul dalam pengalaman. Pada 2018, Stephani tercatat sebagai atlet bulutangkis termuda, yang namanya lolos dipanggil masuk Pelatnas PP PBSI, dengan status magang. (Adt) Komposisi Skuat Indonesia di BWF World Junior Championships 2018 BEREGU Putra 1. Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay 2. Karono 3. Alberto Alvin Yulianto 4. Leo Rolly Carnando 5. Daniel Marthin 6. Ghifari Anandaffa Prihardika 7. Pramudya Kusumardana Riyanto 8. Rehan Naufal Kusharjanto 9. Christian Adinata 10. Bernadus Bagas Kusumawardana Putri 1. Putri Kusuma Wardani 2. Stephani Widjaja 3. Yasnita Enggira Setiawan 4. Siti Fadia Silva Ramadhanti 5. Agatha Imanuela 6. Ribka Sugiarto 7. Febriana Dwipuji Kusuma 8. Lisa Ayu Kusumawati 9. Putri Syaikah 10. Nita Violina Marwah PERORANGAN Tunggal Putra 1. Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay 2. Karono 3. Alberto Alvin Yulianto 4. Christian Adinata Tunggal Putri 1. Putri Kusuma Wardani 2. Stephani Widjaja 3. Yasnita Enggira Setiawan 4. Olivia Chelin Maria Ganda Putra 1. Daniel Marthin 2. Leo Rolly Carnando 3. Ghifari Anandaffa Prihardika 4. Pramudya Kusumardana Riyanto 5. Dwiki Rafian Restu 6. Bernadus Bagas Kusumawardana Ganda Putri 1. Siti Fadia Silva Ramadhanti 2. Agatha Imanuela 3. Ribka Sugiarto 4. Febriana Dwipuji Kusuma 5. Putri Syaikah 6. Nita Violina Marwah Ganda Campuran 1. Rehan Naufal Kusharjanto 2. Siti Fadia Silva Ramadhanti 3. Ghifari Anandaffa Prihardika 4. Lisa Ayu Kusumawati 5. Pramudya Kusumardana Riyanto 6. Ribka Sugiarto 7. Leo Rolly Carnando 8. Indah Cahya Sari Jamil

Ada Anomali Mengejutkan Dari Hasil Kejuaraan Dunia dan Emas Bulutangkis Asian Games

Ganda Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo meski gagal membawa gelar juara pada kejuaraa dunia 2018 di China, diharapkan mampu meraih medali emas pada Asian Games 2018 di Indonesia. (djarumbadminton.com)

Jakarta– Kegagalan tim bulutangkis Indonesia pada Kejuaraan Dunia 2018 pekan lalu, mencuatkan sejumlah pertanyaan, apakah skuat Merah Putih sanggup merebut emas di ajang Asian Games 2018 ? Kini, justru fakta menarik mulai terungkap. Walau gagal merebut satu gelar pun di Kejuaraan Dunia, tapi nyatanya Indonesia justru berhasil merengkuh medali emas di ajang Asian Games, saat tahun yang bersamaan dengan digelarnya turnamen berlabel BWF World Championships itu. Fakta ini setidaknya tersaji pada 3 edisi Asian Games sebelumnya, yakni pada 2014, 2010 dan 2006 silam. Tercatat, pada 2014, 2010 dan 2006, Indonesia juga gagal merebut satu pun gelar di Kejuaraan Dunia Bulutangkis, namun berhasil merebut medali emas Asian Games di tahun yang sama. Pada Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, Indonesia sukses mengawinkan emas bulutangkis, di sektor ganda putra dan ganda putri. Dobel Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan duet Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari, sama-sama mengukir medali emas, meski sebulan sebelumnya, gagal meraih gelar Kejuaraan Dunia 2014 di Copenhagen, Denmark. Hal serupa juga dialami pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan pada 2010, dan tunggal putra Taufik Hidayat, pada 2006. Kegagalan di Kejuaraan Dunia seolah menghadirkan motivasi berlipat di pentas pesta olahraga terbesar bangsa Asia itu. Sejak 2005, Kejuaraan Dunia Bulutangkis berganti format dengan digelar setiap tahun, kecuali pada tahun diberlangsungnya Olimpiade. Hal ini pula yang menjadikan penyelenggaraan Kejuaraan Dunia Bulutangkis, selalu berlangsung dan tampil bersamaan waktunya, dengan tahun diselenggarakan ajang multi event Asian Games, sejak 2006 lalu. Ganda putra Indonesia yang juga unggulan pertama Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2018, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo rontok di perempatfinal. Jepang dan China akhirnya mengoleksi dua gelar juara, sedangkan satu titel diraih Spanyol, melalui Carolina Marin. Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), Susi Susanti mengatakan, hasil yang didapat di Kejuaraan Dunia tak mengubah target di Asian Games 2018. Indonesia menargetkan dua emas cabor bulutangkis, dari sektor ganda putra (Kevin/Marcus) dan campuran (Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir). “Tak ada perubahan target di Asian Games. Kami melihat peluang yang ada, dan selalu mengevaluasi perjalanan mereka dari Januari-Agustus ini,” kata Susi pada Senin (6/8). “Kami memang bukan membebani atlet, tapi ya ini situasinya realistis saja. Peluang ada di sektor ganda,” tambah Susi. Usai Kejuaraan Dunia di Nanjing, China, atlet Indonesia sudah ditunggu Asian Games 2018. Cabor bulutangkis dipertandingkan pada 19 Agustus. “Harus lebih siap lagi, karena kalau dibilang alarm, setiap pertadingan kalau kalah tentu ada alaramnya untuk mengingatkan. Tapi, bukan berarti habis,” pungkasnya. (Adt)

Soroti Peforma Sektor Tunggal, Candra Wijaya : Pelatih Harus Diberi Target, Atau Dipecat

Aksi Tunggal putra Jonatan Christie saat tampil di ajang Blibli Indonesia open 2018, dan takluk dari pebulutangkis nomor satu dunia asal Denmark, Viktor Axelsen, dalam pertandingan 2 game dengan skor 21-10 dan 21-19. (Pras/NYSN)

Serpong Utara- Prestasi tunggal putra dan putri masih jadi pekerjaan rumah serius Pengurus Pusat (PP) Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Hasil Kejuaraan Dunia Bulutangkis (BWF World Championship 2018) jadi ukurannya. Dari lima wakil tunggal, tak ada satupun yang mampu menjejak ke partai final. Tiga wakil tunggal putra yakni Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, dan Tommy Sugiarto harus menelan pil pahit. Langkah mereka terhenti di babak kedua. Hasil serupa terjadi di tunggal putri. Dua wakil yaitu Gregoria Mariska Tunjung dan Fitriani dipaksa pulang setelah kalah pada laga babak kedua. Prestasi lebih baik dicapai sektor ganda, meski tak satupun wakil Indonesia di partai final kejuaraan dunia tahun ini. Duet Merah Putih Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon (1) takluk di perempat final dari wakil Jepang Takeshi Komura/Keigo Sonoda (5). Setali tiga uang, dobel Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta (8) tak berdaya kontra wakil Negeri Sakura Shiho Tanaka/Koharu Yonemoto. Begitu pula dengan pasangan Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istarani (14). Mereka tumbang Yuki Fukushima/Sayaka Hirota (2) asal Jepang. Hasil lebih baik ditorehkan Greysia Polii/ Apriyani Rahayu (5). Mereka berlaga di semifinal dan menerima kenyataan gagal lolos ke partai puncak setelah dijegal wakil Jepang Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara. Hal ini mendapat sorotan dari Candra Wijaya. Peraih medali emas Olimpiade 2000, Sidney, Australia, mengatakan khusus sektor tunggal seharusnya PBSI selaku induk organisasi bulutangkis memberikan target kepada pelatih, dengan konsekuensi khusus. “Pelatih harus bisa meraih beberapa gelar juara dalam rentang waktu tertentu yang ditargetkan oleh PBSI. Kalau target itu tak tercapai, maka pelatihnya harus diganti. Ini jadinya profesional,” ujar pria kelahiran Cirebon, Jawa Barat, 16 September 1975 itu. Mantan pebulutangkis nasional yang mulai berlatih sejak usia 12 tahun di klub Rajawali Cirebon itu mencontohkan pada perebutan Piala Thomas dan Uber 2018, Mei lalu, saat Indonesia berjumpa China di semifinal, dan akhirnya takluk. Menurutnya, titik terlemah skuat Merah Putih di Piala Thomas ada di sektor tunggal putra. “Bukan mau sombong. Tapi yang memberi poin bagi Indonesia di nomor ganda, dan yang melepas itu tunggal putra,” ujar peraih gelar World Championship 1997 bersama Sigit Budiarto itu. “Saya tak bermaksud mau ikut campur soal prestasi di sektor tunggal. Ini saran dari mantan pemain,” lanjut suami dari Caroline Indriani itu. Apakah ketiadaan sosok pemain tunggal Indonesia yang bisa menjadi panutan bagi pemain muda dalam beberapa tahun belakangan berpengaruh? “Sedikit banyak berpengaruh. Setelah era-nya Taufik Hidayat tidak ada lagi pemain tunggal yang bagus,” ungkap juara All England 1999 bersama Tony Gunawan dan 2003 bersama Sigit Budiarto itu. “Mestinya Taufik Hidayat diberi kesempatan melatih di Pelatnas PBSI. Karena Taufik juga prestasinya selama menjadi pemain memang bagus,” tukasnya. Candra melanjutkan, begitu juga dengan pelatih-pelatih berkualitas di luar Pelatnas yang harus juga diberi kesempatan. (Adt)

Gagal ke Semifinal Kejuaraan Dunia, Kevin/Marcus Alihkan Fokus Ke Asian Games 2018

Ganda putra Jepang, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda, sukses menekuk dobel nomor satu dunia Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, dalam dua game dengan skor 19-21 dan 18-21. (tribunnews.com)

Jakarta– Pupus asa duet Merah Putih, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, untuk meraih gelar juara dunia 2018. Duo Minions harus mengubur impiannya tersebut usai tersingkir di babak perempat final Kejuaraan Dunia Bulutangkis (BWF World Championship 2018). Mereka takluk dari ganda putra Jepang, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda, dalam dua game dengan skor 19-21 dan 18-21. Laga yang berlangsung Jumat (3/8) di Nanjing Olympic Sports Centre, China, pasangan nomor satu dunia ini tampil di bawah level permainan terbaiknya. Selain itu, juara All England 2017 & 2018 ini kerap melakukan kesalahan sendiri. Hasil ini serupa dengan raihan tahun lalu, yang juga terhenti di babak perempatfinal. “Lawan pertahannnya rapat, bolanya berat dan enggak gampang dismes, jadi lebih enak untuk lawan. Selain pertahanan yang bagus, Kamura/Sonoda serangannya juga bagus. Ketemu mereka memang selalu ramai. Semoga kami bisa meraih hasil yang lebih baik di Asian Games 2018,” ungkap Marcus usai laga dalam rilis resmi PBSI. Kevin/Marcus bakal menjadi salah satu andalan Indonesia dalam meraih medali emas pada Asian Games 2018, yang akan berlangsung pada 18 Agustus hingga 2 September. “Memang lawannya bagus, tak gampang dimatikan. Kami sudah tahu dari awal kalau lawan mereka pasti tidak akan gampang,” tambah Kevin. Kekalahan itu sekaligus membuat rekor head to head Kevin/Marcus dengan Kamura/Sonoda menjadi imbang 4-4. Indonesia juga tak memiliki wakil lagi di sektor ganda putra. Dengan hasil ini, Kevin/Marcus, yang mengoleksi sepuluh gelar juara super series itu, belum bisa meraih titel di turnamen mayor. (Adt)

Indonesia Kirim Enam Wakil di Kejuaraan Dunia 2018, Duet Kevin/Marcus Nyaris Tersungkur

Dobel utama Indonesia sekaligus unggulan satu turnamen, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon memenangi duel sengit kontra ganda tuan rumah, Han Chengkai/Zhou Haodong (ranking 24), pada Rabu (1/8). (Humas PBSI)

Nanjing- Enam dari 11 wakil Indonesia melaju ke babak ketiga Kejuaraan Dunia Bulutangkis (BWF World Championship 2018), pada Rabu (1/8). Mereka terbagi di dua nomor yakni ganda putra dan ganda putri. Tiga dari empat wakil ganda putra lolos ke 16 besar. Alias hanya Wahyu Nayaka Arya Pangkaryanira/Ade Yusuf Santoso yang gagal. Namun, kegagalan lolos mereka wajar. Sebab, Wahyu/Ade harus menghadapi sesama rekannya di pelatnas, Berry Angriawan/Hardianto. Sementara, tiga wakil ganda putri yang tanding hari ini lolos semua. Alhasil, hanya tunggal saja di putra maupun putri, yang langkahnya terhenti. “Hari ini kami merasa belum keluar semua permainannya. Bola-bola smash-nya masih belum enak,” Muhammad Rian Ardianto, usai menundukkan wakil Belanda, Jacco Arends/Ruben Jille. “Kami memanfaatkan pertandingan tadi untuk menyesuaikan diri dengan atmosfer di lapangan,” Fajar Alfian menambahkan. Ganda putra jadi andalan meraih gelar pada edisi ke-24 Kejuaraan Dunia ini. Apalagi Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir mengundurkan diri untuk fokus menghadapi Asian Games 2018. Tontowi/Liliyana merupakan juara bertahan ganda campuran. Sedangkan dobel utama Indonesia sekaligus unggulan satu turnamen, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon berhasil memenangi duel sengit kontra ganda tuan rumah Han Chengkai/Zhou Haodong (ranking 24), pada Rabu (1/8). Melakoni laga di babak kedua (32 besar), Kevin/Marcus menang setelah melalui drama pertarungan melelahkan tiga gim, dengan skor 18-21, 21-14, dan 21-18 atas Han/Zhou, dalam tempo 52 menit, di Nanjing Olympic Sports Centre, Nanjing, China. “Mereka mainnya nothing to lose banget. Jadi dapat speed-nya dan jarang membuat kesalahan sendiri,” ujar Marcus, dilansir situs resmi PBSI, Rabu (1/8). Berjumpa dengan Han/Zhou, Marcus menyebut lawan tidak mudah dimatikan dan fight-nya luar biasa. Sementara, Kevin mengaku dirinya bersama Marcus tak maksimal. Sebab, belum bisa mengeluarkan kemampuan seratus persen. “Di peartai berikutnya kami harus main lebih baik, karena hari ini sudah bertanding cukup sengit,” tambah Kevin. Meski terbebani dengan status sebagai duet unggulan satu serta menjadi andalan Merah Putih untuk membawa pulang gelar juara dunia, namun Marcus menegaskan tak ingin terlalu memikirkan hal itu. “Tekanan pasti ada. Namanya juga kejuaraan besar. Tapi, kami nggak mau memikirkan itu, jalani saja, nikmati permainan,” cetus Marcus. Di babak ketiga (16 besar), ganda Indonesia juara All England 2018 itu ditantang wakil Rusia dan unggulan 10 turnamen, Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov (ranking 12) usai menyingkirkan wakil Vietnam Minh Bao/Bao Duc Duong (ranking 88), straight game, 21-13 dan 21-14. (Adt) Hasil Wakil Indonesia Tunggal Putra Kanta Tsuneyama (Jepang) Vs Anthony Sinisuka Ginting (#12) 21-17, 21-13 Hans-Kristian Solberg Vittinghus (Denmark) Vs Tommy Sugiarto (#15) 21-14, 21-15 Tunggal Putri Pusarla Venkata Sindhu (India #3) Vs Fitriani 21-14, 21-9 Chen Yufei (Cina #5) Vs Gregoria Mariska Tunjung 21-17, 22-20 Ganda Putra Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon (#1) Vs Han Chengkai/Zhou Haodong (Cina) 18-21, 21-14, 21-18 Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (#9) Vs Jacco Arends/Ruben Jille (Belanda) 21-15, 21-11 Berry Angriawan/Hardianto (#15) Vs Wahyu Nayaka Arya Pangkaryanira/Ade Yusuf Santoso 21-18, 21-18 Ganda Putri Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istarani (#14) Vs Chang Ching Hui/Yang Ching Tun (Taiwan) 21-14, 21-14 Greysia Polii/Apriyani Rahayu (#5) Vs Ng Wing Yung/Yuen Sin Ying 21-9, 21-10 Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta (#8) Vs Debora Jille/Imke Van Der Aar (Belanda) 21-8, 21-18

Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2018, Beban Terjal Skuat Muda Indonesia

Gregoria Mariska Tunjung bukanlah satu-satunya wakil Indonesia dalam Kejuaraan Dunia 2018. Di sektor tunggal putri, PBSI juga mengirimkan Fitriani. (Pras/NYSN)

Jakarta- Kejuaraan Dunia Bulutangkis (BWF World Championship 2018) bakal dihelat di Nanjing, China, 30 Juli – 5 Agustus. Indonesia mengirim 29 pemain terbaik pada laga yang dimainkan di Nanjing Youth Olympic Games Sports Park Arena itu. Pasukan Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta, bertolak ke China pada Sabtu (28/7). Di Negeri Tirai Bambu, peluang terbesar ada pada sektor ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran, sedangkan kesempatan di sektor tunggal putra dan putri sangat berat. Dua srikandi yakni Fitriani dan Gregoria Mariska Tunjung, menjadi andalan Indonesia di sektor tunggal putri. Mereka bakal berjibaku membawa pulang gelar juara. Di babak pertama (64 besar), Senin (30/7), Fitriani menantang Linda Zetchiri (ranking 42) asal Bulgaria. Keduanya belum pernah berjumpa. Jika melewati Linda, calon yang tak kalah berat menunggu atlet kelahiran Garut, Jawa Barat, 19 tahun silam ini. Wakil India Pusarla V. Sindu (ranking 3) yang dibabak pertama mendapatkan bye jadi lawannya. Sejauh ini, rekor pertemuan 4-0 untuk Sindhu. Terakhir, mereka bertemu di ajang Badminton Asia Team Championships 2018. Pemain asal PB Exist Jaya Jakarta itu kalah straight game, 13-21 dan 22-24. Hal serupa juga dialamai Gregoria (ranking 22) yang menjalani laga cukup terjal. Jika lolos dari hadangan wakil Skotlandia Kirsty Gilmour (ranking 24), di babak pertama, pemain tunggal kelahiran Wonogiri, Jawa Tengah, 18 tahun silam itu bakal berduel kontra Chen Yufei (ranking 5) asal China. Rekor pertemuan kedua pemain imbang 1-1. Pada ajang Badminton Asia Junior Championships 2016 (Individual Event), penghuni Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta itu kalah straight game, 23-25 dan 14-21. Namun, Gregoria berhasil membalas kekalahan atas Yufei, di ajang Indonesia Open 2017. Gregoria enggan berharap pada Kejuaraan Dunia 2018. Dia mengaku tujuan awalnya adalah memenangi laga pertama kontra Gilmour. Ia mengaku banyak melakukan persiapan untuk menjalani Kejuaraan Dunia 2018. Beberapa hal teknis sudah dipersiapkannya demi mendulang hasil positif. “Untuk latihan ada beberapa pendalaman soal teknik, tetapi yang lebih ditekankan soal gerak kelincahan dan kekuatan kaki,” ujar pemilik medali perak Kejuaraan Asia Junior 2016 itu menang rubber game, 17-21, 21-19, dan 21-19. Selain Fitriani dan Gregoria, pemain muda lainnya adalah duet Yantoni Edi Saputra/Marsheilla Gischa Islami, serta dobel junior, Siti Fadia Silva Ramadhanti/Agatha Imanuela. Gischa mengaku senang dan berjanji akan memanfaatkan kesempatan dengan sebaik-baiknya saat berlaga di kejuaraan dunia itu. Bagi mereka ini kejuaraan dunia pertama yang diikuti. “Persiapan jelang kejuaraan dunia berbeda dengan kejuaraan lain. Latihannya lebih intens dan ada program khusus,” ujar Gischa, Kamis (26/7). Ia menambahkan untuk meminimalisir kesalahan sendiri, dirinya melakukan latihan teknis yang terfokus pada kematangan pukulan. “Sedangkan latihan fisik diutamakan untuk kelincahan dan kekuatan kaki, supaya pergerakannya lebih cepat,” terangnya. Sementara itu, Susy Susanti, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PP PBSI, menerangkan para atlet sudah menunjukkan sikap siap bertanding. Ia berharap anak didiknya bisa memberikan yang terbaik. Dan untuk kejuaraan dunia kali ini pihaknya mengirimkan banyak skuat muda. “Target kami satu gelar. Harapannya bisa lebih dari satu. Kami tidak memfokuskan pasti dari ganda putra, bisa dari sektor mana saja,” cetusnya. (Adt) Skuad Tim Indonesia di World Championships 2018 : Tunggal Putra : Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, Tommy Sugiarto Tunggal Putri : Fitriani, Gregoria Mariska Tunjung Ganda Putra : Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Berry Angriawan/Hardianto, Wahyu Nayaka Arya Pankaryanira/Ade Yusuf Santoso Ganda Putri : Greysia Polii/Apriyani Rahayu, Rizki Amelia Pradipta/Della Destiara Haris, Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istarani, Siti Fadia Silva Ramadhanti/Agatha Imanuela Ganda Campuran : Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, Ronald Alexander/Annisa Saufika, Yantoni Edi Saputra/Marsheilla Gischa Islami