Resmi Terima Laporan APG 2018, Kemenpora Apresiasi INAPGOC

Kemenpora resmi menerima laporan APG 2018. (Kemenpora)

Jakarta- Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) resmi menerima hasil laporan akhir dari Tim Penyelesaian Laporan Akhir untuk Indonesia 2018 Asian Para Games, pada Jumat (21/6). Penyerahan itu dilakukan Ketua INAPGOC 2018, Raja Sapta Oktohari kepada Sekertaris Menteri Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora) Gatot S. Dewa Broto. Gatot mengapresiasi INAPGOC yang membuat gelaran Asian Para Games (APG) berlangaung sukses. Selain itu, Indonesia sebagai tuan rumah juga sukses dibidang prestasi olahraga. “Kami mengucapkan terima kasih kepada tim INAPGOC, yang telah menyelesaikan masalah distribusi aset BMN kepada sejumlah pihak terkait. Ini tidak hanya terkait dengan tindak lanjut temuan BPK, tetapi juga menunjukkan pada publik bahwa tim eks INAPGOC mampu membersihkan aset properti Asian Para Games pada pihak yang memang sangat membutuhkan,” ujar Gatot. Dalam kesempatan itu, Okto menyerahkan buku games legacy dan buku official report Asian Para Games 2018 kepada Gatot. Buku tersebut merupakan bagian dari sejarah olahraga Indonesia. “Ini menjadi acara sangat penting. Penyelenggaraan Asian Para Games 2018 berjalan dengan baik. Semoga ke depan ada event olahraga internasional, yang mana Indonesia bisa menjadi tuan rumah. Terima kasih kepada INAPGOC yang sudah bekerja dengan keras. Kami mengapresiasi, semoga jangan kapok untuk membantu Indonesia mempersiapkan event internasional lainnya,” tegas Gatot. Sementara itu, Okto juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan APG 2018. Ia sangat bersyukur pesta olahraga tersebut berjalan dengan baik. “Sampai dititik ini, ada catatan dua hal. Pertama, ini adalah ujian berat. Dan kedua adalah pembuktian. Ujian berat dengan waktu yang terbatas dan pengetahuan yang terbatas dan itu harus menyelesaikannya dengan tanggung jawab yang besar,” tutur Okto. “Kita mendapat hasil yang luar biasa. Pembuktian, Indonesia mampu menjadi tuan rumah yang baik. Kita siap menjadi tuan rumah pada Olimpiade dan Paralimpiade dimasa mendatang. Terima kasih kepada Bapak Menpora dan Bapak Sesmenpora,” terangnya. Menurutnya, seluruh capaian INAPGOC, utamanya sukses penyelenggaraan dan sukses legacy, dituangkan dalam buku laporan akhir Asian Para Games 2018 dan buku legacy Asian Para Games 2018. “Laporan akhir Asian Para Games 2018 disusun dalam bahasa Inggris sebagai tanggung jawab Indonesia pada Asian Paralympic Commitee. Sedangkan buku legacy Asian Para Games 2018, adalah persembahan untuk bangsa Indonesia, sebagai capaian sejarah baru kita semua dalam menjunjung nilai kemanusian dengan semangat olahraga,” tutup Okto. (Adt)

Terinspirasi Syuci Indriani Atlet Paragames Berprestasi, NPC Harapkan PPLP Disabilitas Usai APG 2018

Syuci Indriani penyandang tunagrahita dengan IQ di bawah 75. Syuci membela kontingen Indonesia menjadi atlet Para Renang dalam klasifikasi S14. Atlet berusia 17 tahun asal Riau ini menyumbang empat medali, bagi tim merah putih dalam ajang Asian Para Games 2018. (Riz/NYSN)

Jakarta- Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia sangat berharap kehadiran Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) yang khusus membina sekaligus menemukan atlet disabilitas nasional, pada tingkat provinsi di seluruh Indonesia. “Kami tak akan kesulitan untuk menemukan atlet disabilitas jika terdapat PPLP khusus di setiap provinsi. Sudah ada beberapa provinsi yang siap menyelenggarakan PPLP khusus disabilitas,” kata Ketua NPC Indonesia Senny Marbun, pada Jumat (18/10). Harapan kehadiran PPLP khusus disabilitas pada tingkat provinsi menyusul prestasi kontingen Indonesia dalam Asian Para Games 2018. Indonesia sukses memboyong 37 medali emas, 47 medali perak, dan 51 medali perunggu yang mengantarkan pada peringkat lima Asia. “Setelah ada PPLP di setiap provinsi, lalu akan digelar event pertandingan antar-PPLP. Atlet terpilih dari pertandingan itu lantas masuk Sekolah Khusus Olahraga (SKO) Disabilitas di Surakarta,” kata Senny. Keberadaan PPLP khusus disabilitas di tiap provinsi di Indonesia, menurut Senny, akan mendorong pembinaan dan pelatihan yang lebih terukur, komposisi data atlet yang lebih lengkap, serta kemampuan untuk mengukur kemampuan lawan dan diri sendiri melalui “sport intelligence” berdasarkan data atlet-atlet internasional. “Kami juga butuh dukungan menyeluruh dari semua pihak agar prestasi yang telah dicapai Indonesia dapat dipertahankan. Apalagi, kami menyiapkan diri jelang Paralimpiade 2020,” katanya. Salah satu atlet yang berprestasi dalam Asian Para Games 2018 dan masih teritung dalam usia sekolah adalah Syuci Indriani. Bila dilihat secara kasat mata, nyaris tak ada kekurangan dalam diri Syuci secara fisik. Ia sempurna, sama seperti manusia biasanya. Namun, remaja 17 tahun itu penyandang tunagrahita dengan IQ di bawah 75. Oleh karenanya, Syuci masuk dalam klasifikasi S14. Meski demikian, dara kelahiran Pekanbaru, Riau, 28 Januari 2001 ini menyabet empat medali, dengan rincian 2 emas, 1 perak, dan 1 perunggu. Dengan label menjadi atlet tersubur kontingen merah putih sepanjang event Asian Para Games 2018, anak ketiga dari empat bersaudara itu akhirnya berhak meraih bonus sebanyak Rp3,75 miliar. Sekedar catatan, saat berusia 6 tahun ia sudah mengenal olahraga renang dari sang ayah. Syuci pun memgaku bahwa olahraga renang menjadi cinta pertamanya. Bakat alaminya mengenai renang mulai terasah usai ia memasuki club renang di Riau. Bahkan ia pernah meraih medali emas untuk kejuaraan pertamanya di Olimpade Olahraga Siswa Nasional (O2SN). Untuk pendidikannya Syuci mengikuti sekolah pada umumnya, ia tak pernah masuk Sekolah Luar Biasa (SLB). Syuci kini tengah duduk di kelas 3 SMA Olahraga Provinsi Riau jurusan IPS. Orangtua Syuci sengaja tak memasukkan Syuci ke sekolah Luar Biasa, karena ia menderita tunagrahita. NPC Indonesia menyampaikan terimakasih kepada pemerintah, terutama Kementerian Pemuda dan Olahraga penyelenggaraan Asian Para Games 2018 di Jakarta serta pemberian bonus yang bernilai setara bagi atlet-atlet disabilitas. Senny berharap NPC Indonesia menjadi lembaga yang setara dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan mendapatkan bantuan dana bersumber dari Kemenpora setiap tahun. “Jika kami mendapat dukungan anggaran rutin tiap tahun yang mampu mencukupi kebutuhan, kami mungkin tak meminta kontribusi total sebesar 30 persen dari tiap bonus yang didapatkan atlet. Pengurus NPC juga tak perlu mengeluarkan dana pribadi, untuk pengembangan dan pembinaan olahraga disabilitas nasional,” katanya. Senny mengaku optimistis pemerintah akan memberikan dukungan anggaran bagi organisasi NPC Indonesia dan bukan hanya bagi pelatnas atlet-atlet disabilitas. Begitupula dengan dukungan dari pihak ketiga berupa sponsor. NPC Indonesia, sesuai anggaran dasar dan anggaran rumat tangga, memotong total 30 persen dari bonus yang diterima atlet-atlet disabilitas. Alokasinya, NPC pusat akan mendapatkan 15 persen, NPC Provinsi mendapatkan 10 persen, dan NPC kabupaten/kota mendapatkan lima persen dari bonus yang diperoleh setiap atlet. (Adt)

Ukir Prestasi Gemilang di Asian Para Games 2018, Atlet Para Atletik Bidik Paralimpiade 2020

Rica Oktavia peraih medali emas Asian Para Games 2018 dari kategori T20 putri. (suara.com)

Jakarta– Tim nasional (timnas) para atletik mengukir prestasi gemilang pada hajatan Asian Para Games 2018, edisi ketiga, pada 6-13 Oktober. Sapto Yogo Purnomo (lari 100 meter kategori T37) dan kawan-kawan sukses memanen 6 medali emas, 12 perak, dan 10 perunggu, di Main Stadium, Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta. Yang lebih membanggakan, terdapat tiga atlet yang prestasinya melampaui rekor Asia. Yakni, Rica Oktavia di kategori lompat jauh T20 putri. Kemudian Suparniyati di nomor tolak peluru F20 putri, serta Sapto Yogo Purnomo nomor lari 100 meter T37 putra. Purwo Adi Sanyoto, Pelatih Para Atletik National Paralympic Committee (NPC) Indonesia, akan mempersiapkan anak didiknya tersebut menuju Paralimpiade 2020, Tokyo, Jepang. “Kami ingin meloloskan para atlet ke Paralimpiade 2020. Tapi, memang untuk bisa menembus ke level dunia itu tidak mudah, terlebih bagi para penyandang disabilitas ini,” ujar Purwo, di Jakarta, Sabtu (13/10). “Karena para atlet ini harus terlebih dahulu mengikuti kejuaraan dunia, ataupun grandprix. Ini demi memenuhi kualifikasi Paralimpiade, dimana jadwalnya baru diumumkan pada 2019,” lanjutnya. Dia meminta kepada Sapto Cs untuk tidak cepat puas atas torehan prestasi tinggi di pesta multi sport bagi para penyandang disabilitas di kawasan Asia itu, yang secara resmi ditutup pada akhir pekan ini. “Kejar prestasi hingga ke level tertinggi,” cetusnya. Sedangkan bagi atlet yang belum mendapatkan medali, Purwo meminta untuk tidak mudah berputus asa, dan harus dijadikan motivasi dalam meraih prestasi yang lebih baik kedepannya. “Secara keseluruhan kami puas dengan pencapaian para atlet di Asian Para Games 2018 ini. Sebab, sesuai dengan target, bahkan ada yang melebihi ekspektasi. Pencapaian kali ini mengalami peningkatan dibandingkan sebelumnya,” tukas Purwo. (Adt)

Gagal Raih Emas di Perorangan, Tidak Menghentikan Leani Untuk Meraih Medali Emas Bersama Khalimatus

Leani Ratri Oktila dan Khalimatus Sadiyah Sukohandoko, meraih medali emas pada sektor ganda putri Bulutagkis SL3-SU5. (Rizal/NYSN)

Jakarta- Leani Ratri Oktila, pebulutangkis tunggal putri Indonesia kategori SL4, gagal mengukir medali emas cabang para bulutangkis, di Istora, Kompleks Gelora Bung Karno(GBK) Senayan, Jakarta, pada Jumat (12/10). Pada partai utama yang dihelat pukul 14.00 WIB, ia takluk dari wakil China Hefang Cheng, lewat duel rubber game, dengan skor 21-19, 18-21, 13-21. Yunita Ambar Wulandari, Pelatih Tunggal Para Bulutangkis, mengatakan anak didiknya tersebut sudah berusaha tampil maksimal. Menurutnya, Leani memang tidak ditargetkan meraih medali emas di nomor perorangan. “Dia memang sudah maksimal dan memang sebelumnya nomor tunggal tidak ditargetkan emas,” ujar Ambar, di Istora Senayan, Jakarta. Gagal meraih emas di perorangan, tak mengundurkan semangat Leani untuk mencetak prestasi gemilang di sektor ganda SL3-SU5. Berduet dengan Khalimatus Sadiyah Sukohandoko berhasil membayar kekecewaannya. Di babak final, yang memainkan pertandingan pada pukul 17.30 WIB, Leani/Sadiyah sukses membungkam perlawanan wakil China Hefang Cheng/Huihui Ma, straight game, 21-15, 21-12. Usai pertandingan, Leani/Sadiyah mengungkapkan kegembiraannya karena mampu menumbangkan dobel China. “Sebelumnya saya minta maaf atas kegagalan saya di partai final tunggal. Saya gagal menang atas Cheng Hefang,” tutur Leani. Ditambahkan wanita kelahiran 6 Mei 1991 itu, dirinya bersama kolega tampil tanpa beban, dan bermain all out guna memenangkan pertandingan kali ini. Sementara itu, Sadiyah mengaku bersyukur bisa memenangi laga dari pasangan Negeri Tirai Bambu itu, dan sukses meraih medali emas di hajatan Asian Para Games 2018. Keberhasilan ini sekaligus membalas kekalahan Leani/Sadiyah dari Cheng/Huihui pada kejuaraan dunia, tahun lalu. “Syukur Alhamdulillah, bisa menang dari pasangan China, Cheng Hefang/Huihui Ma, sebab di pertemuan sebelumnya, di kejuaraan dunia tahun lalu, kami kalah,” tukas Sadiyah. (Adt)

Tak Pikirkan Paralimpiade 2020 Tokyo, Tim Wheelchair Basketball Indonesia Langsung Fokus ke ASEAN Para Games di Filipina

Indonesia vs Thailand di ajang Asian Para Games 2018 (Rizal/NYSN)

Jakarta- Tim nasional (Timnas) wheelchair basketball Indonesia telah menuntaskan seluruh pertandingan di pesta multi sport terbesar bagi para penyandang disabilitas di kawasan Asia. Selama berlaga di ajang Asian Para Games 2018, Donald Pura Santoso dan kawan-kawan tak sekalipun meraih kemenangan. Terakhir, mereka harus mengakui ketangguhan Malaysia, pada Jumat (12/10), di Hall Basket, Kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, dengan skor 23-79. Hasil itu membuat anak didik Fajar Brillianto berada diposisi paling buncit dari 10 tim peserta yang berlaga di cabang olahraga basket kursi roda (wheelchair basketball) Asian Para Games 2018. Sebelumnya, di pertandingan perdana, pada Minggu (7/10), Indonesia takluk dari Iran, dengan skor 17-117. Kekalahan skuat Garuda berlanjut di pertandingan kedua, pada Selasa (9/10), saat berjumpa dengan China. Danu Kuswantoro Cs kalah dengan skor 20-106. Hasil negatif juga dialami Indonesia ketika berhadapan dengan Irak. Mereka tak berdaya menghadapi salah satu negara di kawasan Timur Tengah itu, dengan skor 27-97. Ketika ditanya akan dibawa kemana timnas basket kursi roda (wheelchair basketball) Indonesia usai Asian Para Games 2018, Fajar mengatakan pihaknya belum memikirkan untuk membawa Donald Cs ke ajang Paralimpiade di Tokyo, Jepang, pada 2020. “Kalau untuk ke depan, kami belum memikirkan untuk membawa tim ke pertandingan di Tokyo 2020,” ujar Fajar, Jumat (12/10). Pihaknya, diakui Fajar, akan fokus membawa anak didiknya tersebut melakukan persiapan menghadapi ASEAN Para Games yang dihelat di Filipina, pada awal 2020. “Kami menargetkan untuk mengejar untuk ASEAN Para Games 2020 di Filipina. Target kami adalah ke ajang itu,” tukas Fajar. Sementara itu, Donald menyebut Indonesia butuh melakukan seleksi lagi untuk menghadapi event selanjutnya, dengan usia pemain yang lebih muda. Menurutnya, selain bisa menambah kekuatan juga untuk regenerasi. Apalagi, antusiasme masyarakat dengan olahraga basket sangat luar biasa. Ini bisa terlihat dari antusiasme penonton yang hadir di Hall Basket Senayan pada setiap Indonesia bertanding. Tribun Hall Basket berkapasitas hampir 3.000 itu selalu dipenuhi penonton. “Euforianya di sini luar biasa. Saya belum pernah melihat sepeti ini selama saya di Amerika. Terima kasih atas dukungannya,” cetus Donald yang tinggal lama di Negara Paman Sam itu. “Saya tidak beban menjadi tumpuan tim. Semua sebenarnya bergantung pada skema offense-nya. Jika semua berjalan lancar, semua pasti berakhir dengan poin,” tambah pria penyumbang total 58 poin dari total 97 poin dicatatkan selama Asian Para Games 2018 itu. (Adt)

Besok Bonus Atlet dan Pelatih Asian Para Games 2018 Cair, Ini Besarannya

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi saat memberikan informasi terkait bonus atlet dan pelatih Asian Para Games 2018. (Rizal/NYSN)

Jakarta- Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan olahraga (Kemenpora) secara resmi mengumunkan besaran bonus untuk atlet dan pelatih Asian Para Games 2018. Nilai bonus yang diberikan kepada atlet penyandang disabilitas itu setara dengan peraih medali medali Asian Games 2018, Jakarta-Palembang. Hal itu dikatakan Imam Nahrawi, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), di GBK Arena, Senayan, Jakarta, pada Jumat (12/10). “Pemerintah telah menyiapkan bonus sebagai bentuk apresiasi kepada para atlet yang telah mengorbankan segalanya demi mengharumkan nama bangsa,” ujar menteri berusia 45 tahun itu. “Pencairan akan dilakukan besok (Sabtu, 13/10), sebelum keringat mengering sesuai arahan Presiden Joko Widodo dan nanti akan diberikan di Istana Negara. Nominal tersebut bersih setelah dipotong oleh pajak dan jumlahnya tidak berbeda dengan bonus yang diberikan kepada atlet-atlet Asian Games 2018 karena ini adalah rangkaian pesta olahraga terbesar se-Asia,” lanjutnya. Selain itu, pemerintah, tambah Imam, juga akan memberikan rumah dan pengangkatan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). “Tapi, bagi atlet yang berusia di atas 35 tahun, maka akan dialihkan menjadi pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN),” urainya. Imam menjelaskan terhitung per 12 Oktober 2018 pukul 13.00 WIB, total Indonesia telah mengoleksi 24 emas, 34 perak, dan 39 perunggu. “Target Indonesia meleset, tapi meleset ke atas. Alhamdulillah,” imbuhnya. Menurut menteri yang hobi bulutangkis itu, total raihan tersebut adalah sejarah baru bagi Indonesia. Sebab, ungkapnya, di ajang Asian Para Games 2010, Guangzhou, China, Indonesia meraih 11 medali, yakni 1 medali emas, 5 perak, dan 5 perunggu. “Sedangkan pada Asian Para Games 2014, Incheon, Korea Selatan, total raihan Indonesia adalah 38 medali, yaitu 9 medali emas, 11 perak, dan 18 perunggu,” jelas Imam. Selain sukses meraih medali, suami dari Shobibah Rohmah itu, mengungkapkan terdapat sejarah lainnya dari para pahlawan olahraga disabilitas itu. “Atletik bisa ‘pecah telur’ medali di Asian Para Games. Bahkan menjadi cabang olahraga yang paling banyak menyumbangkan medali bagi Indonesia dengan 6 medali emas, 11 perak, dan 8 perunggu. Ada pula Rica Octavia yang memecahkan rekor Asia di nomor lompat jauh T20 Putri dengan lompatan sejauh 5,25 meter. Prestasi ini melewati Siti Noor Radiah asal Malaysia dengan lompatan sejauh 5,20 meter,” terangnya. “Kemudian, Putri Aulia memecahkan rekor Asian Para Games di nomor lari 100 meter T13 putri dengan catatan waktu 12,49 detik. Ia melampaui rekor pelari China Zhu Lin 13,13 detik. Indonesia juga menyapu bersih di nomor lari 100 meter T13 Putri (Putri Aulia, Ni Made Ariani Putri, Endang Sari Sitorus),” tegasnya. Sedangkan Sapto Yogo Purnomo, terang Imam, memecahkan rekor Asia di nomor lari 100 meter T37 putra dengan catatan waktu 11,49 detik, melampaui rekor pelari China Yongbin Lian dengan waktu 11,51 detik. “Karisma Evi Tiarani juga memecahkan rekor Asia di nomor lari 100 meter T47/T63 putri dengan catatan waktu 14,93 detik, mengungguli rekor pelari Jepang Kaeda Maegawa yang membuat catatan waktu 16,74 detik,” tukas menteri alumni Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangkalan, Madura, Jawa Timur, 1989-1991 itu. (Adt) Besaran Bonus Asian Para Games 2018 (Keputusan Menteri Pemuda dan Olahraga Nomor 63 Tahun 2018): 1. Atlet Perorangan: Emas : Rp 1,5 miliar Perak : Rp 500 juta Perunggu : Rp 250 juta 2. Atlet Ganda: Emas : Rp 1 miliar per orang Perak : Rp 400 juta per orang Perunggu : Rp 200 juta per orang 3. Atlet Beregu: Emas : Rp 750 juta per-orang Perak : Rp 300 juta per orang Perunggu : Rp 150 juta per orang 4. Pelatih Perorangan/Ganda: Emas : Rp 450 juta Perak : Rp 150 juta Perunggu : Rp 75 juta 5. Pelatih Beregu: Emas : Rp 600 juta Perak : Rp 200 juta Perunggu : Rp 100 juta 6. Pelatih untuk medali kedua dan seterusnya: Emas : Rp 225 juta Perak : Rp 75 juta Perunggu : Rp 37,5 juta 7. Asisten Pelatih Perorangan/Ganda: Emas : Rp 300 juta Perak : Rp 100 juta Perunggu : Rp 50 juta

Unggulan Satu Tersungkur, Dwiyoko/Fredy Setiawan Tembus Semifinal Bulutangkis Asian Para Games 2018

Ukun Rukaendi/Hary Susanto memberi selamat kepada pasangan Korea Selatan (Korsel) Sun Woo Jeon/Dong Jae Joo setelah takluk di laga perempat final cabang olahraga bulutangkis kategori SL3-SL4 (kecacatan kaki), di Istora Senayan, Jakarta (11/10). (Rizal/NYSN)

Jakarta- Duet Ukun Rukaendi/Hary Susanto harus menelan pil pahit saat melakoni laga perempat final cabang olahraga bulutangkis kategori SL3-SL4 (kecacatan kaki), di Istora Senayan, Jakarta, pada Kamis (11/10). Ganda utama Indonesia yang menempati unggulan satu itu secara mengejutkan dikalahkan wakil Korea Selatan (Korsel) Sun Woo Jeon/Dong Jae Joo, dalam pertarungan rubber game. Sempat mengunci gim pertama, dengan skor 21-17, namun Ukun/Hary gagal mengamankan gim kedua. Mereka kalah dengan skor tipis 20-22. Memainkan gim penentu, duel kedua pasangan berlangsung sengit. Bahkan, saling serang mewarnai laga krusial tersebut. Namun, akibat pengembalian bola yang kurang sempurna dari kubu Indonesia, membuat Sun/Dong memastikan bahwa tiket semifinal bagi pasangan Rukaendi/Hary Susanto usai, dan pertarungan ditutup dengan skor 18-21. Usai laga, Ukun mengatakan ia bersama kolega sudah berusaha semaksimal mungkin untuk bisa memenangan laga ini. Namun, menurutnya, performa lawan jauh lebih bagus. “Kami sudah berusaha untuk bisa meraih kemenangan. Tapi, memang lawan mainnya lebih bagus. Gim kedua kami sudah unggul. Mungkin karena kurang konsentrasi, apalagi ada pengaruh angin juga, sehingga kami gagal memenangkan gim kedua,” ujar Ukun. Dijelaskan Ukun, terakhir mereka bertemu di ajang Thailand Open 2018, dan berhasil meraih kemenangan dari pasangan Negeri Ginseng itu. “Permainan mereka dipertandingan kali ini berbeda pada saat bertemu di Thailand. Tadi, mereka mainnya cepat dan jarang membuat kesalahan sendiri,” cetus Ukun. Di pertandingan lain, dobel Dwiyoko/Fredy Setiawan berhasil lolos ke semifinal. Pasangan Indonesia yang diplot sebagai unggulan dua itu tanpa kesulitan menaklukan Hsing Chih Huang/En Chuan Yeh asal Taiwan, straight game, 21-15, 21-4. “Permainan tadi banyak nyerang, karena kami tahu kualitas lawan. Apalagi kami sudah sering bertemu. Di gim pertama, kami masih harus beradaptasi, sebab anginnya sering berubah-ubah,” terang Fredy. “Di gim kedua, kami sudah paham sama angin, dan lebih waspada. Sehingga bisa menang mudah dari lawan,” lanjutnya. Gagalnya Ukun/Hary mengantongi tiket semifinal, membuat Dwiyoko/Fredy menjadi satu-satunya harapan Indonesia untuk bisa mendulang medali emas. “Kami tidak ingin menjadikan ini sebagai beban. Tetap percaya dan berusaha semaksimal mungkin,” tambahnya. “Pertandingan berikutnya bertemu dengan wakil India (Pramod Bhagat/Manoj Sarkar). Kami juga sudah sering bertemu, dan menang terus melawan mereka. Harus semakin yakin kalau Indonesia bisa juara, dan meraih emas,” tukas Fredy. (Adt)

Takluk Dari Negeri Gajah Putih Akibat Kelelahan, Timnas Wheelchair Basketball Indonesia Janji Tampil All Out di Partai Pamungkas Kontra Irak

Indonesia vs Thailand di ajang Asian Para Games 2018 (Rizal/NYSN)

Jakarta- Tim nasional (Timnas) wheelchair basketball putra Indonesia harus menelan kekalahan ketiga saat berhadapan dengan Thailand, di Hall Basket, Kompleks Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, pada Rabu (10/10). Donald Pura Santoso dan kawan-kawan tampil kurang greget saat meladeni skuat Negeri Gajah Putih. Hasilnya, Indonesia harus takluk dengan skor 10-62. Sebelumnya, berdasarkan catatan, tim wheelchair Indonesia sudah dua kali berjumpa dengan Thailand. Pertemuan pertama yakni di kualifikasi Asian Para Games 2018, Maret lalu. Ketika itu, Danu Kuswantoro Cs kalah dengan skor 17-82. Perjumpaan kedua terjadi di Invitation Tournament. Indonesia kembali tumbang dengan skor 12-60. Nuruz Zaman, Asisten Pelatih Timnas Wheelchair Basketball Putra Indonesia, mengakui bila anak didiknya itu tampil kurang semangat ketika melawan Thailand. “Mereka kelelahan. Saya melihat beberapa pemain juga tidak disiplin memanfaatkan waktu istirahat,” ujar Nuruz usai laga, Rabu (10/10). “Ini kelihatan ketika masuk lapangan, kurang bergairah, tidak seperti saat melawan Iran atau China. Meski kalah dari Iran atau China, tapi pemain bisa mengeluarkan semangat perlawanan yang luar biasa. Mereka kelihatan dari mulai masuk lapangan,” lanjutnya. Di Pertandingan terakhir penyisihan Pool A, skuat Merah Putih akan menghadapi Irak. Nuruz meminta punggawanya bermain maksimal. Sebab, mereka ditonton ratusan orang yang hadir ke Istora Senayan, serta memberikan dukungan semangat tak putus selama Donald Cs melakoni pertandingan. “Kami akan berusaha yang terbaik, tapi kalau untuk memberikan kemenangan, kami tidak janji,” cetusnya. Menurutnya, secara kualitas permainan tim Indonesia masih di bawah Irak. Terlebih, tambah Nuruz, dengan postur tubuh pemain Irak yang tinggi dan besar, maka akan sangat sulit pemain Indonesia mengimbangi lawan. “Pemain Irak memiliki keunggulan yang sama dengan Iran. Kami sudah siapkan strategi untuk meredam keunggulan postur tubuh dan power pemain Irak,” terangnya. “Kami akan berusaha menahan pemain Irak agar tidak mudah masuk dan berada di bawah ring. Pemain harus jaga zona, pertahanan di zona three point saat ditekan,” tukas Nuruz. (Adt)

Buah Latihan dan Kerja Keras, Catur Borong 6 Medali Emas Asian Para Games 2018

Hendy Wirawan (tengah) meraih medali emas cabang olahraga catur Asian Para Games 2018, di GOR Cempaka Putih, Jakarta, Rabu (10/10). (INAPGOC)

Jakarta – Cabang olahraga catur berhasil meraih enam medali emas pada hari keempat hajatan Asian Para Games 2018, di Gelanggang Olahraga (GOR) Cempaka Putih, Jakarta, pada Rabu (10/10). Pecatur tuan rumah menjadi kampiun dari kategori standar perorangan (VI-B1) putra dan beregu putra (VI-B1) atau buta total. Hendy Wirawan berhak atas medali emas setelah mengemas 5,5 poin akhir melewati torehan pecatur yang sebelumnya mengalahkannya di putaran keenam asal Filipina, Francis Ching, yang meraih 5 poin. Dengan total raihan 10,5 bersama pecatur andalan Edy Suryanto, membuat Indonesia meraih medali emas di kategori VI-B1. “Keberhasilan ini merupakan kerja keras latihan selama ini. Saya senang dapat memberikan medali emas untuk kontingen Indonesia,” ujar Edy usai memastikan poin tertinggi 5 sekaligus mengunci gelar juara. Sebelumnya, empat medali emas diraih dari kategori beregu putri VI-B1 (buta total), dan PI (daksa) standar perorangan putri. Debi Ariesta mendominasi pertandingan standar perorangan putri setelah tidak terkalahkan dalam pertandingan tujuh putaran. Dipertandingan lain, Debi bersama Tati Karhati juga berhasil mempersembahkan emas beregu setelah mengemas total 12,5 poin tim. Sedangkan Simanja Nasip Farta mendominasi kategori PI perorangan putri. Simanja bersama Roslinda Br Manurung juga memastikan medali emas di nomor beregu. Debi mengatakan kemenangannya ini, ia dedikasikan untuk masyarakat Indonesia. “Lega dan bahagia sekali dapat merebut emas. Kemenangan ini untuk seluruh bangsa Indonesia,” cetus Debi. Sementara itu, Heri Isranto, Manajer Catur Indonesia, mengungkapkan sejak awal pihaknya meyakini bisa melampaui target emas. “Ini buah latihan keras dan kebersamaan yang selalu kami tanamkan dalam persiapan,” tegasnya. Ia menambahkan Indonesia masih memiliki peluang meraih medali emas dari nomor catur cepat. “Masih ada catur cepat yang tentunya juga tidak boleh dilewatkan untuk terus meraih medali. Semoga bisa kembali meraih medali emas, karena Indonesia juga kuat di catur cepat ini,” tukas Heri. (Adt)

Sapto Yogo Purnomo, Pemuda Asal Purwokerto Ini Berhasil Memecahkan Rekor Asia dan Meraih Medali Emas di Asian Para Games 2018

Sapto Yogo Purnomo meraih medali emas setelah membukukan catatan waktu 11,49 detik, sekaligus memecahkan rekor Asia, di Main Stadium, Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, Selasa (9/10). (Kemenpora)

Jakarta- Kontingen Merah Putih kembali menambah pundi medali emas di Asian Para Games 2018. Kali ini, Sapto Yogo Purnomo, yang turun di cabang atletik nomor lari 100 meter kelas T37, pada Selasa (9/10). Ia menjadi yang tercepat usai menciptakan catatan waktu 11,49 detik, di Stadium Utama, Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, dan berhak meraih medali emas. Sedangkan atlet Iran Davoudali Ghasemi yang terpaut 0,48 detik dari Sapto, harus puas mendapatkan medali perak, sedangkan medali perunggu diraih oleh Ali Anakhli (Arab Saudi), setelah membukukan catatan waktu pada 12,01 detik. Kemenangannya yang diraih Sapto makin lengkap. Sebab, catatan waktu yang ditorehkannya berhasil memecahkan rekor Asia milik Yongbin Liang asal China, dengan catatan waktu 11,51 detik saat berlaga di Paralimpiade 2012, London, Inggris. “Soal pecahkan rekor Asia sebenarnya saya tidak percaya. Yang saya pikirin cuma lari saja dari awal, dan ingin menjadi nomor satu,” ujar Sapto, usai lomba. Atlet kelahiran Purwokerto, Jawa Tengah, 17 September 1998 itu menegaskan sejak awal kalau dirinya memang ditargetkan untuk meraih medali. “Terima kasih semuanya, saya senang sekali. Terima kasih juga dukungan dari saudara yang sudah nonton langsung maupun tidak langsung,” jelasnya. “Ini memang sesuai target awal, yakni meraih medali,” tambah Sapto. (Adt)

Atlet Berjilbab 21 Tahun Tak Menyesal Gagal di Asian Para Games 2018, Menpora: Judo Harus Cari Terobosan

Jakarta- Miftahul Jannah, atlet blind judo Indonesia, mengaku tak menyesal harus gagal bertanding pada babak 16 besar, di kelas 52 kg putri kategori low vision Asian Para Games 2018. di JIExpo Kemayoran, Jakarta, pada Senin (8/10). Miftah, sapaanya, didiskualifikasi jelang tampil lantaran ia menolak membuka hijab saat bersiap menghadapi Oyun Gantulga, asal Mongolia. Sesuai regulasi Federasi Judo Internasional (JJF), memang terdapat aturan yang tidak memperbolehkan atlet judo mengenakan penampahan busana atau atribut di kepala saat tampil, termasuk jilbab. Hal itu dinilai bisa membahayakan atlet judo, akibat leher tercekik atau cedera lainnya, di bagian kepala. “Rasa menyesal tidak ada, itu sudah jadi pendirian Miftah. Pelatih tidak memberitahu ke Miftah kalau ada aturan membuka jilbab sebelum pertandingan dimulai,” ujar Miftah, di GBK Arena Senayan, Jakarta, Selasa (9/10). “Tapi, ketika mendengar di technical meeting, ada aturan yang melarang pemakaian jilbab, ya sudah Miftah memegang prinsip tak ikut bertanding jika harus buka jilbab,” lanjutnya. Atlet disabilitas kelahiran Aceh Besar, 4 Mei 1997 itu, menegaskan regulasi harus ditegakkan, namun ia menilai prinsip keyakinannya juga harus dihormati.nij “Miftah ingin mempertahankan prinsip. Ini tidak hanya untuk Miftah sendiri, tapi untuk atlet-atlet muslimah lainnya, agar mereka bisa terus mempertahankan jilbabnya,” tambah peraih medali emas Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2016, Bandung, Jawa Barat (Jabar) itu. Sementara itu, Imam Nahrawi, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), berharap federasi judo internasional mencari terobosan agar membuat hijab yang bisa dimodifikasi, sehingga bisa dipakai oleh para pejudo wanita, tanpa melepas indentitasnya sebagai muslimah. “Harapanya adalah kedepan Federasi Judo Internasional bisa membuat regulasi yang lentur. Penggunaan jilbab bagi atlet muslimah harusnya ada dengan desain yang tidak membahayakan, seperti pada cabang olahraga lainnya,” cetus menteri yang hobi bermain bulutangkis itu. Menteri asal Bangkalan Madura, Jawa Timur itu, menegaskan pemerintah dan semua pihak harus menghormati keputusan dara yang pernah mengikuti program pertukaran pelajar Inggris-Amerika-Indonesia pada 2015, untuk tidak bertanding karena memegang teguh prinsip. “Pemerintah dan kita semua harus menghormati Miftah yang memegang teguh prinsip. Ini menjadi pelajaran berharga untuk kita semua. Dan, regulasi yang ada harus membuat rasa aman dan nyaman bagi para atlet,” tukas suami dari Shobibah Rohmah itu. (Adt)

Pernah Aktif di Bowling dan Bulutangkis, Mella Windasari Raih Emas di Lawn Bowls

Mella Windasari menambah perbendaharaan medali emas Asian Para Games 2018 dari cabang olahraga Lawn Bowls, pada Senin (8/10). Atlet berusia 34 tahun itu, meraih emas di nomor tunggal putri di kelas B6. (INAPGOC)

Jakarta- Indonesia kembali menambah perbendaharaan medali emas Asian Para Games 2018 melalui Mella Windasari dari cabang olahraga Lawn Bowls, pada Senin (8/10). Atlet berusia 34 tahun itu, meraih medali emas di nomor tunggal putri di kelas B6, setelah mencetak poin sempurna sebanyak tiga kali. Tampil di Stadion Hoki, Kompleks Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta. Mella, sapaanya, sukses menyingkirkan atlet Indonesia, yakni Retnowati Yugia Sibarani dengan skor 21-4. Lalu, ia mengandaskan Faridah Binti Saleh asal Singapura dengan skor 21-2, dan wakil Hongkong, Tsz Wong Sum dengan skor 21-6. Sementara itu, di laga penentuan, Mella menekuk Rattna’Aizah Mohd Idris dari Malaysia, dengan skor 15-8. Berkat empat kemenangan telak itu, membuat total raihan angka Mella tak saingi oleh para lawannya. Padahal, Mella masih menyisakan satu pertandingan tersisa, melawan Jang Sun-Bun asal Korea Selatan (Korsel). Namun, laga itu tak memiliki pengaruh apapun bagi Mella untuk mengamankan medali emas. Kiprah Mella di lwan bowls belum terlalu lama. Terhitung setahun terakhir ini ia serius menekuni olahraga bowling lapangan itu. Sebelumnya, Mella aktif di cabang bowling dan bulutangkis. Ia bahkan tak menyangka, dirinya bisa mengukir prestasi menawan di Asian Para Games 2018 ini. “Saya kan masih baru, sedangkan yang lain sudah 10-15 tahun. Kalau target pribadi nggak ada, cuma kalau untmuk setiap pertandingan saya selalu ingin menang,” tukas Mella. (Adt)

Anak Penjual Tempe Raih Emas Asian Para Games 2018, Suparniyati: Ini Hasil Buruk

Suparniyati, atlet tolak peluru putri kategori F20 (keterbatasan kecerdasan/IQ), sukses menggenggam medali emas Asian Para Games 2018. Namun, wanita kelahiran Riau, 18 Agustus 1993 itu gagal memecahkan rekor. (Kemenpora)

Jakarta- Suparniyati, atlet tolak peluru putri kategori F20 (keterbatasan kecerdasan/IQ), sukses menggenggam medali emas Asian Para Games 2018. Namun, ia menyebut ini adalah hasil buruk. Mengapa? Meski sukses di pesta multi sport terbesar bagi para penyandang disabilitas se-Asia itu, Suparniyati mengaku prestasinya belum maksimal. Melakoni pertandingan di Main Stadium, Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, pada Senin (8/10), wanita kelahiran Riau, 18 Agustus 1993 itu, naik podium utama usai mengunci tolakan sejauh 10,75 meter. Berkaca pada ASEAN Para Games 2017, Kuala Lumpur, Malaysia, ia mampu memecahkan rekor Asia sejauh 11,03 meter. Torehan gemilang di Negeri Jiran itu menggeser rekor sebelumnya milik Nursuhana binti Ramlan (Malaysia) sejauh 10,71 meter yang diciptakan pada 2012. Saat latihan, ia mengaku pernah melempar sampai jarak 11 meter. “Ini buruk karena tak memecahkan rekor saya sendiri, yakni 11,03 meter di ASEAN Para Games 2017,” ujarnya, Senin (8/10). “Ini Asian Para Games pertama saya.Saya sangat bahagia meski tak sesuai keinginan melewati rekor di Malaysia,” lanjutnya. Sementara itu, atlet Indonesia Tiwa harus puas merebut medali perunggu setelah hanya mampu membuat tolakan sejauh 6,44 meter. Dan, Hiromi Nakada membawa pulang medali perak dengan tolakan sejauh 10,29 meter. Sejatinya Suparniyati adalah seorang anak penjual tempe. Hal itu terungkap dari salah satu akun Facebook Dit.PPKLK, “Suparniyati, anak dari seorang penjual tempe asal Riau ini merupakan salah satu atlet tolak peluru asal Indonesia”. “Hebatnya, segala keterbatasan yang dimilikinya tidak membuat Suparni berkecil hati,” tulisnya. Prestasi yang ditorehkan bukanlah produk instan. Ia sudah berlatih keras sejak mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar (SD). Seiring waktu, kemampuannya terasah. Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XIV, Riau 2012, menjadi pengalaman Suparniyati dalam mengasah kemampuan di level nasional. Kemudian berlanjut di ajang yang sama pada 2016 di Jawa Barat (Jabar). Pada Peparnas edisi kesepuluh itu, ia meraih dua medali emas dan satu perak. Sedang sang pelatih Purwoko, menegaskan bila anak didiknya tersebut memang ditargetkan membawa pulang medali. Dan, Suparniyati sukses menjawab tantangan itu. Ia berharap medali emas yang didapat di cabang atletik menjadi virus positif bagi atlet di cabang olahraga lainnya. “Untuk emas pertama hari ini cukup membanggakan,” cetusnya. “Mudah-mudahan bisa menambah motivasi bagi atlet atlet yang bertanding hari ini,” tukas Purwoko. (Adt)