Tim Poomsae RTA Harumkan Kota Pematangsiantar di Kejurda

Tim Poomsae RTA Harumkan Kota Pematangsiantar di Kejurda

Tim Poomsae Rahmat Taekwondo Academy (RTA) yang merupakan pelajar Kota Pematangsiantar sukses memborong sejumlah medali saat mengikuti Kejuaraan Daerah se-Sumatera Utara bertajuk Taekwondo Poomsae Championship 2020, pada tanggal 14-15 November 2020 di Medan. Taekwondo Poomsae Championship 2020 digelar dalam rangka memperebutkan Piala BNN Provinsi Sumatera Utara dengan kelas pemula, kadet,  junior, dan senior. Kejuaraan diselenggarakan di gedung Disporasu jalan William Iskandar (Pancing), Kota Medan. Rahmat P. Sitanggang, SE, selaku Ketua dan Pemilik RTA, dalam keterangannya pada awak media menyambut baik Taekwondo Poomsae Championship 2020 yang diselenggarakan oleh BNN Sumut. “Mantap lae, mudah-mudahan dengan berolahraga anak anak bias dijauhkan dari bahaya narkoba,” ujar Rahmat, dilansir Hetanews.com. Atas prestasi yang diraih oleh anak asuhnya, RTA diundang oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Siantar untuk memberikan apresiasi atas prestasi yang diraih. Rahmat dan tim memenuhi undangan tersebut dan telah mengunjungi Kepala Dinas Pendidikan Kota Siantar di Kantor Dinas Pendidikan jalan Siatas Barita pada Senin (23/11/2020) pukul 09.00 WIB. “Anak-anak yang juara akan mendapat prioritas untuk masuk ke sekolah-sekolah negeri melalui jalur prestasi,” tambah Rahmat. Adapun peraih medali emas adalah Lionel, Jhie Jhie, Bagas Nainggolan dan M Azlan Halawa. Sementara untuk medali perak diborong oleh Anggie Michelle Siburian, Jhue Jhue, Ortiz Saragih, Wandaniel Purba, Paskah Andika Putra, Arziein Nainggolan, Rangga Purba, dan M Zidan Artha Sirait. Seluruh atlet-atlet di atas adalah anak-anak pelajar Kota Siantar. Rahmat berharap kedepan, dari Kota Siantar ini akan lahir bibit bibit unggul untuk menjadi atlet nasional yang tidak saja mengharumkan nama Kota Siantar, namun juga nama Indonesia dikancah kejuaraan internasional. Kadisdikjar Siantar, Rosmayana, ketika dihubungi awak media ini menyambut positif dan bangga atas prestasi para pelajar yang telah mengharumkan nama kota ini. Rosmayana berpesan supaya tetap menjunjung tinggi sportivitas dan tetap mengikuti pembelajaran baik daring maupun luring. “Pesan saya supaya anak anak tetap menjunjung tinggi sportitas dalam tiap pertandingan, tetap jaga kesehatan dengan makan bergizi dan istrahat cukup serta jangan lupa tetap mengikuti pembelajaran baik daring maupun luring. Tetap semangat latihan juga ya,” pesan Rosmayana.

Atlet Junior Taekwondo Baladhika Club Kota Tangsel Sabet 14 Medali

Atlet Junior Taekwondo Baladhika Club Kota Tangsel Sabet 14 Medali

Atlet junior cabang olahraga Taekwondo dari Taekwondo Baladhika Club Kota Tangerang Selatan mampu menorehkan prestasi dalam kejuaran Indonesia Poomsae Championship 2020. Sebanyak 14 atlet berhasil menyumbang 14 medali pada kejuaraan yang diselenggarakan secara virtual tersebut. Secara keseluruhan, Taekwondo Baladhika Club mampu menyumbang 17 medali. 3 medali mampu diraih dari kategori senior usia 18-30 tahun. Untuk kategori senior usia 18-30 tahun putri, Devina Yulia berhasil mencatatkan namanya sebagai peraih medali perak disusul oleh Olivia Jovita Rahman dengan raihan medali perunggu. Sementara untuk kategori senior usia 18-30 tahun putra, Rachmat Gilang Maulana mampu tampil sebagai juara 3 dan berhak atas medali perunggu. Sanim Charlie Tanod menyematkan secara langsung Mendali kepada 17 Atlet Muda Taekwondo Baladhika Club Kota Tangsel, yang berlangsung di Baladhika Club Unit Pamulang Sport Centre, Minggu Sore, (6/9/2020). “Ya Alhamdulillah, dari 25 atlit yang kami turunkan mengikuti Kejuaraan Indonesia Poomsae Championship 2020, 17 atlet meraih medali, yaitu lima medali emas, lima medali perak dan tujuh medali perunggu,” ujar Sanim seperti dilansir Tangerangonline.id. Menurut Sanim Charlie Tanod, kejuaraan taekwondo khusus Poomsae, dengan sistem online ini sangat bagus untuk menjaga motivasi atlit sehingga mereka tetap berprestasi ditengah masa pandemi seperti saat ini. “Saya sebagai pelatih sangat bangga dengan prestasi yang diraih atlit-atlit Baladhika Club Kota Tangsel di kejuaraan yang turut didukung oleh UNICEF, apalagi kejuaraan ini sangat bergengsi karena diikuti sekitar 600 atlit dari 70 tim Taekwondo dari seluruh Indonesia,” lanjunya. “Ini merupakan Kejuaraan yang luar biasa, semoga lebih banyak lagi kejuaraan seperti ini dilaksanakan dan semoga atlit kami terus berprestasi,” ungkap Sanim. Berikut Raihan Medali Untuk Kategori Junior: Kategori Junior Usia 15-17 Tahun Putra: Rakhi Dewa Kurniawan – Medali Perak Javas Pratama Wibowo – Medali Perunggu Kategori Kadet Usia 10-11 Tahun Putri: Zahra Khaerunnisa Putri – Medali Perunggu Kategori Kadet Usia 10-11 Tahun Putra: Bagaskara Manjer Kawuryan – Medali Perunggu Kelas Pemula Kategori Kadet Usia 6-7 Tahun Festival Putri: Kirana M.S Hutagalung – Medali Emas Keyla Azzahra – Medali Emas Kategori Kadet Usia 8-9 Tahun Pemula Putri: Tharfia Sabania – Medali Emas Rifdah Nur Mulia – Medali Perunggu Kategori Kadet Usia 10-11 Tahun Pemula Putri: Almira Charissa – Medali Emas Kategori Kadet Usia 10-11 Tahun Pemula Putra: Aljariz Ardias Putra – Medali Perak Kategori Kadet Usia 12-14 Tahun Pemula Putri: Zakiya Neyla Mufi – Medali Perak Kategori Kadet Usia 12-14 Tahun Pemula Putra: M. Raditya Muchtar – Medali Emas Celvine Poetranto – Medali Perak Raihan Adriansyah Siregar – Medali Perunggu

Maju Jadi Ketum KONI Pusat, Marciano Norman Perketat Standarisasi Pembinaan Atlet Usia Muda

Letjen TNI (Purn) Marciano Norman maju sebagai bakal calon Ketua Umum KONI Pusat periode 2019-2023. (Adt/NYSN)

Jakarta- Letjen TNI (Purn) Marciano Norman menyatakan kesiapannya sebagai bakal calon Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat periode 2019-2023. Ia menggantikan Mayjen TNI (Purn) Tono Suratman yang akan mengakhiri masa jabatannya pada Musyawarah Olahraga Nasional Luar Biasa (Musornaslub) KONI 2019 pada Juli nanti. Marciano mendeklarasikan dirinya di Hotel Borobudur, Jakarta, dalam acara silaturahmi dengan sejumlah Ketua Cabang Olahraga (Cabor), pada Senin (10/6) malam, karena mengaku telah mendapatkan surat dukungan separuh lebih dari pemilik suara, dimana total pemilik suara adalah 34 KONI Daerah dan 67 cabang olahraga (Cabor). Sedangkan syarat minimal menjadi bakal calon harus didukung oleh 10 KONI Daerah dan 21 dari cabor sudah diperoleh. Dan, tidak tertutup kemungkinan jumlahnya terus bertambah. “Saya tidak pernah punya keinginan lain. Jika Allah memberikan kesempatan, kesehatan, dan kekuatan, saya hanya ingin mencurahkan tenaga dan pikiran saya untuk membina prestasi olahraga Indonesia,” ujar Marciano. Lebih lanjut, mantan Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Taekwondo Indonesia (PBTI) itu, mengatakan butuh komunikasi yang intens antara KONI dengan Cabor demi kemajuan olahraga Indonesia ke depan. Terkait pembinaan, pria kelahiran Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), 28 Oktober 1954 itu, akan memperketat standarisasi pembinaan atlet usia muda. Menurutnya, Indonesia selama ini punya prestasi luar biasa. “Bulutangkis, panahan, angkat besi selalu menyumbangkan medali di setiap event seperti SEA Games, Asian Games bahkan Olimpiade,” terang lulusan Akademi Militer (Akmil) 1978 itu. Program lainnya yang tak kalah penting, ungkap Marciano, adalah masalah sarana dan prasarana. Ia ingin menciptakan sarana yang memiliki standar internasional, baik di sekolah-sekolah maupun di kampus-kampus. “Jangan sampai kesalahan waktu di PON Kalimantan Timur (2008), terulang lagi. Dana besar dikeluarkan untuk sarana, tapi setelah PON selesai tidak dijaga dan digunakan dengan baik,” tegasnya. Ditambahkannya, di kampus-kampus seperti halnya Universitas Indonesia (UI) sarana olahraganya perlu ditingkatkan untuk kejuaraan internasional. “Bila perlu kita buat di Indonesia ini universitas khusus olahraga,” tutur mantan Panglima Daerah Militer (Pangdam) Jaya pada 2010-2011 itu. Marciano juga memastikan salah satu prioritas yang tak kalah penting yakni bersama Kementerian Pemuda dan Olahraga, KONI, KOI (Komite Olimpiade Indonesia) dan Cabor untuk mengantarkan Indonesia sebagai salah satu negara olahraga yang selalu mengukir prestasi dunia. “Ini harus menjadi komitmen kita bersama dalam mewujudkan prestasi olahraga Indonesia di kancah dunia,” tukas Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) periode 2011-2015 itu. Dalam bursa pencalonan bakal calon Ketua Umum KONI Pusat, selain Marciano juga terdapat nama Muddai Maddang. Muddai yang menjabat Wakil Ketua Umum KOI ini juga telah mendeklarasikan dirinya beberapa waktu lalu di Jakarta. Adapula mantan Ketua Umum PB Forki (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia) Mayjen TNI (Purn) Hendardji Supandi. (Adt)

Turunkan Atlet Pelapis di SEA Games 2019 Filipina, PBTI Incar Empat Medali Emas

Sejumlah Pengurus Besar Persatuan Taekwondo Indonesia (PBTI) masa bakti 2019-2023 berfoto bersama usai dilantik oleh Ketua Umum KONI Pusat Tono Suratman. (Adt/NYSN)

Jakarta- Tono Suratman selaku Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) secara resmi melantik Letjen TNI (Purn) H.M Thamrin Marzuki sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Taekwondo Indonesia (PBTI) masa bakti 2019-2023. Acara pelantikan yang digelar di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, pada Selasa (28/5), dihadiri jajaran pengurus KONI Pusat, seluruh pengurus PBTI masa bakti 2019-2023 serta Ketua Pengprov (Pengurus Provinsi) TI seluruh Indonesia. Usai dilantik, Thamrin Marzuki bertekad meningkatkan capaian prestasi sebelumnya. “Banyak prestasi dunia yang telah ditorehkan oleh pengurus taekwondo Indonesia sebelumnya, oleh karena itu menjadi kewajiban saya untuk melanjutkan capaian prestasi tersebut. Dan yang terdekat adalah SEA Games di Manila (Filipina) tahun ini,” ujar Thamrin. Menurut Thamrin, pesta olahraga dua tahunan terbesar di kawasan Asia Tenggara pada tahun ini (30 November hingga 11 Desember 2019) akan dijadikan sebagai sasaran antara untuk menuju prestasi yang lebih tinggi dan bergengsi yakni Olimpiade 2020 Tokyo, Jepang. “SEA Games nanti kami akan jadikan sasaran antara, dan termasuk program jangka pendek untuk segera kami siapkan atlet. Namun, sesungguhnya kami ingin memastikan bisa berlaga di Olimpiade 2020. Ini program yang harus kami siapkan secara matang dengan melakukan pemusatan latihan,” lanjutnya. Ditegaskannya, pada SEA Games 2019, pihaknya akan menurunkan mayoritas atlet pelapis. Kendati menurunkan atlet pelapis, namun Thamrin menargetkan taekwondo bisa meraih empat medali emas. “Kami turunkan atlet pelapis untuk SEA Games 2019. Tujuannya, agar mereka ini nantinya bisa lebih siap dalam menghadapi Olimpiade mendatang. Kami targetkan di SEA Games bisa meraih empat medali emas,” ungkap Thamrin. Keinginan Thamrin agar atlet taekwondo bisa berprestasi di Olimpiade, bukan tanpa alasan. Sebab, beladiri asal Korea Selatan (Korsel) ini menjadi cabang olahraga (cabor) andalan Indonesia di berbagai event akbar. Terlebih, pada Asian Games 2018, taekwondo berhasil meraih satu medali emas melalui Defia Rosmaniar. Sekaligus medali emas pertama cabang taekwondo Indonesia sepanjang sejarah pelaksanaan Asian Games. Sedangkan pada SEA Games 2017 di Malaysia, cabor taekwondo menyumbang dua medali emas untuk kontingen Merah Putih. Medali emas diraih Mariska Halinda (53 kg putri), dan Ibrahim Zarman (63 kg putra). Sementara itu, Tono Suratman berharap di bawah kepemimpinan Thamrin Marzuki, cabor taekwondo bisa meningkat prestasinya. “Semoga taekwondo Indonesia bisa lebih baik. Kami juga optimistis, di bawah kepemimpinan Pak Thamrin Marzuki yang menggantikan Pak Marciano Norman akan melanjutkan prestasi cabor ini,” tukas Tono. (Adt)

Jabar Kampiun Kejurnas Taekwondo Junior 2018, PBTI : Butuh 5-6 Tahun Jadikan Atlet Senior

Provinsi Jawa Barat akhirnya meraih gelar juara umum Bank BRI Kejurnas Junior Taekwondo Indonesia 2018 yang berlangsung sejak 14-16 Desember, dengan total meraih 15 medali emas, 1 perak, dan 4 perunggu, di GOR POPKI Cibubur, Jakarta Timur. (PBTI)

Jakarta- Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) mengaku jika atlet daerah yang potensial dan meraih medali pada Bank BRI Kejurnas Junior Taekwondo Indonesia 2018, disiapkan promosi menjadi atlet nasional dan mengikuti pelatnas di Jakarta. “Kami akan melihat kebutuhan dalam pelatnas. Kami akan menggabungkan atlet senior dengan atlet junior dari daerah, sehingga kami punya atlet pelapis yang kami turunkan dalam berbagai kejuaraan,” kata Ketua Umum PB TI, Marciano Norman, usai menutup kejurnas di GOR POPKI Cibubur, Jakarta Timur, pada Minggu (16/12). Provinsi Jawa Barat akhirnya meraih gelar juara umum dalam Kejurnas yang berlangsung dari 14-16 Desember ini, dengan raihan total 15 emas, 1 perak, dan 4 perunggu. Disusul Jawa Tengah dengan 5 emas, 5 perak dan 18 perunggu, serta DKI Jakarta di peringkat ketiga, dengan 4 emas, 3 perak dan 13 perunggu. “Kejurnas junior ini akan dijadikan ajang seleksi timnas bagi PBTI, yang diturunkan pada kejuaraan Asia Junir 2019. Melalui team talent scouting, PBTI sangat ketat dan selektif mencari bakat serta talenta mereka untuk mendapatkan atlet terbaik, dari sisi taktik dan tehniknya, serta postur tubuh yang ideal,” kata Marciano. Mantan Kepala Badan Intelijen Negera (BIN) itu menyebut, pembinaan atlet taekwondo junior menjadi atlet utama nasional, membutuhkan waktu lima hingga enam tahun. Usai diputuskan masuk pelatnas, PBTI berharap mereka bisa turun di ajang internasional seperti SEA Games, Asian Games, hingga Olimpiade, termasuk kejuaraan dunia. Pelatih pelatnas PBTI, Rahmi Kurnia mengakui, bila postur atlet junior dari berbagai daerah di Indonesia saat ini, sudah memadai berkompetisi dalam kejuaraan-kejuaraan di tingkat Asia Tenggara. Hal itu merupakan kabar baik untuk regenerasi atlet taekwondo Indonesia. Sebab, postur tubuh merupakan salah satu bagian penting untuk atlet ketika berlaga di atas matras. Meski skill dan tehnik juga tetap menjadi peran paling utama saat bertanding. “Postur tubuh mereka sudah cukup memadai, meskipun teknik bertanding mereka belum sempurna. Kami akan memperkuat teknik bertanding ataupun jurus mereka, ketika mereka bergabung dalam pelatnas nanti,” kata Rahmi. (Adt)

Demi Kualifikasi Olimpiade, Pelatnas Taekwondo Butuh Lima Event Kejurnas di 2019

Atlet-atlet junior taekwondo dari 34 provinsi di Indonesia, saling bersaing dalam Bank BRI Kejurnas Junior Taekwondo Indonesia 2018, yang berlangsung di GOR POPKI Cibubur, pada 14-16 Desember, demi lolos ke pemusatan latihan nasional. (infonitas.com)

Jakarta- Pelatih pemusatan latihan nasional (pelatnas) Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PB TI) mengharapkan lima kejuaraan nasional sepanjang 2019 demi mendukung pembinaan atlet jelang kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020. “Kami harap setidaknya ada lima kejuaraan nasional di Indonesia, sehingga atlet bisa punya pengalaman bertanding dan penampilan mereka lebih bagus, sebelum mengikuti kejuaraan kualifikasi zona Asia, pada awal 2020 di China,” ujar pelatih nasional PB TI, Lee Sunjae, pada Minggu (16/12). Di sela-sela Bank BRI Kejurnas Junior Taekwondo Indonesia 2018, di GOR POPKI Cibubur Jakarta, Lee mengaku, keikutsertaan di kejuaraan kualifikasi zona Asia membuka peluang lebih besar untuk mendapatkan tiket Olimpiade Tokyo 2020, dibanding harus mengumpulkan 300 poin, dengan mengikuti berbagai turnamen sepanjang 2019. “Peringkat atlet Indonesia masih jauh di bawah atlet-atlet negara lain. Saat ini peluang terbesar, hanya ada pada atlet dengan peringkat satu hingga enam dunia, untuk lolos Olimpiade. Dan Indonesia tidak ada di peringkat itu,” katanya. Selain jumlah pertandingan nasional yang memadai, Lee mengharapkan percepatan anggaran pelatnas agar para atlet yang akan mengikuti kualifkasi Olimpiade atau SEA Games bisa segera berlatih pada Januari, baik atlet senior yang masih di pelatnas, ataupun atlet junior daerah yang akan turut bergabung di pelatnas. “Saya sudah mengamati postur tubuh atlet-atlet junior Indonesia dalam Kejurnas Junior 2018 ini. Rata-rata postur tubuh atlet Indonesia kecil, dan itu sulit untuk masuk kelas pertandingan lebih berat,” katanya. Lee berharap Indonesia memiliki wakil kelas pertandingan -67 kilogram putra dan +67 kilogram putri, serta kelas -80 kilogram putra serta +80 kilogram putra, untuk tampil di ajang internasional. “Kami harus mencari atlet-atlet untuk kelas berat itu, dari berbagai kejuaraan nasional di Indonesia,” katanya. Indonesia, menurut Lee, harus meloloskan setidaknya satu wakil pada Olimpiade Tokyo 2020 dari delapan kelas pertandingan kyorugi yaitu empat kelas pertandingan putra dan empat kelas pertandingan putri. Sebelumnya, pelatih lain pelatnas taekwondo Indonesia, Rahmi Kurnia mengatakan, akan ada dua hingga tiga atlet, yang sedang dipersiapkan fokus mengikuti kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020. “Kami juga harus memantau perkembangan atlet-atlet junior yang ada. Kami akan melakukan seleksi kembali pada Januari, karena atlet pelatnas Asian Games akan berakhir pada Desember,” kata Rahmi. Atlet-atlet yang akan masuk dalam prioritas kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 akan punya program latihan yang berbeda dengan atlet-atlet lain karena harus mengikuti kejuaraan-kejuaraan uji coba sebelum mengikuti kejuaraan kualifikasi zona Asia. (Adt)

Ratusan Atlet PPLP dan Klub Dari 34 Provinsi, Bidik Tiket Pelatnas di BRI Junior Taekwondo 2018

Marciano Norman, Ketua Umum PBTI mengatakan, ajang BRI Kejurnas Junior Taekwondo Indonesia 2018 kan menjadi sarana dalam mencari atlet-atlet junior untuk dipersiapkan menjadi pelapis tim senior, sekaligus regenerasi tim Taekwondo Indonesia. (Adt/NYSN)

Jakarta- Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) menggelar Bank BRI Kejurnas Junior Taekwondo Indonesia 2018, di GOR POPKI Cibubur, 14 – 16 Desember 2018. Kejurnas ini diikuti oleh 430 atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) maupun klub, dari 34 provinsi di Indonesia, dalam dua kategori, yakni Kyorugi dan Poomsae. Ketua Umum PBTI Marciano Norman menegaskan, ajang yang akan berlangsung selama tiga hari, 14-16 Desember, di GOR POPKI, Cibubur, Jakarta Timur, itu akan menjadi ajang pencarian bakat. “Kita menyebar talent scouting (pemandu bakat) dalam kejurnas kali ini. Gunaya melihat potensi taekwondoin junior, yang layak dan bisa diproyeksikan sebagai pelapis taekwondoin senior dalam pelatnas,” kata purnawirawan bintang 3 TNI-AD itu, di sela pembukaan Kejurnas Junior, pada Jumat (14/12). Setelah menjadi pelapis, lanjut pria yang pernah mengepalai Badan Intelijen Negara (BIN) itu, taekwondoin junior akan menjadi atlet utama yang dibina dalam pelatnas jangka panjang PBTI, untuk meraih prestasi di kejuaraan tunggal, atau bahkan multiajang internasional, hingga level Olimpiade. “Atlet-atlet junior ini nanti pada waktunya akan menjadi atlet senior yang juga bisa mengikuti berbagai event, mulai dari SEA Games 2019 Filipina, Asian Games, hingga Olimpiade,” tambah pria kelahiran Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 28 Oktober, 64 tahun silam itu. Untuk kategori Kyorugi (tarung) akan mempertandingkan 10 kelas putra dan 10 kelas putri, sedangkan Poomsae (jurus), akan ditampilkan 5 kelas. Sepuluh kelas yang di pertandingkan adalah untuk putra : U-45 Kg, U-48 Kg, U-51 Kg, U-55 Kg, U-59 Kg, U-63 Kg, U-68 Kg, U-73 Kg, U-78 Kg dan +78 Kg. Untuk kelas putri adalah kelas U-42 Kg, U-44 Kg, U-46 Kg, U-49 Kg, U-52 Kg, U-55 Kg, U-59 Kg, U-63 Kg, U-68 Kg dan +68 Kg. Untuk kategori Poomsae akan mempertandingkan 5 (lima) kelas yakni individual putra, individual putri, team putra, team putri dan pair (Pasangan). Atlet yang akan turun adalah atlet yang berusia di bawah 17 tahun. Tepatnya yang lahir antara 2001 sampai dengan 2004. Seperti diketahui peraturan pada kejuaraan ini mengunakan peraturan “WT Competition Rule”, baik Kyorugi dan Poomsae. Khususu sistem pertandingan untuk Kyorugi, menggunakan sistem gugur. Sedangkan untuk Poomsae, memakai Recognize System Tournament, dan untuk Free Style yang mengunakan System Cut Off. Peralatan dan perlengkapan baik untuk Kyorugi maupun Poomsae menggunakan KP&P. Demi meningkatkan kualitas taekwondoin Indonesia sejak belia, pada event ini, PBTI juga mendatangkan taekwondoin asal Korea Selatan yang meraih medali emas Olimpiade 2004 Athena, Yunani, Moon Dae Sung, untuk memberikan klinik pelatihan bagi para taekwondoin dan pelatih Indonesia. Di sisi lain, Marciano menegaskan pihaknya akan menerapkan standar pelatihan yang sama untuk taekwondoin Indonesia, yakni menjalani pelatnas jangka panjang dalam satu latihan terpusat (training camp) di luar negeri, hingga mengikuti sejumlah kejuaraan di luar negeri, demi menambah pengalaman bertanding. (Adt)

Thunder11 dan Sahabat Olahraga Gelar Diskusi, Datangkan Pelatih dan Atlet Peraih Emas Asian Games 2018

Dalam acara forum diskusi terbuka di Bekasi, hadiri Iko Uwais (kaos putih/Founder Thunder11), bersama Wakil Walikota Bekasi, Tri Adhianto (kaos merah) serta Taufik Krisna (Pelatih Atlet Nasional Taekwondo Indonesia), Anis Fuad (CEO Sahabat Olahraga), Defia Rosmaniar (Peraih Medali Emas Asian Games 2018), dan Sandy Suardi (Pelatih Fisik Atlet Nasional Taekwondo Indonesia). (istimewa)

Bekasi- Thunder11 Martial arts yang didirikan oleh Iko Uwais, berkolaborasi bersama Sahabat Olahraga (sahabatolahraga.com), menggelar forum diskusi terbuka bersama ratusan anggota komunitas olahraga dan beladiri di Bekasi, bertajuk Membangun Generasi Emas Indonesia, pada Senin (3/12). Hadir pada acara ini, Founder Thunder11 Martial Arts Iko Uwais yang baru saja menyelesaikan Musim Pertama Serial Televisi Netflix, berujudul Wu Assassins, mengatakan diskusi ini merupakan wujud nyata dari kontribusi Thunder11, untuk masyarakat Bekasi. “Berdiri pertama kali di kota yang tumbuh dengan sangat pesat, kami berharap Thunder11 mampu menjadi katalis pertumbuhan budaya beladiri dalam masyarakat Bekasi. Salah satu dari katalisasi tersebut adalah event ini yang mampu mengumpulkan para praktisi di bidang beladiri,” ujar Iko. Iko juga turut memberi apresiasinya pada atlet dan pelatih peraih emas cabang beladiri Asian Games 2018, yang hadir dan berbagi materi cerita suskses sebagai motivasi kepada para peserta yang telah hadir. Peraih medali emas nomor poomsae individu putri Asian Games 2018, Defia Rosmaniar, Taufik Krisna (Pelatih Taekwondo Timnas Indonesia nomor kyorugi putri) dan Sandy Suardi (Pelatih Fisik Timnas Taekwondo), tampak dalam diskusi ini. Berlangsung di Hotel Horison Ultima, Bekasi, acara ini dibuka oleh Wakil Walikota Bekasi, Tri Adhianto, didampingi Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) Kota Bekasi, Tedy Hafni. “Sebagai kota yang berkembang pesat, Bekasi butuh sumber daya manusia yang unggul dan tangguh. Kami butuh lebih banyak generasi emas demi menunjang semua hal itu. Saya optimis bahwa dengan kolaborasi berbagai pihak termasuk hari ini bersama Thunder11 dan Sahabat Olahraga, Kota Bekasi dapat semakin melaju cepat,” ujar Tri. Selama sesi berlangsung, Defia yang hadir sebagai salah satu pembicara, mengutarakan jika perjalanannya meraih emas bukanlah perjalanan yang singkat dan mudah karena membutuhkan semangat juang yang tak kenal lelah. “Sempat saya merasa ingin berhenti kalau sedang latihan, apalagi menjelang kompetisi. Tapi, demi sebuah tujuan yaitu mengharumkan nama bangsa, saya teruskan berlatih sampai saya bisa memetik susesnya suatu saat nanti,” ujar Defia, mengenai kunci suksesnya. Setelah perhelatan pertama ini, Thunder11 juga akan mengadakan sesi diskusi selanjutnya dengan tema serta pembica yang berbeda untuk mendukung majunya martial arts Indonesia. (Pras/NYSN)

33 Atlet Pelajar Jabar Ikuti Kejurnas Taekwondo Junior 2018, PBTI Fokus Seleksi Berpostur Ideal

Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) menggelar Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Taekwondo Junior 2018, di GOR POPKI Cibubur, Jakarta Timur, 14-16 Desember, dan diikuti 34 Propinsi, dengan mempertandingkan dua kategori, yakni Kyorugi dan Poomsae. (PBTI)

Bandung- Pengurus Provinsi (Pengprov) Taekwondo Indonesia (TI) Jawa Barat resmi menetapkan 33 atlet yang berusia 14 hingga 17 tahun, tampil pada Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Taekwondo Junior 2018, di GOR POPKI Cibubur, Jakarta Timur, pada 14 – 16 Desember. Menurut Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi (Binpres) Pengprov TI Jawa Barat, Bayu Firmansyah, penetapan tim inti Kejurnas ini dilakukan karena pihaknya sudah harus memasukan siapa saja atlet yang akan ikut serta di Kejurnas. Adapun pemilihan atlet menggunakan sistem entry by name. “Sebab pada Minggu (25/11), sudah harus masuk entry by name. Dan kini, Pengprov sudah menetapkan jumlah atlet yang akan di ikut sertakan pada Kejurnas Taekwondo Junior 2018,” ucap Bayu, pada Rabu (26/11) . Bayu menambahkan, penetapan tim inti Kejurnas Junior sudah melalui tahapan seleksi, dengan kurun waktu persiapan kurang lebih sekitar dua bulan lamanya. Adapun jumlah tim inti Kejurnas Taekwondo Junior 2018, berjumlah 33 orang. “Seleksi dilaksanakan sekaligus dengan pelatda, dan sebelum menetapkan tim inti, kami sudah melaksanakan pelatda selama sebulan lebih. Sebelum seleksi, jumlah atlet ada 42 orang,” terangnya. Adapun komposisi atlet Jabar di Kejurnas Taekwondo Junior 2018, kata dia, terdiri dari 20 atlet putra/putri (Pa/Pi) nomor kyorugi, dan 13 atlet pomsaee Pa/Pi. Berbeda dengan nomor kyorugi, menurutnya, atlet pomsaee tak mengalami pengurangan dari jumlah total atlet sebelumnya. Kejurnas Junior ini akan diikuti oleh 34 Propinsi dengan mempertandingkan dua kategori, Kyorugi dan Poomsae. Untuk Kyorugi akan mempertandingkan sebanyak 10 (sepuluh) kelas putra dan 10 (sepuluh) kelas putri. Sedangkan, Kategori Poomsae mempertandingkan 5 (lima) kelas. Menurut Ketua Pelaksana Kejurnas Junior 2018, Tb. Ade Lukman, Kejurnas Junior ini jadi momentum strategis tak saja bagi Pengprov, karena sebagai ajang menetapkan formasi ideal atlet mereka, yang akan turun di PON 2020 di Papua, tapi juga bagi Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI). Menurutnya, PBTI menjadikan event ini menjaring atlet muda menjadi pelapis atlet pelatnas, yang sebagian kini sudah terdegradasi. Selain itu, kata Ade, Kejurnas Junior ini juga dijadikan PBTI melakukan seleksi Timnas Junior, yang akan turun di kejuaraan Junior Asia 2019 mendatang. “Kejurnas kali ini menjadi sangat penting artinya, bukan saja bagi Pengprov yang akan membuktikan kualitas generasi baru atletnya yang akan tampil di PON 2020 di Papua, tapi juga bagi PBTI, guna mengambil atlet terbaik untuk kejuaraan Asia di 2019,” ujar Ade, di Jakarta, awal pekan ini. Lebih lanjut, ia menjelaskan gelaran Kejurnas Junior kali ini juga, PBTI melalui team talent scouting, akan lebih ketat dan fokus mengidentifikasi bakat atlet terbaik. Bukan saja dari segi teknik dan fisik, tapi juga dari sisi postur tubuh yang ideal. Atlet yang akan turun di Kejurnas Junior adalah atlet berusia di bawah 17 tahun. Tepatnya kelahiran antara tahun 2001 hingga 2004 dan melampirkan dan membuktikan Akte Kelahiran, Ijazah sekolah (Raport), Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Sertifkat Taekwondo Minimal Geup V (ASLI) yang dikeluarkan oleh PBTI kepada panitia pelaksana. Dalam Kejurnas Taekowndo Junior 2018, kategori Kyorugi akan mempertandingkan sebanyak 10 (sepuluh) kelas putra dan 10 (sepuluh) kelas putri. Adapun untuk kategori Poomsae menampilkan 5 (lima) kelas yakni Individual Putra, Individual Putri, Team Putra, Team Putri dan Pair (Pasangan). Kelas untuk Putra : U-45 Kg, U-48 Kg, U-51 Kg, U-55 Kg, U-59 Kg, U-63 Kg, U-68 Kg, U-73 Kg, U-78 Kg dan Over 78 Kg. Sedangkan untuk putri kelas U-42 Kg, U-44 Kg, U-46 Kg, U-49 Kg, U-52 Kg, U-55 Kg, U-59 Kg, U-63 Kg, U-68 Kg dan Over 68 Kg. (Adt)

Medali Emas Defia Rosmiar Bukan Instan, Bahkan Ia Rela Tak Hadiri Pemakaman Sang Ayah Demi Asian Games 2018

Defia Rosmiar bersama sang ibu, Kaswati, usai meraih medali emas pertama bagi kontingen Indonesia, dari cabor Taekwondo, nomor Women Individual Poomsae, Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, pada Minggu (19/8). (istimewa)

Jakarta- “Kamu bisa dek, kamu bisa jadi juara,” demikian ucap Ermanto, sang ayah memberi motivasi pada Defia Rosmaniar, sebelum meninggal akibat penyakit stroke yang dideritanya. Tak ingin larut dalam duka berkepanjangan, ia fokus pada pencapaian menjadi yang terbaik di kawasan Asia. “Iya, ayah meninggal bulan Maret. Persis seminggu aku latihan di Korea. Proses pemakaman, aku enggak datang. Datang itu, beliau sudah dikuburkan, ya sudah enggak apa-apa,” tutur Defia seraya mengahapus air mata yang tak tertahan. “Terima kasih ayah, udah dukung Defi,” lanjutnya lirih. Tentu, ketidakhadiran Defia dalam pemakaman sang ayah yang sangat dicintainya itu, bukanlah hal yang diinginkan. Juga bukan hal yang dilihat sebagai ambisi semata, wanita kelahiran Bogor, Jawa Barat (Jabar), 25 Mei 1995, di Asian Games semata. Sepenuhnya ia sadar, adalah berkat semangat Ermanto yang telah mendukungnya di dunia beladiri taekwondo, kini jadi energi terbesarnya tegar menghadapi rintangan dan cobaan yang berat dalam hidupnya. Mendapatkan dukungan penuh keluarga, terutama ayah serta bentuk baktinya bagi Ibu Pertiwi, Defia tetap berlatih keras. Ia tak ingin melewatkan kesempatan untuk pertama kalinya, tampil dalam pesta multievent empat tahunan, dimana Indonesia sebagai tuan rumah untuk kedua kalinya setelah menunggu selama 56 tahun sejak Asian Games edisi ke-4 pada 1962 dihelat di Jakarta. Entah berapa peluh yang harus dilewati Defia, demi naik podium tertinggi mengharumkan nama bangsa dan negara, disela-sela kesibukannya sebagai mahasiswi semester lima Fakultas Ilmu Olahraga, Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rawamangun, Jakarta. Medali emas pun menjadi mimpi yang ingin diwujudkan. Momen bahagia itu hadir, medali emas yang menjadi kebanggaan setiap atlet ia rengkuh. Menjejak ke partai final, seluruh masyarakat menaruh harapan besar pada wanita berusia 23 tahun itu. Babak demi babak dilibas. Di perempat final, Defia menyingkirkan Tuyet Van Chau (Vietnam) dengan skor 8.460-8.330. Tiket semifinal dalam genggaman. Harapan makin membesar, usai disemifinal ia berhasil menekuk lawan tangguh wakil Korea Selatan (Korsel), Yun Jihye dengan skor 8.520-8.400. Melenggang ke partai puncak, Defia makin tegang. Akhirnya, sejarah itu tercipta. Dihadapan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan pendukung tuan rumah yang hadir di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Minggu (19/8), kebahagiaan atlet yang gemar menulis itu meledak, ketika meraih emas nomor poomsae tunggal putri dengan skor 8.690. Hasil itu lebih baik dari skor yang dicetak pesaingnya asal, Iran Salahshaouri Marjan yang harus puas diposisi runner up dengan skor 8.470. Ini emas pertama untuk kontingen Indonesia di ajang Asian Games XVIII/2018, sekaligus pertama kalinya cabang olahraga taekwondo Indonesia mampu meraih emas di ajang olahraga prestisius. Defia melakukan selebrasi keliling arena sambil membentangkan bendera merah putih. Tak hanya sang bunda yang hadir di arena pertandingan, ayahnya pun pasti bangga dengan Defia, bahkan jutaan rakyat Indonesia. ‘Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil’, begitu ungkapan bijak. Dan prestasi gemilang yang diraih Defia bukanlah hasil instan. Ia mengenal olahraga beladiri asal Korea Selatan itu sejak kelas 1 SMP di Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jabar. Melalui kakak sepupunya yang juga pelatih taekwondo DKI Jakarta, Defia mulai tertarik dengan olahraga beladiri khas Korea Selatan ini, Namun, awal masa berlatih, Defia mengaku malas-malasan. “Karena terus menerus dijalani, lama-lama jadi suka,” ungkapnya. Bahkan, Defia menceritakan bila awalnya tidak menekuni nomor poomsae, melainkan kyorugi atau petarung. “Awal kelas yang saya geluti adalah di kelas kyorugi sampai akhirnya saya pindah haluan ke kelas poomsae, karena sakit yang saya derita,” tuturnya. “Berkat latihan yang sungguh-sungguh dan percaya akan keajaiban, saya bisa mengikuti dan bisa masuk Pelatnas poomsae sampai sekarang,” tambahnya. Namun, perjalanan karier Defia sempat ditentang Kaswati, sang ibu. Sebagai ibu, ia khawatir dengan keselamatan putrinya. Tetapi dengan semangat dan tekad yang kuat, Defia pun akhirnya didukung oleh keluarga, khususnya dari almarhum ayah, Ermanto. “Ya namanya hobi, enggak bisa dilarang saya cuma bisa doain. Almarhun ayahnya juga ngedukung terus. Saya cuma takut kenapa-napa namanya juga ada perempuan tapi ya mau gimana lagi. Pesen saya ke Defia cuma satu, jangan sombong,” ungkapnya. Kini, Kaswati pun sangat bangga dengan prestasi yang telah diraih Defia mengharumkan bangsa Indonesia. Ia berharap, para atlet Asian Games 2018 mendapat perhatian ke depannya dari pemerintah. “Yang pasti sangat senang dan bangga sebagai ibunya karena mengaharumkan negara. Semoga apa yang diraih Defia diperhatikan pemerintah, juga atlet-atlet lainnya di Asian Games,” tutup Kaswati. Seiring waktu, latihan demi latihan dijalani, deretan prestasi didapat. Yakni emas individual U-17 female Korea Open, Gwangju 2012, emas Pair Mixed U-29 Korea Open, Gwangju 2012, emas Individual female U-30 poomsae (Taekwondo World Hanmadang 2016, Korea), dan emas individual female U-30 poomsae (1st Bankimon Open Korea 2016). Terakhir, pada Mei 2018, di nomor poomsae tunggal putri Kejuaraan Asia, di Ho Chi Minh, Vietnam, Defia secara mengejutkan bisa mengalahkan atlet asal Korea Selatan yang merupakan ‘raja’ taekwondo dunia. Masuk skuat taekwondo Asian Games 2018, wanita berhijab itu mengikuti pemusatan latihan nasional (Pelatnas) di Negeri Ginseng sejak Maret, hingga Agustus tahun ini. “Sejak Maret berjuang di Korea, tidak saya sia-siakan,” tukas anak didik Rahmi Kurnia, Pelatih Kepala Taekwondo Indonesia. (Adt) Biodata Nama Lengkap : Defia Rosmaniar Tempat Tanggal Lahir : Bogor, Jawa Barat, 25 Mei 1995 Ayah : (Alm) Ermanto Ibu : Kaswati Hobi : Menulis Pendidikan : Mahasiswi semester lima, Fakultas Ilmu Olahraga, Universitas Negeri Jakarta Akun Instagram (IG) : @defiarosmaniar Prestasi  – Medali emas Individual U-17 Female Korean Open, Korea 2012 – Medali emas Pair Mixed U-29 Korean Open, Korea 2016 – Medali emas Individual Female U-30 poomsae Taekwondo World Hanmadang, Korea 2016 – Medali emas Individual emale U-30 poomsae Bankimon Open, Korea 2016 – Medali emas pada Kejuaraan Asia Taekwondo, Vietnam 2018 – Medali emas Asian Games 2018, Jakarta

Persembahkan Emas Perdana, Defia Penuhi Target PB TI Raih Medali

Defia Rosmaniar sukses merebut medali emas pertama bagi kontingen Indonesia, di Asian Games 2018. Defia merebut medali emas di poomsae taekwondo, Minggu (19/8). (sindonews.com)

Jakarta- Defia Rosmaniar merebut medali emas pertama bagi kontingeng Indonesia, di Asian Games 2018. Defia merebut medali emas di poomsae taekwondo, Minggu (19/8). Di final, Defia mengalahkan Marjan Salah shouri dari Iran. Ini merupakan medali kedua Indonesia di Asian Games 2018. Sebelumnya, Edgar Xavier Marvelo menjadi peraih medali pertama bagi tim Indonesia di Asian Games 2018 ini, ia meraih perak nomor changquan putra. Bertarung di komplek Jakarta Convention Center (JCC), atlet kelahiran Bogor 25 Mei 1995 ini, menang dalam dua babak. Babak pertama Defia mengumpulkan 8,620 dan Marjan mendapatkan nilai 8,760. Kemudian di babak kedua, Defia meraih 8,760 dan lawan mendapatkan 8,470. Presiden RI, Joko Widodo turut menyaksikan langsung perjuangan Defia. Usai berhasil memastikan emas, Defia pun bertemu dengan Presiden Jokowi, untuk mendapatkan ucapan selamat. Defia terlihat menangis saat bertemu dengan Presiden Jokowi. Dengan perolehan emas ini, maka target dari Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) terpenuhi. Sebab, taekwondo menargetkan satu emas di Asian Games 2018. Sementara itu Sampai pukul 16.00, update perolehan medali terbanyak masih dikumpulkan China disusul Taiwan. China untuk sementara berada di posisi 1 klasemen perolehan medali sementara Asian Games XVIII di Jakarta-Palembang. China mengumpulkan 1 medali emas dari wushu, 1 medali perak dari menembak. Diposisi kedua Taiwan mengumpulkan 1 emas dari menembak, 2 perunggu wushu dan taekwondo. Sedangkan Indonesia, berhasil meraih 1 medali perak pada cabang wushu. Posisi empat klasemen diduduki India dengan meraih 1 perunggu menembak. Lalu, posisi 4 lainnya yaitu Filipina, Thailand dan Vitenam yang mendapat 1 perunggu dari taekwondo. Korea dan Malaysia juga mendapat 1 perunggu dari taekwondo. (Adt)

Minim Ikut Ujicoba, Ibrahim Zarman Yakin Sumbang Emas Taekwondo

Menpora Imam Nahrawi berbincang dengan atlet Taekwondo nomor Kyorugi, Ibrahim Zarman, saat mengunjungi Pelatnas di Gedung POPKI, Jakarta Timur. (Adt/NYSN)

Jakarta- Atlet Taekwondo Indonesia yang tergabung di Timnas Asian Games 2018, Ibrahim Zarman, mengeluhkan minimnya laga ujicoba bagi atlet guna menambah jam terbang serta mematangkan mental bertanding. “Untuk try out (ujicoba) saya rasa masih kurang. Ujicoba itu penting untuk menambah jam terbang dan mental tanding. Karena lawan-lawan seperti China, Thailand itu, mereka sebulan sekali melakukan try out,” ujar Taekwondo asal Riau, saat ditemui di Pelatnas Taekwondo di Gedung POPKI, Cibubur, Jakarta Timur, Kamis (23/3). “Kalau kebutuhan lain seperti nutrisi, akomodasi, dan uang saku sudah cukup. Justru yang kurang cuma try out,” sambung atlet nomor Kyorugi (Tarung) 63 Kg. Terkait peluang di Asian Games 2018, Ibrahim menyebut saat ini peluang semua negara untuk meraih medali emas, terutama di nomor tarung sama. “Kalau bicara peluang itu untuk nomor tarung sama, mulai dari kelas bawah sampai kelas atas. Tinggal yang lebih siap saja, pasti bisa mendapatkan medali emas. Dan, saya yakin bisa dapat emas,” tukas Taekwondoin berpostur tinggi. Ia mengaku akan mengikuti Kejuaraan Jerman Open, pada April, setelah itu menjalani training camp di Korea Selatan. “Nanti setelah Jerman Open kami akan ke Korea untuk melakukan training camp, kemudian kembali ke Indonesia sebelum tampil di Asian Games 2018,” bebernya. Ibrahim adalah salah satu andalan Merah Putih merebut medali emas ajang multi event se-Asia itu. Ia meraih medali emas di ajang SEA Games 2017, Malaysia, usai menaklukkan atlet asal Vietnam Nguywn Van Duy. Pada event World Taekwondo Malaysia Open G1 2018, pada 1-4 Maret, ia juga sukses mengantongi medali emas. (Adt)

Jenis Tendangan Dasar Pada Taekwondo

Taekwondo memiliki banyak jenis Tendangan yang sangat keren dan mematikan. Tendangan dalam Taekwondo biasa disebut dengan Chagi. Bagi pemula dalam Beladiri Taekwondo harus mengetahui Teknik atau jenis tendangan dasar yang digunakan dalam pertahanan diri. Berikut jenis-jenis Tendangan / Chagi yang wajib diketahui dan pelajari, yaitu : 1. Ap Chagi Tendangan ke arah depan, dengan menggunakan ujung depan Telapak kaki. Sasaran jenis tendangan ini adalah bagian kepala. 2. Dollyo Chagi Tendangan ke arah samping, yaitu dengan memutar telapak kaki 45 derajat sehingga pinggang ikut memutar, lalu menendang ke arah perut ataupun kepala. 3. Deol Chagi Tendangan mencangkul ke arah depan menggunakan tumit dengan mengangkat kaki setinggi tingginya dan menghempaskannya seolah olah seperti gerakan mencangkul. Sasaran jenis tendangan ini adalah bagian kepala. 4. Yeop Chagi Tendangan menyamping dengan tujuan mendorong tubuh lawan menggunakan pisau kaki. Sasaran tendangan ini adalah bagian perut hingga kepala. 5. Dwi Chagi Tendangan ke arah belakang, dengan memutar badan 90 derajat kearah belakang, lalu mengangkat lutut kemudian menyentakkan kaki ke arah lawan. Sasaran ke arah perut ataupun ke arah kepala. 6. Dwi Hurigi Tendangan memutar ke arah belakang, dengan melompat memutar dan gerakan kaki seperti mengait. Arah serangan ke arah kepala ataupun leher. 7. Narae Chagi Tendangan ganda ke arah samping, dilakukan secara beriringan. Sasaran tendangan adalah perut dan kepala lawan. 8. Dolke Chagi Tendangan yang dilakukan dengan cara memutar badan kearah belakang 360 derajat. Dolke chagi juga sering di sebut tendangan tornado. Bagi anda para pemula yang baru ingin mempelajari Jenis Tendangan Dasar diatas, disarankan untuk melakukan pemanasan otot sebelum mencontohkan tendangan-tendangan tersebut. Semoga bermanfaat. Sumber: Belajartaekwondo

Lima Manfaat Taekwondo Guna Tingkatkan Kesehatan Psikis

Taekwondo yang juga sering disingkat dengan TKD ialah sebuah seni beladiri yang sudah berumur ratusan tahun. Olahraga yang berasal dari negara Ginseng Korea. Saat ini taekwondo sudah sangat terkenal di dunia dan merupakan salah satu seni beladiri yang digolongkan berdasarkan kecepatan dan tinggi tendangan. Taekwondo saat ini sudah menjadi salah satu olahraga yang diminati oleh berbagai kalangan dari semua umur. Taekwondo merupakan olahraga yang memang ditujukan bagi semua umur dari mulai usia anak-anak hingga yang sudah dewasa bisa mempelajari olahraga yang satu ini. Takwondo dari segi kesehatan bermanfaat untuk menjadikan tubuh lebih segar, lebih sehat dan masih banyak manfaat lainnya. Selain manfaatnya untuk kesehatan, taekwondo juga memiliki manfaat yang besar untuk kehidupan kita secara menyeluruh. Seperti manfaat taekwondo bagi kesehatan Psikis manusia hal tersebut sudah terbukti dengan adanya berbagai hasil penelitian yang menyatakan demikian. Lalu, apa saja kira – kira manfaat taekwondo bagi kesehatan mental kita yang berlatih olahraga ini? Meningkatkan Rasa Lebih Menghargai Diri Sendiri Manfaat kesehatan mental utama yang bisa didapat saat berlatih taekwondo ialah merasa lebih menghargai diri sendiri dan dapat menerima diri sebagai mana yang telah di ciptakan Tuhan. Membangun Rasa Percaya Diri Berlatih taekwondo juga bisa membantu meningkatkan rasa percaya diri dan menghilangkan rasa minder. Ini karena berlatih taekwondo mebangun pemikiran diri untuk dapat berhasil dalam berlatih dan mengambil kendali terhadap hidup dengan terus berlatih tanpa merasa cepat puas dengan apa yang telah di dapat. Membangun Kedisiplinan Berlatih taekwondo tidak melulu berlatih fisik untuk pertahanan diri semata. berlatih olahraga ini juga dapat melatih tubuh dan pikiran. Seperti yang terdapat dalam prinsip-prinsip dan berbagai teknik yang diajarkan di dalam taekwondo. Sehingga rasa disiplinan pun akan tumbuh dalam diri seiring dengan intensitas berlatih. Mengajarkan Cara Untuk Pertahanan Diri Taekwondo melatih anda untuk mengenali berbagai situasi saat-saat dimana diri sangat membutuhkan pertahanan diri. Taekwondo juga mengajarkan bagaimana cara bersikap dan mengambil tindakan saat sedang berada di situasi berbahaya. Situasi itu dapat berbalik menjadi keuntungan anda dengan cara mengambil alih keadaan. Menguatkan Tubuh dan Pikiran Taekwondo merupakan olahraga yang tidak hanya mementingkan kerja tubuh, tetapi juga berdampak positif bagi perkembangan mental. selain itu, olahraga ini bisa membantu meningkatkan kinerja otot tubuh serta pikiran. Dalam olahraga taekwondo sangat membutuhkan koordinasi antara fisik dan mental. Itulah lima manfaat olahraga Taekwondo bagi kesehatan psikis anda, apakah anda tertarik untuk mulai melakukan olahraga ini? bergabunglah di berbagai komunitas taekwondo yang ada di sekitar anda dan dapatkan lima manfaat psikis diatas. Sumber: Manfaat.co.id

Ulan, Atlet Taekwondo Junior Yang Berhasil Meraih Medali Emas

Wulan-Kusuma-Wardani

Menjaga berat badan sangatlah penting termasuk untuk para atlet. Seperti yang dilakukan atlet cantik asal Bandung, Jawa Barat, bernama lengkap Wulan Kusuma Wardani, gadis yang akrab disapa Ulan ini merupakan atlet medali emas pada ajang Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNas) 2017 untuk cabang olahraga Taekwondo. Baginya, menjaga berat badan sangat penting karena ketika ingin ikut turnamen para peserta akan ditimbang untuk tetap masuk dalam kategori yang akan dipertandingkan. “Setiap H-1 sebelum tanding selalu nimbang berat badan, kalau beratnya sudah tidak masuk kategori bisa-bisa di diskualifikasi. Alhamdulilah saya gak pernah tapi jadinya saya lebih jaga makan, gak boleh makan junk food dan lebih banyak latihan,”ujarnya Cewek yang hobinya travelling ini memang sudah banyak mengikuti berbagai turnamen seperti Kejuaraan Nasional Junior beregu dan individu, Pra Pekan Olahraga Nasional 2016 dan masih banyak lagi. Berawal dari mengikuti sang kakak latihan taekwondo, Ulan ikut mengisi waktu luangnya dengan taekwondo dan membawanya menjadi atlet nasional. “Saya masuk taekwondo awal mulanya hanya ikut kakak saya yang memang ikut taekwondo. Selain itu juga saya ingin cari teman baru dan sekadar ingin mengisi waktu luang. Bahkan ga kepikiran menjadi atlet dan memang baru beberapa kali latihan saya disuruh mencoba mengikuti kejuaraan se-kota Bandung. Alhamdulilah saya dapat medali emas, padahal saat itu lawan-lawan saya sabuknya lebih tinggi dan saya juga baru pemula,”tuturnya Siswa kelas 3 SMA di SMAN 14 Bandung ini memang sudah mengikuti taekwondo sejak 5 tahun lalu. Bagi Ulan, taekwondo merupakan beladiri modern dan lebih mengajarkan untuk peduli satu sama lain. “Saya lihat dan membandingkan taekwondo dengan bela diri lain ya memang taekwondo lebih keren dan seninya sangat professional dan lebih modern. Orang-orangnya juga diajarkan untuk peduli satu sama lain dengan cara menghadapi musuh,”tutupnya(put/adt)

Walaupun Kalem Di Sekolah, Remaja Ini Ganas Di Matras Saat Menampilkan Bela Diri Taekwondo

arya-taekwondo

SERPONG – Taekwondo merupakan olahraga yang menggabungkan ketangkasan tangan, kaki dan pergerakan tubuh. Seni bela diri ini, berasal dari Korea. Meski berasal dari Korea, bela diri taekwondo juga di gemari oleh masyarakat Indonesia mulai dari semua kalangan. Tak terkecuali, para pelajar Indonesia. Seperti yang di geluti oleh atlet taekwondo, Arya Danu Susilo yang masih duduk di bangku SMP Negeri 1 Tangsel, Sudah mulai mengenal olahraga bela diri taekwondo sejak duduk di kelas 4 SD. Bermula melihat teman yang berlatih, Arya kemudian langsung tertarik untuk mencoba olahraga yang beresiko cedera ini. “Waktu pas main dirumah, ada temen yang lagi latihan taekwondo. Aku liatin gerakannya, kok kayanya seru dan dari situ aku langsung tertarik buat gelutin olahraga taekwondo,” ujar Arya kepada reporter nysnmedia.com. Arya sapaan akrabnya, Siswa kelas 8 ini, sempat menerima tendangan keras ke arah hidungnya disaat latihan dan mengeluarkan darah. Namun, tendangan tersebut tak membuat Arya kapok. Justru, makin tertantang untuk terus berlatih dan berlatih. “Ini memang resiko yang aku terima, malah saat hidung aku berdarah, orangtua aku semakin mendukung untuk terus berlatih dan berprestasi di bidang bela diri taekwondo,” terangnya. Benar saja, berbagai prestasi sudah Arya raih diantaranya. – Juara 1 Banten Open – Juara 1 O2SN tingkat Kota Tangsel – Juara 2 Budi Luhur Cup Remaja kelahiran Jakarta, 29 Februari 2004 yang terbilang pendiam dan pemalu ini, sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti kejuaran Baraduta Cup dan Kejuaran di Solo kategori under 55kg. Namun, jika sudah berdiri di atas matras, sosok pendiam dan pemalu berubah menjadi sangar. (pah/adt)

Tertarik Moment Fighting Pada Taekwondo, Iwan Siap Menjadi Macan Arena

Iwan-Taekwondo

Kombinasi serangan antara tangan dan kaki serta pengenalan dasar tentang istilah poomsae, kyukpa dan kyoruki ini hanya ada di olahraga bela diri taekwondo. Iwan Cahyono, yang tak lain merupakan pelajar kelas 9 di SMP PGRI 1 Ciputat, sangat menyukai olahraga jenis bela diri Taekwondo. Awalnya Iwan hanya bertujuan untuk ikut ekskul dan melatih tubuh agar lebih kuat, namun lama kelamaan Iwan tertarik dan makin mencintai taekwondo. Tak butuh waktu lama, dalam kurun waktu 3-4 bulan, Iwan telah menguasai olahraga taekwondo tersebut. “Aku suka bela diri, terus taekwondo juga keren karena jarang pakai tangan dan juga pas latihannya enak, seru.”ujar Iwan. Iwan juga menceritakan ketertarikannya pada dunia taekwondo dan telah menggelutinya sejak tahun 2015, pemanasan untuk memulai taekwondo sama seperti pemanasan pada latihan beladiri lainnya, diantaranya peregangan tangan, push up, sit up, lari, mengatur kuda kuda dan sebagainya. Pelajar yang sangat menyukai bagian fighting pada taekwondo ini sangat bersemangat untuk mewujudkan cita-citanya menjadi pelatih taekwondo. Semangat Iwan sangat tinggi untuk menjadi atlet taekwondo profesional. Berbagai kejuaraan yang di gelar selalu diikuti olehnya. Dan Yang paling berkesan baginya ketika ia mendapatkan peringkat 2 dalam Kejuaraan di kota Tangsel. “Kalau seandainya selalu di ikut sertakan terus dalam kompetisi, saya akan manfaatkan peluang itu untuk menjadi yang terbaik, saya sangat berkeinginan untuk menjadi atlet taekwondo profesional. Dan setelahnya saya ingin menjadi pelatih untuk era selanjutnya.” tutup Iwan.(crs/adt)

Begini Ucapan Terimakasih Sang Atlet Taekwondo Kepada Orang Yang Telah Berjasa Dalam Hidupnya

Novrika (tengah) saat meraih juara 1 di kejuaraan 5th Banten Open

Awalnya cuma diajak teman sekelas untuk ikutan ekskul di sekolah, tapi jadi keterusan dan jadi ikut latihan di clubnya.
Alhamdulillah aku sudah meraih empat medali emas, 1 medali perak dan 1 medali perunggu.” tutur Novrika yang juga menjadi Juara 1 dalam O2SN Taekwondo sekota Tangerang Selatan dan Juara 1 Banten open u-46.