Jaring Bibit Muda Berprestasi, Ribuan Pesilat Perebutkan Piala Panglima TNI di Merpati Putih Open 2019

Perguruan Silat Merpati Putih menggelar MP Open 2019, di GOR Ciracas, Jakarta Timur, pada 28 Februari-2 Maret 2019. Abdul Kharis Almasyari (kedua dari kiri) mengatakan event ini bertujuan untuk mencari bibit pesilat tangguh dan berprestasi. (Adt/NYSN)

Jakarta- Perguruan Pencak Silat (PPS) Beladiri Tangan Kosona (Betako) Merpati Putih (MP) akan segera menggelar Kejuaraan Pencak Silat Merpati Putih Open 2019, pada 28 Februari hingga 2 Maret mendatang. Event yang diikuti ribuan pesilat ini, dihelat di Gelanggang Olahraga (GOR) Ciracas, Jakarta Timur, dan memperebutkan Piala bergilir Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI). Tujuannya, yakni mencari bibit pesilat yang tangguh dan berprestasi untuk menjadi atlet nasional yang mengharumkan Indonesia di kancah internasional. Bersamaan dengan event ini, juga akan dilakukan pencatatan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) peragaan jurus tunggal. Aksi peragaan jurus tunggal ini akan melibatkan 2000 orang pesilat sekaligus. Abdul Kharis Almasyari, Ketua Umum Panitia MP Open 2019, mengatakan penyelenggara event ini adalah PPS Betako Merpati Putih Pengurus Daerah (Pengda) Jawa Barat (Jabar) bekerjasama dengan Pengurus Besar (PB) Ikatan Pencak Silat lndonesia (IPSI) dan Korps Lembaga Wasit Juri DKI Jakarta. “Kegiatan Kejuaraan ini adalah Kejuaraan Pencak Silat Nasional dengan sistim pertandingan prestasi dan pemasalan. Juga diadakan pencatatan rekor MURI untuk peragaan Jurus Tunggal Tangan Kosong yang diikuti 2000 pesilat,” ujar Kharis, di Padepokan Pencak Silat Nasional TMII (Taman Mini Indonesia Indah), Jakarta, pada Kamis (17/1). “Peserta berasal dari perguruan silat seluruh Indonesia. Bahkan beberapa negara mengonfirmasi untuk hadir, seperti Korea, Jepang, Thailand. Dan, biasanya yang tidak pernah absen itu Malaysia serta Singapura. Sedangkan yang juga menyatakan minat untuk hadir, namun belum mengonfirmasi adalah Arab Saudi,” terangnya lagi. Lebih lanjut, pria yang juga menjabat Ketua Komisi I DPR RI itu, akan membatasi jumlah peserta sebanyak 1500 orang. Selain kejuaraan,juga diadakan Seminar Parenting dengan tema ‘Pendidikan Anak melalui Olahraga akan membentuk manusia Indonesia yang berkarakter dan berbudi luhur’. Sedangkan Yuwono Darpito Hudoyo, Ketua Pelaksana MP Open 2019, menjelaskan event bertajuk ‘Kejuaraan antar Perguruan Pencak Silat Nasional Merpati Putih Open 2019 dalam rangka mewujudkan semangat paseduluran, saling hormat dan mental juara’ adalah event persembahan Merpati Putih Pengda Jawa Barat untuk insan Pencak Silat Dunia. “MP Open 2019 adalah pertandingan yang pertama kalinya digelar oleh Perguruan Merpati Putih dan juga pertama kalinya diadakan event pertandingan silat memadukan tiga unsur, yakni kompetisi, edukasi, dan entertainment,” tutur Yuwono. Disebutkannya, untuk kompetisi akan dibagi menjadi dua, yakni pemasalan dan prestasi. Untuk pemasalan terbagi menjadi dua, yakni kategori tanding yang akan diikuti pesilat tingkat SD dan SMP. Sedangkan kategori kedua ialah jurus tunggal tangan kosong. Selain itu, event ini akan memperebutkan total uang pembinaan Rp 50 juta bagi juara, yang penentuannya diperhitungkan dari jumlah medali terbanyak tiap kontingen. “Kategori kanding, pembagian kelasnya akan diklasifikasikan dan disesuaikan dengan data dari surat keterangan dokter, dan formulir pendaftaran. Sementara jurus tunggal tangan kosong, pengelompokan maksimal 3 bagian untuk jenjang SD dan SMP, dengan kuota 100 peserta,” tutur pria yang juga menjabat Ketua Pengda Merpati Putih Jabar itu. Sedangkan untuk nomor prestasi, akan memakai sistim gugur dengan usia 17-27 tahun, atau atlet dengan tahun kelahiran 1992-2002, serta menggunakan sistim bagan dari penyisihan, perempat final, semi final dan final. “Untuk prestasi, Piala Bergilir Panglima TNI diberikan kepada Juara Umum 1, selain Piala Tetap Kepala Staf TNl-AD. Juara Umum II dan III meraih Piala Tetap. Sementara bagi pesilat terbaik putra mendapat Piala Tetap Kepala Staf TNl-AU, dan bagi pesilat terbaik putri diberikan Piala Tetap Kepala Staf-TNl-AL,” tegas Yuwono. (Adt)

Enggan Juru Kunci Musim 2018/2019, Point Guard GMC Cirebon Bidik Nomor Empat Srikandi Cup

Enggan kembali menduduki posisi juru kunci seperti musim lalu, Bella Sthefani, point guard anyar GMC Cirebon, berharap timnya berada di posisi empat besar Srikandi Cup musim 2018/2019. (srikandicup)

Jakarta- Tim basket putri Generasi Muda Cirebon (GMC) terus mematangkan persiapan jelang seri kedua Srikandi Cup musim 2018/2019, yang dihelat di Gelanggang Olahraga (GOR) Cempaka Putih atau Rawamangun, Jakarta, pada 11-16 Februari mendatang. Performa anak didik Tae-Hi Han asal Korea Selatan (Korsel) di kompetisi kasta tertinggi bola basket wanita Tanah Air pada musim ini menunjukkan tren positif. Dengan karakter permainan Negeri Gingseng yang mengandalkan kecepatan dan pertahanan yang ketat dari wilayah lawan. Hal itulah yang menjadi optimisme tim kebanggaan Kota Udang ini untuk mengakhiri musim ini di posisi empat besar. Meski diakui Bella Sthefani, point guard anyar GMC, tak ada target khusus bagi tim-nya dalam mengarungi Srikandi Cup musim ini, namun ia berharap timnya tak lagi berada di posisi juru kunci seperti musim lalu. “Kami mau improve dari apa yang kami capai musim lalu. Tak mau lagi berada di posisi juru kunci. Kalau boleh memilih, mungkin ingin target tembus empat besar, supaya GMC juga semakin diperhitungkan oleh tim-tim lainnya,” ujar Bella, dikutip srikandicup, pada Kamis (17/1). Bella yang pada musim Srikandi Cup 2017/2018 memperkuat Merah Putih (MP) Jakarta itu, menyebut semangat yang tinggi menjadi kekuatan terbesar dirinya dan kolega dalam mengarungi kompetisi musim ini. “Tapi banyak pemain yang cedera, dan sulit berkumpul utuh, karena pemain memiliki kesibukan masing-masing. Itu kelemahan tim kami,” lanjut alumni Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanegara Jakarta itu. Pada seri kedua, tim Scorpio Jakarta, Sahabat Semarang, Flying Wheel Makassar, dan Tenaga Baru Pontianak akan menjadi lawan GMC. “Yang berpeluang menjadi lawan terberat menurut saya Sahabat Semarang. Ini bukan berarti saya meremehkan tim lain. Semua tim pasti mempersiapkan diri dengan baik untuk menyambut seri dua nanti,” tambah gadis berparas oriental berusia 23 tahun itu. Disisi lain, tim kebanggaan ibukota yakni Scorpio pernah mengandaskan perlawanan GMC melalui drama overtime, dengan skor 59-57, pada seri pertama, di Denpasar, Bali, pada akhir November lalu. “Dikalahkan 1 poin melalui overtime masih nyesek. Dan, kami ingin menunjukkan di Jakarta nanti kami bisa menang atas Scorpio,” tegas Bella. Sedangkan seri ketiga akan berlangsung di GOR Sahabat, Semarang, Jawa Tengah, pada 1-6 April. Dan fase playoff dan grand final akan diselenggarakan di Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), pada akhir April mendatang. Sementara itu, terkait target pribadi, Bella mengungkapkan bila dirinya ingin membawa pulang salah satu gelar individu, baik top assist atau top steal, pada Srikandi Cup musim ini. “Tapi kalau bicara soal timnas, saya merasa itu sesuatu yang diputuskan dan ditentukan orang lain. Keinginan pasti ada, tapi yang bisa saya lakukan dan pasti akan saya lakukan adalah memberikan yang terbaik bagi tim yang saya perkuat saat ini,” tutup pengemar Kobe Bryant itu. (Adt)

Indonesia Koleksi 13 Medali di ATC 2019, PB ISSI Tambah Skuat Atlet

Dalam Asian Track Championship (ATC) 2019 yang diikuti 16 negara, di Jakarta International Velodrom (JIV), Jakarta Timur, Merah Putih finis pada urutan ke-11 di kategori able alias normal. Sementara dari kategori paracycling atau balap sepeda disabilitas, Indonesia finis di urutan tiga dari enam negara yang berpartisipasi. (Pras/NYSN)

Jakarta- Ajang Asian Track Championship (ATC) 2019 di Jakarta International Velodrome, Jakarta Timur, usai digelar pada Minggu (13/1). Event yang berlangsung sejak 8-13 Januari, Indonesia berhasil meraih total 13 medali dalam kejuaraan eliet Asia tersebut. “Kami tak puas karena persiapan minim. Setelah AG (Asian Games) kami hanya persiapan 2,5 bulan. Tapi hasil ini ada progresnya yang sudah bagus, bukan dari perolehan medali, tapi dari waktu,” kata manajer tim balap sepeda Indonesia, Budi Saputra, di Jakarta Internasional Velodrome (JIV), Jakarta Timur, Minggu (13/1). Dari total 16 negara yang mengikuti kejuaraan bergengsi ini, Merah Putih finis pada urutan ke-11 di kategori able alias normal. Sementara dari kategori paracycling atau balap sepeda disabilitas, Indonesia finis di urutan tiga dari enam negara yang berpartisipasi. Empat medali diraih atlet able, sementara sisanya atlet disable. “Dari waktu yang dicatat mereka semuanya memecahkan rekor AG dan Asian Para Games (APG),” sambungnya. Selepas kejuaraan ini, Budi, menjelaskan seluruh atletnya kembali menjalani latihan setelah diberi libur selama sepekan. Persatuan Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI) pun juga akan melakukan evaluasi. Chrismonita yang digadang-gadang menyumbang medali emas di nomor sprint putri belum mampu mewujudkannya. Dia mempersembahkan medali perunggu di nomor individual time trial 500 meter putri. Di kelompok junior, Angga Dwi Prahesta mencuri perhatian setelah mempersembahkan medali emas di nomor balapan scratch. Pebalap berusia 17 tahun itu juga menyumbang medali perak dan perunggu masing-masing di nomor poin race dan omnium. “Ini jadi program berkesinambungan, jangan sampai putus. Mungkin anak-anak akan mendapat libur 1 minggu, lalu langsung masuk Pelatnas lagi,” tuturnya. Evaluasi lainnya adalah akan ada penambahan atlet balap sepeda yang masuk ke dalam skuat pelatnas. “Yang pasti ada tambahan atlet. Soal pengurangan akan diskusikan dengan pelatih. Kami akan evaluasi, tapi penambahan pasti ada,” jelas Budi. Hal itu dilakukan karena PB ISSI mempunyai keinginan agar ada pebalap sepeda Indonesia bisa bermain di kejuaraan dunia balap sepeda dan Olimpiade 2020 di Tokyo. Tak hanya itu, untuk pemusatan latihan nasional di Jakarta International Velodrome nanti, juga diikuti paracycling Indonesia. Budi mengatakan, akan langsung melanjutkan program untuk atletnya, sebab waktunya tinggal 1,5 tahun. “Paracycling juga ikut karena tim paracycling adalah bagian dari federasi, mereka akan latihan disini, tak ada perbedaan,” pungkasnya. (Adt) Atlet Balap Sepeda Indonesia yang Meraih Medali Elite: Chrismonita Dwi Putri: 500 individual time trial (perunggu) Junior: Angga Dwi Wahyu Prahesta: scratch (emas), poin race (perunggu), omnium (perak) Paracyling: M. Fadli Immammuddin: 4.000 meter individual pursuit (emas), team sprint 750 meter (perak) Sufyan Saori: 4.000 meter individual pursuit (perunggu), 1.000 time trial (perak) Sri Sugiyanti: 3.000 meter individual pursuit putri (perak), women sprint (perunggu), 1.000 meter time trial (perak) Triagus Arif Rachman: 3.000 meter individual pursuit putra (perunggu) Marthin Losu: 1 km time trial C4 dan C5 (perak)

Cetak Medali Perak di Hari Terakhir, Pebalap Sepeda 17 Tahun Selamatkan Wajah Indonesia

Pebalap sepeda kelahiran Lumajang, 15 Agustus 2001, Angga Dwi Wahyu Prahesta, meraih perak dari nomor omnium junior putra, di hari terakhir Asian Track Championships (ATC) 2019, pada Minggu (13/1). Perak dari nomor omnium, jadi medali ketiga bagi atlet binaan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pelajar (PPLP) Jawa Timur ini. (Tribunnews.com)

Jakarta– Pebalap sepeda junior putra Indonesia, Angga Dwi Wahyu Prahesta, kembali meraih medali saat turun di hari terakhir ajang Asian Track Championships (ATC) 2019, pada Minggu (13/1). Teraktual, Hesta, sapaaanya, berhasil meraih perak dari nomor omnium junior putra. Remaja kelahiran Lumajang, 15 Agustus 2001 ini meraih medali perak nomor omnium, usai mencatatkan 129 poin dari empat nomor balapan, yakni scratch, tempo, elemination, dan point race. Omnium merupakan nomor balapan track, yang menggabungkan empat balapan sekaligus. Dari nomor scratch, ia mengumpulkan 32 poin, tempo 38 poin, elemination 30 poin, serta point race 29 poin. Menurutnya, point race adalah balapan paling krusial hingga dirinya berhasil menggondol medali perak. Medali emas di nomor omnium diraih atlet Kazakhstan, Danill Pekhotin dengan jumlah 133 poin. “Pertandingan tadi sangat berat. Karena ada empat lomba (balapan sekaligus). Race terakhir yang tadi (point race) adalah balapan paling krusial,” ungkapnya di paddock Tim Indonesia, di Jakarta Internasional Velodrome (VIJ), Minggu (13/1). Perak dari nomor omnium, jadi medali ketiga, bagi atlet binaan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pelajar (PPLP) Jawa Timur, khusus balap sepeda, yang berlokasi di Malang ini, di ATC 2019. Sebelumnya, pebalap sepeda berusia 17 tahun itu meraih satu medali emas, dari nomor scratch dan satu perunggu dari nomor point race. Hesta pun mengaku sangat puas dengan raihan total tiga medali di ATC 2019. Selain menandai debut gemilangnya dengan prestasi, emas yang diraih Hesta menghantarkannya mencetak sejarah. Ia menjadi pebalap junior Indonesia pertama yang berhasil meraih medali emas di ajang balap sepeda track tingkat Asia. Selain itu, medali emas miliknya juga menyelamatkan wajah Indonesia di kategori able ATC 2019. Selain Hesta, para pebalap elit Tanah Air gagal mempersembahkan medali emas. Hanya pebalap putri, Crismonita Dwi Putri, yang berhasil menyumbangkan medali perunggu di nomor 500 individual time trial. Sejatinya, Hesta bukanlah pebalap yang menekuni disiplin track. Ia justru turun di nomor downhill dan road race. Namun, hasil tiga medali tersebut, ia menuturkan tak menutup kemungkinan akan mulai berkonsentrasi di nomor track. “Di semua nomor saya bisa. Dengan hasil ini, saya akan fokus menekuni nomor track ini. Saya kurangnya pengalaman, kalau fisik ya semuanya sama. Mudah-mudahan kedepan di beri trainnig camp lagi, di Eropa atau di mana saja,” tutupnya. (Adt)

Indonesia Cetak Sejarah, Atlet 17 Tahun PPLP Jatim Sabet Emas Junior Asia 2019

Atlet balap sepeda junior putra Indonesia yang masih berusia 17 tahun, Angga Dwi Wahyu Prahesta, meraih medali emas pada nomor scratch junior putra, dalam Kejuaraan Asian Track Championship 2019, di Jakarta International Velodrome (JIV), Rawamangun, Jakarta, Kamis (10/1). (suara.com)

Jakarta- Atlet balap sepeda junior Indonesia, Angga Dwi Wahyu Prahesta, mencetak sejarah perlombaan disiplin track dengan menyabet medali emas, dalam Kejuaraan Asian Track Championship 2019, yang berlangsung di Jakarta International Velodrome (JIV), Rawamangun, Jakarta, Kamis (10/1). Hesta, sapaannya, meraih medali emas pada nomor scratch junior putra. Atlet binaan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pelajar (PPLP) Jawa Timur, khusus balap sepeda yang berlokasi di Malang ini, menungguli atlet India, Venkappas Kengalagutti pada posisi kedua dan atlet Taiwan, Chih Sheng Chang yang menempati posisi ketiga. “Persiapan saya hanya dua pekan sejak pertengahan Desember 2018. Saya bangga sekali bisa dapet medali emas karena perlombaan sangat ketat,” ujar alumni SMPN 3 Lumajang ini. Ia mengaku dua lap terakhir menjadi momentum untuk menyabet medali emas karena atlet-atlet lain Asia sudah kesulitan untuk melewatinya. “Target awal saya adalah medali perunggu karena ini perlombaan pertama di level Asia bagi saya,” terang remaja kelahiran Lumajang, Jawa Timur, 15 Agustus 2001 itu. Ia mengaku telah berlatih di India, selama tiga pekan pada Desember 2018, sebelum kembali ke Indonesia pada awal Januari ini. “Saya turun pada nomor point race, omnium, dan scartch pada perlombaan Asia ini,” kata pelajar, yang yang memulai karir dari nomor disiplin sepeda gunung dan road race itu. Pelatih balap sepeda nasional, Dadang Haris Purnomo, mengaku terkejut dengan hasil ini Semula, ia tak mengunggulkan Hesta menyabet medali emas, karena perlombaan Asia di Velodrome menjadi ajang penambah pengalaman bagi atlet-atlet junior. “Saya sempat tak percaya karena hasil yang diraihnya. Itu adalah pembuktian pembinaan PB ISSI yang berhasil mencari atlet-atlet penerus,” kata Dadang. (Adt)

Catat Waktu Dibawah 5 Menit, M Fadli Kunci Emas dan Pertajam Rekor Asia

Pebalap para-sepeda Indonesia, M. Fadli Imammudin, meraih emas sekaligus mempertajam rekor Asia, usai berlaga di final nomor individual pursuit putra C4-C5, dalam ajang para-sepeda di Asian Track Championship 2019, di Jakarta International Velodrome, Jakarta, Kamis (10/1). (kompas.com)

Jakarta- Pebalap para-sepeda track Indonesia, M. Fadli Imamuddin memakai “senjata” baru yang membantunya merebut medali emas nomor 4.000 m individual pursuit putra C4-C5 sekaligus memecahkan rekor pribadi di kejuaraan para-sepeda Asian Track Championship 2019, di Jakarta, Kamis. “Saya mempunyai senjata baru yaitu Look R96, yang kastanya jauh dari sepeda terakhir yang saya pakai,” ungkap Fadli, usai menerima medali emas di Jakarta International Velodrome, Kamis. Sepeda buatan Prancis itu memiliki rangka yang terbuat dari serat karbon dan didukung dengan teknologi paling terkini dalam balap sepeda track. Dengan sepeda itu, Fadli sanggup memperbaiki catatan waktunya dari kisaran waktu 5 menit 3 detik, yang dia ciptakan di Asian Para Games 2018 ke angka 4 menit 58,185 detik pada babak kualifikasi di Jakarta International Velodrome (JIV), Rawamangun, Jakarta Timur. Dengan waktu ini, pria kelahiran Bogor Bogor 25 Juli 1985 juga memecahkan rekor waktu terbaiknya, di tingkat Asia nomor 4.000 m individu pursuit putra C4-C5 cabang para-sepeda. “Saya mendapat perbaikan (waktu) saat pemusatan latihan dua bulan terakhir ini. Ini lanjutan dari Asian Para Games, jadi memang tidak ada jeda,” ujarnya. “Lima detik dalam waktu dua bulan saya cukup senang dengan hasil ini,” kata dia. Fadli menjadi yang tercepat di babak final perebutan medali emas dengan catatan waktu resmi 4 menit 59,601 detik dan setelah difaktorkan, menjadi 4 menit 56,965 detik menyingkirkan pebalap sepeda Iran, Mahdi Mohammadi di peringkat dua (5:23.920). Selain menggunakan sepeda baru, mantan pembalap motor ini menjalani latihan bersama dua pelatih sekaligus, yaitu pelatih dari PB ISSI dan pelatih dari NPC Para-Sepeda. “Alhamdulillah pada kejuaraan ini saya mendapatkan perbaikan dibandingkan hasil Asian Para Games, karena dua pelatih berkolaborasi,” kata Fadli. Sementara itu, pebalap para-sepeda Indonesia lainnya, Sufyan Saori meraih perunggu (5:13.951) mengalahkan pebalap Malaysia, Zuhairi Ahmad Tarmizi (5:23.920) di final perebutan tempat ketiga. (Adt)

Asian Track Championship 2019 Dihelat, Ratusan Pebalap Buru Poin Olimpiade 2020 di Velodrome Rawamangun

Hajatan Asian Track Championship (ATC) 2019 yang akan diikuti 300 pebalap dari 16 negara, siap dihelat di Jakarta International Velodrome (JIV), Rawamangun, Jakarta Timur, pada 8-13 Januari. Mereka berburu poin poin untuk kualifikasi Olimpiade 2020 Tokyo, Jepang. (Pras/NYSN)

Jakarta- Hajatan Asian Track Championship (ATC) 2019 siap dihelat di Jakarta International Velodrome (JIV), Rawamangun, Jakarta Timur, pada 8-13 Januari. Indonesia kembali menjadi tuan rumah setelah 10 tahun yang lalu, Kejuaraan Balap Sepeda Track level Asia ini, digelar di Velodrome Tarakan, Kalimantan Timur, pada 2008. Event ke-39 ini akan diikuti 16 negara, dengan estimasi jumlah peserta sebanyak 300 pebalap. Ajang Pengurus Besar (PB) Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) sekaligus menjadi rangkaian Para Asian Track Championship ke-8, dan Junior Track Championship ke-26. Tujuannya menjadi ajang pengumpulan poin untuk kualifikasi Olimpiade 2020 Tokyo, Jepang, yang akan dimulai dari awal 2019 hingga awal 2020, atau sebelum batas akhir penutupan poin kualifikasi Olimpiade oleh UCI (Union Cycliste Internationale). Parama Nugroho, Ketua Penyelenggara ATC 2019, mengaku persiapan hampir mencapai 100 persen. Khusus penyelenggaraan ATC 2019 ini, pihaknya kaget dengan jumlah peserta yang melebihi target. “Kami hanya melihat dari entry by name yang kami terima yaitu 255 pebalap, dan ternyata yang hadir 297 pebalap,” ujar Parama, pada Senin (7/1). Dengan jumlah peserta yang melebihi target itu, membuat pihaknya harus menyiapkan akomodasi lain. “Pastinya bagi kami, ini menjadi tantangan yang sangat menyenangkan,” lanjutnya. Sedangkan, Terry Yudha Kusuma, pebalap Indonesia, mengungkapkan telah melakukan persiapan selama kurang lebih tiga bulan guna menghadapi event ini. “Saya sangat antusias, apalagi untuk menambah poin Olimpiade 2020. Di event ini saya fokus team sprint dan 1000 meter. Karena spesialisasi saya 1000 meter. Tapi, di nomor keirin, saya juga turun,” terang alumni SMA Negeri Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah. Ia pun berharap sanggupu memecahkan rekor nasional. “Saya memecahkan rekor nasional dengan catatan waktu 1 menit, 3 detik pada waktu Asia Championship di Malaysia, tahun lalu. Kalau bisa, disini (ATC 2019), lebih tajam catatan waktunya, inginnya 1 menit, 1 detik. Semoga bisa terwujud,” cetus pemuda kelahiran Boyolali, Jawa Tengah, 14 Maret 1999. Disisi lain, Wahyu A. Harun, Direktur Operasi PT Jakarta Propertindo (Jakpro), menyebut pihaknya bangga bisa menjamu dan turut berpartisipasi aktif dalam perhelatan ATC 2019. “Gelaran sport sepeda internasional ini penting sebagai bagian dari pengumpulan poin atlet menuju Olimpiade 2020 Tokyo,” tutur Wahyu. Dia menjelaskan JIV memiliki sertifikasi standar internasional yang ditetapkan UCI. “Venue ini terbaik untuk perhelatan sepeda internasional seperti ATC 2019, JIV kini menjadi salah satu ikon dunia sepeda internasional,” tukas Wahyu. (Adt)

Elga Diminta Turun di ATC 2019, Pelatih Rekomendasikan Diganti Atlet 18 Tahun

Pebalap kelahiran Blitar, 20 Juni 2000, Wiji Lestari, mendapat rekomendasi dari sang pelatih, untuk menggantikan Ratu sepeda BMX putri Indonesia, Elga Kharisma Novanda yang masih menjalani pemulihan cedera pinggang, tampil dalam ajang Asian Track Championship (ATC) 2019. (mainsepeda.com)

Jakarta- Ratu sepeda BMX putri Indonesia, Elga Kharisma Novanda, masih menjalani pemulihan cedera pinggang yang menderanya sejak awal tahun. Namun, atlet 26 tahun ini sudah diminta turun dalam event Asian Track Championship (ATC) 2019, di Jakarta International Velodrome, Rawamangun, pada 8-13 Januari. Pebalap kelahiran Malang, 14 November 1993 ini, diminta turun di nomor tim sprint putri bersama, Crismonita Dwi Putri. Keduanya memang menorehkan catatan waktu yang cukup baik di kejuaraan Track Asia Cup, September lalu. Dengan catatan waktu 34,862 detik, mereka diharapkan bisa mengulangi pencapaian tersebut. Ketua PB ISSI, Raja Sapta Oktohari mengaku, meski masih proses penyembuhan, ia yakin Elga bisa tampil prima di ATC 2019. “Saya tahu perkembangannya. Dipastikan nanti akan turun di Asian Track Championships 2019,” katanya. Namun, pendapat berbeda justru diutarakan oleh pelatih Elga, Nur Rochman. Rochman merasa, Elga harus diberi waktu untuk istirahat. Berdasarkan saran dokter, pemulihan pasca operasi setidaknya membutuhkan waktu minimal tiga bulan. Menurut Rochman, peran Elga sebaiknya digantikan oleh atlet junior, Wiji Lestari, yang pada Asian Games 2018, berhasil meraih perunggu di nomor BMX. Hal itu membuat Wiji kini dinilai layak mendampingi Crismonita. “Wiji memang harus membenahi beberapa teknik bersepeda. Dia itu memiliki power yang luar biasa, tapi dia harus bisa lebih efisien lagi, supaya tidak boros tenaganya,” jelas Rochman. Wiji, remaja kelahiran Blitar, Jawa Timur, 20 Juni 2000 ini menyumbang perunggu Asian Games bagi Indonesia, usai tampil di Pulo Mas International BMX Centre, pada Sabtu (25/8) dan membukukan waktu 40,788 detik. Ia kalah cepat dari Zhang Yaru (China, 39,843 detik) dan Kitwanitsathian Chuttikan (Thailand, 40,379 detik). Sebelum meraih perunggu Asian Games 2018, Wiji yang tinggal di Desa Purwokerto, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, mengunci gelar juara kelas junior putri, dalam ajang International BMX Competition 2018, di Banyuwangi, Jawa Timur, pada Juli silam. (Adt)

Punya Velodrome Terbaik Dunia, Indonesia siap gelar Asian Track Series dan Asian Track Championship 2019

Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI) menyatakan Indonesia siap menggelar event Asia Track Series 2019-2020, dan Asia Track Championship pada 2019, di Jakarta International Velodrome, Rawamangun. Velodrome ini dinobatkan sebagai satellite training center terbaik ke-empat di dunia, oleh The Union Cycliste Internationale (UCI). (tiwtter.com)

Jakarta- Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI) menyatakan Indonesia siap menggelar Asian Track Series 2019-2020 dan Asian Track Championship pada 2019. “Indonesia siap menggelar Asia Track Championship 2019, di Jakarta International Velodrome, 8-13 Januari,” ujar Ketua PB ISSI, Raja Sapta Oktohari di Jakarta, Senin. Menurut dia, perhelatan Asian Games 2018 serta Asian Para Games 2018 membawa dampak positif terhadap perkembangan olah raga balap sepeda di tanah air. “Salah satunya, yakni Indonesia jadi punya lintasan balap sepeda track salah satu yang terbaik di dunia,” ujar pria yang akrab disapa Okto itu. Dia menuturkan Velodrome Rawamangun dinobatkan sebagai satellite training center terbaik ke-empat di dunia, oleh The Union Cycliste Internationale (UCI) yang berbasis di Swiss. Velodrome ini makin terlihat mewah dengan fasilitas lengkap berkelas dunia, usai direnovasi untuk Asian Games 2018, serta menghabiskan dana U$ 40 Juta. Kehebatan Velodrome yang dibangun oleh maestro arsitek Velodrome Dunia asal Jerman, Ralf Schuman, yakni arena balap sepeda ini memiliki ciri khas speed tinggi. Selain Kejuaraan Asia Track Championship Januari 2019, PB ISSI selangkah lagi menggelar even Asia Track Series, bersama beberapa negara kuat Asia. Tercatat Jepang, Korea, Malaysia, India dan Kazakstan, siap tampil di dua series Asia Track 2019 di Jakarta International Velodrome Rawamangun. “Itu harus terjadi di bulan Januari tahun depan. Jadi kalau bisa, event itu berlangsung pada Januari 2019 hingga awal 2020. Kebetulan, Indonesia cuma dapat dua seri,” tegas Okto. Rencananya event ini akan diikuti oleh para pebalap terbaik dari 43 negara di Asia, yang merupakan anggota ACC (Asian Cycling Confederation). Event tahunan ACC ini akan melombakan sejumlah nomor, seperti Sprint, Pursuit, Points Race serta nomor lainnya. Tahun lalu, kejuaraan ini digelar di Malaysia. Kejuaraan itu juga dijadikan sebagai ranah pengumpulan poin bagi pebalap sepeda, sebagai persyaratan untuk berlaga di Olimpiade 2020. Sementara itu, berkaitan dengan persiapan para atlet, dia mengungkapkan sampai dengan saat ini, seluruh atlet masih terus berlatih secara rutin dan intensif. Terlebih, sambung dia, pemusatan latihan nasional (pelatnas) juga memfokuskan latihan untuk Olimpiade 2020 yang akan diselenggarakan di Tokyo, Jepang. “Asia Track 019 itu poinnya besar, jadi bisa untuk persiapan bagi atlet menuju olimpiade. Pelatnas pun juga sudah fokus dengan Olimpiade 2020,” pungkas Okto. Tujuan dari Asia Track Championship Januari 2019, dan dua Asia Track Series 2019 yang diakui UCI, akan menambahpoin setiap pebalap Asia yang ikut serta. Pengumpulan poin untuk kualifikasi Olympiade 2020, akan dimulai dari awal 2019 hingga awal 2020, atau sebelum batas akhir penutupan poin Kualifikasi Olympiade oleh UCI. (Adt)

Sinergi PB ISSI-Jakpro Kelola Velodrome Rawamangun, Cetak Atlet Berpretasi Dunia

Raja Sapta Oktohari (Ketua Umum PB ISSI/Kanan) dengan Dwi Wahyu Daryoto (Direktur Utama PT Jakarta Propertindo/Jakpro), saat melakukan proses penandatanganan nota kesepahaman pengelolaan Jakarta International Velodrome Rawamangun, pada Senin (17/12). (Adt/NYSN)

Jakarta- Pengurus Besar (PB) Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) bersinergi dengan PT Jakarta Propertindo (Jakpro), dalam pengelolaan Jakarta International Velodrome Rawamangun, Jakarta Timur. Sinergi antara kedua institusi itu dituangkan melalui penandatanganan nota kesepahaman. Momen itu diwakili Raja Sapta Oktohari, sebagai Ketua Umum PB ISSI, dengan Dwi Wahyu Daryoto, Direktur Utama PT Jakarta Propertindo (Jakpro), pada Senin (17/12). Dwi mengatakan sinergi dilakukan sesuai permintaan Anies Baswedan (Gubernur DKI Jakarta) agar keberadaan Velodrome bisa menjadi sarana mencetak atlet-atlet berprestasi. “Seharusnya, keberadaan Velodrome ini, bisa mencetak atlet bertaraf internasional. Namun, Velodrome ini harus di maintenance dengan baik, meski biaya pemeliharaannya sangat mahal,” ujar Dwi. Diungkapkan Dwi, untuk pemeliharaan Velodrome, pihaknya mengeluarkan dana tak kurang dari Rp 1,2 miliar per bulan. “Biaya itu untuk listrik, keamanan dan kebersihan. Sedangkan Jakpro, mendapatkan penugasan mengelola Velodrome hingga Januari 2019,” lanjutnya. Dengan pengelolaan yang baik dan profesional, Dwi Berharap akan meringankan biaya perawatan, yang menelan biaya hingga miliaran rupiah tersebut. “Mudah-mudahan kerjasama ini akan menghasilkan suatu yang baik. Memang kami paham bahwa PB ISSI merupakan lembaga non pemerintah dan non profit, berbeda dengan Jakpro. Sehingga kami sepakat, bila Velodrome ini juga terbuka untuk publik,” tegas Dwi. Sementara itu, Okto menyebut penandatanganan nota kesepahaman ini adalah awal dari kerjasama PB ISSI dengan Jakpro, guna menekan biaya perawatan yang mencapai miliaran rupiah tersebut. “Velodrome ini memiliki fasilitas yang lengkap dan mewah, sehingga perawatannya pun harus istimewa, dan yang akan menggunakan Velodrome ini dikenakan biaya yang sangat mahal. Sehingga mereka tidak lagi meragukan kualitas disini,” terang putra dari Oesman Sapta Odang (OSO) itu. Dengan kualitas venue yang berlevel internasional, Okto menyebut tak menutup kemungkinan, jika beberapa atlet luar negeri akan melakukan training center di Velodrome ini, sebagai persiapan menuju Olimpiade 2020. “Ada beberapa negara mengontak kami guna menggelar training camp disini. Setelah kejuaraan Asian Track Championship pada 8-13 Januari 2019 di Velodrome ini, sebagian atlet dari negara peserta tidak kembali, tapi lanjut training camp,” tegas Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) periode 2011-2014 itu. (Adt)

Jabar Kampiun Kejurnas Taekwondo Junior 2018, PBTI : Butuh 5-6 Tahun Jadikan Atlet Senior

Provinsi Jawa Barat akhirnya meraih gelar juara umum Bank BRI Kejurnas Junior Taekwondo Indonesia 2018 yang berlangsung sejak 14-16 Desember, dengan total meraih 15 medali emas, 1 perak, dan 4 perunggu, di GOR POPKI Cibubur, Jakarta Timur. (PBTI)

Jakarta- Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) mengaku jika atlet daerah yang potensial dan meraih medali pada Bank BRI Kejurnas Junior Taekwondo Indonesia 2018, disiapkan promosi menjadi atlet nasional dan mengikuti pelatnas di Jakarta. “Kami akan melihat kebutuhan dalam pelatnas. Kami akan menggabungkan atlet senior dengan atlet junior dari daerah, sehingga kami punya atlet pelapis yang kami turunkan dalam berbagai kejuaraan,” kata Ketua Umum PB TI, Marciano Norman, usai menutup kejurnas di GOR POPKI Cibubur, Jakarta Timur, pada Minggu (16/12). Provinsi Jawa Barat akhirnya meraih gelar juara umum dalam Kejurnas yang berlangsung dari 14-16 Desember ini, dengan raihan total 15 emas, 1 perak, dan 4 perunggu. Disusul Jawa Tengah dengan 5 emas, 5 perak dan 18 perunggu, serta DKI Jakarta di peringkat ketiga, dengan 4 emas, 3 perak dan 13 perunggu. “Kejurnas junior ini akan dijadikan ajang seleksi timnas bagi PBTI, yang diturunkan pada kejuaraan Asia Junir 2019. Melalui team talent scouting, PBTI sangat ketat dan selektif mencari bakat serta talenta mereka untuk mendapatkan atlet terbaik, dari sisi taktik dan tehniknya, serta postur tubuh yang ideal,” kata Marciano. Mantan Kepala Badan Intelijen Negera (BIN) itu menyebut, pembinaan atlet taekwondo junior menjadi atlet utama nasional, membutuhkan waktu lima hingga enam tahun. Usai diputuskan masuk pelatnas, PBTI berharap mereka bisa turun di ajang internasional seperti SEA Games, Asian Games, hingga Olimpiade, termasuk kejuaraan dunia. Pelatih pelatnas PBTI, Rahmi Kurnia mengakui, bila postur atlet junior dari berbagai daerah di Indonesia saat ini, sudah memadai berkompetisi dalam kejuaraan-kejuaraan di tingkat Asia Tenggara. Hal itu merupakan kabar baik untuk regenerasi atlet taekwondo Indonesia. Sebab, postur tubuh merupakan salah satu bagian penting untuk atlet ketika berlaga di atas matras. Meski skill dan tehnik juga tetap menjadi peran paling utama saat bertanding. “Postur tubuh mereka sudah cukup memadai, meskipun teknik bertanding mereka belum sempurna. Kami akan memperkuat teknik bertanding ataupun jurus mereka, ketika mereka bergabung dalam pelatnas nanti,” kata Rahmi. (Adt)

Demi Kualifikasi Olimpiade, Pelatnas Taekwondo Butuh Lima Event Kejurnas di 2019

Atlet-atlet junior taekwondo dari 34 provinsi di Indonesia, saling bersaing dalam Bank BRI Kejurnas Junior Taekwondo Indonesia 2018, yang berlangsung di GOR POPKI Cibubur, pada 14-16 Desember, demi lolos ke pemusatan latihan nasional. (infonitas.com)

Jakarta- Pelatih pemusatan latihan nasional (pelatnas) Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PB TI) mengharapkan lima kejuaraan nasional sepanjang 2019 demi mendukung pembinaan atlet jelang kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020. “Kami harap setidaknya ada lima kejuaraan nasional di Indonesia, sehingga atlet bisa punya pengalaman bertanding dan penampilan mereka lebih bagus, sebelum mengikuti kejuaraan kualifikasi zona Asia, pada awal 2020 di China,” ujar pelatih nasional PB TI, Lee Sunjae, pada Minggu (16/12). Di sela-sela Bank BRI Kejurnas Junior Taekwondo Indonesia 2018, di GOR POPKI Cibubur Jakarta, Lee mengaku, keikutsertaan di kejuaraan kualifikasi zona Asia membuka peluang lebih besar untuk mendapatkan tiket Olimpiade Tokyo 2020, dibanding harus mengumpulkan 300 poin, dengan mengikuti berbagai turnamen sepanjang 2019. “Peringkat atlet Indonesia masih jauh di bawah atlet-atlet negara lain. Saat ini peluang terbesar, hanya ada pada atlet dengan peringkat satu hingga enam dunia, untuk lolos Olimpiade. Dan Indonesia tidak ada di peringkat itu,” katanya. Selain jumlah pertandingan nasional yang memadai, Lee mengharapkan percepatan anggaran pelatnas agar para atlet yang akan mengikuti kualifkasi Olimpiade atau SEA Games bisa segera berlatih pada Januari, baik atlet senior yang masih di pelatnas, ataupun atlet junior daerah yang akan turut bergabung di pelatnas. “Saya sudah mengamati postur tubuh atlet-atlet junior Indonesia dalam Kejurnas Junior 2018 ini. Rata-rata postur tubuh atlet Indonesia kecil, dan itu sulit untuk masuk kelas pertandingan lebih berat,” katanya. Lee berharap Indonesia memiliki wakil kelas pertandingan -67 kilogram putra dan +67 kilogram putri, serta kelas -80 kilogram putra serta +80 kilogram putra, untuk tampil di ajang internasional. “Kami harus mencari atlet-atlet untuk kelas berat itu, dari berbagai kejuaraan nasional di Indonesia,” katanya. Indonesia, menurut Lee, harus meloloskan setidaknya satu wakil pada Olimpiade Tokyo 2020 dari delapan kelas pertandingan kyorugi yaitu empat kelas pertandingan putra dan empat kelas pertandingan putri. Sebelumnya, pelatih lain pelatnas taekwondo Indonesia, Rahmi Kurnia mengatakan, akan ada dua hingga tiga atlet, yang sedang dipersiapkan fokus mengikuti kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020. “Kami juga harus memantau perkembangan atlet-atlet junior yang ada. Kami akan melakukan seleksi kembali pada Januari, karena atlet pelatnas Asian Games akan berakhir pada Desember,” kata Rahmi. Atlet-atlet yang akan masuk dalam prioritas kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 akan punya program latihan yang berbeda dengan atlet-atlet lain karena harus mengikuti kejuaraan-kejuaraan uji coba sebelum mengikuti kejuaraan kualifikasi zona Asia. (Adt)

Ratusan Atlet PPLP dan Klub Dari 34 Provinsi, Bidik Tiket Pelatnas di BRI Junior Taekwondo 2018

Marciano Norman, Ketua Umum PBTI mengatakan, ajang BRI Kejurnas Junior Taekwondo Indonesia 2018 kan menjadi sarana dalam mencari atlet-atlet junior untuk dipersiapkan menjadi pelapis tim senior, sekaligus regenerasi tim Taekwondo Indonesia. (Adt/NYSN)

Jakarta- Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) menggelar Bank BRI Kejurnas Junior Taekwondo Indonesia 2018, di GOR POPKI Cibubur, 14 – 16 Desember 2018. Kejurnas ini diikuti oleh 430 atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) maupun klub, dari 34 provinsi di Indonesia, dalam dua kategori, yakni Kyorugi dan Poomsae. Ketua Umum PBTI Marciano Norman menegaskan, ajang yang akan berlangsung selama tiga hari, 14-16 Desember, di GOR POPKI, Cibubur, Jakarta Timur, itu akan menjadi ajang pencarian bakat. “Kita menyebar talent scouting (pemandu bakat) dalam kejurnas kali ini. Gunaya melihat potensi taekwondoin junior, yang layak dan bisa diproyeksikan sebagai pelapis taekwondoin senior dalam pelatnas,” kata purnawirawan bintang 3 TNI-AD itu, di sela pembukaan Kejurnas Junior, pada Jumat (14/12). Setelah menjadi pelapis, lanjut pria yang pernah mengepalai Badan Intelijen Negara (BIN) itu, taekwondoin junior akan menjadi atlet utama yang dibina dalam pelatnas jangka panjang PBTI, untuk meraih prestasi di kejuaraan tunggal, atau bahkan multiajang internasional, hingga level Olimpiade. “Atlet-atlet junior ini nanti pada waktunya akan menjadi atlet senior yang juga bisa mengikuti berbagai event, mulai dari SEA Games 2019 Filipina, Asian Games, hingga Olimpiade,” tambah pria kelahiran Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 28 Oktober, 64 tahun silam itu. Untuk kategori Kyorugi (tarung) akan mempertandingkan 10 kelas putra dan 10 kelas putri, sedangkan Poomsae (jurus), akan ditampilkan 5 kelas. Sepuluh kelas yang di pertandingkan adalah untuk putra : U-45 Kg, U-48 Kg, U-51 Kg, U-55 Kg, U-59 Kg, U-63 Kg, U-68 Kg, U-73 Kg, U-78 Kg dan +78 Kg. Untuk kelas putri adalah kelas U-42 Kg, U-44 Kg, U-46 Kg, U-49 Kg, U-52 Kg, U-55 Kg, U-59 Kg, U-63 Kg, U-68 Kg dan +68 Kg. Untuk kategori Poomsae akan mempertandingkan 5 (lima) kelas yakni individual putra, individual putri, team putra, team putri dan pair (Pasangan). Atlet yang akan turun adalah atlet yang berusia di bawah 17 tahun. Tepatnya yang lahir antara 2001 sampai dengan 2004. Seperti diketahui peraturan pada kejuaraan ini mengunakan peraturan “WT Competition Rule”, baik Kyorugi dan Poomsae. Khususu sistem pertandingan untuk Kyorugi, menggunakan sistem gugur. Sedangkan untuk Poomsae, memakai Recognize System Tournament, dan untuk Free Style yang mengunakan System Cut Off. Peralatan dan perlengkapan baik untuk Kyorugi maupun Poomsae menggunakan KP&P. Demi meningkatkan kualitas taekwondoin Indonesia sejak belia, pada event ini, PBTI juga mendatangkan taekwondoin asal Korea Selatan yang meraih medali emas Olimpiade 2004 Athena, Yunani, Moon Dae Sung, untuk memberikan klinik pelatihan bagi para taekwondoin dan pelatih Indonesia. Di sisi lain, Marciano menegaskan pihaknya akan menerapkan standar pelatihan yang sama untuk taekwondoin Indonesia, yakni menjalani pelatnas jangka panjang dalam satu latihan terpusat (training camp) di luar negeri, hingga mengikuti sejumlah kejuaraan di luar negeri, demi menambah pengalaman bertanding. (Adt)

Asian Open Short Track Speed Skating Trophy 2018 Diikuti 12 Negara, Sertakan Nomor Atlet Usia 11 Tahun

Ajang Asian Open Short Track Speed Skating Trophy 2018, yang berlangsung di Oasis Centre Arena (OCA), AEON Mall Jakarta Garden City, Jakarta Timur, pada 30 November - 2 Desember 2018, menjadi lompatan menuju SEA Games 2019. (Adt/NYSN)

Jakarta- Federasi Ice Skating Indonesia (FISI) siap menggelar Asian Open Short Track Speed Skating Trophy 2018, di Oasis Centre Arena (OCA), AEON Mall Jakarta Garden City, Jakarta Timur, pada 30 November – 2 Desember 2018. Gelaran kompetisi internasional pertama di Indonesia ini diikuti 113 atlet dari 12 negara. Yakni Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, China Taipei, Korea, China, Hong Kong, Qatar, Australia, Jepang, dan India. Turnamen mempertandingkan lima nomor, di antaranya Senior, Junior A, Junior B, Junior C dan Junior D, serta 11 tahun. Sekaligus menjadi ajang unjuk skill menuju SEA Games 2019 Filipina Gatot S. Dewabroto, Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora), mengatakan melalui turnamen ini pemerintah memberi dukungan penuh yang tidak berhenti di Asian Games dan Asian Para Games 2018 saja. Ia menyebut cabang olahraga ice skating menjadi salah satu yang dipertandingkan di SEA Games 2019 Filipina. “Banyak event nasional dan internasional yang kami dorong. Tak hanya sport olympic, tapi juga non sport olympic program,” ujar Gatot, di Senayan, Jakarta, pada Jumat (30/11). “Turnamen dengan level Asia ini menjadi kesempatan bagi para atlet dalam menunjukkan kemampuannya menuju SEA Games 2019 di Manila,” lanjutnya. Sementara itu, Yovita Bellina, Sekertaris Jenderal (Sekjen) FISI, mengungkapkan Indonesia memiliki peluang besar meraih prestasi di ajang turnamen internasional ini. Sebab, jelasnya, para atlet telah berlatih selama dua bulan lebih, dan bukan hanya di dalam negeri, tapi juga di luar negeri. Kontingen ice skating Indonesia mengincar prestasi yang lebih tinggi diSEA Games yang berlangsung di Manila, Filipina pada 2019. Satu emas dan satu perak dari kategori putra dan putri target Federasi ICe Skating Indonesia (FISI) dari disiplin short track menyusul pencapaian mereka di SEA Games Kuala Lumpur, Malaysia, 2017 lalu. Kala itu, atlet Merah Putih berhasi membawa pulang satu perak dari nomor 500 meter putra dan 1 perunggu dari estafet beregu putri. Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi FISI, Fitra Tara Mizar mengaku, optimistis atlet-atlet binaannya dapat mencapai prestasi yang lebih baik. “Target realistis kami adalah emas di 500 meter putra, dari Stafanus Wihardja. Saat di Malaysia dia dapat perak sehingga kami harapkan bisa genjot lagi, dan saat-saat ini adalah era keemasannya. Kalau di putri yang beregu itu yang kita andalkan dari yang semula perunggu menjadi perak,” ujar Fitra, pada Jumat (30/11). Fitra menambahkan, di Manila terdapat pengurangan nomor pertandingan dibandingkan dengan SEA Games sebelumnya. Di Kuala Lumpur terdapat 8 nomor yang dipertandingkan, di Manila baru diputuskan 6 nomor, yaitu 500 meter putra-putri, 1.000 meter putra-putri, dan 1.500 meter putra-putri. “Kalau yang 1.500 meter memang masih bargaining, negara-negara peserta masih mencoba melobi, kalau bisa jangan 1.500, tetapi beregu saja, karena peluang kita di beregu itu. Makanya, kita berharap beregu ada cuma dari tuan rumah memang belum fixed antara beregu sama 1.500 meter,” tambahnya. Fitra menjelaskan lawan terberat Indonesia saat ini masih sama, yakni Malaysia dan Thailand di nomor short track, serta Filipina di figure skating. Ia mengaku menuju ke Manila di akhir 2019, pihaknya sudah mengagendakan serangkaian turnamen uji coba yang akan diikuti di sepanjang tahun. Para ice-skater Merah Putih akan mengikuti Asian Skating Union Series yang terdiri dari empat seri. Kompetisi itu berlangsung di Tiongkok, Korea Selatan, Taipei, dan Jepang sejak Februari hingga Juni, pada 2019. Selain ajang uji coba, seri itu juga menjadi ajang pengumpulan poin Olimpiade Musim Dingin 2022 di Beijing. Namun, untuk lolos, para atlet Indonesia harus lebih dulu berkompetisi dalam ajang Asian Open Short Track Speed Skating Trophy 2018, di Jakara. “Event di Jakarta ini salah satu kualifikasi di sirkuit Asia, sehingga harus ada limit waktu yang dipenuhi. Misalnya, di nomor track 500 meter putra, jika catatan waktunya nggak masuk 46 detik, berarti gagal tampil. Begitu juga putri, kalau catatannya kurang dari 50 detik, ya batal ikut di sirkuit Asia,” jelas Fitra. Untuk seri tersebut, FISI sudah menargetkan beberapa atlet yang ikut. “Kalau di putra ada Stefanus dan Yohannes, sementara putri ada empat yang kemarin ikut estafet di SEA Games 2017, yaitu Ratu Afifah Nur Indah, Alyssa Thirza Putri, Rahmah Osya, dan Gita Widya Yunika,” pungkasnya. (Adt)

33 Atlet Pelajar Jabar Ikuti Kejurnas Taekwondo Junior 2018, PBTI Fokus Seleksi Berpostur Ideal

Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) menggelar Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Taekwondo Junior 2018, di GOR POPKI Cibubur, Jakarta Timur, 14-16 Desember, dan diikuti 34 Propinsi, dengan mempertandingkan dua kategori, yakni Kyorugi dan Poomsae. (PBTI)

Bandung- Pengurus Provinsi (Pengprov) Taekwondo Indonesia (TI) Jawa Barat resmi menetapkan 33 atlet yang berusia 14 hingga 17 tahun, tampil pada Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Taekwondo Junior 2018, di GOR POPKI Cibubur, Jakarta Timur, pada 14 – 16 Desember. Menurut Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi (Binpres) Pengprov TI Jawa Barat, Bayu Firmansyah, penetapan tim inti Kejurnas ini dilakukan karena pihaknya sudah harus memasukan siapa saja atlet yang akan ikut serta di Kejurnas. Adapun pemilihan atlet menggunakan sistem entry by name. “Sebab pada Minggu (25/11), sudah harus masuk entry by name. Dan kini, Pengprov sudah menetapkan jumlah atlet yang akan di ikut sertakan pada Kejurnas Taekwondo Junior 2018,” ucap Bayu, pada Rabu (26/11) . Bayu menambahkan, penetapan tim inti Kejurnas Junior sudah melalui tahapan seleksi, dengan kurun waktu persiapan kurang lebih sekitar dua bulan lamanya. Adapun jumlah tim inti Kejurnas Taekwondo Junior 2018, berjumlah 33 orang. “Seleksi dilaksanakan sekaligus dengan pelatda, dan sebelum menetapkan tim inti, kami sudah melaksanakan pelatda selama sebulan lebih. Sebelum seleksi, jumlah atlet ada 42 orang,” terangnya. Adapun komposisi atlet Jabar di Kejurnas Taekwondo Junior 2018, kata dia, terdiri dari 20 atlet putra/putri (Pa/Pi) nomor kyorugi, dan 13 atlet pomsaee Pa/Pi. Berbeda dengan nomor kyorugi, menurutnya, atlet pomsaee tak mengalami pengurangan dari jumlah total atlet sebelumnya. Kejurnas Junior ini akan diikuti oleh 34 Propinsi dengan mempertandingkan dua kategori, Kyorugi dan Poomsae. Untuk Kyorugi akan mempertandingkan sebanyak 10 (sepuluh) kelas putra dan 10 (sepuluh) kelas putri. Sedangkan, Kategori Poomsae mempertandingkan 5 (lima) kelas. Menurut Ketua Pelaksana Kejurnas Junior 2018, Tb. Ade Lukman, Kejurnas Junior ini jadi momentum strategis tak saja bagi Pengprov, karena sebagai ajang menetapkan formasi ideal atlet mereka, yang akan turun di PON 2020 di Papua, tapi juga bagi Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI). Menurutnya, PBTI menjadikan event ini menjaring atlet muda menjadi pelapis atlet pelatnas, yang sebagian kini sudah terdegradasi. Selain itu, kata Ade, Kejurnas Junior ini juga dijadikan PBTI melakukan seleksi Timnas Junior, yang akan turun di kejuaraan Junior Asia 2019 mendatang. “Kejurnas kali ini menjadi sangat penting artinya, bukan saja bagi Pengprov yang akan membuktikan kualitas generasi baru atletnya yang akan tampil di PON 2020 di Papua, tapi juga bagi PBTI, guna mengambil atlet terbaik untuk kejuaraan Asia di 2019,” ujar Ade, di Jakarta, awal pekan ini. Lebih lanjut, ia menjelaskan gelaran Kejurnas Junior kali ini juga, PBTI melalui team talent scouting, akan lebih ketat dan fokus mengidentifikasi bakat atlet terbaik. Bukan saja dari segi teknik dan fisik, tapi juga dari sisi postur tubuh yang ideal. Atlet yang akan turun di Kejurnas Junior adalah atlet berusia di bawah 17 tahun. Tepatnya kelahiran antara tahun 2001 hingga 2004 dan melampirkan dan membuktikan Akte Kelahiran, Ijazah sekolah (Raport), Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Sertifkat Taekwondo Minimal Geup V (ASLI) yang dikeluarkan oleh PBTI kepada panitia pelaksana. Dalam Kejurnas Taekowndo Junior 2018, kategori Kyorugi akan mempertandingkan sebanyak 10 (sepuluh) kelas putra dan 10 (sepuluh) kelas putri. Adapun untuk kategori Poomsae menampilkan 5 (lima) kelas yakni Individual Putra, Individual Putri, Team Putra, Team Putri dan Pair (Pasangan). Kelas untuk Putra : U-45 Kg, U-48 Kg, U-51 Kg, U-55 Kg, U-59 Kg, U-63 Kg, U-68 Kg, U-73 Kg, U-78 Kg dan Over 78 Kg. Sedangkan untuk putri kelas U-42 Kg, U-44 Kg, U-46 Kg, U-49 Kg, U-52 Kg, U-55 Kg, U-59 Kg, U-63 Kg, U-68 Kg dan Over 68 Kg. (Adt)

Ranking Satu Dunia Ramaikan Persaingan, Indonesian Masters 2018 Ajang Timba Pengalaman Pegolf Amatir Indonesia

Turnamen golf Indonesia Masters 2018, di Royale Jakarta Golf Club, Jakarta Timur, 13-16 Desember mendatang, bakal semarak dengan kehadiran pegolf nomor satu dunia Justin Rose (Inggris), dan Henrik Stenson (Swedia). (Adt/NYSN)

Jakarta- Pegolf nomor satu dunia Justin Rose (Inggris) dan Henrik Stenson (Swedia) memastikan kehadirannya di turnamen golf Indonesian Masters 2018, di Royale Jakarta Golf Club, Jakarta Timur, pada 13-16 Desember. Mereka akan terlibat persaingan sengit dengan pegolf negara lain, seperti India, Korea, Thailand, dan tuan rumah Indonesia, guna memperebutkan total hadiah 750.000 dollar Amerika Serikat (AS). Justin Rose merupakan pegolf nomor satu dunia, sekaligus juara bertahan di Indonesian Masters. Ia merupakan pemegang medali emas Olimpiade Musim Panas 2016, Rio de Janeiro, Brasil. Sedangkan Henrik Stenson adalah pegolf pertama Swedia yang menjuarai turnamen Major, saat sukses meraih kemenangan pada Open Championship 2016, di Royal Troon. Dan, pada 2013, Stenson meraih FedEx Cup di U.S PGA Tour dan Race to Dubai di European Tour, serta menjadi pegolf pertama yang mengawinkan dua trofi dan melakukannya di tahun yang sama. Ia juga pemegang medali perak Olimpiade Musim Panas 2016, Rio de Janeiro, Brasil. “Tahun ini, Indonesian Masters sangat spesial, dan beruntung kami bisa menghadirkan Justin Rose. Kebetulan minggu ini dia jadi pegolf nomor satu di dunia. Jadi suatu kebanggan buat kami, dia mau datang,” ujar Jimmy Masrin, Founder Indonesian Masters dan Chairman of Asian Tour, di Jakarta, pada Rabu (7/11). Menurutnya, untuk pertama kali Indonesian Masters selama penyelenggaraan kedelapan kalinya ini menghadirkan pemain nomor satu dunia, sehingga membuat kompetisi menjadi sangat sulit bagi pegolf Indonesia dan pegolf negara lain. “Di Indonesian Masters ini Indonesia mendapat alokasi 24 nama pegolf, yakni 20 pegolf profesional dan 4 pegolf amatir. Kalau dilihat kualitas pegolf Indonesia makin meningkat dari setiap pelaksanaan turnamen ini,” lanjutnya. “Bagi pegolf amatir Indonesia, turnamen ini juga menjadi tantangan tersendiri, sekaligus untuk menimba pengalaman dari pegolf-pegolf terbaik di dunia. Karena selama ini mereka juga sudah memiliki kesempatan bermain di skala lokal, regional, hingga internasional,” tambah Jimmy. Indonesian Masters akan diikuti 144 pegolf dari seluruh dunia. Dan juara klasemen Habitat for Humanity (Order of Merit Asian Tour) dinobatkan pada Indonesian Masters, serta juara turnamen tahun ini akan mendapatkan kesempatan bertanding di WGC-FedEx St. Jude Invitational pada Juli tahun depan. Sementara itu, Tambok P. Setyawati, Direktur Retail Banking Bank Negara Indonesia (BNI), mengaku bangga Bank BNI bisa mensponsori turnamen ini. “Turnamen ini merupakan salah satu kompetisi olahraga internasional utama di negara ini, dan event yang sempurna bagi kami untuk ikut terlibat,” tukas Setyawati. (Adt)

Tim Ayu Pusaka Indonesia Raih ‘Best of The Best’ Jakarta Pencak Silat Championship (JKTC) 2018, Pembinaan Pencak Silat Usia Dini Tak Putus

Tim pencak silat Ayu Pusaka Indonesia sukses meraih gelar ‘Best of The Best’, di ajang Jakarta Pencak Silat Championship (JKTC) ke-10, di Gelanggang Olahraga (GOR) POPKI Cibubur, Jakarta Timur, pada 20-21 Oktober 2018. (Adt/NYSN)

Jakarta- Tim pencak silat Ayu Pusaka Indonesia sukses meraih gelar ‘Best of The Best’, di ajang Jakarta Pencak Silat Championship (JKTC) ke-10, di Gelanggang Olahraga (GOR) POPKI Cibubur, Jakarta Timur, pada 20-21 Oktober 2018. Sedangkan Perguruan Silat Nasional Perisai Putih (PSN PP) Jakarta Timur menempati peringkat kedua, diikuti tim pencak silat Prisai Sakti Mataram, yang berada di posisi ketiga. Sebanyak 2.345 atlet ikut serta, dalam kejuaraan yang bergulir dua kali dalam setahun ini. JKTC yang dimulai sejak 2013, bertujuan untuk memasyarakatkan olahraga pencak silat. Mereka ingin olahraga yang tumbuh berkat budaya Indonesia ini terus menghasilkan bibit-bibit potensial. Sistem pertandingan pun berbeda dengan biasanya. Tiap kelas diatur dengan mengukur tinggi badan, usia, dan tingkat pendidikan, serta terdiri dua hingga empat peserta. Paiman, Kepala Sub Bidang (Kasubid) Manajemen Industri Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), menilai event ini sangat luar biasa. Pihaknya tak menduga jumlah peserta mencapai 2.000 atlet muda. “Dampak Asian Games 2018, cabang pencak silat berhasil menjadi juara umum, membuat respon pesilat mengikuti event ini sangat tinggi. Usai Asian Games 2018, event ini harus terus diselenggarakan,” ujar Paiman disela pemberian trophy Jakarta Pencak Silat Championship (JKTC), di GOR POPKI Cibubur, Jakarta Timur, Minggu (21/10). Ia menilai ajang ini memberikan banyak manfaat bagi para peserta, selain menambah pengalaman, juga dapat mengasah mental tanding, dan mereka yang ikut berkompetisi merupakan bibit muda potensial. Artinya, dengan jumlah peserta yang mencapai ribuan, maka Indonesia tak akan kekurangan bibit muda di cabang olahraga pencak silat “Kami harap para peserta bisa mengambil pelajaran, pengalaman, dan mengasah mental tanding dengan mengikuti berbagai event yang digelar, salah satunya Jakarta Pencak Silat Championship. Karena mereka adalah penerus atlet-atlet senior yang berada di Pelatnas,” tegas Paiman. Sementara itu, Iskandar, Ketua Pelaksana JKTC 2018, menyebut pihaknya mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah, melalui Asisten Deputi Industri dan Promosi Olahraga, Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga, serta dukungan dari BUMN (Badan Usaha Milik Negara), sehingga event ini dapat berlangsung dengan semarak. “Alhamdulillah, event ini bisa terselenggara dengan baik. Animo peserta juga sangat tinggi, yang pada penyelenggaraan sebelumnya mencapai 1500, tapi saat ini peserta meningkat menjadi 2300 orang, ini memberikan dampak positif, baik dari segi kuantitas maupun kualitas,” terang Iskandar. Ia berharap event ini bisa dijadikan jenjang pesilat untuk bisa beprestasi di tingkat nasional dan internasional. “Jenjang prestasi bisa terukur mulai dari PON (Pekan Olahraga Nasional), SEA Games, Asian Games, dan kami juga berharap pencak silat bisa menjadi cabang eksibisi di Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang,” pungkasnya. (Adt)

Dijajal Pebalap Timnas, Velodrome Asian Games 2018 Mulai Bisa Digunakan

Pembangunan Jakarta Internasional Velodrome (JIV) Rawamangun, Jakarta Timur, kini telah mencapai 87 persen, dan dijadwalkan rampung pada bulan Mei mendatang. (Pras/NYSN)

Jakarta- Jakarta Internasional Velodrome (JIV) Rawamangun, Jakarta Timur, yang akan digunakan untuk Asian Games 2018 Jakarta-Palembang, 18 Agustus – 2 September mulai diuji pebalap timnas karena pembangunannya mendekati final. “Memang benar, hari ini velodrome dicoba oleh pebalap timnas. Mereka yang pertama kali merasakan velodrome ini sebelum pebalap lain. Keren banget,” kata Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Sepeda Sport (PB ISSI) Raja Sapta Oktohari, Kamis (3/5). Pebalap timnas yang bisa dikatakan mendapat berkah untuk mencoba lintasan balap yang terbuat dari kayu untuk pertama kalinya ini adalah tiga pebalap putra yaitu Projo Waseso, Puguh Admadi, Terry Yuda, Crismonita Dwi Putri dan Elga Kharisma Novanda. Menurut dia, VIJ yang dibangun khusus untuk kejuaraan empat tahunan ini sesudah mendapatkan sertifikasi khususnya untuk panjang lintasan balap. Adapun panjang dari lintasan adalah 250,0007 meter dan untuk empat putaran sepanjang 1.000, 0028 meter. Berdasarkan sertifikasi awal yang ditandatangani per 30 April ini, VIJ direkomendasikan ke federasi balap sepeda dunia atau United Cycling Internasional (UCI), untuk dijadikan velodrome kategori satu, atau bisa menggelar world class. Harapannya sertifikasi dari UCI secepatnya keluar. “Terkait status sertifikasi dari UCI, kami belum tahu. Yang jelas prosesnya terus berjalan setelah tes ini. Mungkin sekitar dua pekan kedepan,” kata pria yang juga menjadi ketua penyelenggara Asian Paragames 2018 atau INAPGOC itu. Tes lintasan balap di VIJ melibatkan banyak pihak. Selain pebalap pemusatan latihan nasional (pelatnas) dan PB ISSI, pelaksanaannya dipantau langsung oleh sang arsitek velodrome, Ralph Schuurman serta dari perwakilan UCI, Erik Weispfennig. Saat ini, kata Okto pihaknya masih akan menunggu surat resmi dari UCI. Kata dia, selama tes lintasan sudah memberikan pandangan positif terhadap velodrome tertutup pertama kali di Indonesia ini. “Tantangan terbesar adalah menjaga agar kelembaban suhu selalu 50-70 persen. Selain itu harus steril dari burung maupun tikus,” kata pria yang juga promotor tinju profesional itu. Cabang balap sepeda merupakan salah satu cabang yang diharapkan mampu menyumbangkan medali emas untuk kontingen Indonesia. Selain dari disiplin trek, harapan medali juga datang dari road race, BMX, cross country dan downhill. (Adt)

Demi Masa Depan, Tiga Pemain Timnas Putri Cuti 4 Hari Ikut UNBK

Dhanielle Daphne (depan) mendapat izin libur selama 4 hari meninggalkan TC Timnas Putri senior, untuk mengikuti UNBK di sekolahnya. (Pras/NYSN)

Sawangan- Pada Senin (9/4), menjadi hari pertama pelaksanaan Ujian Nasional Bebasis Komputer (UNBK) tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), di seluruh Indonesia. Hal ini juga berlaku bagi para atlet yang tengah mengikuti TC dan Seleksi sepak bola putri, jelang event Piala AFF Wanita 2018, pada awal Mei nanti, di Stadion Gelora Jakabaring, Palembang, Sumsel. Timnas Putri Indonesia yang tengah melakukan pemusatan latihan di NTYC, Sawangan,  juga dihuni oleh beberapa atlet yang masih mengenyam pendidikan sekolah menengah. Diantaranya adalah Rizky Amalia Putri, Dhanielle Daphne dan Ade Mustikiana Oktaviani. Ketiga srikandi Indonesia ini dipulangkan, guna mengikuti UNBK, di sekolahnya masing-masing. Hal ini diungkapkan Rizki. “Iya, saya izin pulang mengikuti UNBK. Sebab, ujian ini kan tidak bisa dilakukan ditempat lain. Jadi, ya sesuai dengan aturan, maka saya harus pulang,” kata Rizki pada Senin (9/4). Rizki adalah siswa kelas 12 IPA di SMA Negri 1 Manyar Gresik, Jawa Timur. “Saya pulang ke Gresik, sejak Minggu (8/4), dan kembali ke pelatnas setelah UNBK selesai,” jelas dara berposisi gelandang serang ini. Sementara itu, Kepala SMA Negri 1 Manyar Abdul Gofur menyatakan pihaknya memang meminta siswanya tersebut pulang ke Gresik agar bisa mengikuti UNBK. “Sebelum dilaksanakan UNBK, kami mengirimkan surat kepada PSSI, agar siswa kami bisa pulang, untuk mengikuti UNBK, dan diizinkan,” jelas Abdul. “Pelaksanaan UNBK berbeda dengan USBN, karena pesertanya harus melaksanakannya disekolah asalnya. Tidak bisa ditempat lain, sebab aturannya seperti itu,” jelasnya lagi. Komentar serupa disampaikan Dhanielle Daphne. Pemain jangkar asal Jakarta, juga harus mengkuti UNBK. Dhanielle adalah siswa kelas 12 SMA Global Sevilla, Pulomas, Jakarta Timur. “Agak ribet sih, soalnya aku harus mondar-mandir dari mess, ke sekolah, juga ke rumah. Tapi, sudah komit, ya harus dijalanin”, ujar Dhanielle yang tertarik menjadi disain interior ini. Manajer Timnas Putri Senior, Papat Yunisal memaklumi kondisi ini dan turut mendukung para pemain. “Mereka harus ikut UNBK di sekolahnya masing-masing, sesuai aturan yang berlaku. Dan kami berikan waktu libur selama 4 hari,” ujar Papat pada Senin (9/4). Meski dipulangkan, para pemain tak sekadar pulang dan libur. Mereka diwajibkan menjalani latihan. “Selesai UNBK pagi hari disekolahnya, mereka tetap diwajibkan latihan sore dengan tensi ringan”, ujar Papat. (Dre)