Satu-satunya Tim Yang Menurunkan Pemain U-23, Tim Hoki Indoor Papua Janji Tampil Maksimal

Satu-satunya Tim Yang Menurunkan Pemain U-23, Tim Hoki Indoor Papua Janji Tampil Maksimal

Tim hoki indoor putri Papua tetap menjanjikan hasil terbaik untuk kontingen Papua pada penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX, walaupun mereka satu-satunya tim yang akan tampil dengan mayoritas pemain U-23. Pelatih kepala tim hoki indoor Papua, Ritam Maay, mengatakan pada PON XX nanti timnya akan tampil dengan mayoritas wajah baru atau pemain U-23. Sejak jauh hari, Papua sebagai tuan rumah memang telah mengusulkan untuk cabor hoki harus memainkan para pemain U-23, dengan alasan untuk memberikan kesempatan pemain muda agar ada regenerasi atlet di olahraga hoki. Namun belakangan usulan tersebut tidak digubris oleh kontingen lain yang tetap akan memainkan para pemain senior. Karena hal itu, tim hoki indoor Papua lantas memanggil 3 pemain senior mereka, yakni Kristina Rumbiak, Bastiana Rumbiak, dan Anna Naap. “Di PON XX kali ini yang kita siapkan di indoor itu semua U-23, tapi nyatanya regulasi berubah dan kontingen lain bermain dengan pemain senior. Untuk itu kita di indoor putri ini ada 3 atlet senior yang kita tarik. Kita siapkan U-23 karena kami Papua sebagai tuan rumah itu punya keinginan untuk meregenerasi olahraga hoki di Indonesia, tapi di tengah jalan regulasi itu berubah,” kata Maay, Senin (16/8/21). Meski akan tampil dengan mayoritas pemain U-23 yang minim pengalaman, Maay mengaku timnya kian menunjukkan progres yang signifikan selama menjalani ujicoba dalam masa try out di Jakarta. Mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik bagi Tanah Papua di PON XX nanti. “Kami sampai saat ini masih berada di Jakarta untuk berujitanding mematangkan tim. Untuk target kita akan berusaha memberikan yang terbaik bagi Papua di rumah sendiri,” pungkasnya. Sementara itu, Kristina Rumbiak, yang akan menyandang ban kapten di tim hoki indoor putri Papua akan bertugas memimpin rekan-rekannya yang mayoritas masih atlet junior atau U-23. Dengan segudang pengalaman yang ia miliki dan prestasi medali perak di PON XIX Jawa Barat tahun 2016, Kristina akan menjadi tumpuan bagi timnya untuk mempersembahkan medali emas. Meski belum juga menjajal venue PON XX di Doyo Baru, Kristina menjanjikan penampilan terbaiknya demi mempersembahkan medali emas untuk Papua di rumah sendiri. “Saya dan teman-teman akan melakukan yang terbaik untuk bisa mendapatkan medali emas. Soalnya kita main di tanah kita sendiri, ini kita punya harga diri, jadi kita pasti akan lakukan yang terbaik. Sekalipun itu darah yang keluar, kita akan berdiri tegar untuk bisa dapat medali bagi tanah kita,” tandasnya. Sumber: Jubi.co.id

KONI Aceh Siap Tancap Gas Persiapan PON 2024

KONI Aceh Siap Tancap Gas Persiapan PON 2024

Pekan Olahraga Nasional (PON) edisi ke XXI masih sekitar beberapa tahun lagi jelang pelaksanaannya. Namun, KONI Aceh langsung tancap gas. Kini, KONI Aceh mulai menjalankan program pembinan atlet untuk PON XXI/2024. Selain terus melakukan berbagai persiapan sebagai tuan rumah PON, Aceh melakukan pembinaan atlet untuk berprestasi di multi even olahraga nasional itu. “KONI Aceh sudah mengalokasikan dana khusus untuk program atlet binaan yang dipersiapkan menuju PON XXI/2024,” ungkap Wakil Ketua Umum II Bidang Pembinaan Prestasi KONI Aceh, Drs H Bachtiar Hasan MPd kepada Serambinews, Minggu (17/7/2021). Bachtiar menyebutkan, KONI Aceh sudah memulai pembinaan 70 atlet muda dengan 22 pelatih. Atlet muda potensial itu berasal dari 26 cabang olahraga melalui Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) desentralisasi. “Para atlet kita bina dalam Pelatda desentralisasi selama tujuh bulan. Latihan sudah dimulai 1 Juni dan akan berlangsung hingga Desember 2021,” sebut Bachtiar yang juga Ketua Pelatda PON Aceh. Menurut Ketua Umum PASI Aceh itu, sebelum menjalani Pelatda, semua atlet telah menjalani tes fisik di Stadion Harapan Bangsa, Lhong Raya, Banda Aceh. “Mereka semua berlatih secara bersama-sama dengan atlet yang sedang menjalani Pelatda menuju PON XX/2021 Papua,” ujarnya Sebutnya, program pembinaan juga berlaku degradasi. Sehingga semua atlet mulai dilihat perkembangan prestasinya saat mengikuti Pra-PORA pada 2021 ini. “Jika nanti ada yang kalah atau gagal, kita ganti dengan atlet atau cabang yang lain,” lanjutnya. Ia mengatakan, ujian terakhir terhadap atlet binaan akan dilihat prestasinya pada saat PORA XIV/2022 di Pidie. Program pembinaan ini berkelanjutan mulai 2021, 2022, hingga 2023. Karena, katanya, pada 2023 juga ada Pekan Olahraga Wilayah (Porwil) Sumatera dan Pra-PON di Aceh. “Kita mengharapkan para atlet yang masih muda ini nantinya bisa berprestasi,” ujarnya. Bachtiar tidak menampik kemungkinan bertambahnya atlet binaan dari cabang olahraga (cabor) lainnya. “Penambahan atlet dan cabor binaan akan kita lihat perkembangan pada 2022. Kalau cabor bertambah, atlet juga bertambah,” katanya. Begitu juga, sebutnya, atlet yang mengikuti PON Papua yang bisa dipertahankan karena faktor usianya masih muda, otomatis masuk Pelatda. “Maka kita bisa lihat di akhir PORA Pidie nanti, baru terjaring atlet yang sebenarnya menuju PON Aceh-Sumut,” ujarnya. Aceh dan Sumatera Utara (Sumut) telah resmi ditunjuk sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) edisi ke XXI pada tahun 2024. Ini merupakan sejarah bagi perjalanan dunia olahraga di Tanah Air. Karena, untuk pertama kalinya, dua provinsi ditetapkan sebagai tuan rumah bersama. Sejak PON pertama di Kota Solo, Jawa Tengah tahun 1948 hingga PON 2020 di Papua, tuan rumah selalu tunggal. Adapun cabang dan atlet binaan KONI Aceh menghadapi PON XXI/2024 yaitu: Squash (2 atlet) Panahan (3 atlet) Judo (3 atlet) Kurash (1 atlet) Soft tenis (3 atlet) Menembak (2 atlet) Taekwondo (3 atlet) Petanque (7 atlet) Sepatu roda (1 atlet) Tarung derajat (4 atlet) Wushu (2 atlet) Panjat tebing (2 atlet) Pencak silat (3 atlet) Tinju (3 atlet) Karate (3 atlet) Kick boxing (2 atlet) Sambo (1 atlet) Triatlon (1 atlet) Bulu tangkis (1 atlet) Anggar (3 atlet) Angkat besi (3 atlet) Atletik (6 atlet) Balap motor (2 atlet) Hapkido (3 atlet) Muaythay (3 atlet) Kempo (4 atlet)

Jaring Atlet Berpotensi, Polda Sumbar Gelar Kejurda Menembak

Jaring Atlet Berpotensi, Polda Sumbar Gelar Kejurda Menembak

Kepolisian Daerah (Polda) Sumatera Barat menggelar lomba Kejuaraan Daerah (Kejurda) menembak yang diikuti 16 klub dari Provinsi Sumbar dan Jambi yang digelar di Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Sumbar pada Rabu. Kejurda ini memiliki beberapa tujuan, diantaranya yaitu guna menjaring atlet berpotensi daerah. Selain itu, menurut Kapolda Sumatera Barat, Irjen Pol Toni Harmanto, mengatakan kejuaraan daerah menembak tahun ini bertujuan sebagai ajang evaluasi bagi atlet sejauh mana peningkatan prestasi yang mereka raih. “Kita semua mengetahui bahwa latihan terbaik adalah bertanding,” tegas Toni Harmanto, dilansir dari Antara. Lebih lanjut, Kejurda ini digelar dalam menghadapi Pekan Olahraga Pelajar (POPNAS) 2021, Kejuaraan Nasional (KEJURNAS) 2021 dan Pekan Olahraga Nasional (PON) Tahun 2021. Ia mengatakan Pengprov Perbakin Sumbar sedang gencar-gencarnya melaksanakan pertandingan baik untuk bidang berburu, bidang reaksi maupun bidang tembak sasaran. Pihaknya akan menjaring atlet yang potensi dari berbagai kabupaten kota untuk dilakukan pembinaan dalam program Pengprov Perbakin Sumbar. “Untuk itu saya harapkan kepada seluruh atlet agar dapat termotivasi untuk lebih berprestasi secara maksimal,” kata dia. Toni Harmanto yang juga menjabat sebagai Ketua Pengprov Perbakin Sumbar ini juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselenggaranya kejuaraan tersebut. Ia turut berpesan kepada para juri serta petugas di lapangan ia meminta mereka selalu menegakkan aturan dan ketentuan yang berlaku sehingga kejuaraan daerah menembak Piala Kapolda Tahun 2021 ini dapat berjalan dengan tertib dan lancar. “Kepada seluruh atlet saya ucapkan “Selamat Bertanding”, ikuti seluruh aturan yang tertuang dalam petunjuk teknis dan raihlah prestasi setinggi-tingginya dengan selalu mengedepankan nilai kebersamaan dan sportivitas. tetap jaga keselamatan pribadi dan rekan-rekan selama pertandingan dilaksanakan,” pungkasnya.

Lewat PON Papua, PBESI Siap Jaring Atlet Muda Berpotensi

Logo Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI).

Meski baru akan digelar tahun depan, Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI) merencanakan Pekan Olahraga Nasional (PON) 2021, di Papua, sebagai ajang untuk menjaring talenta-talenta baru di arena eSports dan sekaligus menjadi arena pemanasan sebelum mengirim atlet eSports Indonesia ke kejuaraan international. Beberapa waktu lalu Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat, Marciano Norman, mengungkapkan rencananya untuk berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk PBESI, untuk mempertandingkan cabang olahraga elektronik (eSports) di PON 2021. PBESI pun merespons hal tersebut dan meyakini pesta olahraga multicabang tingkat nasional itu akan menjadi tempat yang bagus untuk mencari atlet-atlet muda eSports dari seluruh Indonesia. “Dalam waktu dekat akan ada event PON di Papua, pada 2021. Event ini akan menjadi ajang untuk anak-anak muda di bawah naungan PB Esports Indonesia untuk unjuk gigi dan menjadikannya sebagai ajang pemanasan,” kata Ketua Harian PBESI, Bambang Sunarwibowo, dilansir dari Warta Kota. Pemanasan yang dimaksud adalah agar PON bisa menjadi ajang untuk mengasah kemampuan agar atlet-atlet Indonesia memiliki kesiapan yang bagus untuk bertanding di berbagai kejuaraan internasional. “Ini menjadi tolok ukur anak-anak muda untuk mengasah kemampuan. Seperti kita ketahui bersama, di luar negeri sana, kualitas atlet eSports juga bagus,” ujar Bambang. Sebelum menjadikan PON 2021 sebagai ajang mengasah kemampuan atlet-atlet eSports Indonesia, Bambang menyatakan bakal menjaring bibit-bibit eSports dengan melakukan roadshow ke sejumlah daerah. Rencananya, PBESI akan melakukan pembinaan, mengakomodasi segala kebutuhan atlet eSports, mulai dari sumber daya dan lainnya, demi menunjang kemampuan bermain mereka. ”Maka dari itu kami akan mencari bibit-bibit ini untuk bertanding di PON 2021 yang digelar di Papua. Mereka akan kami bina terlebih dulu. Kami melatihnya terlebih dulu. Kami memfasilitasinya demi menunjang kemampuannya,“ ujarnya. Pengurus Besar eSports Indonesia sendiri telah diresmikan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga pada awal tahun ini, tepatnya pada 18 Januari 2020 di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, dan menunjuk Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Jenderal Pol (Purnawirawan) Budi Gunawan sebagai ketua umum. Meski baru dibentuk, namun PBESI sudah mengemban tanggung jawab untuk membuat regulasi resmi yang mengatur eSports Indonesia agar lebih jelas dan terarah, termasuk pula perlindungan kepada para pemain dan tim. Dengan adanya regulasi dan perlindungan, maka diharapkan prestasi eSports Indonesia di kancah internasional pun bisa mengikuti.

1.800 Atlet Pelajar Berlaga di Solo, Persaingan Ajang Popwil II dan III 2018 Dimulai

Cabang olahraga (cabor) tenis lapangan, dipertandingkan dalam Pekan Olahraga Pelajar Wilayah (POPWIL) II dan III 2018. Cabor Tenis lapangan berlangsung di kawasan arena tenis GOR Manahan, Solo, Jawa Tengah. POPWIL II dan III yang kali ini digabung pelaksanaannya, berlangsung 8-13 November. (TopSkor.id)

Solo- Sebanyak 1800 lebih atlet dari 13 daerah akan berlaga pada Pekan Olahraga Pelajar Wilayah (POPWIL) II dan III 2018. Event ini dibuka secara resmi oleh Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Kementerian Pemuda dan Olahraga, Mulyana, di Hotel Lorin Solo, Jawa Tengah, pada Kamis (8/11). Menurut Ketua Panitia Penyelenggara, Bambang Siswanto, penyelenggaraan POPWIL wilayah II dan III untuk tahun ini digabung di Solo, Jawa Tengah, pada 8-13 November. Ia mengaku efisiensi biaya menjadi faktor utamanya. Sebab event ini biasanya bergulir di masing-masing wilayah, dengan peserta terdiri atas tujuh propinsi. Sebelumnya, POPWIL I sudah berlangsung dari 21 hingga 27 Oktober, di Banda Aceh. Saat itu, sebanyak 886 pelajar tampil, yang merupakan utusan dari tujuh provinsi yakni Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau (Kepri), Bangka Belitung (Babel) dan Jambi. Bambang, yang juga Ketua Bidang Kompetisi Usia Muda di Kemenpora, dalam laporannya mengatakan, Popwil digelar sebagai babak kualifikasi menuju Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) XV pada 2019, di Papua, seperti halnya Pekan Olahraga Wilayah (PORWIL) untuk kualikasi menuju Pekan Olahraga Nasional (PON). “POPWIL adalah sarana babak kualifikasi delapan cabor menuju POPNAS XV 2019 di Papua, dan merupakan bagian sistem kompetisi pelajar secara nasional, berjenjang dan berkelanjutan,” kata Bambang. Sementara itu, Mulyana mengatakan, atlet yang tampil di POPWIL adalah cikal bakal atlet yang menjadi investasi masa depan. “Tahun depan, Indonesia menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Pelajar ASEAN atau ASG di Semarang. POPWIL ini akan menjadi salah satu ajang seleksi atlet pelajar nasional,” ujar imbuh pria yang juga menjabat Ketua Umum Badan Pembina Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia (Bapopsi), yang bernaung di bawah Kemenpora . Di wilayah II, akan bersaing komtingen dari Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Kalimantan Barat. Sedangkan di wilayah III, ada tujuh tim yang bersaing yakni Banten, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Utara. Para atlet pelajar potensial ini akan berkompetisi di delapan cabang olah raga yang dipertandingan. Bola basket, bulutangkis, bola voli, pencak silat, sepakbola, sepak takraw, tenis lapangan dan tenis meja. Adapun venue pada POPWIL II dan III 2018 ini tersebar di beberapa tempat. Tak hanya di Kota Solo, namun juga di Sragen, Karanganyar dan Sukoharjo. Untuk bola basket, digelar di GOR Sritex Arena, Solo dan GOR ATMI, Pabelan, Sukoharjo. Untuk bulutangkis, digelar di GOR Sritex B Solo. Cabang bola voli diselenggarakan di GOR Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Untuk Pencak silat berlaga di ball room Hotel Lorin, sepakbola di Stadion Sriwedari Solo dan Stadion Taruna Sragen, cabor sepak takraw di GOR Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), tenis lapangan di arena tenis Manahan, serta tenis meja di Hartono Trade Center Solo Baru, Sukoharjo. “Basket dan tenis lapangan menjadi cabang sebagai andalan kami,” kata pimpinan kontingen DKI Jakarta, Ondang Gufron. Menurutnya, selain dau cabang itu, Kontingan DKI juga menargetkan untuk dapat meloloskan atletnya pada semua cabang yang dipertandingan. Persiapan matang sepanjang tahun di sekolah olahraga Ragunan menjadi salah satu modal terbaik kontingen ibukota di ajang POPWIL II 2018 kali ini. Oleh karenanya, tak hanya nomor beregu, DKI juga menargetkan meloloskan atletnya di nomor perorangan yang banyak diperlombakan. POPWIL merupakan Sarana dan Babak Kualifikasi delapan cabang olahraga awal evaluasi terhadap pelaksanaan pembinaan olahraga pelajar di daerah, menuju event POPNAS XV tahun 2019 di Papua. Peserta POPWIL adalah pelajar atau sederajat, dan mereka yang tercatat kelahiran 1 Januari 2001 dan sesudahnya. (Adt) Tuan Rumah POPWIL 2018 Wilayah I 1. Aceh (tuan rumah) 2. Sumatra Utara 3. Sumatera Barat 4. Riau 5. Kepulauan Riau 6. Kep. Bangka Belitung 7. Jambi Wilayah II 1. Lampung 2. Sumatera Selatan 3. Bengkulu 4. DKI Jakarta 5. Jawa Barat 6. Kalimantan Barat Wilayah III 1. Banten 2. Jawa Tengah (tuan rumah) 3. DI. Yogyakarta 4. Bali 5. Kalimantan Tengah 6. Kalimantan Selatan 7. Kalimantan Utara Wilayah IV 1. Sulawesi Selatan 2. Sulawesi Tenggara 3. Sulawesi Barat 4. Kalimantan Timur 5. Jawa Timur 6. Nusa Tenggara Barat 7. Nusa Tenggara Timur Wilayah V 1. Sulawesi Selatan 2. Sulawesi Tenggara 3. Sulawesi Barat 4. Kalimantan Timur 5. Jawa Timur 6. Nusa Tenggara Barat 7. Nusa Tenggara Timur

Tinjau Cabor Senam Trampoline, Menpora Harap Bisa Dipertandingkan di Pekan Olahraga Pelajar Nasional 2019

Imam Nahrawi (Menpora) berharap cabang olahraga (cabor) senam trampoline dipertandingkan di Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) 2019 dan Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 Papua. (Kemenpora)

Jakarta- Imam Nahrawi, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) berharap cabang olahraga (cabor) senam trampoline bisa dipertandingkan pada ajang Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) 2019 maupun Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 Papua. Hal itu dikatakan menteri asal Bangkalan, Madura, Jawa Timur, saat meninjau kesiapan atlet dan venue pertandingan cabor senam trampoline di Houbii Urban-Adventure Park, Pondok Indah Mall (PIM) 3, Jakarta Selatan, Selasa (31/7). Dalam kesempatan itu, Menpora didampingi Tommy Kurniawan (Staf Khusus Olahraga Kemenpora), Dian Arifin (Manajer Pelatnas Timnas Senam Indonesia), dan Lulu Manurung (Pelatih Senam Trampoline). Saat ini ada tiga atlet yang berlatih di Houbii Urban-Adventure Park yang merupakan official training center untuk atlet gymnastic trampoline kontingen Indonesia Asian Games 2018, yakni Calvin Ponco, Dimas Sindu, dan Yudha Tri Aditya. “Tadi sudah dilihat bagaimana atlet senam trampoline berlatih. Saya juga lihat semangat dan optimisme para atlet, meskipun ini olahraga baru yang belum dipertandingkan di Pekan Olahraga Pelajar Nasional atau Pekan Olahraga Nasional,” ujar Imam. Dengan banyaknya fasilitas trampoline di Jakarta dan daerah, pria 44 tahun itu berharap trampoline bisa dipertandingkan di ajang Popnas 2019 dan PON 2020 Papua. Disisi lain, Imam mengapresiasi pihak Houbii Urban-Adventure Park yang ingin menjadi patner pemerintah. “Ini langkah bagus, karena harus seperti itu. Ada partner yang menyiapkan tempat latihan, seragam dan yang lainnya. Atas partisipasi dari Houbii Urban-Adventure Park saya ucapkan terima kasih,” tegasnya. Dalam kesempatan itu, Menpora mendapatkan keluhan soal keterlambatan honor untuk atlet senam trampoline. “Akan saya tindaklanjuti masalah ini. Saya juga minta kepada PB Persani (Pengurus Besar Persatuan Senam Indonesia) untuk mengajukan ulang soal administrasinya,” urai ayah 7 anak itu. Sementara itu, Lulu berharap masalah ini segera diselesaikan, mengingat atlet merupakan wakil bangsa yang berusaha mengharumkan nama Indonesia di pentas internasional. “Semoga masalah honor atlet yang terlambat bisa segera diselesaikan dan diberikan secepatnya,” tegas Lulu. (Adt)

Sepak Takraw: Latihan Keras Cici Hingga Larut Malam Akhirnya Membuahkan Hasil

cici-sepak-takraw2

Bermula dari keingintahuan tentang cabang olahraga yang ditekuni sang kakak, Cici Herfiyuli atau yang akrab disapa Cici, berhasil menjadi salah satu atlet sepak takraw perwakilan wilayah Riau pada berbagai turnamen nasional. Gadis yang berusia 20 tahun ini berbagi cerita kepada nysnmedia.com tentang awal mula ia menekuni cabang olahraga sepak takraw. “Dulu saya hanya berlatih di kampung, Taluk Kuantan, Riau. Disana ada penerimaan pembibitan sepak takraw cewek dan saya diajak abang kandung untuk bermain. Dulu untuk pengen jadi atlet sepak takraw gak ada sama sekali keinginan, cuma karena rasa penasaran akhirnya saya mencoba mendalami apa itu sepak takraw. Tanding demi tanding antar kabupaten, dan akhirnya saya terpilih masuk Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) di Riau.”ujarnya Sebagai seorang gadis, Cici pun kerap dilarang orang tua untuk mengikuti sepak takraw terutama jika latihan hingga sore dan malam hari. “Pernah saya dan abang telat pulang latihan. Sampai rumah kena marah sama bapak. Dan saya pernah dilarang bermain sepak takraw sama orang tua. Kami kan latihan suka pulang lambat. Untuk seorang cewek apalagi di kampung gak boleh pulang lewat dari magrib. Sedangkan kami latihan mulai jam 4 sampai 6 sore.”tutur atlet yang membawa medali perunggu pada ajang Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNas) 2017 lalu. Cici yang saat ini berkuliah di Universitas Lancang Kuning, jurusan Administrasi Negara, memang sudah 7 tahun menekuni sepak takraw. Cici bersama tim riau pernah mengalami kejadian yang kurang enak saat mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 lalu ketika melawan tim Jawa Barat. “Pas PON melawan Jawa Barat ada masalah dengan teman tim saya yang dibilang memakai kalung. Wasit menganggap itu kalung dari dukun atau semacamnya untuk pegangan tim kita. Padahal itu cuma kalung bola takraw dan Riau sudah memimpin jauh. Karena ada masalah itu jadi gak fokus dalam bermain. Akhirnya kami kalah dalam final lawan Jawa Barat.”tuturnya(put/adt)

Meski Sering Lecet Di Kaki, Sepatu Roda Tetap Menjadi Pilihan Benita Dalam Berprestasi

Benita-Triana-Ardianto-Sepatu-roda

Sudah genap 10 tahun lamanya, atlet sepatu roda yang bernama lengkap Benita Triana Ardianto, atau yang biasa di panggil Benita menjalani berbagai pertandingan sepatu roda. Semua berawal ketika dirinya di ajak bergabung dalam klub sepatu roda Eagle, Benita mulai mengikuti perlombaan pada tahun 2009 di Sidoarjo, Jawa Timur. Di tahun 2011, Benita sempat berhenti latihan. Hingga tahun 2012, ia kembali lagi mengikuti latihan rutin untuk mengikuti pertandingan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov). “Dulu aku diajak saudara sekaligus pelatih klub sepatu roda, Eagle. Terus jadi suka dengan sepatu roda, dan pertama kali ikut lomba di Sidoarjo tahun 2009. Lalu sempat ada rasa bosan di tahun 2011, karena dulu tidak cocok sama asisten pelatihnya. Sempat beberapa tahun juga main basket buat ngisi kejenuhan saat bermain sepatu roda. Dan pada tahun 2012 aku mulai berlatih lagi, karena ada persiapan di Ajang Porprov,” Ujarnya Bermula hanya senang bermain sepatu roda seperti anak-anak kecil pada umumnya, Benita pun mulai tekun hingga membawanya keberbagai turnamen seperti, Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016, Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNas) 2017, dan juga Pekan Olahraga Provinsi Banyumas 2013. Dalam ceritanya kepada nysnmedia.com, Benita pun tidak jarang mengalami kendala saat berlatih, terlebih pada bagian kaki. “Waktu latihan dengan intensitas yang lama, dan juga berat, pasti kaki lecet semua. Karena sepatu rodanya kan custom jadi benar-benar ketat dikaki jadi gampang lecet.” Ucap siswa kelas 12 di SMAN 11 Semarang ini. Biasanya, Benita berlatih dengan jarak minimal 10 kilometer dengan waktu 2 sampai 3 jam setiap latihan. Benita pun menceritakan bagaimana ia mengatasi berbagai komentar dari setiap orang tentang permainannya. “Kalau bermain capek itu sudah pasti. Ketika lomba terus mainnya jelek juga dimarahin dan dikatain. Aku sih menerima dengan lapang dada, mendengarkan kesalahan aku, lalu intropeksi diri,”tutupnya(put/adt)

Kisah Awal Pekan Olahraga Nasional (PON) Dimulai Pertama Kali

Kisah-Awal-Pekan-Olahraga-Nasional-(PON)-Dimulai-Pertama-Kali-1

Pekan Olahraga Nasional (PON) merupakan ajang olahraga nasional yang diadakan setiap 4 tahun sekali yang diikuti oleh atlet dari seluruh provinsi di Indonesia. Ajang yang terakhir diadakan di Jawa Barat ini sudah terlaksanakan selama 16 kali. Di tahun 2020, Jayapura di pilih untuk menjadi tempat berlangsungnya perhelatan olahraga terbesar di Indonesia. Namun, bagaimana kisah awal mula terbentuknya PON dan apa saja cerita dibalik PON pertama? Pada awalnya, para atlet Indonesia hendak mengikuti Olimpiade Internasional ke-14  Musim Panas di London, Inggris pada tahun 1948. Ditahun ketiga kemerdekaan Indonesia itu, para atlet Indonesia ditolak dan tidak bisa diberangkatkan ke London karena paspor yang ditahan oleh pihak Inggris. Indonesia dianggap belum diakui kemerdekaannya oleh dunia dan belum memenuhi standar untuk mengikuti Olimpiade bertaraf internasional. Tidak hanya itu, Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) juga belum diakui oleh International Olympic Committee(IOC). Semangat Indonesia saat itu sangat menggebu dan tidak terima ditolak untuk bergabung dalam ajang internasional. Oleh sebab itu, PORI mengadakan konferensi  dan sepakat untuk membentuk ajang olahraga nasional untuk Indonesia yaitu Pekan Olahraga Nasional (PON). PON juga dianggap telah menghidupkan kembali pekan olahraga yang pernah diadakan oleh Ikatan Sport Indonesia (ISI) yaitu ISI Sportweek atau Pekan Olahraga ISI pada tahun 1938. PON 1 diadakan di Surakarta, Jawa Tengah pada 9-12 September 1948. Kota Surakarta dianggap kota yang memiliki fasilitas terlengkap ditambah dengan adanya Stadion Sriwedari yang merupakan stadion pertama di Indonesia. Pembukaan PON 1 dilakukan pada tanggal 9 September 1948 yang diresmikan oleh Presiden pertama, Ir. Soekarno dan penutupan PON dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Tanggal 9 September memang momentum yang sangat beharga bagi olahraga di Indonesia dan menjadikan tanggal tersebut sebagai Hari Olahraga Nasional. Sebanyak 600 atlet bertanding untuk 9 cabang olahraga yaitu Atletik, Bola Keranjang, Bulutangkis, Tenis, Sepakbola, Panahan, Renang (termasuk Polo Air), Basket dan Pencak Silat. Pada saat itu, atlet yang mengikuti PON tidak diambil dari tingkat provinsi, melainkan dari tingkat kota atau karesidenan. PON 1 diikuti 13 kota atau karesidenan yaitu Karesidenan Surakarta, Karesidenan Yogyakarta, Karesidenan Kediri, Karesidenan  Jakarta, Karesidenan  Kedu, Karesidenan Madiun, Karesidenan Malang, Karesidenan  Madiun, Karesidenan Pati, Karesidenan Surabaya, Bandung, Banyuwangi dan Magelang. Karesidenan Surakarta mendapatkan juara dengan membawa 36 medali. Diposisi kedua adalah Karesidenan Yogyakarta dengan 23 medali dan juara ketiga adalah Karesidenan Kediri sebanyak 12 medali. Pelaksanaan PON 1 sangatlah sederhana dan hanya diikuti oleh para atlet yang berada di pulau Jawa. Para pemenang dalam PON 1 dari seluruh cabang olahraga tidak mendapatkan medali berupa emas, perak dan perunggu bahkan sebuah piala. Pengakuan kemenangan hanya dituliskan pada sebuah kertas berbentuk piagam. Namun, piagam tersebut sangatlah bermakna dan membanggakan bagi para atlet dan wilayah yang menjadi pemenang. Meski ajang PON 1 diadakan karena kondisi yang belum mendukung dan kurang dalam persiapan, perhelatan nasional ini masih terus berlangsung hingga sekarang dan sebagai bentuk dukungan Indonesia terhadap dunia olahraga.

Berhasil Hadiahi Emas Cabang Olahraga Renang Untuk Jawa Barat, Rara Ceritakan Pengalamannya Di Negara Hungaria

Joanita-Mutiara-Hapsari-Renang

Sosok inspirasi kali ini adalah Joanita Mutiara Hapsari, ia merupakan gadis periang asal Jawa Barat yang telah mengikuti cabang olahraga renang pada POMNas 2017 lalu. Gadis dengan panggilan akrab Rara ini sudah mengikuti berbagai kejuaraan dalam cabang olahraga renang dan selam. Dalam kompetisi POMNas 2017 lalu, Rara membawa pulang 2 medali perunggu, 1 medali perak dalam kategori perorangan dan untuk estafet. Rara dan tim berhasil menyumbangkan medali emas untuk Provinsi Jawa Barat. Ia membagikan ceritanya ketika di latihan di Hungaria selama 1 bulan setengah untuk persiapan PON 2016 lalu kepada nysnmedia.com. “Biasanya kan pelatihnya yang datang ke Indonesia, cuma karena dia gak bisa ke Indonesia, jadinya aku dan atlet yang lain pergi ke Hungary. Selama disana aku belajar hidup mandiri itu kayak gimana, aku belajar menghadapi sifat temen-teman yg berbeda-beda dan belajar ngontrol diri biar ngga moody. Terus aku bisa latihan secara maksimal, sempat sehari latihan 4 kali selama seminggu. Asik juga bisa pergi jalan-jalan gitu” tuturnya. Mahasiswi STP NHI Bandung ini sudah mengikuti berbagai kompetisi dalam cabang olahraga renang dan selam yang sudah ia jalanin sejak 2011. Seperti halnya PON, POMNas, Asian Youth Games, Asean School Games, Kejuaraan Nasional dan Asian Finswimming Championship. Meski telah banyak prestasi yang diraih Rara, ia juga pernah mengalami cedera pada bagian pinggangnya akibat kurang pemanasan. “Aku pernah cedera pinggang tahun 2014 Aku sampai susah tidur, mau pembalikan salto gitu malah sakit banget. Sejak itu, 2 kali pertandingan aku mesti pakai pain killer sebelum berenang. Tapi tetap gak berpengaruh. Sampai pada akhirnya, aku stop latihan kira-kira hampir sebulan buat terapi pinggang. Dari situ aku jadi rajin stretching terutama kaki dan pinggang,” tutupnya. (put/adt)

10 Atlet Voli Tangsel Perkuat PON Remaja Banten 2018

Jajaran-pengurus-dan-ketua-umum-PBVSI-Tangsel

PBVSI Tangsel tengah mempersiapkan atlet-atlet untuk mengikuti berbagai kejuaran baik yang digelar tahun 2017 maupun 2018. Setidaknya, ada lima agenda kejuaraan yang akan diikuti oleh atlet-atlet voli Tangsel, baik itu tingkat Kota maupun tingkat Provinsi. Yang paling dekat, atlet-atlet voli Tangsel akan mengikuti Pekan Olahraga Kota (Porkot Tangsel), dan mereka akan membela Kecamatannya masing-masing. “Atlet-atlet saat ini lagi disiapkan untuk kejuaran Gladesa yang merupakan program dari Menpora, Porkot program dari Kota Tangsel, POPDA tahun 2018 untuk pelajar, Porprov 2018 yang insyaallah akan di laksanakan di Kabupaten Tangerang dan PON Remaja program dari KONI Banten,” papar Momon selaku pengurus PBVSI Tangsel kepada reporter nysnmedia.com. Tangsel patut berbangga, 10 atlet voli akan tergabung dalam PON Remaja dan juga 2 pelatih asal Tangsel dipercaya untuk menahkodai PON Remaja Banten. Momon mengakui, ini adalah sebagai prestasi yang membanggakan. Karena terdapat atlet Tangsel yang tergabung di PON Remaja Banten. “Alhamdulillah untuk PON Remaja ini, 8 atlet dari Tangsel tergabung di PON Remaja Banten. Voli indoor putra ada 5 atlet, voli Indoor putri ada 3 atlet dan 2 atlet voli pasir putri,” ucapnya. Berikut nama-nama Atlet yang membela PON Remaja Banten 2018. Voli Indoor Putra 1. Firza Pramudia Mukti 2. Aditya Pandu Wicaksono 3. Ridho Saputra 4. Dimas Ardian Permana 5. Danu Prakasa Voli Indoor Putri 1. Sherena Arabela Chairunisya 2. Syahla Oktaviani 3. Citra Amalia Voli Pasir Putri 1. Sherly Jeane M 2. Shafa Gita M Pelatih Indoor Putra asal Tangsel 1. M Yusuf Pelatih Voli Pasir Putri 1. Agus Supardi Momon pun berharap agar nantinya atlet-atlet Tangsel dapat meraih prestasi yang gemilang, dan mendulang emas. (pah/adt)

Impian Terbesar Hasbby Adalah Memajukan Olahraga Softball Di Banten

Hasbby-Softball

Mahasiswa Universitas Esa Unggul, Hasbby Akhmal, telah menekuni olahraga softball sejak tahun 2006 dalam ekskul Sekolahnya ketika duduk di bangku kelas 2 SMA. Sekarang, Hasbby merupakan atlet softball yang tergabung dalam Club ALTRAS yang berada di Alam Sutera. “Awal tertarik dengan olahraga softball karena saya melihat olahraga ini belum begitu populer. Jadi saya tertarik untuk mempopulerkannya.” ujar mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual semester 6 ini. (25/6) Hasbby yang sempat mendapatkan The Best Pitcher dalam ALTRAS Cup antar club Banten ini juga sudah meraih berbagai prestasi bersama tim softballnya, beberapa diantaranya adalah: 1. 2013 Timnas Peserta ISF Men’s World Softball Championship New Zealand 2. 2014 Juara 1 Partha Cup di Yogyakarta 3. 2015 Juara 1 walikota Cup antar Club makassar (club Prambors) 4. 2016 Juara 1 2nd South East Asia Softball Championship di Jedah Malaysia 5. 2017 Juara 1 ALTRAS Cup antar Club Banten 6. Juara 1 Walikota Cup Antar Club Samarinda Bermain untuk ( Club Pirates) Dari pihak orang tua, Hasbby mengakui sempat dilarang menekuni softball karena kondisi tubuh yang sempat menurun. “Orang tua dulu melarang karena melihat saya setiap pulang kelelahan dan sering sakit, jadi mereka menyarankan untuk berhenti berlatih softball. Tetapi akhirnya saya bisa menunjukan prestasi saya lewat bermain di timnas tahun 2013 dalam kejuaraan dunia di New Zealand.” kata Hasbby Lebih lanjut Hasbby juga mengatakan bahwa banyak orang disekitarnya yang sangat berperan, seperti teman-teman seperjuangannya ketika Kejurnas di Bali serta orang tua yang membuatnya semangat untuk terus berprestasi. Hasbby menceritakan bahwa ia pernah mengalami cidera yang cukup serius dan juga memiliki kenangan yang lucu selama berlatih softball. “Ketika sedang berlatih untuk persiapan PON Riau, saya pernah cidera di telapak kaki dan pinggang karena over training sampai harus rest satu minggu untuk pemulihan kondisi. Serta pengalaman lucu bagi saya ketika saya mengikuti latihan untuk persiapan PON Banten. Saya latihan fisik angkat beban untuk kekuatan tangan seminggu tiga kali. Hari ketiga saat saya mandi, saya tidak bisa mengangkat gayung dan tangan saya kram. Akhirnya saya harus mandi dibawah keran.” ungkap pemuda kelahiran 13 januari 1994 tersebut. Bagi Hasbby, olahraga softball sudah menjadi bagian dari perjalanan hidupnya. Maka dari itu, Hasbby mengatakan bahwa ia mempunyai impian untuk berjuang mengumpulkan atlet-atlet muda berkualitas terutama di wilayah Banten yang memiliki skill, disiplin dan attitude yang baik agar kelak bisa menunjang prestasi untuk nama baik daerah, bangsa dan negara. “Bagi kalian yang ingin berprestasi dalam olahraga apapun, siapkan niat kalian, berusaha dengan sepenuh jiwa dan raga. Niscaya proses maksimal tidak akan mengkhianati hasil, keep fighting spirit.” tutup Hasbby.(crs/adt)

Olahraga Woodball Memberikan Peluang Bagus, Dan Minim Cidera

Vino-Woodball

Atlet bola kayu woodball bernama Alviano Surya, dirinya sudah menggeluti olahraga tersebut sejak 3 tahun yang lalu merupakan atlet yang cukup berprestasi di cabang olahraga woodball. Vino, begitu biasa ia dipanggil, tergabung dalam club Pamulang Woodball Club (PWBC). Menurut siswa kelas XI di SMAN 6 Tangsel ini, olahraga woodball memberikan banyak peluang positif untuk dirinya. “Pertama, saya tertarik karena woodball adalah olahraga baru. Kedua, saya merasa memiliki kesempatan dalam olahraga ini untuk berkembang baik dari segi kualitas maupun kuantitas.” kata Vino (25/6) Vino yang juga memiliki prestasi di antaranya pernah menjadi Juara 3 Kejurnas remaja di semarang (double fairway) dan juara 2 beregu serta Juara 3 Mix Double dalam International open di Malaysia. Menurut Vino, olahraga woodball minim kemungkinan cidera yang serius. Bahkan bagi Vino, selama bisa mengikuti aturan atau arahan yang diberikan oleh sang pelatih, cidera akan sangat jarang sekali terjadi. Maka dari itu, peran pelatih terasa sangat penting bagi Vino untuk kemajuannya. Banyak pengalaman unik yang dialami Vino selama menggeluti woodball. Salah satunya terjadi pada saat ia mengikuti sebuah kejuaraan. Walaupun bukan pengalaman pribadinya, tetapi itu dapat dijadikan pelajaran oleh Vino. “Pada saat PON remaja di surabaya, ada seorang atlet Banten yang kebetulan makan udang padahal dia alergi udang. Akibatnya dia dirawat di rumah sakit sehingga terpaksa tidak bisa mengikuti event. Ada juga atlet yang bangunnya terlambat sampai akhirnya diguyur agar terbangun.” tutur Vino. Walaupun mempunyai impian menjadi atlet profesional dan terus menjadi juara di cabang olahraga woodball, Vino tetap mengutamakan kepentingan sekolahnya, karena ia menyadari bahwa ia masih mempunyai kewajiban untuk menuntut ilmu sampai setinggi-tingginya. “Tanpa berlatih secara rutin, dan disiplin, cita-cita menjadi atlet olahraga woodball tidak akan tercapai. Maka dari itu saya harus terus berjuang menjalankannya.” kata Vino.(crs/adt)

Tertarik Dengan Model Kostum, Adit Focus Cari Peluang Di Olahraga Softball

Aditya-Softball

Aditya Aulia Rachman, berlatih olahraga softball sejak tahun 2007 dan tergabung dalam club bernama Sriti Baseball Softball Club Surabaya. Mahasiswa jurusan Fakultas Psikologi Universitas Airlangga ini beranggapan bahwa kostum olahraga softball keren dan memiliki peluang besar untuk berprestasi dalam olahraga ini. “Pertama kali saya tertarik dengan olahraga ini karena kostum yang dikenakan saat tanding itu keren menurut saya, dan peluang berprestasi dalam olahraga ini besar.” kata Adit Prestasi Adit dan tim softballnya sudah cukup banyak, beberapa diantaranya adalah: 1. Juara 1 dalam Kejuaraan Daerah Baseball & Softball U-30 Jawa Timur 2015 2. Juara 1 dalam Softball Putra Open Tournamen Walikota cup 2015 di Makassar 3. Medali emas dalam Pra Pekan Olahraga Nasional ke XIX 4. Juara 1 dalam Valiant Cup 2017 (Kejuaraan Softball Putra Antar Club Nasioanal) 5. Juara 1 dalam Telkom University Cup 2017 di Bandung Koleksi prestasi individu Adit dalam olahraga softball juga cukup banyak, diantaranya: 1. The Best Slugger dan The Best Hitter dalam 4th Giants Cup Men’s U-23 di Jakarta 2. The Best Slugger dan MVP Award dalam 34th Partha Anniversary 2013 National Softball Tournament di Yogyakarta 3. Golden Glove dalam Pra Pekan Olahraga Nasional ke XIX 4. Golden Glove dalam Telkom University Cup 2017 Memiliki orang tua, terutama sang ayah yang sangat mementingkan pendidikan membuat Adit selalu berusaha untuk menyeimbangkan waktu antara profesinya sebagai atlet dan kewajibannya menuntut ilmu. “Saya pernah dilarang menekuni softball karena ayah saya memang orientasi pada pendidikan harus bagus juga, jadi waktu mau pelatnas seagames 2011 saya sempat dilarang karena waktu itu kelas 3 SMA mau ujian.” ujar Adit Awal berlatih softball bukanlah hal yang mudah bagi Adit. Ia terus berjuang meskipun harus meminjam alat-alat perlengkapan softball dan bergantian dengan temannya dalam menggunakan alat-alat tersebut. “Dulu setiap kali latihan, alat-alatnya digunakan bergantian, padahal harusnya setiap orang punya sendiri-sendiri. Tetapi karena alat-alat untuk bermain softball seperti Glove misalnya, harganya cukup mahal. Lapangan pun seperti rumah kedua, ketika masih SMP setiap pulang sekolah saya langsung berangkat ke lapangan, kalau sabtu minggu dari pagi latihan bahkan sampai sore baru pulang.” tuturnya. Menurut Adit, menjadi atlet di Indonesia belum bisa menjamin kehidupannya di masa mendatang. Maka dari itu, Adit berencana akan mencari pekerjaan di bidang yang lain. “Menjadi profesional atlet di Indonesia masih bisa dikategorikan jauh jika dibandingkan dengan negara maju yang lain, yang hidupnya terjamin dengan berprofesi sebagai atlet di negaranya. Tetapi saya tetap berharap dapat terus menjadi atlet dan dapat sukses juga dalam karir pekerjaan saya. Untuk bisa berprestasi bukan soal punya bakat atau tidak, tapi soal mau berusaha keras atau tidak.” tutup Adit.(crs/adt)

Ingin olahraga Dayung Merakyat, Prima Ajak Masyarakat Tangsel Bergabung Di Podsi

prima-olahraga-dayung

Olahraga tertua dalam olimpiade ini masih menjadi daya tarik para remaja pecinta olahraga air. Bergerak bersamaan, mendorong perahu, mengayuh terhadap air di percaya dapat melatih semua otot utama dalam tubuh. Pria bernama lengkap Prima Bara Abdurahman merupakan pelatih olahraga dayung di club dayung PODSI Tangsel. Prima telah menggeluti olahraga dayung sejak kelas 2 SMA dan mulai memiliki beberapa prestasi dalam olahraga tersebut ketika di bangku kuliah. “Saya menggeluti olahraga dayung ini sejak kelas 2 SMA dan mulai ada prestasinya di jenjang perkuliahan karena sudah mulai fokus pada cabang olahraga ini. Pertama kalinya, saya tergabung dalam klub dayung universitas negeri jakarta UNJ.” kata Prima. Prima mengatakan kepada NYSN bahwa awalnya ia merupakan atlet voli, namun postur tubuhnya kurang mendukung. “Awalnya saya dulu atlet voli, tapi karena postur saya dalam olahraga voli kurang tinggi, saya akhirnya diajak oleh salah satu guru untuk mengikuti olahraga dayung, dan ternyata olahraga ini banyak sekali tantangannya serta tidak semudah yang dilihat dan dipikirkan.” lanjutnya. Beberapa prestasi yang telah diraih Prima selama menjadi atlet dan pelatih antara lain: 1. 1 medali emas dan 1 medali perak dalam Kejurnas antar Mahasiswa 2. 1 medali emas dalam Kejurnas di makasar 3. Mendampingi atlet Banten di PON Jawa Barat kemarin bersama rekan sesama oelatih dayung Bapak Abdul Gofur dan atlet tersebut mendapat 2 medali perak dan 1 medali perunggu Awal berlatih dayung, Prima mengatakan bahwa keluarganya melarang untuk menggeluti olahraga tersebut, tetapi mimpi dan motivasi Prima dari kecil memang ingin sekali menjadi atlet. Prima juga menceritakan, bahwa selama berlatih dayung, ia memiliki sebuah pengalaman yang berharga ketika melakukan latihan dengan membutuhkan banyak waktu. “Pengalaman yang paling berharga pastinya pada saat menjadi juara, tetapi ada pengalaman paling berharga dan sangat berkesan, yaitu pada saat dalam sebuah latihan, logikanya kita lomba sekitar 1.45 sampai 2 menit dalam menempuh jarak 500 meter, tapi latihannya untuk mencapai itu butuh waktu mingguan, bulanan, bahkan tahunan. Bisa dibayangkan para atlet dayung berlatih seperti itu. Setiap pagi, siang dan sore berada di danau. Dan itu hal yang paling berkesan ketika proses menjalankan latihan karena butuh perjuangan yang keras.” ujar Prima. Diakui Prima, kedua orang tua, istri dan anak-anaknya, serta guru yang pertama mengenalkan dayung padanya adalah orang-orang yang sangat berjasa dalam hidupnya dan dalam perjuangannya menuju sukses di bidang olahraga dayung. Semasa menjadi atlet dayung, Prima pernah mengalami berada dalam titik jenuhnya bahkan sempat membuatnya frustasi. “Pernah suatu ketika saya drop karena sakit dan waktu itu saya harus menyelesaikan tugas kuliah, juga harus berlatih dayung. Dan butuh proses yang lama untuk memulihkan kondisi tubuh saya. Ternyata badan saya. Saat itu saya merasa ada titik jenuh dan merasa frustasi karena memikirkan saya bisa mengejar lagi ketinggalan saya atau tidak. Disitu pula mental saya sebagai seorang atlet diuji. Pengaruh pelatih juga sangat penting pada saat atlet terpuruk untuk memotivasi kembali agar atlet bisa bersemangat.” tutur Prima. Prima juga menuturkan, untuk saat ini dirinya berkeinginan untuk memasyarakatkan olahraga dayung, khususnya di Kota Tangerang Selatan dan wilayah Provinsi Banten agar bisa menjadi barometer untuk daerah lain dalam cabang olahraga dayung. “Kepada masyarakat Kota Tangerang Selatan, terutama para siswa dan siswi, jika kalian berminat mengikuti olahraga ini silahkan bergabung dengan PODSI Tangsel dan mari kita berlatih bersama dan torehkan prestasi setinggi-tingginya. Karena olahraga dayung ini adalah salah satu olahraga andalan Indonesia.” tutup Prima.(crs/adt)

Stevie Persiapkan Diri Untuk Bersaing Di Cabang Olahraga Bola Basket Popnas Semarang

Stevie (Kanan) saat sedang mewakili Banten dalam pertandingan Kejurnas

Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) dan Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) adalah kegiatan olahraga multi event yang merupakan titik kulminasi pembinaan olahraga pelajar di Indonesia. Stevanie Suhori, kelas XI SMU Saint John’s BSD, Tangsel sangat hobby bermain basket memaparkan kepada NYSN awal bergelut di dunia bola basket. “Awal tertarik dengan basket waktu kelas 4 SD, karena diajak sama guru untuk bergabung di salah satu club basket.” ujar Stevie yang mulai ikut kejuaraan sejak kelas 5 SD.”paparnya Di kelas 2 SMP, Stevie mulai diundang untuk mengikuti seleksi daerah mewakili tangsel dan menang sehingga bisa melanjutkan untuk mewakili Banten. Tidak hanya sampai disitu, Stevie lanjut lagi mengikuti beberapa Kejurnas dan salah satunya menduduki peringkat 4. Pada bulan Mei tahun 2016, Stevie kembali mendapatkan juara I mewakili Tangsel dalam Popda yang diadakan di Pandeglang. Dan di bulan November 2016, Stevie mendapatkan peringkat 2 dalam Popwil di Yogyakarta. Dan saat ini, Stevie sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti Popnas di Semarang bulan September nanti. Stevie menceritakan kepada NYSN, bahwa ia semakin mahir bermain basket ketika mulai rutin latihan untuk Popda. Dalam seminggu, Stevie berlatih 4-5 kali, yang akhirnya membuat Stevie juga lebih banyak mempunyai pengalaman setelah mengikuti berbagai kejuaraan. Remaja yang bercita-cita ingin menjadi Teknik Sipil tersebut juga mengakui bahwa dirinya merupakan orang yang mempunyai komitmen yang tinggi. “Saya sering datang lebih cepat dari jadwal latihan. Walaupun pelatih dan teman-teman belum datang, saya suka memulai latihan sendiri, itu komitmen yang selalu saya tanamkan terhadap diri sendiri.” Menurut Stevie, basket memang terkenal dengan ukuran tubuh yg tinggi, dan ia menyadari bahwa tubuhnya tidak terlalu tinggi. Tapi ia mengatakan bahwa jangan selalu mengandalkan badan, karena yang terpenting adalah skill dan kepintaran kita dalam bermain basket. Dalam basket, Stevie unggul dalam menembak/shooter. Waktu latihan yang terkadang bertabrakan dengan jam sekolah membuat Stevie sering izin tidak mengikuti pelajaran sekolah. Akan tetapi, Stevie selalu aktif bertanya kepada guru mengenai pelajaran-pelajaran yang dirasa tertinggal olehnya. “Semuanya harus balance, kalau dalam pelajaran mengalami penurunan, izin latihan bisa dicabut dari sekolah sampai nilai-nilai meningkat kembali.” ungkap remaja yang juga menyukai hampir semua bidang olahraga. Dengan portofolio basket dan ijazah akademiknya yang sangat berprestasi, Stevie sudah mengantongi beasiswa dari salah satu Universitas di luar negeri. Orang tua Stevie yang awalnya lebih mendukung Stevie untuk fokus pada sekolahnya, akhirnya membebaskan anaknya untuk tetap bermain basket karena prestasi yang Stevie tunjukan. “Basket itu hobby, cita-cita saya tetap Teknik Sipil, tapi saya tidak menolak untuk mengembangkan kemampuan basket saya sampai keluar negeri.” ujar Stevie kepada NYSN. Terakhir, Stevie menutup percakapannya bersama NYSN dengan memberikan pesan bahwa jika ingin sampai ke level yang lebih tinggi, harus selalu rajin latihan dan sangat penting untuk berkomitmen. “Memang butuh pengorbanan, tetapi semua rasa capek dan lelah akan terbayar dan sepadan dengan apa yang sudah kita perjuangkan.”imbuhnya (crs/adt)

Kevin Rose Nasution Optimis Anak Didiknya Maju Mewakili DKI Jakarta

kevin rose nasution

Ajang penyeleksian Swimming Open 2017 yang di adakan di gor mahasiswa Soemantri Brodjonegoro berlangsung semarak, sorak sorai pendukung dan suara pluit menambah ketegangan antara persaingan Club renang menuju pekan olahraga nasional (POPNAS) dan PON remaja. Salah satu panitia Swimming Open 2017 H. Turmuji mengatakan kepada NYSN bahwa ajang penyeleksian berdasarkan limit waktu kecepatan. “Atlet yang terpilih mewakili DKI Jakarta berdasarkan limit waktu yang dicapai atau berdasarkan kecepatan, lalu akan mendapatkan 36 nomor dari masing masing kategori renang, diantaranya gaya dada, punggung, bebas dan kupu kupu.” Pungkas Turmuji Hal senada juga di ungkapkan oleh atlet Nasional putri yang juga merupakan pemilik Club Pari Sakti sempat menjelaskan kepada NYSN bahwa untuk lolos dan mewakili nama DKI Jakarta hanya memiliki kuota sebanyak 20 atlet muda. “Untuk menuju ke ajang POPNAS, DKI selalu membina melalui tiga tahapan, dan juga memiliki kuota paling banyak sama dengan tiga daerah lain diantaranya Bali, Jawa Tengah, dan Jawa Timur yaitu memiliki kuota sebanyak 20 orang atlet dengan komposisi 10 laki laki dan 10 perempuan per Provinsi dan juga mengirimkan 8 pelatih.” Ungkap Kevin Kevin menambahkan bahwa pari sakti akan berlatih keras untuk mewujudkan prestasi dalam cabang olah raga renang. “Dalam catatan pari sakti banyak klub besar yang berhasil mengirim atlit tercepat dalam ajang seleksi ini diantaranya, millenium, parisakti dan klub lainnya. Intinya semua Club turut memberikan kontribusi mengirimkan kandidat untuk merebut gelar juara POPNAS dan PON remaja mrndatang.”Tambah Kevin Rencananya nama Dwiky Anugrah dari Club pari sakti yang saat ini berumur 17 tahun, yang bergabung ke pari sakti semenjak kelas tiga SD akan di gadang untuk mewakili pari sakti dan sekaligus mewakili DKI.(adt)⁠⁠⁠⁠

Swimming Open 2017 Jakarta Championship Siapkan Bibit ke Arena Olimpiade & PON

Para peserta Swimming Open 2017 saat sedang berlaga di GOR SOemqantri Brodjonegoro, 5/26/17 (NYSY Media)

Acara yang di buka pada tanggal 23 Mei 2017 kemarin masih berlangsung ketat di Gelanggang renang Gor mahasiswa Soemantri Brodjonegoro, Kuningan, Jakarta. (25/5) Swimming open 2017 Jakarta Championship yang berhasil menyerap kurang lebih 40 Club Se Indonesia di harapkan mampu mewakili Indonesia di ajang Olimpiade maupun Pekan Olahraga Nasional (PON). Dari tiap Club yang mewakili Kota, Kabupaten ataupun Provinsi di Indonesia antara lain, hampir mengikuti semua kategori gaya. Gaya dada, gaya punggung, gaya kupu kupu dan gaya bebas. Dalam renang sendiri, lebih untuk sebuah olahraga yang melombakan kecepatan atlet dalam berenang. Faturmuji selaku panitia pelaksana kegiatan mengatakan kepada NYSN, bahwa ajang tersebut guna mempersiapkan atau menseleksi atlit menyambut Olimpiade dan PON mendatang. “Atlit atlit muda yang mengikuti limba ini merupakan perwakilan club dari berbagai macam kota, kabupaten yang tersebar hampir seluruh pelosok negeri. Dan para Atlit yang ikut sudah melalui tahapan seleksi dan yang paling berprestasi di wilayahnya masing masing. Lalu acara ini di dedikasikan untuk mempersiapkan olimpiade dan PON mendatang.” Ungkap Fatur. Event Swimming open 2017 Jakarta Championship yang di gagas oleh FINA, AASF, PRSI dan KUMANG ini di percaya mampu akan menyalurkan dan mewakili nama besar Indonesia di ajang olahraga Nasional PON dan Internasional tiap empat tahunan yang mempertandingkan cabang-cabang olahraga musim panas dan musim dingin serta diikuti oleh ribuan atlet yang berkompetisi dalam berbagai pertandingan olahraga.(bgs/adt)

Swimming Open 2017 Jakarta Championship Siapkan Bibit ke Arena Olimpiade dan PON

swiminng open 2017

Acara yang di buka pada tanggal 23 Mei 2017 kemarin masih berlangsung ketat di Gelanggang renang Gor mahasiswa Soemantri Brodjonegoro, Kuningan, Jakarta. (25/5) Swimming open 2017 Jakarta Championship yang berhasil menyerap kurang lebih 40 Club Se Indonesia di harapkan mampu mewakili Indonesia di ajang Olimpiade maupun Pekan Olahraga Nasional (PON). Dari tiap Club yang mewakili Kota, Kabupaten ataupun Provinsi di Indonesia antara lain, hampir mengikuti semua kategori gaya. Gaya dada, gaya punggung, gaya kupu kupu dan gaya bebas. Dalam renang sendiri, lebih untuk sebuah olahraga yang melombakan kecepatan atlet dalam berenang. Faturmuji selaku panitia pelaksana kegiatan mengatakan kepada NYSN, bahwa ajang tersebut guna mempersiapkan atau menseleksi atlit menyambut Olimpiade dan PON mendatang. “Atlit atlit muda yang mengikuti lomba ini merupakan perwakilan club dari berbagai macam kota, kabupaten yang tersebar hampir seluruh pelosok negeri. Dan para Atlit yang ikut sudah melalui tahapan seleksi dan yang paling berprestasi di wilayahnya masing masing. Lalu acara ini di dedikasikan untuk mempersiapkan olimpiade dan PON mendatang.” Ungkap Fatur. Event Swimming open 2017 Jakarta Championship yang di gagas oleh FINA, AASF, PRSI dan KUMANG ini di percaya mampu akan menyalurkan dan mewakili nama besar Indonesia di ajang olahraga Nasional PON dan Internasional tiap empat tahunan yang mempertandingkan cabang-cabang olahraga musim panas dan musim dingin serta diikuti oleh ribuan atlet yang berkompetisi dalam berbagai pertandingan olahraga.(bgs/adt)