Heru Jatmiko, Atlet Lontar Martil Andalan Merah Putih di ASEAN School Games 2019

Heru Jatmiko andalan Indonedia di ajang ASEAN School Games 2019. (Kemenpora)

Jakarta – Segudang prestasi berhasil ditorehkan Heru Jatmiko dari cabang atletik di nomor lontar martil. Berkat prestasinya itu, ia menjadi salah satu atlet muda andalan Indonesia di ASEAN Schools Games (ASG) 2019, yang akan dihelat di Kota Semarang, Jawa Tengah, 17-25 Juli mendatang. Soal persiapan, Heru mengatakan sudah mencapai 80% dan siap diturunkan pada hari pelaksanaan. Remaja yang pernah menyumbangkan medali emas di Thailand Sport Schools Games 2018 itu cukup yakin bisa memberikan yang terbaik pada ASG 2019 nanti. “Persiapan sudah matang pokoknya. 80% lah, jadi tinggal menunggu hari H-nya saja,” ujar Heru. Remaja kelahiran Lampung, 13 Februari 2002 itu, berharap seluruh anak muda dan masyarakat Indonesia dapat memberikan doa dan dukungan bagi dirinya dan seluruh atlet pelajar Indonesia agar sukses dan mampu mempersembahkan yang terbaik bagi Indonesia di pertandingan nanti. “Saya berharap didoakan untuk karir ke depan, semoga makin baik, membanggakan orangtua, dan negara. Bagi anak muda Indonesia, siapapun yang ingin menjadi atlet berlatihlah dengan sungguh-sungguh jangan malas, ingat orangtua, selalu berdoa, bahagiakan mereka, teruslah berlatih, raih mimpimu setinggi-tingginya,” lanjut Heru. Heru merupakan salah satu atlet junior cabang olahraga lontar martil yang kini masih menjalani studinya di Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) Ragunan, dan duduk di bangku tingkat 3 Sekolah Menengah Atas (SMA) itu. Sejak kelas 1 SMA, Heru sudah mendalami latihan cabang olahraga lontar martil. Sebelumnya, ia pernah menggeluti bidang olahraga serupa namun beda cabang seperti tolak peluru, lempar lembing, lempar cakram, dan terakhir ia mantap menekuni cabor lempar cakram. “Awalnya kelas 2 SMP ikut atletik itu tolak peluru, terus meningkat ke lempar lembing, lempar cakram, dan saat masuk SKO Ragunan saya tertarik ikuti lompar martil,” tutur remaja yang hobi travelling itu. Baginya, mendalami suatu cabang olahraga yang sesuai dengan bidangnya merupakan hal yang penting. Setelah bergabung sebagai siswa di SKO Ragunan, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Heru akhirnya memutuskan fokus di cabang olahraga lontar matil. Ia mengakui bahwa salah satu motivasi besar dirinya memilih untuk menekuni lontar martil adalah karena faktor tubuh. Postur tubuh yang memang tergolong lebih besar dibandingkan remaja lain seusianya, membuat Heru mantap menekuni olahraga lontar martil. Sebab, cabang atletik lain yang sempat ia tekuni sebelumnya seperti lempar lembing justru membutuhkan speed yang tinggi sehingga agak sulit bagi Heru. “Mengenali potensi diri sangat diperlukan. Dengan demikian, kita tidak perlu menunggu orang lain untuk mengarahkan apa yang harus dijalani dalam hidup. Memahami apa yang mampu dilakukan oleh diri sendiri justru mempermudah seseorang untuk menemukan lingkungan dan orang-orang yang tepat untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan,” tukas Heru. (Adt)

Pemerintah Harap ASEAN School Games 2019 Jadi Spirit Atlet Pelajar Berprestasi

Menpora Imam Nahrawi ketika menerima laporan persiapan ASG 2019 dari jajaran Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora. (Kemenpora)

Jakarta- Pemerintah melalui Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi berharap para pelajar Indonesia yang ikut bertanding di ajang ASEAN School Games (ASG) 2019 bisa menjadi atlet yang berprestasi. Selain itu, Imam meminta para pelajar menunjukkan spirit dan respek dalam mengikuti kejuaraan pelajar Asia Tenggara tersebut. Hal itu ditegaskan Menpora ketika menerima laporan persiapan ASG 2019 dari jajaran pejabat Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora, di Kantor Kemenpora, Senayan, Jakarta, Senin (27/5). “Semoga ASG ini menjadi modal penting untuk persiapan prestasi atlet dimasa depan. Segala sesuatu harus disiapkan dengan matang. Saya tidak ingin ini sekadar rutinitas, tapi ada spirit pelajar Indonesia agar bisa menjadi atlet prestasi. Semangat ASG harus digaungkan merebut juara umum agar kita semakin bangga,” ujar Menteri asal Bangkalan, Madura, Jawa Timur itu. Hadir dalam kesempatan tersebut Sesmenpora (Sekertaris Menteri Pemuda dan Olahraga) Gatot S Dewa Broto, Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga Raden Isnanta, Staf Ahli Bidang Politik Yuni Poerwanti, Staf Ahli Bidang Ekonomi Kreatif Jonni Mardizal, Staf Ahli Bidang Hukum dan Olahraga Samsudin, Staf Khusus Pemuda Anggia Erma Rini, serta Staf Khusus Bidang Komunikasi dan Kerjasama Zainul Munasichin. Sementara itu, Asisten Deputi (Asdep) Pembibitan dan Iptek Olahraga, Washington, dalam pemaparannya menyampaikan rangkaian ASG akan berlangsung di Semarang, Jawa Tengah, pada 17-25 Juli 2019. Adapun acara pembukaannya bertempat di Holy Stadium. Sedang penutupannya akan diselenggarakan di Lapangan Lumbini, Candi Borobudur. “Kami sampaikan, adapun tag line-nya yaitu unity, spirit, dan respect. Penyelenggaraan ASG kali ke-11 di Semarang yang mengusung tema ‘Menuju Kesatuan melalui Olahraga’ ini menelurkan gagasan ‘Warak Ngendog’ yang merupakan sebuah simbol persatuan tiga etnis dan budaya di Kota Semarang,” cetus Washington. (Adt)

Pembinaan Usia Dini, Jadi Tolak Ukur Atlet Gapai Prestasi

Legenda tenis Indonesia Yayuk Basuki menyebut pembinaan atlet usia dini di semua cabor bisa mendorong lahirnya atlet baru syarat prestasi. (rmoljateng)

Jakarta- Pembinaan atlet usia dini yang dilakukan secara intensif serta berkesinambungan di semua cabang olahraga (cabor) bisa mendorong lahirnya atlet baru syarat prestasi yang dapat mengharumkan nama Indonesia di pentas internasional. Hal itu dikatakan Yayuk Basuki, Anggota Komisi X DPR RI, saat menyaksikan Turnamen Sepak Bola Usia Dini Kelompok Umur (KU) 2006/2007 Piala Yayuk Basuki di Lapangan Gelora Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, pada Kamis (28/3). “Semua cabang olahraga saya gerakkan, karena atlet berprestasi itu pasti muncul dari daerah kemudian berjenjang hingga tingkat atau kelas internasional,” ujar Yayuk, dikutip rmoljateng, pada Selasa (2/4). Dan, sebagai bagian dari upaya untuk mendorong perkembangan olahraga di Indonesia, legenda tenis kelahiran Yogyakarta, 30 November, 46 tahun silam itu, bahkan telah menggelar berbagai turnamen, seperti tenis meja, tenis, bulutangkis, serta voli. Dengan turnamen sepak bola, terlebih diikuti oleh para peserta yang datang dari beberapa Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, dinilai Yayuk, akan menjauhkan mereka pada hal negatif. “Ini membuat tidak ada waktu lagi bagi mereka untuk bermain ponsel, mengenal miras (minuman keras), bahkan narkoba. Ketika berbicara soal pembinaan atlet, wajib diarahkan ke sisi positif,” lanjut petenis Merah Putih yang pernah mencapai babak perempat final turnamen Grand Slam Wimbledon pada 1997 itu. Ditegaskan Yayuk, upaya yang dilakukan merupakan implementasi dari apa yang diserukan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) tentang gerakan revolusi mental yang salah satunya, bisa diawali dengan mendidik budi pekerti para atlet dengan olahraga. “Dengan dimulai dari olahraga, tentunya bisa membentuk mental-mental yang baik agar berprestasi,” tambah peraih penghargaan atlet terbaik versi SIWO (Seksi Wartawan Olahraga) PWI Jaya pada 1995 itu. Turnamen sepak bola usia dini yang berlangsung sehari penuh itu diikuti 40 tim yang berasal dari Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Yayuk menjelaskan dengan adanya pembinaan dengan pendampingan wasit berlisensi diharapkan akan dapat memacu prestasi, disiplin dan sportifitas atlet sejak usia dini. “Terlebih turnamen ini kami laksanakan jelang gelaran ASEAN School Games, pada Juli nanti,” tukas peraih medali emas Asian Games tiga edisi (Seoul 1986/ganda putri, Beijing 1990/ganda campuran, Beijing 1990/ganda putri, Bangkok 1998/tunggal putri). (Adt)

Semarang Tuan Rumah ASEAN School Games 2019, Indonesia Masukan Cabor Pencak Silat

Indonesia memasukkan pencak silat sebagai cabang olahraga pilihan dalam gelaran ASEAN School Games (ASG) pada Juli 2019, di kota Semarang, Jawa Tengah. (tempo.co)

Jakarta- Gelaran ASEAN School Games (ASG) 2018 resmi ditutup oleh Dato’ Menteri Besar Selangor Amirudin bin Shari, di ICC Selangor, Malaysia, pada Kamis (26/7). Penutupan sekaligus ditandai dengan penyerahan bendera kejuaraan dari perwakilan ASG kepada Mulyana (Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga/Kemenpora), sebagai perwakilan Indonesia pelaksanaan ASG berikutnya. Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng) akan menjadi tuan rumah kejuaraan khusus pelajar di kawasan Asia Tenggara pada bulan Juli 2019. Pada ASG 2018, tim Indonesia sukses mengoleksi 31 emas, 36 perak, dan 31 perunggu, melampaui target awal sedikitnya 26 emas. Hasil itu membuat Indonesia duduk diposisi runner up, sedangkan tuan rumah Malaysia sebagai juara umum dengan raihan 37 emas, 34 perak, dan 31 perunggu. Pada edisi ke-11 pelaksanaan ASG 2019 di Semarang, mempertandingkan cabang olahraga yang hampir sama dengan ASG di Selangor, Malaysia. Namun, sebagai tuan rumah, Indonesia berhak memasukkan satu cabang olahraga pilihan. Syaratnya, harus sesuai dengan aturan yang harus dipenuhi. Rencananya sembilan cabang akan dipertandingkan di ASG 2019 yakni atletik, bola voli, basket, bulutangkis, tenis meja, tenis, sepak takraw, dan renang. Hal ini disampaikan Washinton, Asisten Deputi Pembibitan dan Ilmu Pengetahuan serta Teknologi Kemenpora. “Nanti ada satu cabang pilihan tuan rumah. Kami memilih pencak silat. Dan, pilihan ini sudah diterima oleh calon negara peserta ASG 2019,” ujar Washinton disela-sela penutupan, Kamis (26/7). Pada ASG 2018, Malaysia memasukkan squash sebagai cabang pilihan. Alhasil, Negeri Jiran tampil dominan dengan mengoleksi 6 emas, 5 perak, dan 1 perunggu. Meski bisa memilih cabang olahraga yang nanti akan dipertandingkan, namun Washinton mengungkapkan bila nomor pertandingan tak boleh lebih dari sepuluh. Komplek Olahraga Stadion Jatidiri, Semarang, dipastikan sebagai venue pusat pelaksanaan ASG 2019, serta beberapa lokasi lain sesuai kebutuhan. Mulyana menjelaskan persiapan pelaksanaan ASG 2019 telah dilakukan dengan melakukan koordinasi dengan pemerintah Provinsi Jawa Tengah, maupun pemerintah kota Semarang. Sebagai tuan rumah ASG 2019, Indonesia diharapan mampu menjadi juara umum. Pada event yang sama di Surabaya, Jawa Timur (Jatim) 2012, pasukan Garuda Muda harus puas menjadi runner up di bawah Thailand. Indonesia justru menjadi juara umum pada ASG 2015, saat pelaksanaan dihelat di Negeri Jiran, Brunei Darussalam. “Intinya semuanya siap mendukung. Kami ucapkan selamat datang para peserta di Indonesia,” tegas Mulyana. (Adt)

Siswa Sekolah Kharisma Bangsa Sadam Asyurna Masuk Timnas Basket ASG 2018, Pelatih : Kerja Keras dan Doanya Terbayarkan

Siswa Sekolah Kharisma Bangsa Sadam Asyurna (berdiri ketiga dari kiri no.9) dipercaya masuk skuat timnas basket ASEAN School Games X 2018, di Malaysia. (Adt/NYSN)

Jakarta- Sadam Asyurna, siswa kelas XII Sekolah Menengah Atas (SMA) Kharisma Bangsa, Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, dipercaya masuk skuat tim nasional (Timnas) basket putra pada ajang ASEAN School Games 2018 (ASG) X 2018, di Malaysia. Di ASG 2018, pria kelahiran 19 November 2001 itu menjadi bagian dari kontingen Indonesia yang berkekuatan 189 orang yakni terdiri dari 158 atlet putra dan 31 atlet putri. Mereka mengikuti delapan cabang olahraga, yakni atletik, renang, bulutangkis, sepak takraw, bola voli, bola basket, senam, dan squash. Untuk cabor net ball dan tenis meja, Indonesia tak mengirimkan wakilnya. Semua atlet ditempa skill dan mental mereka dibeberapa titik, termasuk sekolah Khusus Olahraga (SKO) Ragunan, Jakarta. Pada ASG 2018, kontingen Indonesia sukses mengoleksi 31 emas, 36 perak, dan 31 perunggu, melampaui target awal sedikitnya 26 emas. Hasil itu membuat Indonesia berada diposisi runner up, sedangkan tuan rumah Malaysia sebagai juara umum dengan torehan 37 emas, 34 perak, dan 31 perunggu. Ari Adiska, Pelatih Basket Sekolah Kharisma Bangsa, mengatakan dipercayanya Sadam membela Merah Putih di ajang ASEAN School Games merupakan ‘buah’ dari kerja keras. “Alhamdulillah, Sadam masuk tim nasional ASEAN School Games. Kerja keras yang selama ini dijalaninya serta doanya terbayarkan,” ujar Ari, Selasa (24/7). Ia menambahkan semua atlet pasti memiliki keinginan untuk bisa membela Merah Putih di pentas internasional. Dan, menurut Ari, hal itu bisa diwujudkan oleh Sadam yang memiliki talenta di basket. “Karena setiap atlet pasti memimpikan bisa jadi pemain nasional. Dan pada tahun ini Sadam bisa mengikuti ASEAN School Games di Malaysia. Dia memang memiliki talenta kuat di basket,” tambah Ari. Sementara, Sinta Berliana Herru, ibunda Sadam, menyebut dengan melihat putranya tumbuh dan berkembang sesuai dengan passion-nya saat ini adalah bentuk kesuksesan dirinya sebagai orang tua. “Naluri saya merasakan bahwa Sadam dan basket saling menemukan tanpa saling mencari. You got your passion my boy,” tukas Sinta. (Adt)

Raih 31 Emas, Indonesia Penuhi Target Medali ASEAN School Games (ASG) 2018 Malaysia

Diluar dugaan, atlet senam junior dari SKO Ragunan asal Riau, Abiyurafi, berhasil meraih 3 medali emas di ajang Asian School Games (ASG) 2018 di Malaysia. (tribunnews.com)

Selangor- Indonesia sukses memenuhi target medali yang ditetapkan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) pada ASEAN School Games (ASG) 2018 di Selangor, Malaysia yaitu minimal meraih 26 medali emas. Pada hari terakhir kejuaraan khusus untuk pelajar di Asia Tenggara yang dipusatkan di Shah Alam, Selangor, Malaysia, Rabu, kontingen Indonesia sukses mengumpulkan 31 emas, 36 perak dan 31 perunggu atau berada di posisi dua klasemen akhir. Sedangkan pemuncak klasemen adalah Malaysia dengan 37 emas, 34 perak dan 31 perunggu. Dari delapan cabang olahraga yang diikuti Indonesia hanya empat cabang saja yang mampu menyumbang medali yaitu atletik dari target lima emas meraih delapan emas, renang memenuhi target yaitu 15 emas, senam dari target satu justru meraih empat emas serta bulu tangkis dari target dua mendapat empat emas. “Bulu tangkis sukses memenuhi target. Sebenarnya bisa menambah di beregu putra dan ganda campuran. Namun di final kita kalah. Yang jelas hasil tahun ini lebih baik dibandingkan sebelumnya yang hanya satu emas,” kata manajer tim bulu tangkis Indonesia, Luluk Hadiyanto. Bulu tangkis meraih medali emas lewat nomor tunggal putra dan putri yang di final semuannya mengalahkan Malaysia. Berikutnya beregu putri yang di final mengalahkan tim Thailand satu emas lagi nomor ganda putri yang di final mempertemukan pemain asal Indonesia sendiri. Selain bulu tangkis, prestasi mengejutkan datang dari atletik dan senam. Atletik yang tahun sebelumnya hanya meraih satu emas kini jadi tumpuan. Beberapa rekor juga tercipta yang salah satunya melalui atlet lompat galah putra, Idan Fauzan Richsan. Atlet asal Bogor, Jawa Barat, yang disiapkan ini bahkan mampu memecahkan dua rekor sekaligus, yakni rekor ASG dari 5 meter menjadi 5,30, serta rekornas junior dan senior dari 5,20 meter menjadi 5,30 meter. “Ini balas dendam saya setelah gagal turun di kejuaraan dunia. Sebenarnya saya masih ingin nambah lompatan, tapi tim pelatih dan PB PASI meminta saya untuk berhenti,” kata Idan paska melakukan lompatan pecah rekor. Untuk senam sebenarnya cukup fenomenal. Target satu emas awalnya cukup berat. Namun, kondisi di lapangan berbeda. Indonesia mendapat empat emas yang tiga diantaranya direbut oleh Abiyurafi. Apa yang diraih atlet SKO Ragunan asal Pekanbaru, Riau itu diluar dugaan oleh tim. “Target buat Abiyurafi sebenarnya satu emas, tapi justru dapat tiga. Ini sebuah kejutan. Dengan hasil ini kami optimistis jika Indonesia potensi untuk kedepannya,” kata manajer tim senam Indonesia, Murdhasih Supardjo, saat dikonfirmasi. Renang sebenarnya nyaris terpeleset. Beruntung pada hari pelaksanaan mampu meraih emas yang salah satunya lewat Adinda Larasati Dewi. Atlet berjilbab asal Jawa Tmur ini secara umum mampu menyumbang empat emas individu. Satu perenang lagi yang gemilang adalah Azzahra Permatahani, yang mengemas tiga medali emas individu. Jika empat cabang mampu memenuhi target bahkan lebih, kondisi berbeda didapat dua cabang yang cukup familiar yaitu bola voli dan basket. Untuk bola voli, tim putra dan putri Indonesia semuanya harus puas dengan medali perak. Padahal cabang ini ditarget satu emas. Begitu juga basket yang gagal meraih medali meski ditarget emas. Squash juga tanpa emas. Sementara itu komandan kontingen Indonesia pada ASG 2018, Bambang Siswanto membenarkan, jika target perolehan medali sesuai target bahkan lebih. Namun, jumlah tersebut belum mampu membendung laju tim tuan rumah Malaysia. “Kami melihat Malaysia memang lebih siap, terutama pada nomor-nomor unggulan mereka seperti squash. Itu yang jadi lumbung medali selain dari senam. Mereka juga bagus di atletik meski kita juga mampu memenuhi target,” katanya saat dikonfirmasi. Meski demikian, kata dia, pihaknya tetap mengapresiasi perjuangan para atlet mengingat persiapan mereka hanya sekitar dua pekan. Kedepan pihaknya berharap persiapan jauh lebih baik mengingat atlet yang turun di ASG merupakan bibit untuk menghuni timnas yang berlaga dikejuaraan yang levelnya lebih tinggi. (Dre) Berikut Hasil Akhir Perolehan Medali ASEAN School Games 2018 :

Cabor Bulutangkis Kawinkan Gelar Nomor Tunggal, Atlet 15 Tahun Asal Banyumas Raih Dua Emas

Aisha Galuh Maheswari meraih dua emas di cabor bulutangkis pada nomor perseorangan tunggal putri dan beregu putri, dalam ajang ASEAN School Games (ASG) 2018 di Juara Stadium, Kuala Lumpur, Malaysia. (pbdjarum.org)

Kuala Lumpur- Tim bulutangkis Indonesia sukses mengawinkan emas nomor tunggal perseorangan pada ASEAN School Games (ASG) 2018 di Juara Stadium, Bukit Kiara, Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (25/7), setelah di partai puncak mampu meraih hasil terbaik. Kemenangan yang berbuah emas kejuaraan khusus untuk pelajar di Asia Tenggara itu terlebih dahulu diraih oleh tunggal putra Nur Yahya Adi Felani yang sukses mengalahkan andalan tuan rumah Malaysia, Jacky Kok Jing Hong dengan skor 21-12, 20-22, 21-19. Meski akhirnya mampu meraih emas, Nur Yahya harus memperolehnya dengan perjuangan karena lawan terus memberikan perlawan. Seharusnya juara bertahan itu bisa mengakhiri pertandingan pada gim kedua setelah memimpin 19-15. Namun pemain binaan klub Pratama Surabaya ini harus menyerah 20-22. Sebaliknya pada gim ketiga, Yahya sempat tertinggal namun mampu menggebrak pada akhir pertandingan. “Sempat terlalu percaya diri. Tapi saya langsung berusaha tenang dan mempelajari cara bermain lawan. Saya langsung habis-habisan. Ternyata bisa,” kata pemuda kelahiran Sukoharjo, 3 Juli 2000. Menurut dia, lawannya merupakan pemain yang ulet dan tahan banting. Itu dibuktikan dengan terus bertahan meski dalam kondisi kaki cedera. Dukungan dari suporter tuan rumah untuk lawah juga membuat Yahya, sapaannya, sedikit goyah. Namun semuanya mampu diatasi. “Ini adalah ASG terakhir saya. Setelah ini saya akan turun di kejurnas karena jika juara bisa masuk ke pelatnas,” kata atlet asal Sukoharjo, Jawa Tengah itu. Apresiasi tinggi juga pantas disematkan pada peraih emas tunggal putri, Aisha Galuh Maheswari. Meski sempat jatuh bangun, atlet putri asal Banyumas, Jawa Tengah itu, sukses menumbangkan andalan tuan rumah yang dikenal ulet yaitu Letshanaa A/P Karuphatevan dengan skor 13-21, 21-12, 23-21. “Tadi memang menguras tenaga. Sejak awal kami duel main relay-relay panjang. Setelah ada kesempatan baru mengeluarkan andalan. Lawan juga melakukan hal yang sama,” kata pemain binaan PB Djarum Kudus kelahiran Banyumas, 19 Oktober 2002. Menurut dia, emas memang sudah ditargetkan sejak awal oleh tim. Pebulutangkis dari PB Djarum ini, mengakui pada final memang cukup berat. Namun upaya yang dilakukan Aisha sukses meraih emas untuk kontingen Indonesia, di dua nomor, yakni beregu putri dan perorangan. Sementara itu manajer tim bulu tangkis Indonesia, Luluk Hadiyanto mengaku target medali yang ditetapkan yaitu dua emas mampu terpenuhi. Bahkan lebih karena mampu meraih empat emas yaitu beregu putri, tunggal putra-putri dan ganda putri. (Ham)

Indonesa Juara Umum di Cabor Renang ASG 2018, Adinda Sabet Empat Emas Jadi Yang Terbanyak

Indonesia meraih 15 medali emas, 17 perak, dan 8 perunggu, pada cabang olahraga renang ASEAN School Games Malaysia 2018, di Ehsan Aquatic Centre, Selangor Malaysia. (Humas PB RSI)

Selangor- Pada hari terakhir, Rabu (25/7) Indonesia menambah 4 emas dan 3 perak. Pada nomor terakhir, estafet 4×100 meter gaya ganti putra, tim merah putih berhasil memecahkan rekor ASEAN School Games. “Cabor renang ditargetkan 15 medali emas dan kami berhasil memenuhinya. Bersyukur dan terima kasih kepada semua tim, mulai dari perenang, pelatih, manajer, staff dan juga kemenpora,” ujar pelatih Deni Wardeni, Rabu (25/7). Indonesia menjadi juara umum di cabor renang dengan torehan 15 medali emas, 17 medali perak, dan 8 medali perunggu, atau mengungguli Thailand (9 emas, 8 perak, dan 4 perunggu) dan Singapura (7 emas, 6 perak, dan 10 perunggu). Khusus untuk Adinda Larasati Dewi dan Azzahra Permatahani, menjadi sangat spesial karena keduanya menjadi atlet terbanyak yang menyumbang mendali emas. Dinda, sapaan Adinda, meraih total empat emas, sementara Zahra, panggilan Azzahra, mengoleksi tiga medali emas, seperti torehannya di ajang yang sama pada 2017 lalu. Keempat emas hari ini disumbang perenang Indonesia yang sudah lolos limit A Olimpiade Remaja yang akan bertanding di Argentina, Oktober nanti, seperti Adinda, Azel Zelmi, Azzahra, dan Farrel Armandio Tangkas. Tim Indonesia yang berkekuatan Farrel Armandio Tangkas (punggung) Pande Made Iron Digjaya (dada), Azel Zelmi (kupu-kupu), dan Danandra Indra Damario (bebas) mencatat waktu terbaik 3 menit 48,82 detik atau lebih tajam dari rekor lama milik Singapura (2011) dengan 3 menit 49,70 detik. Peringkat kedua ditempati Malaysia (3 menit 51,82 detik) dan ketiga Thailand (3 menit 53,11 detik). Medali emas lainnya didapat melalui aksi Azel Zelmi Aryalingga yang menang di nomor 200 meter gaya kupu-kupu putra dengan catatan 2 menit 03,71 detik. Medali perak diraih Tan Ephraim (Singapura) dengan torehan 2 menit 04,34 detik dan medali perunggu atas nama Low Zheng Yong (Malaysia) 2 menit 04,98 detik. Medali emas pertama disumbang Adinda dari nomor 200 meter gaya kupu-kupu putri dengan catatan 2 menit 15,15 detik. Peringkat kedua diraih perenang Indonesia lainnya, Azzahra (2 menit 16,92 detik), dan posisi ketiga Kamonchanok Kwanmuang (Thailand) dengan 2 menit 18,52 detik. Adinda juga menyumbang emas kedua melalui nomor estafet 4×100 meter gaya ganti putri. Tim Indonesia yang berkekuatan Dewi Novita Lestari (punggung), Felicia Angelica (dada), Azzahra (kupu-kupu), Adinda Larasati Dewi (bebas) berhasil mencatat waktu tercepat 4 menit 20,07 detik. Posisi kedua ditempati Thailand dengan torehan 4 menit 21,22 detik dan ketiga Singapura (4 menit 24,63 detik). Indonesia juga mendapat medali perak dari Sofie Kemala pada nomor 50 meter gaya punggung putri dengan catatan 30,39 detik dan Joe Aditya menambah perak di nomor 1500 meter gaya bebas dengan catatan 16 menit 16,88 detik. (Adt) Klasemen akhir Cabang Renang Asean Schools Games 2018 No*Negara*Emas-Perak-Perunggu 1.Indonesia (15-17-8) 2.Thailand (9-8-4) 3.Singapura (7-6-10) 4.Malaysia (5-4-8) 5.Filipina (0-2-5) 6-10. Vietnam, Myanmar, Laos, Kamboja, Brunei (tanpa medali)

Gagal ke Kejuaraan Dunia, Lulusan SMAN 6 Bogor Ini Pecahkan Rekornas dan ASG di ASEAN School Games 2018

Idan Fauzan berpose dengan catatan ketinggian lompat galah yang baru saja dipecahkan pada ASEAN School Games 2018, di Stadion Mini Atletik Bukit Jalil Malaysia, Selasa. (Antaranews.com)

Selangor- Idan Fauzan Richsan memecahkan rekor nasional (rekornas) nomor lompat galah pada ajang ASEAN School Games (ASG) 2018, di Stadion Mini Atletik Bukit Jalil, Malaysia, Selasa (24/7), setelah sebelumnya gagal berangkat ke kejuaraan dunia, di Finlandia. Catatan rekor yang dipecahkan adalah tinggi lompatan 5,20 meter, yang ia pegang sendiri, yang dicetak pada kejuaraan uji coba Asian Games 2018. Tinggi lompatan yang dicetak Idan pada kejuaraan khusus pelajar ini adalah 5,30 meter, dan berhak mendapatkan emas ASG 2018. “Iya benar. Ini balas dendam saya paska gagal tampil di kejuaraan dunia,” kata atlet kelahiran Bogor 11 Januari 2000, usai melakukan lompatan. Perjuangannya memecahkan rekor cukup panjang karena diawali dari lompatan 4,60 meter. Setelah sukses, lompatannya naik ke ke 4,80 meter. Pada ketinggian tersebut, ia harus berlomba sendiri, karena para lawan maksimal hanya berada di posisi 4,70 meter. Setelah sukses di 4,80 meter, Idan atas instruksi pelatih kembali menaikkan target di 4,95 meter. Lagi-lagi ia sukses melalukan tugas termasuk pada 5,05 meter dan 5,15 meter. Ketegangan mulai terlihat saat Idan menaikkan tinggi lompatan menjadi 5,25 meter, karena pada percobaan pertama gagal bahkan sempat tertimpa bar. Begitu juga dengan percobaan kedua. Lulusan SMAN 6 Bogor, Jawa Barat ini, kembali gagal melampauinya. Sekedar catatan, target tinggi lompatan ini, lebih tinggi dari rekornas, dan diatas rekor ASG yang hanya berada di angka 5 meter. Pada lompatan ketiga, official tim Indonesia hingga para atlet, memberikan dukungan langsung lebih dekat setelah sebelumnya duduk di tribun. Dengan keyakinan, Idan lari dengan tenang begitu juga saat mengangkat galah. Akhirnya bar setinggi 5,25 mampu dilewati, dan disitulah rekornas pecah. Idan spontan berteriak histeris, juga pendukungnya. Setelah istirahat beberapa saat, pihak panitia menghampiri dan bertanya apa masih melanjutkan perlombaan atau tidak. Namun Idan memilih menaikkan tinggi lompatan, meski hanya 5 centimeter. Persiapan yang sama langsung dilakukan. Idan lebih tenang dibandingkan sebelumnya. Akhirnya bar setinggi 5,30 meter mampu dilalui dengan satu kali lompatan. Kepanikan justru terlihat pada jajaran pelatih, dengan hasil itu karena belum bisa memutuskan akan lanjut atau berhenti. Mereka lalu berkoordinasi dengan PB PASI dan diputuskan cukup di 5,30 meter. “Sebenarnya saya belum capek. Tapi, semuanya tergantung pelatih dan PB PASI,” kata rekan satu pelatnas juara dunia 100 meter Lalu Muhammad Zohri ini, sebelum melakukan selebrasi dengan teman-temannya. Sementara itu manajer tim atletik Indonesia, Suryo Agung, mengaku sangat mengapresiasi perjuangan Idan, yang getol ingin memecahkan rekor, usai gagal turun di kejuaraan dunia karena masalah teknis. “Sejak awal saya melihat Idan cukup percaya diri dan siap. Mampu memecahkan rekor saya kira cukup wajar dengan kondisinnya saat ini. Semoga pada Asian Games nanti jauh lebih baik,” kata Suryo saat dikonfirmasi. Dengan demikian pada ASG 2018 tim atletik sukses meraih delapan emas atau melebihi target yaitu lima emas. Dari jumlah tersebut ada nomor yang mengawinkan gelar yaitu lari 100 meter putra-putri dan lompat galah putra-putri. (Dre)

Renang Rajai Medali, Adinda Cetak Dua Emas ASEAN School Games (ASG) 2018 Hari Ketiga

Perenang 18 tahun, Adinda Larasati Dewi, meraih emasnya yang kedua, Pada hari ketiga ASEAN School Games (ASG) 2018, usai merajai nomor 50 meter gaya kupu-kupu mencatatkan waktu 28,28 detik. (antaranews.com)

Selangor- Pada hari ketiga ASEAN School Games (ASG) 2018, cabang olahraga renang pada Selasa (24/7), tim Indonesia mendominasi perolehan medali. Azzahra Permatahani dan kawan-kawan total mengantongi 33 medali yakni 11 emas, 14 perak, dan 8 perunggu. Tampil di Daru Ehsan Aquatic Centre, Selangor, Malaysia, pada Selasa (24/7), Indonesia menambah tiga medali emas. Ketiga medali emas disabet Farrel Armandio Tangkas di nomor 100 meter gaya punggung dengan catatan waktu 57.25 detik. Emas kedua direbut Adinda Larasati Dewi di 50 meter gaya kupu-kupu (28.28 detik). Lalu atlet 16 tahun asal Riau, Azzahra Permatahani, di nomor 200 meter gaya ganti dengan catatan waktu 2:19.81, makin mengkukuhkan dominasi tim merah putih dari kolam renang. Renang juga menambah 6 medali perak dari Dewi Novita Lestari (100 m punggung 1:05.43), Felicia Angelica (200m gaya dada, 2:40.54), Pande M I Digjaya (200m gaya dada, 2:17.91), Muhammad Fauzan (50m gaya kupu-kupu, 25.30), Adinda Larasati Dewi (800m gaya bebas, 9:07.52) serta D. Anugerah (200m gaya ganti, 2:07.39). Farel menyingkirkan Jerard Dominic S. Jacinto (Philipina) dengan catatan waktu 57,72 detik yang berhak meraih perak, dan perunggu menjadi milik Dwiki Anugrah (Indonesia) dengan catatan waktu 58,13 detik. Perenang putri 18 tahun asal Jawa Timur, Adinda Larasati Dewi yang meraih emas usai merajai nomor 50 meter gaya kupu-kupu mencatatkan waktu 28,28 detik. Perak nomor ini diraih Jamie Koo Yazhen (Singapura) dengan catatan waktu 28,41 detik, dan perunggu dikuasai Lee Rui Yan Elizabeth (Singapura) dengan catatan waktu 28,76 detik. Sebelumnya, Adinda sukses memecahkan rekor ASG di nomor 200 meter gaya bebas putri, dengan waktu tercepat 2 menit 04,68 detik, di laga final, pada Senin (23/7). Rekor Dinda ini, menjadi rekor baru ASG, menajamkan rekor lama milik Nguyen Thi Anh Vien (Vietnam) dengan catatan waktu 2.05,32 detik. Sementara tambahan medali perak Merah Putih diperoleh Dewi Novita Lestari di nomor 100 meter gaya punggung, dengan catatan waktu 1 menit 05,22 detik. Emas nomor ini diraih Elena Lee Lee Na Pedersen (Singapura) dengan catatan 1 menit 05,22 detik, sedangkan perunggu diraih Samantha Therese E. Coronel (Philipina). Begitu juga dengan Felicia Angelica. Turun di nomor 200 meter gaya dada, Felicia harus puas meraih perak dengan catatan waktu 2 menit 40,54 detik. Sedangkan emas milik Claresa Liau Jing Xuan (Singapura) yang sukses mencatat waktu 2 menit 36,53 detik. Dan, Thanya Angelync Dela Cruz (Philipina) mendapat perunggu. Di nomor 200 meter gaya dada putra, terjadi pemecahan rekor ASG. Perenang tuan rumah Ng Jing Fu meraih emas dengan catatan waktu 2 menit 17,86 detik, sekaligus menjadi rekor baru ASG. Sebelumnya, rekor ini dimiliki Ilham Ahmad Trimudzi asal Indonesia pada 2016, yakni 2 menit 19,05 detik. Perenang Indonesia Pande Made Iron Digjaya hanya mengoleksi perak dengan catatan waktu 2 menit 17,91 detik. Diikuti atlet Thailand, Thanonchai Janruks yang mendapatkan perunggu dengan catatan waktu 2 menit 24,12 detik. Di nomor 50 meter gaya kupu-kupu putra juga terjadi pemecahan rekor ASG. Mikkel Lee Jun Jie (Singapura) berhasil menyabet emas dengan catatan waktu 24,94 detik. Ia mempertajam rekor sebelumnya atas namanya sendiri yakni 25,45 detik yang dicetak pada 2017. Perenang Indonesia Muhammad Fauzan A Martzah hanya mampu meraih perak setelah mencetak waktu 25,30 detik, dan perunggu menjadi milik rekan senegaranya yakni Danandra Indra Damario dengan catatan waktu 25,38 detik.Tambahan perak Indonesia juga dihasilkan dari nomor 800 meter gaya bebas. Adinda harus mengakui ketangguhan perenang Kamonchan Kwanmuang (Thailand) yang meraih emas dengan catatan waktu 9 menit 06,30 detik, Dinda hanya mengukir waktu 9 menit 07,52 detik. Dan, perunggu milik perenang tuan rumah Goh Chia Tong dengan catatan waktu 9 menit 14,27 detik. Untuk nomor 200 meter medley putra, emas diraih Nguyen Minh Hien (Vietnam), sedangkan Mitchell Ang Li (Singapura) dan Dwiki Anugrah (Indonesia) masing-masing mendapat perak dan perunggu. Sedangkan dibagian putri, perenang tuan rumah Ong Yong Qi meraih emas. Diikuti Jinjutha Pholjamjumrus (Thailand) dan Kathlyn Laiu Yilin (Singapura) yang meraih perak dan perunggu. Dari tiga hari pelaksanaan, renang sudah menyumbangkan 11 medali emas, 14 perak dan 8 medali perunggu. Hingga hari ketiga, kontingen Malaysia masih memimpin perolehan total medali, diikuti Indonesia dan Thailand. Indonesia baru sekali menjuarai ASEAN School Games yaitu saat diselenggarakan di Bandar Seri Begawan, Brunei pada 2015. (Adt) Perolehan Medali ASG 2018 1. MALAYSIA   30 26 25 81 2. INDONESIA 24 28 25 77 3. THAILAND   15 18 26 59 4. VIETNAM    13 8 6 27 5. SINGAPURA 10 12 13 35 6. FILIPINA      7 6 14 27 7. MYANMAR    1 2 2 5 8. LAOS           0 0 3 3 9. KAMBOJA     0 0 0 0 10. BRUNEI      0 0 0 0

Bocah 16 Tahun Asal Riau, Jadi Tulang Punggung Tim Renang Indonesia di ASG 2018

Azzahra Permatahani (16 tahun) menjadi atlet andalan tim renang Indonesia pada ASEAN School Games (ASG) 2018 di Selangor, Malaysia, 21-26 Juli. (twitter.com)

Selangor- Tim renang Indonesia optimistis mampu memenuhi target yang dicanangkan Kemenpora pada ASEAN School Games (ASG) 2018 di Selangor, Malaysia, 21-26 Juli yaitu 15 medali emas, dari 26 emas target secara umum. “Kami optimistis mampu melampui target, atau bahkan bisa lebih karena untuk ASG tahun ini, diperkuat atlet-atlet yang memegang rekor nasional,” kata salah satu pelatih tim renang, Deni Wardeni, saat dikonfirmasi pada Sabtu (21/7). Cabang olahraga renang menjadi tumpuan, seperti ASG 2017 di Singapura. Saat itu kontingen Indonesia mampu menyumbang 20 dari 23 emas yang diraih. Azzahra Permatahani menjadi salah satu atlet yang terbanyak meraih emas, dengan torehan tiga medali, meski usianya kala itu baru 15 tahun. Pada ASG 2018, Azzahra kembali turun gunung, karena masih berusia 16 tahun. Bahkan, atlet kelahiran Pekanbaru, Riau, 7 Januari 2002 ini, datang bersama dengan atlet nasional lainnya yang selama ini digembleng oleh pelatih asal Prancis, David Armandoni. Atlet Indonesia yang diharapkan mampu menyumbang banyak medali emas untuk kontingen Indonesia selain Azzahra adalah Adinda Larasati Dewi, Farrel Armandio Tangkas, dan Sofie Kemala Fatiha. Sesuai rencana, pemburuan medali dari cabang renang, berlangsung di Pusat Aquatic Daru Ehsan, Shah Alam, pada Minggu (22/7). Persaingan di kolam ini bakal berlangsung ketat. Selain tuan rumah, atlet dari Vietnam dan Singapura, bakal terus mengancam keberadaan Indonesia. “Tahun lalu kita hanya ada dua pemegang rekor nasional. Itu saja hasilnya sudah memuaskan. Untuk tahun ini, kami punya lebih banyak perenang dengan rekor nasional kali ini,” kata Deni menambahkan. Meski sudah siap, tim renang Indonesia mengalami sedikit kendala terutama terkait dengan tempat tinggal atlet selama di Selangor. Atlet renang harus berbagi tempat karena satu kamar digunakan untuk tiga atlet. “Itu saja yang jadi kendala. Tapi kami sebagai pelatih terus mencoba menjaga psikologi atlet agar mereka tetap bisa memberikan yang terbaik dan saya lihat seluruh atlet telah siap bertanding,” kata Deni menegaskan. Pada ASG 2018 Indonesia berkekuatan 158 atlet dan akan turun pada delapan dari sepuluh cabang olahraga yang dipertandingkan yakni atletik, renang, sepak takraw, bulu tangkis, bola voli, basket, senam (dua disiplin) dan squash. Sedangkan targetnya adalah meraih 26 medali emas. (Adt)

Sampai Di Selangor, Cabor Renang Jadi Tumpuan Indonesia di ASEAN School Games 2018 Malaysia

Kontingen Indonesia untuk ASEAN School Games 2018 berpose, setibanya di Bandara Internasional Kuala Lumpur Malaysia, Kamis (19/7). Pada kejuaraan khusus pelajar ini, Indonesia ditargetkan meraih 26 medali emas. (antaraews.com)

Selangor- Cabang olahraga renang bakal menjadi tumpuan kontingen Indonesia pada kejuaraan ASEAN School Games (ASG) 2018 di Shah Alam, Selangor, Malaysia, 20-26 Juli karena Indonesia memilik banyak atlet potensial. Berdasarkan data yang dihimpun media di Selangor, Malaysia, Kamis (19/7), dari 26 medali emas yang ditargetkan, cabang olahraga renang diharapkan bisa merebut 15 emas. Untuk sisanya, dari cabang olahraga lain. Pada ASG 2017, renang sukses menyumbang 20 emas. Demi memaksimalkan target, kontingen besar Indonesia untuk ASG 2018 sudah tiba di Selangor, Malaysia, pada Kamis (19/7) yang dipimpin langsung komandan kontingen (CdM) Bambang Siswanto. Persiapan untuk masing-masing cabang langsung berjalan meski pembukaan khusus pelajar ini baru di buka, Jumat (20/7). “Kontingen besar sudah tiba Malaysia. Kami berharap mereka mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya,” kata Bambang setibanya di Malaysia. Selain renang, cabang olahraga yang diharapkan juga menyumbang medali emas adalah atletik. Momen suksesnya Lalu Muhammad Zohri menjadi juara dunia lari 100 meter U-20 ini diharapkan menjadi penyemangat. Lima emas ditarget dari cabang ini. Bahkan saat pelepasan di Jakarta, Selasa (17/7), Menpora Imam Nahrawi menantang atlet yang dikirim bisa membuat kejutan, karena usia atlet yang dikirim, sebaya dengan Zohri. Tak hanya itu, cabang olahraga bulu tangkis juga menjadi unggulan. Meski persaingan bakal ketat, pelajar Indonesia diharapkan mampu menyumbangkan dua medali emas. Tuan rumah Malaysia dan Thailand jelas menjadi lawan tangguh. “Harapan kami, tim beregu putri, ganda putri maupun ganda campuran, bisa bicara banyak. Saya kira peluang kita cukup terbuka,” kata pelatih tim bulu tangkis Indonesia, Luluk Hadiyanto. Pada kejuaraan tahunan ini, kontingen Indonesia akan bersaing dengan atlet pelajar terbaik di sepuluh negara di Asian Tenggara. Ada delapan dari 10 cabang yang diikuti yaitu atletik, renang, bulu tangkis, sepak takraw, bola voli, basket, senam dan squash. Menpora Imam Nahrawi menargetkan kontingen Indonesia mampu menjadi juara umum setelah pada kejuaraan yang sama tahun lalu di Singapura hanya finis kedua dengan raihan 23 emas, 28 perak dan 23 perunggu. (Adt)

Bidik 26 Emas di ASEAN School Games 2018, Indonesia Incar Posisi Juara Umum

Indonesia akan mengikuti ASEAN School Games (ASG) X 2018 di Malaysia, 19 hingga 27 Juli 2018 di Shah Alam, Selangor dan Kuala Lumpur, beserta 10 negara anggota yang tergabung dalam Asean Schools Sports Council (ASSC). (Kemenpora)

Jakarta- Menpora Imam Nahrawi secara resmi melepas kontingen Indonesia ke ASEAN School Games (ASG) X 2018 di Malaysia. Indonesia ditargetkan jadi juara umum di ajang tersebut. ASG 2018 akan dilangsungkan di Shah Alam, Selangor dan Kuala Lumpur, pada 19-27 Juli 2018. Kontingen Indonesia di ASG 2018 berkekuatan 231 orang, termasuk 189 atlet. Kontingen Indonesia dilepas di Audiotorium Wisma Kemenpora, Senayan, Jakarta, Selasa (17/7). Acara pelepasan tak semeriah biasanya, lantaran dilakukan mendadak. Hari pelepasan dimajukan sehari, lantaran Imam akan mendampingi Presiden RI Joko Widodo menghadiri pembukaan kirab obor Asian Games, di Yogyakarta, pada Rabu (18/7). Dalam sambutannya, Imam mengatakan, pengiriman atlet ke ASG 2018 menjadi bagian penting dalam mengasah atlet-atlet muda menuju ke level selanjutnya. “Betapa pentingnya, menurut saya, pengenalan dalam konteks fondasi karena karakter harus dibina, dibentuk, sejak usia dini. Saya sering mengulangi istilah bahwa tidak ada prestasi tanpa partisipasi. Inilah fondasi penting,” tutur Imam. Pada ASG 2018, kontingen Indonesia berkekuatan 189 orang yang terdiri dari 158 atlet putra dan 31 atlet putri. Selain itu juga didukung puluhan orang tim teknis. Untuk persiapan, semua atlet digembleng dibeberapa titik, termasuk di SKO Ragunan Jakarta. “Atlet yang dikirim semua adalah hasil binaan PPLP. ASG merupakan kejuaraan yang tepat untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya,” kata Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora, Mulyana. Di ASG 2018, Indonesia mengikuti delapan cabang olahraga, yakni atletik, renang, bulutangkis, sepak takraw, bola voli, bola basket, senam, dan squash. Sementara di cabang net ball dan tenis meja, Indonesia tak mengirimkan wakilnya. Kontingen Indonesia diharapkan bisa membawa pulang sedikitnya 26 medali emas. Dari sembilan cabang olahraga yang diikuti, renang bakal menjadi tumpuan untuk mendulang emas, karena pada ASG 2017 di Singapura, mampu meraih 20 emas. Khusus untuk di Malaysia, tim renang Indonesia ditarget mampu menyumbang 15 medali emas. “Saya mendapat laporan dari Deputi IV targetnya ingin yang terbaik. Tahun lalu jadi runner-up, sekarang harapannya jadi juara umum,” kata Imam. “Yang pasti semangat mereka luar biasa dan akan lebih lagi jika berhasil menjadi juara dan dapat mengibarkan bendera Merah Putih,” tuturnya. Dengan 26 emas, kontingen Indonesia berharap biasa finis di puncak klasemen. Tuan rumah Malaysia, Thailand dan Vietnam bakal menjadi pesaing ketat. Namun, Indonesia telah bersiap diri untuk bersaing pada kejuaraan tahunan khusus pelajar ini. ASG atau yang disebut juga Youth SEA Games adalah pesta olah raga pelajar ASEAN untuk sekolah dan peguruan tinggi yang berada di kawasan Asia Tenggara dan di bawah kewenangan Dewan Olahraga Sekolah ASEAN atau ASEAN Schools Sports Council (ASSC). ASG pertama kali berlangsung di Suphanburi, Thailand, pada 2009. Pada ajang tahunan ini, prestasi Indonesia tergolong tidak istimewa. Tim pelajar Merah Putih, baru sekali merasakan gelar juara umum, pada 2015 silam, saat tampil di Brunei Darussalam. Kejuaraan khusus pelajar ini tak hanya prestasi olahraga saja yang menjadi target. Selain itu juga untuk mencari jam terbang, sebelum naik level untuk tingkat Asia maupun dunia. Selain itu juga untuk mengenal budaya masing-masing negara peserta. (Ham)

Ikuti 8 Cabor di Asean Schools Games X Malaysia 2018, Jawa Tengah Jadi Host Berikutnya

Malaysia menjadi tuan rumah Asean School Games ke -10 yang rencananya akan berlangsung di Selangor 19-27 Juli 2018. (net)

Selangor- Kontingen Pelajar Indonesia dipastikan mengikuti delapan cabang di Asean Schools Games (ASG) X yang digelar di Shah Alam, Selangor, Malaysia pada 19-27 Juli 2018. Kepala Bidang Pemanduan dan Pengembangan Bakat Kemenpora, Muhammad Aziz Ariyanto memastikan, ada delapan cabang olahraga yang diikuti kontingen merah putih yakni, atletik, badminton, bola basket, senam, sepak takraw, renang, squash dan bola voli. “ASG tahun ini digelar di Selangor, Malaysia. Namun, kontingen pelajar Indonesia tidak turun di cabang netball dan tenis meja,” jelas Aziz pada pertemuan CDM (Chef de Mission) Asean Schools Games ke 10 Malaysia 2018 di Hotel Blue Wave, Shah Alam Selangor, Malaysia, Kamis (12/4) pagi. Pada pertemuan CDM ASG X Malaysia 2018 yang diikuti 10 negara anggota yang tergabung dalam Asean Schools Sports Council (ASSC), sejak selasa (12/4), membahas berbagai hal. Diantaranya terkait jadwal dan venue laga, general rule and regulation, termasuk cabang dan nomor yang dipertandingan ASG X 2018. Dijelaskan Aziz, tujuan pertemuan CDM ASG X Malaysia 2018 ini juga sebagai ajang mempererat ikatan persahabatan, pengalaman dalam hal pendidikan dan kebudayaan. “Momen ini juga meningkatkan kemampuan skill dalam pembinaan prestasi dikalangan pelajar se Asia Tenggara,” tambahnya. Selain Aziz, delegasi Indonesia yang hadir dalam pertemuan CDM ASG X Malaysia 2018 adalah Putra Darmawan, Bambang Siswanto dan A. Wiratama Hulu. Selain itu, ada perwakilan dari Dinas Pemuda dan Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Provinsi Jawa Tengah, Koncoro Dwi Wibowo. “Kami ajak perwakilan Disporapar Jateng, kerana event ASG XI 2019, akan berlangsung di Indonesia. Dan Jawa Tengah menjadi tuan rumah penyelenggaraannya,” pungkasnya. “ASEAN School Games” (ASG) atau yang disebut juga Youth SEA Games adalah pesta olah raga pelajar ASEAN untuk sekolah dan peguruan tinggi, yang berada di kawasan Asia Tenggara dan dibawah kewenangan Dewan Olahraga Sekolah ASEAN (ASSC). ASEAN School Games pertama kali berlangsung di Suphanburi, Thailand pada 2009. Pada ajang tahunan ini, prestasi Indonesia tergolong tidak istimewa. Tim pelajar Merah Putih, baru sekali merasakan gelar juara umum, pada 2015 silam, saat tampil di Brunei Darussalam. (Adt)

Walaupun Cedera, Gadis Ini Tetap Gigih Bertanding Bola Basket Dan Membawa Pulang Medali Sea Games 2017

Agustin-Gradita-saat-berlaga-di-Surabaya

Membawa pulang medali emas, merupakan sebuah kebanggaan bagi setiap manusia, khususnya para atlet. Hal itu pernah dirasakan oleh dara cantik asal Jakarta saat bertanding bola basket, gadis ini bernama lengkap Agustin Gradita atau yang biasa disapa Dita. Dita dan tim basketnya telah berhasil menyabet medali emas pada ajang POMNas 2017 lalu di Makassar, Sulawesi Selatan. Dita berbagi cerita kepada nysnmedia.com, bahwa awal mula mengikuti basket pernah ragu, pasalnya meski dahulu ia menekuni taekwondo, kini dirinya telah membuktikan prestasi pada cabang olahraga basket. “Awalnya, saya disuruh orang tua saya untuk ikut basket. Padahal awalnya saya ikut taekwondo tapi karena ada satu pertandingan dimana temen saya ada yang nendang musuh sampai berdarah dan pada saat itu juga, saya di suruh berenti, lalu ikut basket. Yaudah saya ikut aja karena papa saya selalu serius untuk olahraga,” tuturnya Selain POMNas 2017, Dita juga memenangkan 2 medali perak Asean School Games, 1 medali perak Asean University Games dan Sea Games mendapatkan medali perak dan medali perunggu. Saat ajang Sea Games, Dita juga menuturkan perasaan bangga ketika membawa nama Indonesia masuk ke peringkat ketiga setelah lebih dari 20 tahun tidak menang dalam cabang olahraga basket. “Ya yang paling berkesan sih saat bisa dapat medali perak Sea Games 2015 karena Indonesia baru itu mendapat medali di Sea Games setelah 20 tahunan gitu jadi berkesan banget dan bersyukur” ucap mahasiswi Universitas Bakrie Jakarta ini. Prestasinya bukan tanpa perjuangan dan hambatan, Dita juga pernah mengalami cedera dibagian sikunya ketika ingin berangkat Sea Games 2017 lalu di Malaysia. Namun karena keterbatasan waktu, Dita berangkat dan tetap bertanding bola basket dalam kondisi cedera. “Iya jadi saat mau sea games 2017 kemarin di Malaysia, saya cedera 3 hari sebelum berangkat. Lalu saya periksa ke dokter, tapi pas saya mau minta cek MRI, dokternya bilang gak usah, nanti malah saya gak berangkat. Jadi pas tanding saya nahan sakit, tapi tangan saya di balut pakai deker dan tapping gitu. Pas main masih bisa di tahan lah sakitnya. Kan ada adrenaline juga di dalam diri saya, dan sakitnya jadi gak kerasa. Namun setelah main baru terasa,” tutupnya. (put/adt)

Berhasil Hadiahi Emas Cabang Olahraga Renang Untuk Jawa Barat, Rara Ceritakan Pengalamannya Di Negara Hungaria

Joanita-Mutiara-Hapsari-Renang

Sosok inspirasi kali ini adalah Joanita Mutiara Hapsari, ia merupakan gadis periang asal Jawa Barat yang telah mengikuti cabang olahraga renang pada POMNas 2017 lalu. Gadis dengan panggilan akrab Rara ini sudah mengikuti berbagai kejuaraan dalam cabang olahraga renang dan selam. Dalam kompetisi POMNas 2017 lalu, Rara membawa pulang 2 medali perunggu, 1 medali perak dalam kategori perorangan dan untuk estafet. Rara dan tim berhasil menyumbangkan medali emas untuk Provinsi Jawa Barat. Ia membagikan ceritanya ketika di latihan di Hungaria selama 1 bulan setengah untuk persiapan PON 2016 lalu kepada nysnmedia.com. “Biasanya kan pelatihnya yang datang ke Indonesia, cuma karena dia gak bisa ke Indonesia, jadinya aku dan atlet yang lain pergi ke Hungary. Selama disana aku belajar hidup mandiri itu kayak gimana, aku belajar menghadapi sifat temen-teman yg berbeda-beda dan belajar ngontrol diri biar ngga moody. Terus aku bisa latihan secara maksimal, sempat sehari latihan 4 kali selama seminggu. Asik juga bisa pergi jalan-jalan gitu” tuturnya. Mahasiswi STP NHI Bandung ini sudah mengikuti berbagai kompetisi dalam cabang olahraga renang dan selam yang sudah ia jalanin sejak 2011. Seperti halnya PON, POMNas, Asian Youth Games, Asean School Games, Kejuaraan Nasional dan Asian Finswimming Championship. Meski telah banyak prestasi yang diraih Rara, ia juga pernah mengalami cedera pada bagian pinggangnya akibat kurang pemanasan. “Aku pernah cedera pinggang tahun 2014 Aku sampai susah tidur, mau pembalikan salto gitu malah sakit banget. Sejak itu, 2 kali pertandingan aku mesti pakai pain killer sebelum berenang. Tapi tetap gak berpengaruh. Sampai pada akhirnya, aku stop latihan kira-kira hampir sebulan buat terapi pinggang. Dari situ aku jadi rajin stretching terutama kaki dan pinggang,” tutupnya. (put/adt)

Ke Luar Negeri Gratis, Haekal Jadikan Tenis Menjadi Ajang Silaturahmi Antar Atlet.

Tenis-Haekal-

Tenis lapangan yang sangat identik dengan lapangan outdoor terkenal dengan sebutan olahraga musim panas, dan jika hujan terpaksa pertandingan ataupun latihan di tunda hingga lapangan kering. Seperti yang sudah di paparkan NYSN sebelumnya bahwa tenis ini merupakan olahraga yang di lakukan oleh para bangsawan dunia. Haekal Ramadhan, adalah salah satu atlet tenis yang baru saja lulus dari SMAN 116 Ragunan, ia sudah menggeluti olahraga tersebut sejak usia 6 tahun. “Saya ikut berlatih tenis dari umur 6 tahun. Berlatihnya di Sri Utaminingsih Tennis School yang pada tahun 2004 berubah nama menjadi Yayuk Basuki Tennis Akademi. Mulai tertarik karena semasa kecil saya sering diajak oleh ayah saya untuk melihat tante Yayuk bermain tenis.” kata Haekal. Haekal telah mengumpulkan banyak prestasi dari olahraga tenis, beberapa diantaranya yaitu: 1. Juara 1 ganda putra ITF juniors AGS (5) 2016 2. Juara 2 ganda putra ITF juniors AGS (6) 2016 3. Juara 3 ganda putra ITF widjojo soedjono Surabaya 2016 4. Medali Perak beregu ASEAN school games 2016 Chiang Mai Thailand 5. Medali perunggu ganda putra ASEAN school games 2016 Chiang Mai Thailand Lewat kegiatan berlatih tenis, Haekal mengakui bahwa ia menjadi lebih sehat baik dari sisi jasmani maupun pergaulan, apalagi di zaman seperti sekarang ini. Keluarganya juga sangat mendukung karena berlatih tenis merupakan kegiatan yang sangat positif. “Pengalaman yang berharga, sih, bisa keluar Negeri gratis, terus bisa kenalan dengan para atlet dari negara lain. Bahkan terkadang bisa naksir.” ujar Haekal sambil tertawa. Bagi pria humoris ini, semua orang disekitarnya sangat berperan dalam mendukung perjuangannya. “Yang pasti Allah SWT, lalu orang tua saya yang tidak lelah memotivasi saya untuk lebih dan lebih lagi dalam berlatih, juga pelatih saya dan sahabat-sahabat saya.” imbuhnya. Menurut Haekal, rasa jenuh yang terkadang datang menghampiri pikiran harus bisa dikalahkan dengan kembali memberikan motivasi untuk diri sendiri, dan selalu mengingat bahwa sudah banyak orang yang berjasa dan berkorban dalam perjuangannya sampai bisa berprestasi sekarang ini. Remaja yang sedang menunggu pengumuman di Universitas Islam Negeri (UIN) tersebut mengatakan kepada NYSN bahwa ia akan fokus kuliah dulu sebagai bekal untuk masa depannya. “Saya realistis dengan keadaan Indonesia sekarang yang bisa dikatakan masih kurang memperhatikan para atlet, jadi saya memilih untuk kuliah terlebih dahulu.” kata Haekal. Ia melanjutkan, untuk teman-temannya yang sedang berjuang dalam meraih prestasi, bahwa harus berlatih keras dan mempunyai komitmen yang kuat. “Ya, berlatih keras dan memiliki komitmen kuat jika memang ingin berprestasi dan membanggakan keluarga di kancah Provinsi, Nasional bahkan tingkat Internasional.” tutupnya.(crs/adt)