Tertarik Dengan Model Kostum, Adit Focus Cari Peluang Di Olahraga Softball

Aditya-Softball

Aditya Aulia Rachman, berlatih olahraga softball sejak tahun 2007 dan tergabung dalam club bernama Sriti Baseball Softball Club Surabaya. Mahasiswa jurusan Fakultas Psikologi Universitas Airlangga ini beranggapan bahwa kostum olahraga softball keren dan memiliki peluang besar untuk berprestasi dalam olahraga ini. “Pertama kali saya tertarik dengan olahraga ini karena kostum yang dikenakan saat tanding itu keren menurut saya, dan peluang berprestasi dalam olahraga ini besar.” kata Adit Prestasi Adit dan tim softballnya sudah cukup banyak, beberapa diantaranya adalah: 1. Juara 1 dalam Kejuaraan Daerah Baseball & Softball U-30 Jawa Timur 2015 2. Juara 1 dalam Softball Putra Open Tournamen Walikota cup 2015 di Makassar 3. Medali emas dalam Pra Pekan Olahraga Nasional ke XIX 4. Juara 1 dalam Valiant Cup 2017 (Kejuaraan Softball Putra Antar Club Nasioanal) 5. Juara 1 dalam Telkom University Cup 2017 di Bandung Koleksi prestasi individu Adit dalam olahraga softball juga cukup banyak, diantaranya: 1. The Best Slugger dan The Best Hitter dalam 4th Giants Cup Men’s U-23 di Jakarta 2. The Best Slugger dan MVP Award dalam 34th Partha Anniversary 2013 National Softball Tournament di Yogyakarta 3. Golden Glove dalam Pra Pekan Olahraga Nasional ke XIX 4. Golden Glove dalam Telkom University Cup 2017 Memiliki orang tua, terutama sang ayah yang sangat mementingkan pendidikan membuat Adit selalu berusaha untuk menyeimbangkan waktu antara profesinya sebagai atlet dan kewajibannya menuntut ilmu. “Saya pernah dilarang menekuni softball karena ayah saya memang orientasi pada pendidikan harus bagus juga, jadi waktu mau pelatnas seagames 2011 saya sempat dilarang karena waktu itu kelas 3 SMA mau ujian.” ujar Adit Awal berlatih softball bukanlah hal yang mudah bagi Adit. Ia terus berjuang meskipun harus meminjam alat-alat perlengkapan softball dan bergantian dengan temannya dalam menggunakan alat-alat tersebut. “Dulu setiap kali latihan, alat-alatnya digunakan bergantian, padahal harusnya setiap orang punya sendiri-sendiri. Tetapi karena alat-alat untuk bermain softball seperti Glove misalnya, harganya cukup mahal. Lapangan pun seperti rumah kedua, ketika masih SMP setiap pulang sekolah saya langsung berangkat ke lapangan, kalau sabtu minggu dari pagi latihan bahkan sampai sore baru pulang.” tuturnya. Menurut Adit, menjadi atlet di Indonesia belum bisa menjamin kehidupannya di masa mendatang. Maka dari itu, Adit berencana akan mencari pekerjaan di bidang yang lain. “Menjadi profesional atlet di Indonesia masih bisa dikategorikan jauh jika dibandingkan dengan negara maju yang lain, yang hidupnya terjamin dengan berprofesi sebagai atlet di negaranya. Tetapi saya tetap berharap dapat terus menjadi atlet dan dapat sukses juga dalam karir pekerjaan saya. Untuk bisa berprestasi bukan soal punya bakat atau tidak, tapi soal mau berusaha keras atau tidak.” tutup Adit.(crs/adt)