Ribka, Gadis Muda Peraih Medali Emas Yang Sempat Bimbang Dalam Memilih Karir Sebagai Atlet Bulutangkis

Juara Bulutangkis nomor ganda putri Kejuaraan Asia Junior 2018, Ribka sugiarto, menargetkan ingin menjuarai World Junior Championship (WJC). (Ham/NYSN).

Jakarta – Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang acap kali membuat nama Indonesia bergema di negara orang. Diantara para atlet bulutangkis kali ini kita akan membahas atlet berprestasi yang kerap menyumbangkan medali bagi Indonesia yang bersal dari Jawa Tengah, tepatnya Kabupaten Karanganyar. Ribka Sugiarto, menekuni hobi bulutangkis sejak usianya menginjak 8 tahun. Berawal ketika sang ayah rutin melakukan olahraga bulutangkis bersama warga sekitar, di GOR yang persis berada di sebelah rumah membuatnya tertarik bermain bulutangkis. Awalnya dari sang ibu sempat ragu untuk mengijinkan Ribka bermain bulutangkis secara intens karena gadis kelahiran Karanganyar tersebut cepat merasa bosan. “Dulu sampai nangis-nangis minta ke mama untuk les bulutangkis, kalo dari papa sih gapapa. Waktu masih ikut lomba mama masih ragu, tapi setelah aku gabung Popda baru mama percaya buat lepas aku” jelasnya. Bergabung di PB Tri Star di Karanganyar ketika dirinya masih duduk di kelas 3 Sekolah Dasar (SD), walupun belum mengikuti turnamen resmi dan hanya perlombaan saja, namun ketika ada kompetisi usia dini Ribka mampu membuktikan usahanya dengan meraih medali emas. Ribka sempat vakum satu tahun guna fokus menjalani ujian sekolah, kemudian Ia mencoba bergabung ke PB Purnama di Solo namun sayang tak bertahan lama dan memutuskan untuk kembali ke PB Tri Star. “Waktu masih sekolah cara bagi waktunya ya biasanya aku pulang sekolah terus latihan, abis latihan belajar dirumah terus lanjut lagi ngaji” ungkap gadis berusia 18 tahun tersebut. Sebelumnya Ribka sempat ragu memilih olahraga bulutangkis ketika dirinya tengah duduk di kelas 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP), tepatnya saat hendak bergabung ekstrakulikuler, Ribka mengaku ragu untuk melanjutkan bulutangkis atau tidak. Karena perasaan ragu tersebut Ia kemudian memilih ekskul Grup Band, tetapi saat akan tampil dihadapan bupati dirinya mengalami demam panggung hebat. Karena pengalaman yang tidak nyaman itu Akhirnya Ribka memutuskan untuk kembali ke olahraga badminton tanpa menjajal olahraga lain sebelumnya, dengan bekal dukungan dari orang tua dan teman-temannya, Ia yakin untuk tetap berlatih. “Dulu sempet milih pendidikan karena nilaiku di sekolah cukup bagus ya, pernah dapet rangking 2 juga. Tapi makin kesini aku kok pengen fokus bulutangkis juga, akhirnya aku lebih fokus ke bulutangkis” kata gadis kelahiran 22 Januari 2000 itu. Sejak bergabung PB Djarum tahun 2013, Ribka berfokus di partai ganda putri dan dipasangkan bersama Febriana Dwipuji Kusuma, terbukti beberapa kejuaraan dilakoni bahkan mampu menjuarai dan meraih medali. Misalnya di ajang Badminton Asia Junior Championship 2018 pada Juli lalu, Ribka dan Febri meraih juara pertama di partai ganda putri. Target yang ingin dicapai saat ini yakni ingin menjuarai World Junior Championship (WJC), juara dunia All England, bahkan target di tahun 2020 mampu berlaga di ajang Olympic. (Ham) Profil singkat Nama : Ribka Sugiarto Tempat/Tgl Lahir : Karanganyar, 22 Januari 2000 Alamat : Perum. Argokiloso Jenglong RT 08 RW 06 Ngijo, Tasikmadu, Karanganyar, Jawa Tengah Orang Tua : Bambang Sugiarto (ayah) Suswiyati (ibu) Nomor Ponsel : 081770973181 & 087783924446 (wa) Surel : caemribka@yahoo.com Media Sosial : Instagram @ribkasugiarto Agama : Islam Anak pertama dr 2 saudara Pendidikan SDN 01 Karanganyar SMP 05 Karanganyar SMK Muhammadiyah Karanganyar Prestasi – Juara Asia Junior Championships 2018 (ganda putri) – Runner up World Junior Championship 2017 (ganda putri) – Juara Malaysia Junior International 2017 (ganda putri) – Semifinalis Malaysia Junior International 2017 (ganda campuran) – Semifinalis India Junior International Grand Prix 2017 (ganda campuran) – Runner up Asia Junior Championships 2017 (Beregu Campuran) – Semifinalis Jaya Raya Indonesia Junior International Grand Prix 2017 (ganda campuran U19) – Semifinalis BTY Thailand Junior International Challenge 2017 (ganda campuran) – Runner Up Pembangunan Jaya Cup 2016 (Beregu Campuran) – Semifinalis Superliga Junior 2016 (Beregu Putri) – Juara Kejurnas Perorangan Taruna 2016 (Ganda Taruna Putri) – Semifinalis Indonesia International Challenge 2016 (Ganda Putri) – Runner up Djarum Sirkuit Nasional Li Ning Jawa Tengah Open 2016 (Ganda Campuran Taruna) – Juara Djarum Sirkuit Nasional Li Ning Jawa Tengah Open 2016 (Ganda Taruna Putri) – Juara Malaysia Junior International 2016 (Ganda Putri) – Runner up Djarum Sirnas Jawa Barat 2016 (Ganda Taruna Putri) – Semifinal Jakarta Open Junior International Championships 2016 (Ganda Campuran U17) – Semifinal Jakarta Open Junior International Championships 2016 (Ganda Putri U17) – Juara Djarum Sirnas Lampung 2016 (Ganda Taruna Putri) – Runner up Djarum Sirnas Premier Jakarta Open 2016 (Ganda Taruna Putri) – Semifinalis Djarum Sirnas Sulawesi Selatan Open 2016 (Ganda Taruna Putri) – Juara Djarum Sirnas Kalimantan Selatan Open 2016 (Ganda Taruna Putri) – Semifinalis Thailand Junior International 2016 (Ganda Putri)

Hobi Remaja 19 Tahun ini Mampu Menyumbangkan Medali Emas Bagi Olahraga Pencak Silat di Ajang Asian Games 2018

Aji Bangkit Pamungkas salah satunya, remaja berusia 19 tahun ini merupakan salah satu atlet pencak silat yang akan berlaga di Asian Games 2018 mendatang.

Jakarta- Olahraga pencak silat tentu sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat, siapa sangka olahraga yang satu ini turut menghasilkan prestasi-prestasi yang mengagumkan bagi Indonesia, Aji Bangkit Pamungkas salah satunya, remaja berusia 19 tahun ini berhasil menyumbangkan medali emas pada cabang olahraga Pencak Silat Tarung Putra Kelas 85-90 Kg di ajang Asian Games 2018 lalu. Pertama kali mengikuti latihan silat saat dirinya memasuki Sekolah Menengah Pertama (SMP), hobinya menurun dari sang ayah kepada anak-anaknya termasuk Bangkit. Kakak nomor dua dan tiga pun ikut menekuni olahraga silat. “Saya kan anak terakhir, nomor 4. Kakak yg kedua dan ketiga itu juga nurun dari ayah, suka main silat juga. Kadang lihat mereka latihan seru, jadi saya mulai tertarik sejak itu” jelas Bangkit. Alasan dirinya memilih olahraga silat ada beberapa faktor, pertama karena memang dari keluarga yang sebagian besar menekuni olahraha serupa. Kemudian faktor kedua karena dukungan dari lingkungan seperti keluarga, kawan, kerabat dan rekan latihan. Mengawali karirnya di Perguruan Silat Setia Hati Teratai (PSHT) sejak SMP kelas 1 hingga kelas 3, namun saat itu hanya mengikuti latihan dan belum diikutsertakan di kejuaraan. Faktor berat badan yang membuatnya belum bisa kontribusi, usia masih remaja namun berat badan sudah masuk di kategori dewasa. Membuatnya baru diterjunkan turnamen ketika memasuki SMA kelas 1. “Masuk SMA baru sama ikut kejuaraan di Kabupaten, antar perguruan, ke daerah-daerah. Baru pas kelas 2 saya ditunjuk untuk mewakili Jawa Timur di Kejurnas Padepokan” ujar remaja kelahiran ‘Bumi Reog’ tersebut. Pasca mengikuti kejurnas Bangkit ditawarkan untuk bermain di kelas bebas untuk mewakili Indonesia dalam kejuaraan dunia pada pertengahan tahun 2016. Semenjak itu dirinya bergabung dengan pelatnas hingga saat ini. Untuk membagi waktu antara sekolah dengan latihan dirinya mengungkapkan tidak terlalu masalah karena dari pihak keluarga dan sekolah turut mendukung. “Waktu saya naik kelas 2 SMA harusnya sudah tidak boleh sekolah lagi karena harus gabung pelatnas, tapi saya ngomong ke bagian kemahasiswaan ada suratnya dari pelatnas jadinya saya sekolah jarak jauh” kata remaja kelahiran 20 Mei 1999 itu. Termasuk tugas sekolah, ujian sekolah, semuanya dilakukan dari jarak jauh. Pihak sekolah mengirimkan ke lokasi pelatnas dan dikerjakan, setelahnya dikirim kembali ke sekolah asal. Kendala yang dialami seperti kurang waktu untuk belajar karena lelah usai latihan, waktu belajar digunakan untuk istrahat. Sejauh menjalani rutinitas latihan, Bangkit mengakui belum pernah mengalami cidera berat yang mengharuskan vakum sementara waktu. Hanya cidera ringan yang dialami sewaktu usai latihan. “Kadang kan kalau latihan suka kelepasan, nendang terlalu kenceng jadi kaku sama bahu suka sakit. Tapi biasanya gak lama, paling dua sampai tiga hari udah pulih lagi” ujarnya. Suka duka yang dialami pun beragam, bertemu karakter lawan yang bermacam-macam, pertama kali ikut kejuaraan dunia membela Tanah Air namun belum berhasil menyumbangkan medali. Pada ajang Sea Games Malaysia 2017 pun dirinya belum berhasil menyumbangkan medali. Bangkit mengakatan bahwa dirinya sangat bangga dan tidak menyangka bisa bergabung di pelatnas pencak silat bersama kawan-kawan dari kota lain. Pasalnya, sejak awal dirinya tidak menargetkan untuk bisa bergabung di pelatnas. Namun atas usaha latihannya selama ini dirinya berhasil membawa pulang medali emas di ajang Asian Games 2018 hal ini sangat membanggakan bagi keluarga, kerabat dan kawan-kawannya. Profil Singkat Nama : Aji Bangkit Pamungkas Tempat/Tgl Lahir : Ponorogo, 20 Mei 1999 Alamat Rumah : Jl. Rumpuk Rt 02 Rw 04 Kertosari Babadan, Ponorogo Orang Tua : Agus Widodo (ayah) Anis Nurul Laili (ibu) Pendidikan SD Ma’arif Ponorogo SMPN 2 Ponorogo SMKN 1 Jenangan Ponorogo Prestasi Medali Emas Kejurnas Remaja dan Dewasa 2016, Jakarta, Indonesia Partisipan Kejuaraan Dunia 2016, Denpasar Bali, Indonesia Medali Perungu Pra Sea Games 2017, Komplek Lincah Mahaguru Omardin (K.L.M.O), Gombak, Kuala Lumpur, Malaysia Medali Perungu Belgium Open 2017, Schoten, Belgia Partisipan Sea Games 2017, Kuala Lumpur, Malaysia Medali Emas 3rd Pencak Silat Championship 2017, Chungju City, South Korea (medali emas) Paetisipan Penang Open 2017, Penang Malaysia Medali Perungu Belgium Open 2018, Schoten, Belgia

Remaja Asal ‘Kota Kembang’ ini Menargetkan Lampaui Prestasi Kedua Orang Tuanya di Cabor Pencak Silat

Hanifan Yudani Kusuma salah satu atlet berbakat dalam olahraga pencak silat Indonesia

Jakarta- Pencak Silat adalah cabang olahraga yang dikenal sebagai olahraga tradisional asli Indonesa, selain itu, Pencak Silat juga sudah dimainkan di belahan dunia lain selain Indonesia. Hanifan Yudani Kusuma salah satu atlet berbakat dalam olahraga pencak silat, menurun dari hobby kedua orang tuanya yang juga pelatih dari Popda Jabar, Hanifan mulai menyukai pencak silat ketika duduk di kelas 2 Sekolah Dasar (SD). Dani Wisnu, Ayah dari Hanifan yang juga kebetulan tergabung di Pelatnas Pencak Silat pada 2005 membuatnya tergiur untuk meneruskan perjuangan sang ayah. “Awal kali ikut perguruan saya bergabung di Perguruan Silat Tadjimalela di Bandung, kemudian baru pertama kali ikut kejuaraan pas tahun 2010 itu saya kelas 6 SD” ungkap Hanifan. Kejuaraan Pencak Silat pertama nya adalah turnamen internal Tadjimalela Cup yang diadakan dalam lingkup Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten. Walaupun ini kali pertama Hanifan mengikuti kejuaraan, tetapi di kejuaraan tersebut Hanifan berhasil mengalungkan medali perak. Remaja asal Kabupaten Bandung tersebut akhirnya memutuskan untuk hijrah kembali ke ‘Paris Van Java’ demi mendapatkan pembinaan yang maksimal dan juga persiapan untuk mengikuti Popwil tahun 2013. Pasca menjalani Popwil Hanifan kembali diterjunkan untuk Kejurda, Popda hingga Popnas pada tahun 2015. Sebelum Popnas dirinya sempat mengikuti O2SN di Kota Makassar. “Setelah Popnas dan O2SN saya gabung tim Pelatda untuk persiapan Pon 2016, saya seleksi di kelas C Putra 55-60Kg dan alhamdulillah saya menang telak atas senior saya sendiri, tapi beda cabang aja” pungkasnya. Berhasil juara di Pon 2016 bujang kelahiran Soreang, Kabupaten Bandung itu jalani persiapan guna perhelatan World Champion di Bali dimana Ia berhasil mendapatkan medali emas di usia yang relatif muda, yakni 18 tahun. Hanifan akhirnya berhasil untuk bergabung di Pelatnas di tahun 2017 dan kerap berlatih demi persiapan event Sea Games 2017 lalu. Sebulan pra Sea Games, tim pelatnas menjalani training camp di ‘Negri Tirai Bambu’ China. Tak sia-sia hasil kerja keras dan latihan rutinnya membuahkan sebuah medali meskipun perungu, satu hak yang membuatnya selalu termotivasi di olahraga pencak silat. “Saya ingin lebih hebat lagi dari orang tua saya, ketika orang tua saya mampu 2x juara dunia dan 2x juara Sea Games, saya harus lebih dari mereka. Itu yang membuat saya bertahan dan kebetulan pencak silat kan budaya saya sendiri” kata remaja berambut pirang tersebut. Tak hanya pencak silat, Hanifan juga pernah menjajal olahraga renang dan sepak bola meski tak bertahan lama. Sejauh menekuni olahraga, remaja berusia 21 tahun itu mengakui sempat mengalami cidera di bagian kaki yang cukup parah ketika kelas 5 SD. Mengharuskannya vakum selama 6 bulan, justru dirinya cidera saat sedang bermain bola. Rutinitas latihan yang padat ternyata berpengaruh dalam proses belajar di sekolah, terutama ketika memasuki SMA. Membagi waktu antara latihan di pelatnas dan sekolah membuatnya kewalahan. “Terutama kelas 2 sampai kelas 3 ya mas karena itu lagi sibuk-sibuknya juga sekolah. Jadi dulu pagi saya latihan dulu dari jam 9 sampai jam 1, selesai latihan langsung ke sekolah. Itu sebelumnya buat kesepakatan dengan guru” tambahnya. Namun tak disangka-sangka saat dirinya ditanya oleh NYSNMedia.com perihal target berkepanjangan, Hanifan justru menjawab akan fokus ke pendidikan. Pasalnya, dirinya masih ada tekad kuat untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat Universitas dan akan memikirkannya pasca perhelatan Asian Games 2018. (Ham) Profil Singkat Nama : Hanifan Yudani Kusumah Tempat/Tgl Lahir : Bandung, 25 Oktober 1997 Asal : Soreang, Kab. Bandung Orang Tua : Dani Wisnu (ayah) Dewi Yanti (ibu) Media Sosial : Instagram @hanifan_yk Pendidikan SD Cibogor 2 Soreang Kab. Bandung SMPIT Anni’mah Soreang SMAN 20 Bandung Prestasi 2015 Malaysia Open, Pinang (emas) 2015 Kejurnas Invitasi, Jawa Barar (emas) 2016 Malaysia Open, Sabar (emas) 2016 PON Jawa Barat, Jawa Barar (emas) 2016 World Champions, Bali (emas) 2017 Pra Sea Games, Malaysia (perak) 2017 Belgia Open, Belgia (emas) 2017 Sea Games, Malaysia (perunggu) 2017 Asian Championship, Korea (perak) 2017 Malaysia Open, Pinang (emas) 2018 Belgia Open, Belgia (emas)

Bermula dari Ekstrakulikuler, Hendra mampu bergabung dengan Timnas Indonesia U-18

Hendra, mahasiswa semester 6 jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul ini mulai terjun ke dunia olahraga basket sejak duduk di kelas 3 Sekolah Menengah Pertama

Tangerang – Universitas Esa Unggul merupakan salah satu kampus favorit dari sekian banyak kampus yang ada di kawasan Jabodetabek, kampus ini tidak hanya menghasilkan banyak lulusan berkualitas, namun juga banyak melahirkan menghasilkan atlet berpotensi. Hendra salah satunya, mahasiswa semester 6 jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul ini mulai terjun ke dunia olahraga basket sejak duduk di kelas 3 Sekolah Menengah Pertama (SMP). “Saat itu ikut ekstrakulikuker dan belum ikut klub, kalau sekarang sudah bergabung di Indonesia Falcon” jelas Hendra. Berawal dari sang ayah yang juga senang olahraga, dirinya mulai tertarik dengan olahraga basket. Semakin yakin saat bergabung di klub dan bertemu dengan kawan sebaya yang juga memiliki hobi serupa. Proses yang dilaluinya pun dalam berlati basket tentu tidak mudah, perlu kerja keras, berani jatuh dan bangkit kembali jika memang ingin memperoleh hasil terbaik. “Pernah cidera cukup parah sampe harus off main basket, itu dislock dimana jari kelingking bener-bener bengkok dan gak bisa main. Itu kejadiannya 5 tahun lalu, kalau cidera ringan kyk keseleo sih sering ya” ungkap Hendra saat ditemui NYSNMedia.com pada Senin (2/7) di Sport Center Universitas Pelita Harapan, Karawaci. Remaja kelahiran Pontianak tersebut mengatakan untuk proyeksi ke depan tidak terlalu berambisi menjadi pemain basket profesional. Pasalnya, ketika menjadi profesional, fokus hanya akan tertuju pada olahraga saja. Akan sulit membagi fokus untuk pendidikan dan karir. “Mungkin setelah lulus kuliah ya tetep main tapi gak intens kayak sekarang ini, mau lebih fokus cari kerjaan yang lebih pasti. Soalnya di indonesia atlet belum ada yang terjamin kesejahteraannya ya” tukas remaja kelahiran 3 April 1996 tersebut. Hendra juga pernah menjuarai beberapa kompetisi, diantaranya pada tahun 2015 pertama kali menjadi mahasiswa dirinya berhasil meraih juara 2 Liga Mahasiswa tingkat Nasional. Sedangkan prestasi individu yang pernah diraih yaitu pada tahun 2013 sempat bergabung dengan Timnas Indonesia U-18 dan bermain membela Sang Garuda melawan Malaysia. “Proses bisa masuk timnas saat itu dari pemanggilan, ketika lagi ada kejuaraan nasional U-18 dan ada proses seleksi sampai pemanggilan, berangkatlah saya ke Jakarta” kata Hendra. Selain itu dirinya juga menjalani persiapan selama dua bulan bersama dengan Timnas guna menghadapi negara-negara Asean seperti Filiphina, Singapura dan Malaysia di ajang SEABA (South East Asean Basket Ball). Alasan mengapa tidak fokus di olahraga saja meski sudah berhasil bergabung di tim selevel Timnas Indonesia yaitu karena fokus karir dan pendidikan tidak bisa seimbang untuk dijalani, karena ketika lulus kuliah dirinya ingin memiliki pekerjaan yang lebih pasti. “Kalau atlet di Indonesia sudah dapat jaminan kesejahteraan yang memadai mungkin saya mau menekuni basket lebih jauh lagi” tutup Hendra. (Ham) Profil singkat Nama : Hendra Tempat/tgl lahir : Pontianak, 3 April 1996 Orang Tua :Heryanto (ayah) Susanti (ibu) Tempat Tinggal : Taman Apel 2 Tanjung Duren, Jakarta Barat Nomor Ponsel : 081649216448 Akun Media Sosial: Instagram @hendrathio9 Prestasi Bergabung Timnas Indonesia U-18 tahun 2013 Mengikuti SEABA bersama Timnas Indonesia U-18 tahun 2013 Juara 2 Liga Mahasiswa Tingkat Nasional tahun 2015

Berkat Motivasi Tinggi, Ronald berhasil bergabung di Timnas Bola Basket Indonesia

Ronald Firdaus Puadawe, mahasiswa baru jurusan Manajemen Institut Perbanas ini ikut berkontribusi membela Perbanas di ajang Liga Mahasiswa 2018.

Tangerang – Olahraga basket merupakan salah satu cabang olahraga yang digemari kaum remaja, mulai dari usia dini hingga tingkat lanjut. Ronald Firdaus Puadawe salah satunya, mahasiswa baru jurusan Manajemen Institut Perbanas ini ikut berkontribusi membela Perbanas di ajang Liga Mahasiswa 2018. Bermula dari sang kakak sepupu yang menekuni olahraga basket, Ronald mulai tertarik untuk mengikuti jejaknya saat memasuki bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). “Dia panutan saya, makanya saya termotivasi untuk fokus bermain basket dari nol hingga bisa bermain di Liga Mahasiswa sekarang” kata Ronald. Selain memulai karirnya di bangku SMP, dirinya tidak hanya mengikuti ekstrakulikuler di sekolah namun juga bergabung di klub basket Fielders di Rawamangun. Proses yang dijalani juga tidak mudah, dari tekanan yang dihadapi dari senio-senior rekan tim hingga intensitas latihan yang cukup sering sehingga harus pintar membagi waktu antara olahraga dan pendidikan. Namun hal tersebut membuahkan hasil yang manis, remaja kelahiran Jakarta tersebut mendapatkan pemanggilan dari Timnas Indonesia U-18. “Ikut bergabung juga dengan timnas indonesia, kemarin dapet kabar melalui pemanggilan sejak satu bulan lalu, jadi nanti mulai latihan tanggal 5 Juli 2018” imbuh Mahasiswa Baru Institut Perbanas itu. Ronald mengatakan bedanya latihan antara Perbanas dengan Timnas yaitu dari segi intensitas dan tekanan latihan, saat mengikuti latihan bersama Perbanas anggota tim terdiri dari rekan sebaya dan juga senior. Dirinya kerap diberikan arahan serta edukasi ketika menjalani latihan, pasalnya ada beberapa pemain muda yang baru bergabung di klub Perbanas. “Kalau di timnas kan seumuran jadi sedikit santai dan gak terlalu tegang, tapi tekanannya sama juga kerasnya” tambahnya. Remaja yang mengidolakan Arki Wisnu dari Satria Muda, LeBron James dan Kobe Bryant itu juga mengungkapkan kalau dirinya saat ini akan fokus bermain basket, mengingat usianya masih sangat muda dan memiliki prestasi segudang yang pernah diraihnya. (Ham) Profil Singkat Nama : Ronald Firdaus Puadawe Tempat/Tgl lahir : Jakarta, 16 Februari 2000 Alamat : Perum THB Blok S 17 No. 1 Kota Bekasi Orang Tua : Gunawan Puadawe (ayah) Paulina Mariantje Fanggidae (ibu) Nomor Ponsel : 087884843261 Akun Media Sosial : Instagram @ronaldfirdausp Pendidikan : SDN 04 Pagi Ujung Menteng SMPN 193 Jakarta SMAN 116 Ragunan Prestasi Juara 1 Kejurnas U-14 2014 Jakarta JRNBA ASIA 2014 Beijing China Timnas SEABA U-16 2015 Philipphines Juara 1 Kejurnas U-16 2015 Jakarta Juara 1 Kejurnas U-16 2016 Yogyakarta Juara 1 Popwil 2016 Jakarta Juara 1 Popnas 2017 Jateng Juara 1 3×3 Under Armour 2017 3×3 U-18 Asia Cup Cyberjaya Malaysia 3×3 Worldcup Championship, Chendu China

Empat Dara Cantik Dibawah 20 Tahun, Yang Membela Indonesia di Asian Games 2018

Safira Ika Putri Kartini baru berusia 15 tahun, sudah menjadi pemain inti Timnas sepak bola Putri Indonesia dalam ajang Asian Games 2018 Jakarta-Palembang. (instagram)

Jakarta- Ajang olahraga terbesar se-Asia Tenggara, Asian Games 2018 sudah mulai digelar di Indonesia sejak 18 Agustus lalu. Rupanya euforia Pemerintah Indonesia yang menjadi tuan rumah tak kalah dengan rasa antusias masyarakat yang ingin tahu siapa saja para Atlet Indonesia yang akan berlaga. Beberapa atlet terbaik sudah disiapkan oleh beberapa negara yang ikut tampil pada ajang bergengsi ini. Tanpa terkecuali Indonesia, tampil sebagai tuan rumah tentu harus menyiapkan atlet terbaiknya agar memperoleh prestasi terbaik pada gelaran 4 tahunan ini. Bahkan beberapa atlet muda pun turut serta dipanggil guna memenuhi tugas negara, berikut ini ada 4 atlet muda Indonesia, yang bakal tampil pada ajang Asian Games 2018. Jeany Nuraini Sprinter DKI Jakarta ini belum lama, mengundang perhatian publik. Nama Jeany mendadak viral, lantaran beberapa waktu lalu, fotonya sempat disandingkan dengan Muhammad Zohri. Siapa sangka, gadis bernama lengkap Jeany Nuraini Ameila Agreta, usianya masih 17 tahun. Pada 2017 lalu, Jeany berhasil menyabet 2 medali emas sekaligus di nomor 100m dan 200m sprint putri cabor atletik, dalam Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) yang dihelat di Semarang, Jawa Tengah, sekaligus memecahkan rekor remaja di nomor 200m sprint putri. Pada 2018, Atlet kelahiran Jakarta 22 Agustus 2000 ini, meraih podium pertama di nomor 100m sprint putri, Asian School Games 2018 di Malaysia. Berbagai prestasi inilah yang mengantarkan siswi yang baru lulus dari SMAN 24 Jakarta Pusat ini, tergabung dalam Kontingen Atletik Indonesia di Asian Games 2018. Ceyco Hutagalung Mendekati Asian Games 2018 ini, Ceyco adalah salah satu atlet yang ditunjuk untuk mewakili Indonesia. Alumnus SMA 39 Jakarta ini masih berusia 19 tahun. Pada 2015 lalu, Ceyco tampil gemilang di final Kejuaraan Dunia Karate WKF, Kadet, Junior, dan U21. Ia sukses meraih medali emas pada nomor Kumite putri Junior kelas 59+. Sebelumnya, dara kelahiran Jakarta 24 Juni 1999 ini ,menyabet juara untuk kategori junior saat beraksi di Kejuaraan Asia Karate (AKF) 2014 di Malaysia. Prestasinya berlanjut dengan memenangi Kejuaraan Dunia Karate (WKF) 2015 di Indonesia. Gadis bernama lengkap Ceyco Georgia Zefanya Hutagalung ini siap membidik medali emas di Asian Games 2018. Tekadnya makin membara, lantaran sebelumnya gagal mengikuti SEA Games 2017 di Malaysia, hanya karena belum memenuhi kriteria usia. Liontin Evangelina Setiawan Liontin Evangelina Setiawan, yang akrab disapa Angel, adalah atlet timnas balap sepeda. Angel sudah mengukir prestasi di manca negara. Pada 2017, Angel diundang oleh UCI (Union Cycliste Internationale (UCI), mengikuti pelatihan tingkat internasional di World Cycling Center, Aigle, Swiss. Terlahir dari pasangan legenda balap sepeda nasional Nurhayati dan Henry Setiawan, gadis kelahiran Yogyakarta 13 Juli 1999 ini, kini mencuat sebagai salah satu atlet muda di cabang olahraga gowes itu. Prestasi orang tua Angel pun tak dapat dipandang sebelah mata. Sejarah mencatat, jika torehan sang bunda, Nurhayati, adalah prestasi yang fenomenal. Nurhayati, sukses menyabet enam medali emas sekaligus, saat tampil di ajang Sea Games 1997 Jakart, cabor balap sepeda. Sang ayah yakni Henry Setiawan, turut merebut dua medali emas, dalam perhelatan yang sama. Kini, darah juara mengalir ditubuh gadis berambut panjang ini. Pada 2014, Angel berhasil menjadi juara 1, kelas Women Elite, Kejuaraan Nasional Balap Sepeda, Solo dan Jogjakarta. Lalu prestasi lain yang tak kalah membanggakan ditorehkan pada February 2017. Angel yang belum genap 18 tahun saat itu, menyumbang medali pertama tim Indonesia di Kejuaraan Balap Sepeda Asia 2017. Ia finis posisi tiga, pada nomor Individual Time Trial putri junior. Dengan catatan waktu 19 menit 50,28 detik, ia ada di belakang juara, Kang Qiao asal China, dan sang runner up, Marina Kurnossova (Kazakhstan). Safira Ika Putri  Meski sepak bola putri hingga saat ini belum menghasilkan prestasi yang luar biasa, namun bakat-bakat srikandi muda ternyata cukup menjanjikan. Salah satunya adalah Safira Ika Putri Kartini. Dara yang akrab disapa Ika ini, menjadi salah satu jajaran atlet termuda skuat Timnas Indonesia, di ajang Asian Games 2018. Gadis kelahiran Surabaya 21 April 2003, ini sudah menjadi pemain inti skuad sepak bola Timnas Putri Indonesia. Padahal usianya, baru genap 15 tahun pada April lalu. Namun, Ika sudah wara wiri membela Timnas Putri, sejak level Junior. Ika lebih memilih sepak bola, lantaran dirasa lebih menantang. “Awalnya ayah dan ibu melarang. Mereka masih punya pikiran kalau sepak bola, ya, buat cowok,” ujar Ika. “Bahkan dulu, buat beli sepatu bola pertama, Ika harus sabar dan menabung dari uang saku sehari-hari,” tambahnya. Lama-kelamaan, Ika mendapat dukungan dari kedua orang tuanya dan berhasil masuk dalam Skuat Timnas Putri U-15 Indonesia. Ia mendapatkan panggilan Timnas Putri U-15 setelah tampil ciamik dan menangantarkan Bangka Belitung juara Piala Nusantara 2017 di Jepara. Ia tak kuasa menahan tangis lantaran tak percaya dipanggil ke timnas. Bermain diposisi bek kiri dan gelandang bertahan, Ika lalu ditunjuk menjadi Kapten Timnas Putri U-15 pada 2017. Pada 2018, ia juga menyandang kapten, di Timnas Putri U-16 yang tampil dalam event AFF U-16 di Palembang. Kini, Alumnus SMP YPM 1 TAMAN, Sidoarjo, adalah anggota Timnas Putri senior, dalam ajang Asian Games 2018. (Dre)

Tito, Remaja 14 Tahun Asal Blora yang Sudah Mengantongi Segudang Prestasi di Olahraga Tenis

M. Tito Zuhda Irhami saat di JITA ketika sedang latihan

Indonesia tak akan kehabisan potensi atlet dari berbagai kota di Indonesia untuk masing-masing cabang olahraga, salah satunya olahraga tenis, ada banyak calon atlet tenis yang memiliki segudang potensi dan prestasi. Salah satunya adalah M. Tito Zuhda Irhami, remaja asal Blora, Jawa Tengah ini rela merantau ke Ibukota demi menekuni olahraga tenis. Berawal dari sang ayah yang juga memiliki hobi serupa, Tito pun mulai menjajal raket tenis di usia 5 tahun. Saat itu Tito masih menggeluti dua cabang olahraga, yakni tenis dan bulutangkis. “Dulu sebelum fokus di tenis saya main badminton juga, tapi karena papah merasa kasihan aku latihan dua kali tenis dan badminton, jadi disuruh pilih salah satu” jelas Tito. Usai memutuskan olahraga tenis sebagai hobinya, remaja berusia 14 tahun tersebut mulai fokus berlatih ketika usianya memasuki 6 hingga 7 tahun. Kejuaraan tingkat nasional yang dijalaninya pertama kali yaitu ketika berada di kota Madiun, meski hanya lolos satu pertandingan saja dan babak berikutnya harus pulang lebih cepat. Namun hal tersebut rupanya tak menyurutkan semangatnya untuk berlatih lebih giat lagi. Saat ini Tito masih duduk di bangku kelas 3 Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sebentar lagi akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Meski masih berstatus siswa, dirinya tetap rutin menjalani latihan. “Kebetulan sekolah saya juga mendukung untuk berlatih tenis, kadang-kadang capek dan lelah juga sih. Kalau ketinggalan pelajaran biasanya nanya ke temen, tugasnya apa aja, kemarin materinya apa. Ya pinter-pinter kita cari teman lah pokoknya” ujar remaja kelahiran 8 Mei 2004 tersebut. Selama bermain di berbagai kejuaraan, Tito sempat mengalami cidera yang cukup parah, karena salah tumpuan pijakan ketika melakukan pertandingan sehingga memaksa dia untuk beristirahat sekitar 2 sampai 3 minggu. Tito mengungkapkan beberapa hal yang membuatnya nyaman dalam menekuni olahraga tenis, seperti teman-teman yang menyenangkan, dukungan dari pelatih dan juga keluarga. Keluarga dan orang tua menjadi alasan kuat bagi dirinya untuk masih bertahan dan menekuni olahraga tenis sampai saat ini, dukungan dan semangat yang terus mengalir menjadi motivasi bagi dirinya. “Target saya di tenis, semoga saya bisa lebih baik dari saat ini, dan juga bisa jadi pemain tenis nomor 1 se-Indonesia” tutupnya kepada NYSN Media. (Ham) Profil Singkat Nama : M. Tito Zuhda Irhami Tempat/Tgl Lahir : Blora, 8 Mei 2004 Nomor Ponsel : 081326915636 Media Sosial : Ig @titozuhda Alamat tinggal : Sekolah duta 5 (mess JITA) Orang Tua : Suharyanto (ayah) Nunuk Sutristianti (ibu) Anak ke 3 dari 3 saudara Pendidikan SD Tempelan Blora SMPN 1 Blora Prestasi 2018 Finalis Tunggal Putra KU 14 New Armada Cup XXII (Magelang, 8-13 Januari) Juara 3 Tunggal Putra KU 16 Totalindo Purwokerto Yunior (Purwokerto, 2-8 April) Juara 3 Ganda Putra KU 16 Totalindo Purwokerto Yunior (Purwokerto, 2-8 April) Peserta Seleknas KU 14 (Yogyakarta, 24-27 Januari) Juara 3 Tunggal Putra KU 16 Sportama Super Series (Banjarnegara, 8-12 Mei) Juara 3 Ganda Putra KU 16 Sportama Super Series (Banjarnegara, 8-12 Mei)

Yusuf, Bocah Asal Merauke Yang Bercita-Cita Menjadi Atlet Bulutangkis Papan Atas

Muhammad YMuhammad Yusuf Arfan saat ditemui di GOR Kembangan, Jakarta Barat.usuf Arfan senang bergelut di dunia olahraga bulutangkis sejak kelas 1 Sekolah Dasar

Indonesia memiliki segudang putra/putri yang berpotensi untuk bisa menjadi seorang atlet hebat, mulai dari usia dini hingga remaja, dari olahraga yang berbasis e-Sport maupun olahraga fisik. Seperti salah satu kakak-adik ini, Yusran dan Yusuf. Kalau kemarin sudah membahas perihal profil Yusran sang kakak, kali ini sobat muda Nysn akan kami ceritakan mengenai sang adik yaitu Yusuf. Mulai senang bergelut di dunia olahraga bulutangkis sejak kelas 1 Sekolah Dasar, bermula dari sang ayah dan kakak yang juga lebih dulu hobi bermain bulutangkis, membuat Yusuf tertarik untuk bergabung bersama. “Awalnya suka main karena lihat bapak main, kakak juga main jadinya makin tertarik. Klub pertama yang diikuti PB Mandiri” jelas Yusuf. Bermain sebagai tunggal putra menjadi pilihannya karena terinspirasi dari sang idola yakni Kento Momota dan Taufik Hidayat, namun tidak menutup kemungkinan bagi dirinya untuk juga bermain di posisi ganda juga. Meski tetap rutin melakukan latihan, pendidikan juga tak luput dari aktivitas hariannya. Berbekal dengan sekolah Homeschooling seperti sang kakak, Yusif menjalani aktivitas pendidikan formal yang berjarak tidak jauh dari asrama tempat tinggalnya. “Sekolah homeschooling juga seperti kakak, tapi lebih suka latihan karena mau kejar cita-cita menjadi atlet timnas” kata yusuf saat ditemui oleh NYSN Media pada Sabtu (7/7) di GOR Kembangan, Jakarta Barat. Selain itu Yusuf juga hobi bermain sepak bola, memang Indonesia Timur identik dengan pencetak atlet-atlet potensial di dunia olahraga, khususnya sepak bola. Namun dirinya lebih suka menekuni bulutangkis. Pasalnya, selain hobi yang turun menurun dari sang ayah, cita-cita yang didambakan sejak kecil yakni bisa bergabung di pelatnas untuk menjadi atlet timnas Indonesia. Selama bermain, sang kakak Yusran maupun Yusuf belum pernah menderita cidera yang terlalu signifikan. Hanya keseleo, tergelintir, dan yang paling sering terjadi cidera engkel. Beberapa prestasi yang berhasil diperoleh diantaranya Bupati Cup, Arafuru Cup dan Sirkuit Nasional “Bupati cup saya juara 2, itu dua tahun lalu sejak kelas 2 SD, sekarang saya sudah kelas 4. Kemudian pernah ikur Arafuru Cup, Internal Cup dan Sirnas” pungkas anak berusia 11 tahun tersebut. (Ham) Profil singkat Nama : Muhammad Yusuf Arfan Tempat/Tgl Lahir : Merauke, 26 Agustus 2007 Media Sosial : Ig @yusufarfan12 Agama ; Islam Pendidikan SDN 1 Merauke (kelas 1-3) Prestasi Juara 2 Bupati Cup di Merauke kategori usia dini pada tahun 2016 Mengikuti Arafuru cup pada tahun 2016 Mengikuti Internal cup pada tahun 2016 Juara 3 ganda putra sirkuit nasional tahun 2018

Padat Aktivitas Sekolah dan Latihan Sepak Bola tak Menyurutkan Semangat Dayat Untuk Bermain di Liga Besar

Hidayaturahim-sapaan-akrabnya,-pemain-Villa-2000-U-16-ini-mampu-memposisikan-diri-sebagai-penyerang,-gelandang-maupun-pemain-sayap.

Tangerang Selatan – Menjadi pemain yang serba bisa di segala posisi pasti impian setiap pemain sepak bola, tak mudah untuk bisa mendapatkan kemampuan tersebut, tapi tidak bagi remaja yang satu ini. Hidayaturahim atau ‘Dayat’ sapaan akrabnya, pemain Villa 2000 U-16 ini mampu memposisikan diri sebagai penyerang, gelandang maupun pemain sayap. Bermula dari sang kakak yang lebih dulu bergabung di Villa 2000, akhirnya Dayat pun ikut bergabung saat tengah duduk di kelas 2 Sekolah Dasar, namun tak lama setelah Dayat bergabung sang kakak berhenti dari dunia sepakbola sedangkan Dayat lanjut berlatih secara intensif sampai saat ini menduduki bangku kelas 2 SMK. “Dulu kakak gabung duluan, terus saya ikut gabung. Tapi kakak gak lanjut jadinya saya yang nerusin sampai sekarang, kakak juga nyuruh saya nerusin” terangnya. Meski masih berstatus pelajar, remaja asal Depok itu tetap rutin mengikuti latihan yang diadakan setiap sore. Remaja yang mengidolakan Alexis Sanchez dan Riko Simajuntak itu mengatakan tidak ada kendala saat membagi waktu antara pendidikan dan latihan, meskipun harus rela untuk memangkas waktu istirahatnya. Walupun terkadang merasa lelah karena padatnya aktifitas antara sekolah dan latihan sepakbola, namun menurut Dayat hal itu tergantung dari manajemen waktu masing-masing individu. “Kadang kalau waktu latihan mepet sama jam pulang sekolah, saya langsung bawa sepatu futsal dari rumah terus latihan. Kalo gak sempet makan ya di sekolah jajan dulu” pungkas remaja kelahiran 1 Maret 2002 tersebut. Tak hanya sekadar latihan, ketika ada event turnamen Dayat kerap dipanggil guna membela Villa 2000 pada laga tersebut. Seperti pada saat event Liga Kompas Gramedia, Piala Menpora, hingga Liga TopSkor. “Dari saking seringnya ikut turnamen, saya sering cidera lumayan sakit. Pernah lutut bagian tulang kering bengkak lumayan gede, langsung dikompres pake es batu dan akhirnya bisa sembuh” ujar Dayat. Dayat punya mimpi untuk bisa bermain di Liga Indonesia, oleh karena itu Ia optimis untuk terus menekuni hobinya yang telah diselami sejak dini dan salah satu motivasi terpenting bagi Dayat adalah dukungan penuh dari orang tua untuk bisa terus berprestasi di dunia Sepak Bola. Profil Singkat Nama : Hidayaturahim Tempat/Tgl Lahir : Depok, 1 maret 2002 Alamat : Jl. Cinangka sawangan depok Nomor Ponsel : 089510370873 Media Sosial : Instagram @hidayyatt_ Orang Tua : Alm. Ayani (ayah) Sarni (ibu) Anak ke 8 dr 8 saudara Pendidikan Sd Serua 02 SMP Muhammadiyah 22 Pamulang SMK Triguna Utama Prestasi Juara 1 Maesa Cup 2012 Juara 4 Piala JNC 2012 Juara 2 PSJS Cup 2012 Juara 3 Piala Bergilir Mensesneg Menpora 2012 Juara 3 Talas Cup 2013 Juara 3 Liga Kompas Gramedia 2013 Juara 3 Liga TopSkor 2013 Juara 4 Liga Kompas Gramedia 2014 Juara 1 Cilenggang Cup 2014 Juara 1 Piala Menpora Big Star 2018

Alvin, Pemuda 18 Tahun ini Optimis Dapat Menjadi Juara Dunia Bulutangkis All England

Alberto Alvin Yulianto. ikut mengharumkan nama Indonesia di kejuaraan Badminton Asia Junior Championship 2018.

Jakarta- Indonesia memiliki banyak potensi atlet-atlet usia muda dari masing-masing cabang olahraga, baik dari laki-laki maupun perempuan. Salah satunya adalah Alberto Alvin Yulianto atau “Alvin” sapaan akrabnya. Tergabung di Pelatnas Cipayung sejak tahun 2017 lalu, Ia turut serta dalam mengharumkan nama Indonesia di kejuaraan Badminton Asia Junior Championship 2018. Memulai karirnya di olahraga bulutangkis sejak usianya 7 tahun, ketika itu dirinya diajak oleh sang ayah dan ibu ke lapangan untuk bermain bulutangkis hingga akhirnya menyukai olahraga tersebut. “Udah merasa nyaman ya di bulutangkis, dulu kan suka dapet bonus kalo juara jadi makin semangat latihannya” kata Alvin. Berkat kemampuannya dalam bermain bulutangkis yang kian terasah Alvin akhirnya terrgabung dalam PB Kartika di Purwokerto, disini Ia mengikuti kejuaraan pertamanya saat masih berusia 10 tahun pada tingkat Propinsi Jawa Tengah, kemudian pada tahun 2011 Alvin bergabung dengan PB Djarum yang berlokasi di ‘Kota Kretek’ Kudus. “Saya 6 tahun di PB Djarum dari tahun 2011, saat itu ada pemanggilan untuk gabung ke pelatnas ditahun 2017 saya mulai gabung.” ujar remaja berusia 18 tahun itu. Bermain di area tunggal putra menjadi pilihannya sejak kecil, merasa nyaman dan sudah mendapatkan alur yang tepat menjadi alasannya untuk berjuang seorang diri di lapangan. Saat ini dirinya sudah lulus dari bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) dan akan segera menentukan jalannya untuk lebih terjun ke dunia pendidikan atau fokus untuk menjadi atlet. “Kalau sekarang fokusnya masih badminton sih, kalau kuliahnya masih belom terlalu dipikirin. Kalau harus milih sekolah dan badminton, saya pilih badminton” ungkap remaja kelahiran Purwokerto tersebut. Alasan lebih memilih menjadi atlet karena sudah menjadi rutinitas sejak kecil dan sudah memfokuskan diri untuk terus berlatih, membuat dirinya optimis menjadi seorang atlet. Selama menjadi atlet ada banyak cobaan  yang dilalui, bahkan Alvin pun sempat mengalami cidera di bagian pinggang yang cukup parah pada tahun 2015. Cidera ini mengakibatkan dirinya harus beristirahat penuh selama kurang lebih satu bulan. “Suka duka jadi pemain sih, dari sukanya banyak yang dukung kayak penonton, orang tua, keluarga, dapet bonus kalau juara. Kalau duka sih waktu habis untuk latihan ya, orang-orang pada liburan bareng keluarga kita harus latihan” pungkas remaja yang mengidolakan Lee Chong Wei dan Anthony Ginting itu. Dalam waktu dekat Alvin menargetkan dirinya untuk lolos bahkan menjadi juara di event Asia Junior dan juga event World Junior, bahkan untuk jangka panjang Alvin optimis bisa meraih medali emas di kompetisi internasional seperti All England.(Ham) Profil Singkat Nama : Alberto Alvin Yulianto Tempat/Tgl Lahir : Purwokerto, 7 Januari 2000 Alamat Tinggal : Pelatnas Cipayung jl Damai Raya Jakarta Timur Alamat Rumah : Perum. Puri Hijau P16 no. 17 Purwokerto Selatan Orang Tua : Lilik (ayah) Sucien (ibu) Nomor Ponsel : 087888703977 Media Sosial : Ig @albertoalvinyulianto Pendidikan SD Santo Yoseph purwokerto SMP Taman Dewasa Kudus SMA Keluarga Kudus Prestasi Juara 1 Sirkuit Nasional Semarang Tahun 2016 Juara 1 Sirkuit Nasional Medan Tahun 2016 Runner Up Sirkuit Nasional Makassar Tahun 2016 Semi Final Sirkuit Nasional Cirebon Tahun 2016 Semi Final Victor Exist Junior Tahun 2016 Juara 1 Junior Master Cup Tahun 2016 Juara 3 International Junior Championship Tahun 2017 Juara 3 International Series Peru Tahun 2017 Juara 1 Pembangunan Jaya Raya Cup Tahun 2017 Juara 1 Super Liga Junior Tahun 2017 Kuarter Final Grand Prix Dutch Belanda 2018 Kuarter Final Grand Prix Jerman Junior 2018 Kuarter Final Grand Prix Thailand Junior 2018

Si Kecil Cabe Rawit, Julukan Untuk Falen Atlet Tenis Berusia 8 Tahun

Falen, murid didik dari Jakarta International Tennis Academy.

Jakarta- Olahraga Tenis mungkin belum sepopuler olahraga lain seperti sepak bola, futsal, basket maupun badminton, meski demikan ada beberapa kalangan yang cukup menyukai cabang olahraga ini. Jakarta International Tennis Academy (JITA) adalah salah satu dari sekian banyak sekolah tenis di Jakarta yang sukses mengantarkan anak didiknya untuk bertanding di ranah nasional maupun internasional. Falen salah satunya, anak berusia 8 tahun tersebut meski terbilang usianya masih amat muda namun kemampuannya dalam memukul bola tenis di lapangan tak perlu diragukan lagi. Menurun dari hobi sang ayah yang juga menjabat sebagai pelatih tenis di JITA, sang anak justru memiliki ketertarikan dengan olahraga tenis saat usianya masih berusia 2 tahun. “Saat itu masih 2 tahun mulai penasaran dia sama raketnya, saya coba lemparkan ke anak bolanya malah dipukul. Akhirnya ketika umur 3,5 tahun baru saya kenalkan pelan-pelan, karena 2 tahun masih terlalu kecil ya” ungkap Sebastian, ayah dari Falen. Sebelum bergabung dengan JITA, Falen mulai berlatih dengan sang ayah dan kakak karena kebetulan sang kakak memiliki hobi yang sama. Mulai bergabung dengan JITA saat umurnya 3 tahun, Falen masih mengikuti latihan sesuai usia dan kemampuannya. Ketika berusia 5 tahun barulah terjun mengikuti turnamen perdananya namun sayang hanya sampai posisi Runner Up saja. “Sekitar umur 4-5 tahun mulai main di turnamen internal kita dulu, anaknya makin senang. Setelah dirasa cukup mumpuni baru terjun kejuaraan” tambah sang ayah. Saat ini anak kelahiran 1 Maret 2010 tersebut masih duduk di kelas 2 Sekolah Dasar, namun dalam usia semuda itu Falen ternyata memiliki jadwal yang sangat padat untuk belajar di sekolah sekaligus berlatih Tenis. Selain itu oleh pihak sekolah Falen juga  mengikuti ekstrakulikuler Baske dan Renang “Bisa dibilang sangat sedikit waktu istirahatnya, tapi anaknya senang. Saya suruh istrahat malah marah-marah anaknya” tambah Sebastian. Namun yang dikhawatirkan ketika Falen akan merasa jenuh dengan segudang aktivitasnya, bahkan ketika akhir pekan Falen menghabiskan waktu 6 jam di JITA untuk berlatih, tak ayal lagi bahwa peran orang tua sangat diperlukan dalem menjaga keseimbangan aktivitas dan kesehatannya. Kerap kali sang anak diberikan multivitamin dan makanan yang bergizi agar kondisinya tetap terjaga, dengan waktu latihan dan jadwal aktivitas yang tergolong padat, agar berhasil membuahkan segudang prestasi yang dibawanya pulang. “Sejauh ini masih bisa dikondisikan, aktivitasnya saya atur agar tetap fit. Latihan pun ringan saja paling joging, skiping aja saya suruh 500 dia bisa sampai 3000 kali” ujar pelatih sekaligus ayah Falen seraya bergurau. Harapan yang disampaikan sang ayah adalah semoga Falen bisa menjaga konsistensinya hingga usia 12 tahun, agar Ia bisa bisa menjadi atlet top nasional bahkan internasional. (Ham) Profil Singkat Nama : Rafalentino Ali Da Costa Tempat/Tgl Lahir : Tangerang Selatan, 1 Maret 2010 Orang Tua : Sebastian Ali Da Costa (ayah) Dwi Komala Sri (ibu) Nomor Ponsel : 087771556829 (ibu) Anak kedua, kakak Justmin Ali Da Costa Pendidikan SD Al-Fath BSD, Tangerang Prestasi KU 8: Sportama Orange 2015 – RUNNER Up KU 10: AFR 2017 – SEMIFINAL KU 10: CBR 2017 – SEMIFINAL KU 10: Sportama 2017 – Semifinal KU 10: Thamrin Cup 2018 – SEMIFINAL KU 10:BNI 2017 – RUNNER Up KU 10:AFR 2017- RUNNER Up KU 10:AFR 2017- WINNER KU 10:CBR 2017- WINNER

Jadi Juara Junior Asia, Spesialis Ganda Ini Ternyata Jago Main Piano Dan Ingin Menjadi Guru

Juara Bulutangkis nomor ganda putri Kejuaraan Asia Junior 2018, Febriana Dwipuji Kusuma, yang bercita-cita mulia menjadi guru. (Ham/NYSN).

Jakarta- Kejuaraan Bulu Tangkis Junior Asia 2018 yang berlangsung 18-22 Juli 2018 telah berakhir. Tampil di hadapan pendukungnya sendiri, Indonesia mampu meraih satu emas dan tiga medali perunggu. Satu medali emas itu didapat dari sektor ganda putri, yakni duet Febriana Dwipuji Kusuma/Ribka Sugiarto “Alhamdulillah, senang dan bersyukur. Tapi yang pasti nggak boleh cepat puas,” kata Febriana usai pertandingan. Bagi, Ana, sapaannya, gelar ini menjadi bekal positif jelang tampil Kejuaraan dunia World Junior Championship (WJC) 2018, di Ontario, Kanada, pada November nanti. Ana mengenal bulutangkis sejak usia 5 tahun, dari sang kakak, yang menekuni hobi serupa. Namun, bermain bulutangkis sejatinya bukan alasan penting bagi bungsu dari dua bersaudara ini. Justru faktor berat badan yang membawanya rutin, menjalani latihan tepok bulu ini. “Awal kenal bulutangkis itu, saya hanya ikut kakak latihan. Ya sekalian ngurusin badan niatnya. Dulu ‘kan waktu kecil saya gendut. Lama-lama seneng dan keterusan sampe sekarang,” tukas Ana sambil tersenyum. Dara kelahiran Jember 19 Februari 2001 ini bergabung dengan PB Smash Jember sejak Taman Kanak-Kanak (TK), hingga lulus SD. “Pada 2013, setelah lulus SD, saya pindah ke PB Djarum Jakarta, dan masuk nomor ganda putri. Saya ikut berbagai kejuaraan nasional dan internasional. Pada 2016, usai ikut kejurnas, Alhamdulillah, saya dipanggil masuk Pelatnas PBSI sampai sekarang,” beber Ana. Ana menjadi salah satu atlet termuda yang masuk pelatnas, lantaran baru menginjak 16 tahun saat terpanggil masuk Cipayung pada awal 2017. Selama di Pelatnas, spesialis ganda ini mengaku tak memiliki kendala berarti menjalani proses belajar. Bahkan, tugas sekolah rutin ia kerjakan dari jarak jauh. “Kalau ujian, saya pulang ke Jember, sebab ujiannya harus di sekolah, nggak bisa di Jakarta. Jadi pulang beberapa hari, terus balik lagi ke pelatnas,” terang dara yang mengidolakan seniornya Greysia Polii itu. Kelak jika lulus SMA nanti, ia tetap ingin melanjutkan kuliah, tanpa meninggalkan rutinitas latihannya sebagai atlet. Menjadi guru adalah cita-cita siswi Madrasah Aliyah Al-Badri, Jember ini, andai harus menyudahi karirnya sebagai pemain bulutangkis. Itu sebabnya Ana tetap akan melanjutkan studi pendidikannya hingga jenjang Universitas. Tak hanya tekun berlatih bulutangkis, remaja asal ‘Kota jenang dodol Suwar-Suwir’ itu ternyata mahir bermain piano, karena tertarik memainkan denting tuts piano klasik maupun elektrik, sambil bernyanyi. “Waktu kecil senang nyanyi dan main piano. Malah sampe pernah les piano. Tapi kok betah main bulutangkis gitu, ya udah akhirnya ditinggalin les pianonya. Tapi kadang dirumah masih main piano juga,” cetus remaja yang mengaku fans berat eks kiper Arema Indonesia, Kurnia Meiga Hermansyah. Tak hanya hoby bermain piano, saat bertemu NYSNMedia.com, Ana pun tengah berenang. Menurutnya, berenang cocok disandingkan dengan bulutangkis karena melatih ketahanan nafas sehingga stamina saat bertanding bulutangkis, menjadi lebih baik. Meski tak terlalu detail, ia nyaris menguasai semua gaya olahraga akuatik ini. “Nggak jago-jago amat, tapi hampir semua gaya berenang yang dilombakan, sudah saya lakukan. Tapi tujuannya melatih fisik dan stamina, modal bertanding bulutangkis,” jelas penggemar es kelapa jeruk dan blewah dingin ini. (Ham) Biodata Nama : Febriana Dwipuji Kusuma Tempat/Tgl Lahir : Jember (Jawa Timur), 19 Februari 2001 Orang Tua : Didik Tripuji Suharyadi (ayah) dan Ngatodah (ibu) Tinggi Badan : 163 cm Berat : 51 Kg Media Sosial : Instagram @febrianadk19 Status Saudara : Anak kedua dari dua saudara Agama : Islam Pendidikan SDN Jember Lor 1 SMP Negri Bintoro Jember MA Al-Badri Jember Prestasi – Juara Asia Junior Championships 2018 (ganda putri) – Semifinalis Kejuaraan Nasional (Kejurnas) 2017 (ganda dewasa putri) – Juara Indonesia International Challenge 2017 (ganda putri) – Runner Up Pembangunan Jaya Cup 2016 (Beregu Campuran) – Semifinalis Superliga Junior 2016 (Beregu Putri) – Juara Kejurnas Perorangan Taruna 2016 (Ganda Taruna Putra) – Semifinalis Indonesia International Challenge 2016 (Ganda Putri) – Juara Djarum Sirkuit Nasional Li Ning Jawa Tengah Open 2016 (Ganda Taruna Putri) – Juara Malaysia Junior International 2016 (Ganda Putri) – Semifinal Djarum Sirnas Jawa Barat 2016 (Ganda Campuran Remaja) – Runner up Djarum Sirnas Jawa Barat 2016 (Ganda Taruna Putri) – Semifinal Jakarta Open Junior International Championships 2016 (Ganda Putri U17) – Juara Jakarta Open Junior International Championships 2016 (Ganda Campuran U17) – Juara Djarum Sirnas Lampung 2016 (Ganda Taruna Putri) – Runner up Djarum Sirnas Premier Jakarta Open 2016 (Ganda Taruna Putri) – Semifinalis Djarum Sirnas Sulawesi Selatan Open 2016 (Ganda Taruna Putri) – Juara Djarum Sirnas Kalimantan Selatan Open 2016 (Ganda Taruna Putri) – Semifinalis Thailand Junior International 2016 (Ganda Putri) – Juara Djarum Sirnas Jawa Timur 2015 (Ganda Remaja Putri) – Juara Yonex Sunrise Double Special by Candra Wijaya 2015 (Ganda Remaja Putri) – Runner up Djarum Sirnas Manado 2015 (Ganda Remaja Campuran) – Juara Djarum Sirnas Manado 2015 (Ganda Remaja Putri) – Runner up Djarum Sirkuit Nasional (Sirnas) Bali 2014 (Ganda Remaja Putri) – Semifinalis Djarum Sirkuit Nasional (Sirnas) Banten 2014 (Ganda Remaja Campuran) – Juara Djarum Sirkuit Nasional (Sirnas) Banten 2014 (Ganda Remaja Putri) – Juara Djarum Sirkuit Nasional (Sirnas) Palangkaraya 2014 (Ganda Pemula Putri) – Juara Djarum Sirkuit Nasional (Sirnas) Jawa Tengah 2014 (Ganda Pemula Putri) – Semifinalis Astec Open 2014 (Ganda Remaja Campuran)

Punya Regulasi Antik, Laga Timnas U-16 di Piala AFF U-16 2018 Berdurasi 2×40 Menit

Piala AFF U-16 2018 memiliki regulasi unik, yakni durasi pertandingan tak dimainkan dalam waktu 90 menit, tapi selama 80 menit. Aturan ini sudah berlaku sejak turnamen tahun lalu, di Thailand. (bola.com)

Sidoarjo- Piala AFF U-16 2018 ternyata memakai aturan unik. Laga dalam turnamen ini tak berdurasi 90 menit, tetapi hanya 80 menit. Aturan ini sejatinya sudah berlaku sejak turnamen tahun lalu. Kala itu di partai puncak, Vietnam menjadi juara saat mengalahkan tuan rumah Thailand 4-2, lewat adu penalti. Dengan aturan bermain 80 menit, maka tiap babak hanya berlangsung selama 40 menit. Bila partai fase knock-out berjalan imbang selama 80 menit, maka langsung menuju babak adu penalti. Piala AFF U-16 2018 akan dihelat di Sidoarjo dan Gresik, Jawa Timur. Turnamen mulai bergulir pada Minggu (29/7) hingga 11 Agustus. Namun, salah satu negara anggota AFF, Australia memilih absen di AFF U-15 Youth Championship 2018. Hal ini membuat turnamen yang dihelat di Sidoarjo dan Gresik ini hanya diikuti 11 negara. Australia merupakan salah satu langganan juara di Piala AFF U-16. Total, Australia juara sebanyak dua kali yakni pada 2008 dan 2016. Australia pada turnamen tahun lalu menempati posisi ketiga. Di babak fase grup, Australia sempat bertemu Timnas U-16 dan menang 3-2. Dengan absennya Australia. ada satu grup yang hanya dihuni lima tim. Grup A dihuni oleh Timnas U-16, Myanmar, Vietnam, Filipina, Timor-Leste, dan Kamboja. Sementara itu Grup B ada Thailand, Malaysia, Singapura, Laos, dan Brunei. Ini bukan kali pertama untuk tahun ini, Australia memilih absen di gelaran AFF. Sebelumnya, di Piala AFF U-19, Australia juga memilih absen. Piala AFF U-16 sudah 13 kali dihelat sejak 2002, tapi Indonesia tak sekalipun meraih gelar juara, meski 3 kali jadi tuan rumah (2002 bersama Malaysia, 2008, dan 2010). Prestasi terbaik Indonesia adalah menjadi runner up, di Myanmar pada 2013, saat takluk 2-3 lewat drama tos-tosan dibabak final, dari Malaysia. (Ham) Rekam Jejak Indonesia di Piala AFF U-16 2002: Urutan 3 2005: Fase grup 2006: Absen 2007: Urutan 4 2008: Urutan 5 2010: Urutan 4 2011: Fase grup 2012: Absen 2013: Runner Up 2014: (Kejuaraan ditunda Kekurangan peserta) 2015: Absen (hukuman FIFA) 2016: Absen (hukuman FIFA) 2017: Fase grup

Liga 3 Asprov DKI Jakarta Bergulir, 21 Tim Bertarung Buru Tiket Nasional

Asprov PSSI DKI Jakarta memakai format kompetisi penuh dengan formasi empat grup dan memperebutkan tiket menuju final. Juara Liga 3 Asprov DKI Jakarta otomatis lolos mewakili provinsi di kompetisi Liga 3 Nasional. (Ham/NYSN)

Jakarta- Asosiasi Provinsi (Asprov) DKI Jakarta menggulirkan kompetisi Liga 3 Asprov DKI Jakarta pada Minggu (22/7). Sebanyak 21 tim tergabung dalam empat grup akan memperebutkan gelar yang terbaik di regional DKI Jakarta. Liga 3 ini bermaterikan pemain dengan skuad amatir yang rata-raa berusia 16-21 tahun. Peringkat pertama dan kedua tiap grup akan melaju ke babak 8 besar. Tim-tim legendaris seperti Persitara Jakarta Utara, PSJS Jakarta Selatan, hingga Urakan FC akan bertarung, menjadi wakil DKI Jakarta, di event Liga 3 Nasional. Ketua Asprov PSSI DKI Jakarta, Uden Kusuma Wijaya berharap kompetisi bisa lancar dan terkendali. Ia ingin sepak bola Jakarta mampu memutar kompetisinya dengan baik. “Kami ingin kompetisi berjalan baik. Jika memang ada pelanggaran yang dilakukan klub, ada sanksi tegas hingga pencoretan anggota,” ujar Uden pekan lalu. Sedangkan Ketua Komite Pemberdayaan Usia Muda Asprov PSSI DKI Jakarta, Rinci Gustiawan menjelaskan bila jumlah pertandingan seusai dengan regulasi PSSI. Selain itu, ia juga mengatakan format kompetisi 2018, akan berbeda dengan tahun kemarin. “Sesuai dengan instruksi dari PSSI, setiap tim bisa melakukan 12 kali pertandingan. Memang agak padat, tapi mau tidak mau kita akan lakukan,” ujar Rinci. “Kalau tahun lalu itu, event-nya terkesan dipaksakan. Tapi tahu ini bergulir dengan format tak jauh dari regulasi PSSI, yakni 12 tim bertanding sampai final,” tambahnya. Liga 3 Regional pada 2018 ini Asprov DKI Jakarta menyiapkan format kompetisi penuh dengan formasi empat grup. Masing-masing grup nantinya diisi lima tim memperebutkan tiket menuju final. Juara dari Liga 3 Asprov DKI Jakarta, otomatis lolos mewakili provinsi di kompetisi Liga 3 Nasional. Jika tahun lalu minimum klub bermain sebanyak tiga sampai empat kali, kali ini Asprov berupaya memberikan jumlah bermain 12 kali. Menariknya, Persitara Jakarta Utara dan Persija Muda tergabung satu grup di Grup D. Maklum, riwayat rivalitas kedua pendukung masih begitu kental di Jakarta. Persija Muda yang merupakan klub satelit dari Persija Jakarta akan didukung oleh Jakmania, begitu pula dengan NJ Mania di kubu Persitara. Untuk venue pertandingan Liga 3 berlangsung di beberapa lapangan di kawasan seputaran Jakarta. Diataranya yakni Lapangan Mako Brimob Kelapa Dua (Depok, Jawa Barat), Lapangan Brigif Jayasakti (Cijantung, Jakarta Timur), Lapangan Yon Zikon 14 (Srengseng, Jakarta Selatan), Lapangan Kodam Gagak Hitam (Bintaro, Jakarta Selatan) dan Stadion Cendrawasih (Cengkareng, Jakarta Barat). Asprov DKI Jakarta pun tengah berupaya menggelar pertadingan di lapangan milik TNI dan Kepolisian RI. Termasuk juga Lapangan Banteng, Jakarta Pusat yang dikelola oleh Disorda DKI Jakarta. (Dre) Liga 3 Asprov DKI Jakarta Grup A Laskar Muda Villa 2000 B PSJS Jakarta Selatan Batavia FC Betawi FC Grup B Bintang Kranggan Urakan FC Trisakti FC Kompak FC Pemuda Jaya PS Grup C Bintang Kota Taruna Persada Bina Mutiara Jakarta Barat PS Pro Direct Grup D ABC Wirayudha Putra Citra Muda Persija Muda Persitara Jakarta Utara MC Utama Jakarta Timur FC

Kondisi Lapangan Jelek, Villa 2000 Libas Laskar Muda di Liga 3 Asprov DKI Jakarta

Sebagai juara bertahan Liga 3 Asprov DKI Jakarta musim lalu, Villa 2000 FC (hitam) sukses melibas Laskar Muda (merah), dalam laga perdana Liga 3 Asprov DKI Jakarta, di Lapangan Gagak Hitam, Bintaro, Jakarta Selatan. (Ham/NYSN)

Jakarta- Villa 2000 FC menang telak 0-3 kontra Laskar Muda dalam laga perdana Grup A Liga 3 Asprov DKI Jakarta, yang dihelat di Stadion Gagak Hitam, Bintaro, Jakarta Selatan, Jumat (27/7). Sayang, kondisi lapangan yang tak cukup baik, menjadi sorotan pelatih Villa 2000 FC. “Kondisi lapangan disini berbeda jauh dengan lapangan latihan kami, di lapangan Villa 2000, Pamulang. Dari jalannya bola di beberapa sudut lapangan, struktur tanah bergelombang, ya pokoknya kurang. Tapi ya bagaimana lagi, mungkin ini yang tersedia,” ujar pelatih Villa 2000 FC, Aven Kristian. Dalam laga yang dimulai pada pukul 16.00 WIB ini, klub asal Pamulang (Tangerang Selatan) mendominasi permainan. Gol pembuka diciptakan di menit 22, hasil situasi bola mati. Meskipun sang lawan tak memberikan perlawanan yang berarti, hingga babak pertama skor 0-1 bertahan sampai jeda turun minum. Di babak kedua, Villa 2000 FC lebih trengginas hingga membuat lawan tanpa peluang di babak kedua. Permainan yang lebih menyerang ini membuat dua gol tambahan, yakni masing-masing menit ke-66 dan menit ke-69. Aven mengaku bersyukur atas hasil yang diraih anak asuhnya di laga pertama ini. Menyandang gelar sebagai juara bertahan regional DKI Jakarta musim lalu, tentu ada tekanan dari sisi psikologis. “Sebelumn bermain, saya bilang pada tim jika status juara bertahan bukan beban, dan kami harus bermain lepas. Alhamdulillah dapat tiga poin di pertandingan perdana,” ungkapnya pada nysnmedia.com, Jumat (27/7). The Black-Orange-julukan klub Villa 2000 FC- kembali melakoni partai lanjutan Liga 3 Asprov DKI Jakarta Grup A, melawan Batavia FC, pada Minggu (29/7) di Lapangan Gagak Hitam, Bintaro, Jakarta Selatan. “Saya belum tau kekuatan, skuat pemain, dan strategi Batavia FC. Ya pastinya kami masih meraba-raba kekuatan lawan,” jelas Aven. “Yang jelas kami akan bermain sesuai strategi dan taktik Villa 2000 FC,” tegasnya. Saat laga perdana Villa 2000 FC di Liga 3 ini, turut dihadiri oleh eks-pelatih Villa 2000 FC, yakni Blitz Tarigan. BT sapaan akrabnya, memiliki pesan khusus terhadap mantan anak asuhnya. “Usai main, masih ada recovery sehari. Karena seluruh skuad adalah pemain muda semua, saya harap anak-anak mampu memanfaatkan dengan baik dan jaga kondisi”, ucap BT yang kini menukangi tim muda Persija Jakarta U-16. (Dre)

Dari Merauke, Yusran Bertekad Keras Gabung Pelatnas Bulutangkis

Jakarta- Indonesia bagian timur umumnya selalu menghasilkan bibit-bibit atlet berprestasi di bidang olahraga, namun didominasi cabang olahraga yang sangat populer. Sangat jarang atlet cabor bulutangkis berasal dari Indonesia Timur. Yusran Arfan adalah salah satunya. Remaja berdarah Makassar yang menetap Merauke, menjadi peserta klub blutangkis Perkumpulan Bulutangkis (PB) Racket , yang berlokasi di kawasan Kembangan, Jakarta Barat, dari luar pulau Jawa. Sekedar catatan, kabupaten Merauke adalah kabupaten terluas di provinsi Papua, dan Indonesia, sekaligus daerah ujung paling timur di Indonesia. Yusran menyukai olahraga bulutangkis sejak usia 5 tahun, karena sering diajak oleh Arfan, ayahnya yang gemar bermain bulutangkis bersama kawan-kawannya. Yusran tertarik untuk terjun lebih serius untuk bercita-cita menjadi seorang atlet. “Proses gabung ke PB Racket awalnya diajak oleh teman ayah saya. Dia menawari saya ikut latihan di jakarta, asalkan serius berlatih. Akhirnya berangkat kesini sama bapak dan temennya bapak, diongkosin juga” jelas Yusran. Sejatinya, orangutua Yusran berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan. Karena pekerajan, keluarga Yusran hijrah ke Merauke, Papua. Yusran pertama kali bermain bulutangkis langsung bergabung dengan PB Perkasa Merauke, sejak kelas 1 Sekolah Dasar. Lalu pindah ke PB Mandiri Merauke saat SMP, sebelum akhirnya memutuskan menuju Ibukota dan bergabung di PB Racket Jakarta. “Saya pindah ke PB Racket, sudah sekitar dua tahun lalu dari lulus SMP, sekarang udah kelas 2 SMA,” tambah remaja murah senyum ini. Ketika masih tinggal di Papua, Yusran berpartisipasi di beberapa kejuaraan bulutangkis usia dini hingga pemula. Seperti Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN), Bupati Merauke Cup, dan Sirkuit Nasional (Sirnas) Yogyakarta. Remaja yang mengidolakan Lee Chong Wei dan Anthony Ginting ini bermain di posisi tunggal putra dan ganda, namun Yusran mengakui lebih tertarik bermain di posisi tunggal. “Main tunggal saya bisa main lebih leluasa. Kalau ganda, bermainnya mengharapkan keputusan dari teman juga, kalau tunggal bisa berjuang sendirian,” uajr Yusran, saat ditemui awal Juli lalu. Menjaga kondisi tubuh agar tetap prima menjadi fokus remaja 16 tahun ini. Dalam waktu dekat, Yusran akan melakoni Kejurkot PBSI Jakarta Barat, pada 8-12 Agustus, di GOR Kembangan, Jakarta Barat. Pendidikan pun tak luput dari perhatiannya. Format sekolah Homeschooling menjadi pilihan karena waktu belajar yang fleksibel sehingga bisa menyesuaikan dengan jadwal latihan. “Saya pribadi lebih suka latihan dibanding bersekolah yang padat dengan materi pelajaran. Tapi, saya harus sekolah, agar pendidikan tidak terlantar. Tetapi, target utama saya ingin segera bergabung di pelatnas bulutangkis,” kata kelahiran 16 Juli 2002 itu. Porsi latihan yang berbeda antara PB Jakarta dan Papua membuatnya harus berlatih lebih ekstra mengingat cita-cita dan targetnya bergabung bersama Timnas Indonesia masih butuh waktu dan perjuangan yang panjang. (Ham) Profil singkat Nama : Yusran Arfan Tempat/Tgl Lahir : Makassar, 16 Juli 2002 Alamat Rumah : Jl. Raya Mendala Bampel Merauke, Papua Orang Tua : Arfan (ayah) Rostini (ibu) Nomor Ponsel : 081398096728 Media Sosial : Ig @ysrnarfn161 Pendidikan SDN 1 Merauke SMP Muhammadiyah Merauke SMA Home Schooling Prestasi Juara 2 O2SN tingkat pemula di Papua tahun 2015 Mengikuti Bupati Cup di Merauke tahun 2011/2012 Mengikuti kejurnas Sirkuit Nasional Daihatsu Astec di Bali Mengikuti kejurnas Sirkuit Nasional Daihatsu Astec di Yogyakarta

Rachel, Gadis Blasteran Negri Kincir Angin Ingin Harumkan Nama Indonesia

Jakarta- Menjadi seorang atlet olahraga adalah mimpi bagi sebagian anak di Indonesia. Selain tampil di ajang event nasional, juga bisa mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional. Rachel Meghan Peters, jadi salah satunya. Gadis berdarah Belanda ini menekuni olahraga Tenis sejak usia 6 tahun. Berawal dari sang ayah yang juga hobi bermain tenis, menurun kepada Rachel, sapaannya. “Hoby main tenis dari ayah, yang sering berlatih di Jakarta International Tennis Academy (JITA). Dan di JITA juga saya bertemu teman-teman baru, meski latihannya cukup berat  ,” ungkap Rachel. Dirinya rutin mengikuti latihan setiap Jumat sore usai jam sekolah, meski waktu sekolah yang cukup padat namun tak meghalangi semangatnya untuk terus berlatih. Rachel yang masih duduk di kelas 3 SMP sekolah internasional ACG School Jakarta, di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, sudah memiliki segudang prestasi di level junior, seperti turnamen August Ferry Raturandang (AFR) Remaja, Sportama, hingga Mayapada. “Setelah pulang sekolah aku langsung ke tempat latihan, nanti selesai latihan, baru pulang ke rumah. Kadang capek juga sih” ujar remaja berusia 14 tahun tersebut. Namun Rachel tetap disiplin belajar dan sejenak absen mengikuti latihan, saat musim jian sekaolah tiba. Bahkan, momen akhir pekan digunakannya untuk fokus belajar di rumah. Rachel Pertama kali mengikuti turnamen saat usianya 9 tahun. Tampil di Sportama Tennis Institute Junior 2013, ia sukses menjadi juara level The Future Stars (0-10 tahun). Sejak event ini, Rachel rutin tampil di beberapa turnamen Junior kelas nasional. Target yang ingin dicapainya pun tak main-main ingin menjadi petenis nasional dan kelak tampil di ajang profesional. Rachel kini sudah tampil di turnamen Internasional ITF Junior, mengharuskan Rachel harus rutin sebanyak 2x dalam sesi kualifikasi dan Main Draw. “Kalau menang nanti mendapat poin untuk bermain di ITF Junior series, tapi kemarin aku kalah di Main Draw, dar pemain nasional Indonesia, jadi harus kembali mulai lagi,” jelas Rachel kepada NYSN Media pada Jumat (13/7) sore. Target jangka panjang yang ingin dara yang tinggal di kawasan Kemang, Jakarta Selatan ini, menjadi atlet profesional dan mengharumkan nama Indonesia di event Internasional dari cabang tenis. (Ham) Profil singkat Nama : Rachel Meghan Peters Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 6 Juli 2004 Alamat : Kemang Terusan, Jakarta Selatan Orang Tua : David Pieters (ayah) Andromeda (ibu) Anak ketiga dari tiga saudara Pendidikan Sekolah Dasar Belanda NIS SMP Academic College Grup (ACG) Prestasi KU 10: SPORTAMA 2013 – WINNER KU 10: MAYAPADA 2014 – WINNER KU 10: MAYAPADA 2014 – WINNER KU 12: AFR 2015 – RUNNER UP KU 14: AFR 2016 – WINNER KU 14: AFR 2016 – WINNER KU 12: SPORTAMA 2016 – WINNER KU 14: CBR 2017 – WINNER

Tekuk Unggulan Pertama Ganda Putri Asal China, Febriana/Ribka Lolos Ke Final Asia Junior Championship 2018

Kalahkan unggulan pertama asal China, Liu Xuanxuan/Yuting Xia, 25-23, 14-21 dan 21-15, Febriana Dwipuji Kusuma/Ribka Sugiarto lolos babak final Asia Junior Championship 2018. (Ham/NYSN)

Jakarta- Dobel putri, Febriana Dwipuji Kusuma/Ribka Sugiarto lolos ke babak final perseorangan Asia Junior Championship 2018 atau Kejuaraan Bulutangkis Junior Asia 2018, di Jaya Raya Sport Hall Training Center, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (21/7). Mereka mengalahkan unggulan pertama asal China, Liu Xuanxuan/Yuting Xia, 25-23, 14-21 dan 21-15. Liu/Xia dalah pasangan yang sukses meraih medali silver Asia Junior Championships tahun lalu. Set pertama berlangsung, duet Febri dan Ribka mengambil inisiatif menekan hingga poin ke 16. Sempat unggul 5 poin, namun duo atlet binaan PB Djarum ini dapat disusul. Meski demikian, gim pertama ini dimenangkan oleh Febri/Ribka dengan skor 23-25. Memasuki set kedua, Indonesia harus tertinggal cukup jauh, hingga skor 2-11. Berupaya mengejar ketertinggalan di set kedua, pasangan junior ini belum mampu mengecilkan selisih poin, dan set kedua ditutup dengan skor 21-14, untuk Liu dan Xia. Di set ketiga, laga berlangsung sengit hingga turun minum. Namun Febri/Ribka unggul dengan poin 11-8. Mendominasi permainan, Indonesia menjauh dengan skor 20-15 di ujung pertandingan. Pukulan keras dari Xia harus melebar keluar lapangan, dan memberikan kemenenangan Febri/Ribka, dengan skor akhir 21-15. “Game pertama mainnya udah nyerang duluan, jadi enak. Tapi game kedua kami ngendorin, jadi hati-hati mainnya. Game ketiga disuruh pelatih lebih yakin, nggak usah mikir menang kalah. Jadi kami main nothing to lose, alhamdulillah bisa menang,” kata Ribka, gadis kelahiran Karanganyar, Solo, 22 Januari 2000, usai laga. Di partai puncak, Febriana/Ribka akan berhadapan dengan Pearly Koong Le Tan/Ee Wei Toh, asal Malaysia, pada Minggu (2/7). Ini menjadi pertemuan pertama bagi mereka. Di atas kertas, lawan lebih diunggulkan. Febriana/Ribka merupakan unggulan empat turnamen, sementara Tan/Toh tepat berada di atasnya, sebagai unggulan tiga. “Persiapannya lebih jaga stamina, makan yang banyak, istirahat yang teratur. Besok nggak mikir menang kalah juga, pokoknya main nothing to lose,” ujar Ribka. “Harus lebih fokus lagi, nggak usah mikir menang kalah, main enjoy aja,” sambung Febri, yang lahir di Jember, Jawa Timur, 19 Februari 2001 . Sementara Agatha Imanuela/Siti Fadia Silva Ramadhanti akhirnya finis di babak semifinal Asia Junior Championships 2018. Hasil ini sama dengan pencapaian mereka di tahun lalu. Kala itu, Agatha/Fadia dikalahkan Baek Ha Na/Lee Yu Rim, Korea. Kini, pasangan Indonesia unggulan dua tersebut harus mengakui kebolehan Pearly Koong Le Tan/Ee Wei Toh, dari Malaysia. Agatha/Fadia kalah dua game langsung dengan 15-21 dan 21-23 dalam waktu 41 menit. “Hasilnya tidak sesuai target, karena kami kan inginnya juara. Tapi nggak apa-apa kami tetap bersyukur, semoga nanti di Kejuaraan Dunia Junior bisa juara,” kata Fadia. Dari awal game pertama, Agatha/Fadia mengaku terus tertekan oleh permainan lawan. Kondisi fisik yang mulai menurun juga diakui menjadi kendalanya kali ini. “Mereka mainnya nekad. Bola-bola yang bukan serang, mereka serang, jadi kami ketekan terus dari awal,” ujar Fadia mengomentari lawannya tersebut. (Ham/Dre)