PSS Sleman Rengkuh Juara EPA U-18

Jika di U-16 Borneo FC Samarinda berjaya, tidak demikian di U-18 Elite Pro Academy (EPA) Liga 1. Borneo takluk 1-2 dari PSS Sleman pada laga final di Akademi Garudayaksa, Bekasi, Rabu (6/3). Kemenangan PSS Sleman ini juga memutus catatan negatif kala bersua Borneo di EPA Liga 1 musim ini. Dalam empat pertemuan terakhir, PSS Sleman hanya mampu meraih dua hasil seri dan menelan dua kali kekalahan. Dua gol PSS Sleman dicetak oleh Fajar Akhmad Khusen pada menit ke-36 dan ke-60. Sedangkan satu gol Borneo FC dicetak oleh Muhammad Narendra Tegar pada menit ke-66. “Alhamdulillah kami diberi kemenangan. Di pertandingan Borneo mendominasi, kami sudah prediksi sebelumnya. Tetapi, kami bisa antisipasi dengan serangan balik,” kata pelatih PSS Sleman Anang Hadi. Menurut Anang, kehadiran suporter yang mendukung langsung anak asuhnya menjadi salah satu faktor yang mendorong tim Super Elja tersebut tampil maksimal. “Teman-teman suporter selalu mendukung baik di kendang maupun tandang. Ketika kami main di kandang ada 1.000 suporter. Itu cukup memotivasi pemain untuk menampilkan pemain terbaik,” imbuh Anang. Anang berharap dengan kehadiran Direktur Teknik PSSI Indra Sjafri yang menyaksikan langsung pertandingan final, ada nama-nama pemain yang dipanggil ke tim Garuda Muda. “Semoga ada yang dilirik untuk bisa membela tim U-20,” ujar Anang. Pelatih Borneo FC, Mokh Fakhrudin mengaku hasil yang didapat oleh anak asuhnya di lapangan kurang maksima. Namun, ia akan melakukan evaluasi ke depannya. “Hasil tidak memihak kami, tapi itulah sepak bola. Kami akan evaluasi dan jalankan proses berikutnya dengan baik,” jelas Fakhrudin. Fakhrudin mengungkapkan seusai gelaran EPA, Borneo FC akan mengikat pemain dengan kontrak jangka panjang. Pemain ini akan dipersiapkan untuk pembinaan klub ke depan. “Banyak pemain yang kami kontrak jangka panjang, kami tingkatkan levelnya lebih tinggi,” ujar pelatih yang sempat bermain untuk Sriwijaya FC tersebut. Sumber: PSSI

Asiana Soccer School Juarai Liga Kompas Kacang Garuda U-14 2024

Setelah nyaris setiap pekan memimpin puncak klasemen, Asiana Soccer School akhirnya sukses menjuarai Liga Kompas Kacang Garuda U-14 2024. Mereka menikmati buah konsistensi yang sudah ditabur sejak pekan pertama. Konsistensi ini bermula dari standar tinggi pembinaan klub. Asiana keluar sebagai juara usai menahan imbang Intan Soccer Cipta dengan skor 4-4 di Lapangan Dewantara Sport Center, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (3/3/2024). Mereka membalikkan keadaan setelah tertinggal 1-4 di paruh pertama. Asiana (39) pun unggul satu poin atas Intan (38) di klasemen akhir. Penyerang Asiana, Sean Rahman Kastor, menjadi pahlawan dengan sumbangan sepasang gol (brace), termasuk gol pamungkas di penghujung paruh kedua. Gol itu sekaligus memastikan Sean sebagai pencetak gol terbanyak Liga Kompas (23 gol). Asiana mengakhiri musim dengan rekor tidak terkalahkan, yakni 12 menang dan 3 seri. Raihan ini membuat Sean dan kawan-kawan tampak begitu bahagia seusai peluit panjang. Sebagian pemain langsung bersujud, berpelukan, dan bahkan berteriak sekeras mungkin. Mereka seolah tidak percaya bisa bangkit setelah masih tertinggal tiga gol dalam 15 menit sisa. “(Raihan) ini berkat kerja sama semuanya. Di pikiran kami (saat babak kedua), kami mau dan harus juara,” ujar Sean seperti diberitakan Kompas.id, Minggu (3/3/2024). Skuad Asiana tampak tegang pada awal laga. Mereka kecolongan tiga gol beruntun yang dicetak penyerang Intan, M Habil Gaza Maulidyan. Gol ini bermula dari situasi serangan balik. Asiana pun seperti menghadapi misi nyaris mustahil seusai turun minum. Selain tampil buruk, pertahanan Intan terkenal kokoh. Mereka hanya kemasukan satu gol dari 14 laga. ”Saat turun minum, saya berkata kepada pemain untuk tampil lepas sesuai kapasitas. Kami hanya butuh hasil imbang untuk juara. Apakah mereka mau melepaskan kesempatan itu setelah memimpin hingga pekan terakhir? Mereka punya kesempatan membalikkan di babak kedua dan berhasil melakukannya,” jelas pelatih Asiana Iskandar Makmur. Pada kompetisi usia muda, seperti Liga Kompas, gelar juara bukan segalanya. Namun, pencapaian Asiana patut dirayakan. Mereka layak mendapatkan prestasi tertinggi itu. Mereka sukses melewati segala rintangan selama lebih dari tiga bulan dengan tampil konsisten setiap pekan, termasuk bangkit di tengah ketidakpastian pada laga pamungkas. Asiana merupakan tim paling konsisten sepanjang kompetisi. Mereka memimpin klasemen selama 13 dari total 15 pekan. Selain tidak terkalahkan, permainan ofensif nan kolektif mereka juga selalu terpancar setiap pekan. Terbukti, tim asuhan pelatih Iskandar tampil impresif dalam selisih gol dan kemasukan, yaitu 70-6. Meski unggul kualitas pemain, tampil secara konsisten tiap pekan tetap tidak mudah bagi Asiana. Mereka diwaspadai tim-tim lawan. Mereka pun harus menghadapi blok rendah atau strategi sangat defensif lawan hampir di setiap minggu. Namun, para pemain selalu bisa menemukan jawaban di lapangan, seperti saat menghadapi pertahanan kokoh Intan. Prinsip pembinaan Kesuksesan Asiana tidak terlepas dari standar klub yang diterapkan oleh sang pelatih. Dengan pengalaman sebagai mantan pemain profesional dan pelatih terbaik Liga Kompas 2017-2018, Iskandar tidak sekadar menargetkan kemenangan. Dia ingin para pemain bisa selangkah lebih dekat ke level nasional. ”Kemampuan teknik individu dan fundamental sudah keharusan. (Hal) yang paling penting, mereka harus paham prinsip permainan sejak usia sekarang. Seperti saat kehilangan bola, (mereka) harus (memutuskan) menunggu atau mundur. Kemampuan berpikir itu penting untuk ke level nasional sekarang. Jika sudah paham dari sini, nanti akan lebih mudah,” kata Iskandar. Standar Asiana terbukti berpengaruh besar terhadap perkembangan pemain. Pekan lalu, tiga pemain klub kelahiran 2009 terpilih mengikuti seleksi tim nasional U-16, yaitu Sean, M Mierza Firjatullah, dan Hadri Dimas Sulistyo. Mereka merupakan sosok kunci yang membuat Asiana berjaya di pertandingan pamungkas. Menurut Sean, inspirasi kemenangan justru berasal dari seleksi timnas. ”Di sana sangat capek. Fisik kami benar-benar diuji selama tiga hari. Ternyata, itu membawa pengaruh hari ini. Saya tidak capek sama sekali bermain sepanjang laga. Jadinya masih bugar dan bisa mencetak gol di saat akhir,” jelas pemain yang mengidolakan Filippo Inzaghi itu. Asiana memang dominan, tetapi belum sempurna. Ada hal yang harus diperbaiki di jenjang selanjutnya. Seperti saat mendapatkan jadwal bermain paling pagi, pukul 07.00, mereka dua kali ditahan imbang karena kurang siap tampil di pagi hari. ”Dari situ mereka belajar tentang persiapan fisik, termasuk makan dan tidur,” kata Iskandar. Saat skuad Asiana berpesta, para pemain Intan berduka. Habil dan kawan-kawan tertunduk karena tidak kuasa menahan kekecewaan. Intan selalu membayangi Asiana sejak pekan pertama, tetapi tidak mampu menaklukkan sang raja terakhir. Dalam kekecewaan, mereka tetap menunjukkan sportivitas dengan memberikan tepuk tangan saat selebrasi tim lawan. ”Kami belajar banyak di kompetisi ini. Pemain belajar bagaimana mengatasi ketidakpastian setiap pekan. Mental dan fisik juga diuji untuk tampil konsisten. Tidak hanya pemain, saya sebagai pelatih juga banyak belajar. Hari ini, harus diakui, saya salah merotasi pemain. Itu akan jadi pelajaran berharga,” kata pelatih Intan Yani Muhammad Yamin. Meski demikian, hasil pertandingan itu bukanlah akhir, baik bagi Asiana maupun Intan. Itu hanya permulaan. Perjalanan mereka masih panjang untuk mencapai mimpi jadi pesepak bola profesional. Asiana harus tetap rendah hati dan melanjutkan momentum prestasi. Intan bisa menjadikan kesedihan untuk bangkit dan jadi bahan bakar di masa depan. Sumber: Kompas

Festival SSB Anak Satria Muda Cup ke-3 Resmi Digelar

Festival SSB Anak Satria Muda Cup ke-3 Resmi Digelar

Festival SSB Anak Satria Muda Cup ke-3 yang bertempat di Stadion Gelora Banjar Patroman Langensari, resmi digelar pada hari Minggu (6/3/2022). Acara ini secara resmi dibuka oleh Wakil Wali Kota Banjar, H. Nana Suryana, S.Pd. Kegiatan yang diikuti oleh 30 tim SSB dari Kota Banjar serta Kabupaten tetangga ini mempertandingkan dua Ketegori usia, yaitu U-10 dan U-12. Dalam kesempatan itu, Wakil Wali Kota menyambut baik digelarnya kegiatan tersebut. Kegiatan seperti ini sangat penting dalam upaya pembinaan bakat dan prestasi anak-anak. “Anak-anak sekarang sudah terbiasa dan tidak bisa lepas dari gadget, jika pemakaian gadget tidak terkontrol maka akan berdampak buruk pada tumbuh kembang anak,” terangnya. Lebih lanjut, Wakil Wali Kota mengharapkan melalui kegiatan ini anak-anak melupakan gadget dan beralih ke sepak bola. Selain itu, Wakil Wali Kota juga berharap dengan digelarnya event seperti ini akan melahirkan atlet-atlet sepakbola baru di Banjar. Menurutnya, banyak sekali potensi atlet di Kota Banjar yang belum tergali potensinya. “Saya meyakini, kedepan akan lahir atlet muda yang mampu berprestasi baik di level regional maupun nasional. Selamat bertanding, semoga para atlet dapat bermain sportif, karena sportivitas adalah kunci keberhasilan kita di masa yang akan datang,” ucap Wakil Wali Kota Banjar di akhir sambutannya.

Tekad Football Academy Anima Mengembangkan Potensi Atlet di Binjai

Tekad Football Academy Anima Mengembangkan Potensi Atlet di Binjai

Berangkat dari keinginan untuk mengembangkan bakat anak muda khususnya di bidang olahraga kota Binjai, Nico Malau dan pembina Anton Hasibuan mendirikan Football Academy Anima. Sejak berdiri pada Agustus 2020 lalu, Football Academy Anima resmi menyelesaikan proses pembelian lahan untuk pembangunan fasilitas pelatihan. “Kini Academy Anima sedang dalam proses mendirikan sejumlah arena pendukung latihan, seperti lapangan futsal, asrama, gym dan beberapa sarana lain, guna menunjang bakat siswa yang bergabung disini, dan ini sah milik yayasan Anima sendiri,” beber Nico, Jum’at (23/4), dilansir dari Bratapos.com. Untuk lokasinya sendiri, berada di Jalan Markisa Kelurahan Limau Mungkur, Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara. “Kami telah berkordinasi dengan Camat Binjai Barat Samuel Lumbantoruan dan Pembina Yayasan ibu Sri Ulina Ginting S.Pd untuk mendukung apa yang telah direncanakan,” ujar mantan punggawa timnas itu. Pria yang sempat membela klub Semen Padang musim 2011-2012 itu menyampaikan bahwa pihaknya masih membuka seleksi bagi calon siswa yang berprestasi, dimana mereka akan mendapat beasiswa berupa pelatihan Acedemy Boarding School untuk kategori SMP dan SMA. “Nantinya Anima akan berjalan selaras dengan pendidikan, mengingat para siswa akan memasuki tahun ajaran baru. Selain itu, kami juga membuka kategori senior untuk persiapan Liga Futsal Nusantara (LFN),” ucap Nico. Untuk junior, pihaknya berencana mengadakan turnamen antar pelajar yang akan berlangsung bulan Mei mendatang. Bagi para siswa yang ingin sukses di bidang futsal dan sepak bola, baik dari daerah maupun luar daerah, Niko Malau masih membuka pendaftaran. Disisi lain, Kepala Dinas Pendidikan kota Binjai, Sri Ulina Ginting S.Pd mengaku mendukung gagasan Nico. Mnurutnya, apa yang direncanakan Yayasan sepak bols Anima memiliki korelasi terhadap program Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. “Saya sangat mendukung program Anima, karena itu merupakan suatu cara dalam mambentuk karakter anak. Artinya, sejalan dengan misi Kementrian Pendidikan,” pungkas Lina.

Ohee: SSB Harus Jadi Tumpuan Utama Pembinaan Atlet Usia Dini

Silas Ohee: SSB Harus Jadi Tumpuan Utama Pembinaan Atlet Usia Dini

Mantan pesepak bola profesional sekaligus pelatih kepala Sekolah Sepak Bola (SSB) Petra Sentani, Silas Iskandar Ohee menjelaskan pentingnya peran SSB sebagai tumpuan utama untuk menemukan dan mengasah para pemain sepak bola muda berbakat di tengah situasi semakin jarangnya kompetisi sepak bola usia dini yang berjenjang dan berkelanjutan. Ohee berharap, SSB mampu menciptakan sendiri program pelatihan sepak bola yang rutin dan berkelanjutan. SSB semakin menjadi tumpuan untuk menemukan dan mengasah pemain muda berbakat, karena pembinaan olahraga usia dini sulit mendapatkan dukungan dari pemerintah. Ohee menyatakan proses pembinaan atlet usia dini sesungguhnya lahir dari sistem kompetisi yang berjenjang. Idealnya, pemerintah daerah menyiapkan dukungan bagi pembinaan olahraga usia dini, baik dalam bentuk kompetisi rutin dan berjenjang, ataupun menyediakan fasilitas pendukungnya. “Seiring berjalannya waktu, kami sebagai pembina menyadari kalau pemerintah punya terlalu banyak fokus [perhatian]. Risiko kurang perhatian itu [semakin terasa] wajar bagi kami,” ujar Ohee dilanisir dari Jubi.co.id. Di sisi lain, mantan Kiper Arema Malang itu mengakui bahwa pembinaan dan pelatihan sejumlah SSB berjalan tanpa konsep yang jelas. Konsep itu termasuk kesiapan seluruh SSB untuk melaksanakan, mengikuti, serta mengelola kompetisi rutin yang berjenjang dan berkelanjutan. Kelemahan itu membuat pemerintah menjadi kebingungan, tidak mengetahui bagaimana cara untuk mendukung pembinaan atlet sepak bola usia dini. “[Kebanyakan dari] kita lebih suka tampil dengan kebiasaan ‘tiba masa, tiba akal’. Ada kegiatan, lalu  dadakan disesuaikan. Itu bagian dari [contoh] mengerjakan pembinaan dengan tidak terkonsep,” jelasnya. Berkaca dari berbagai kelemahan itu, mantan pemain Persidafon era 1990-an itu menyusun konsep kerja SSB Petra terencana dan berkesinambungan. Ohee kini mulai menyosialisasikan konsep itu dengan sejumlah koleganya yang juga menjadi pembina sejumlah SSB di Kabupaten Jayapura. “Saya sedang menyusun program kerja pelatih dengan sistem peer coaching. Program itu berfokus kepada penyebaran dan pengembangan ilmu kepelatihan sepak bola, termasuk sistem kerja sama terpusat. [Setiap] pelatih [harus] belajar menjadi pengajar dan pelatih sepak bola, [sekaligus] menjadi mitra pemantau kinerja pelatih yang lain,” kata Ohee. Ohee optimis penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional atau PON XX Papua akan menguntungkan bagi pembinaan olahraga usia dini di Papua, karena menambah jumlah sarana dan prasarana olahraga di Papua. Akan tetapi, para pemangku kepentingan olahraga di Papua harus mempersiapkan konsep yang jelas dalam memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana yang telah dibangun itu. “Saya optimis, kejayaan sepak bola Kabupaten Jayapura akan muncul kembali, pastinya dengan perencanaan yangg terukur. Hampir belasan tahun kami [melakukan] pembinaan, tapi hasilnya belum kelihatan. Itu cukup menjadi pelajaran berharga bagi kami,” ucapnya. Secara terpisah, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Jayapura, Yaan Yoku mengaku pembinaan olahraga bagi anak usia dini merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Yoku berharap pembinaan atlet usia dini itu dimulai dari inisiatif komunitas, termasuk SSB. “Kalau pada tingkatan atlet yang sudah siap, bukan tanggung jawab kami. Itu tanggung jawab KONI. Kami hanya melakukan pembinaan usia dini,” kata Yoku.

Melalui Jirex’s Football Academy, Kementerian Perdagangan Bina Talenta Muda Sepak Bola

Melalui Jirex's Football Academy, Kementerian Perdagangan Bina Talenta Muda Sepak Bola

Jirex’s Football Academy Indonesia yang merupakaan binaan dari Kementerian Perdagangan hadir sebagai wadah pembinaan dan mengembangkan potensi anak-anak daerah yang berprestasi di sepak bola, guna mewujudkan mimpinya menjadi pemain profesional. Akademi sepak bola yang dibentuk pada 6 Januari 2019 lalu ini mengakomodir anak-anak daerah yang potensial, yang kurang terakomodir untuk bersaing di nasional. Mereka akan dibina secara profesional dan masuk program reguler. Tentu dengan fasilitas yang tergolong bagus dan lengkap. Usia yang dibina mulai dari anak kelahiran tahun 2006, 2007 dan 2008. Bagi anak-anak yang lolos ke akademi ini akan tinggal di dalam mes. Selain latihan (termasuk gym), sekolah anak-anak pun diperhatikan. Selain itu, anak-anak tidak hanya diasah bakat sepak bola, mereka juga akan diperhatikan dari sisi karakter. Harapannya, para anak-anak ini tidak hanya berbakat di lapangan saja melainkan di luar lapangan juga memiliki karakter yang baik. “Senin mereka latihan sore, Selasa latihannya pagi dan sore, hari Rabu mereka renang, hari Kamis latihan pagi dan sore, di Jumat, mereka akan Gym, Sabtu ada latihan pagi dan sore, sedangkan Minggu ada game, baik itu ikut turnamen, trofeo dll,” ujar Yendra Gandi selaku ketua Jirex’s Football Academy Indonesia, yang juga ASN di Kementerian Perdagangan, dilansir dari Tribun News. Ingin memberikan sumbangsih bagi negara di bidang sepak bola, akademi ini pun ketat dalam mengontrol anak khususnya berkaitan dengan sosial media. Di dalam mes tim, aturan belajar, berlatih pun telah tertata. Anak-anak hanya memegang handphone saat jam belajar baik pagi dan malam. “Di mes, kala pagi anak-anak latihan, kemudian belajar. Disini kami mengizinkan mereka menggunakan Handphone karena belajar saat ini kan sistem online. Setelah belajar usai, handphone kami kumpulkan. Sore kami salat berjamaah. Malam kami makan bersama dan baca Alquran bagi agama muslim, setelahnya kami memberikan handphone guna mereka belajar online, lalu akan kami kumpulkan jam 21.00 WIB,” ucapnya. Etika seorang atlet pun diajarkan kepada anak-anak. Karakter seorang atlet, baik disiplin dan sikap menjadi program utama di akademi ini sebelum masuk ke tahap teknik dan taktikal. Saat ini, dalam tim reguler berisikan 18 pemain yang berasal dari daerah Surabaya, Sidoarjo, Yogyakarta, Bengkulu, Sumatera Barat dan Riau.

Setelah EPA dan Akademi, PSS Sleman Berencana Kembangkan SSB

Setelah EPA dan Akademi, PSS Sleman Berencana Kembangkan SSB

PSS Sleman semakin menaruh perhatian khusus terhadap pembinaan talenta-talenta pesepak bola muda Indonesia melalui Development Center-nya. Sebelumnya, Development Center PSS telah merintis Elite Pro Academy (EPA) yang sudah tampil di Liga 1 berbagai level usia pada 2019. Setelah itu, PSS juga sudah gencar melakukan pembinaan usia muda melalui akademi klub. Ke depannya, klub yang bermarkas di Stadion Maguwaharjo ini juga berencana mengembangkan soccer school atau sekolah sepak bola (SSB). Hal tersebut diutarakan oleh Guntur Cahyo Utomo selaku Kepala Development Center PT Putra Sleman Sembada (PT PSS), Jum’at (27/11/2020). “Di Development Center PSS ini ada tiga program yang kaitannya langsung dengan pengembangan pemain,” ujarnya, dilansir dari Detik Sport. Kemudian apa perbedaan dari EPA, akademi klub, dan SSB di PSS Sleman? Menurut Guntur, soccer school atau SSB diperuntukkan bagi anak-anak yang ingin mengenal sepak bola. Terutama bagi anak-anak yang ingin merasakan latihan ala PSS. “Tujuan pertama tetap memfasilitasi lebih banyak anak untuk merasakan metodologi PSS Sleman. Merasakan bagaimana berlatih lalu berproses dengan pengelolaan yang jauh lebih intensif,” jelasnya. Sementara EPA merupakan atlet-atlet yang memang dinilai memiliki potensi cukup besar untuk bisa dikembangkan ke level permainan yang lebih tinggi. “Jadi ini memang hasil seleksi, hasil rekomendasi, serta banyak hal yang kami lakukan. Kami berharap ke depan bisa mendapatkan talenta-talenta top yang memang bagus di sepak bola. Mereka bisa kami tingkatkan dengan cepat agar dapat bergerak lebih cepat ke level top,” kata Guntur. Berbeda dengan EPA, akademi klub lebih fokus mematangkan potensi talenta muda untuk memulai karier profesional. “Di layer kedua ada akademi. Di pembinaan sepak bola itu ada yang namanya late developer, jadi perkembangan anak-anak yang relatif lambat. Di masa mudanya mereka tidak begitu terlihat, cenderung diragukan apakah bisa mencapai level top atau tidak,” kata Guntur. “Tujuan akademi ini salah satunya adalah memfasilitasi talent-talent yang seperti itu. Sudah tampak potensinya, tetapi belum maksimal. Masih harus menunggu satu dua tahun untuk mencapai titik optimal mereka dalam berkembang. Mereka ini yang juga harus dipelihara karena seringkali bakatnya sangat bagus tetapi belum begitu tampak,” lanjutnya. Namun, Guntur menjelaskan jika SSB ini masih embrio. Pihaknya baru mematangkan semua persiapannya karena direncanakan untuk jangka panjang. “Jadi soccer school ini masih embrio, mungkin belum akan berjalan tahun ini atau tahun depan, tetapi untuk jangka panjang,” ucapnya. Mekanismenya, yaitu pihaknya akan mengelola SSB secara sistematis. Sehingga SSB bisa tertata dan profesional. “Saya tidak mengatakan bahwa teman-teman di SSB tidak sistematis, bukan. Tetapi, kami memperkenalkan metodologi, memperkenalkan cara berlatih, memperkenalkan cara bermain sesuai dengan apa yang kami yakini benar,” tegasnya.

Demi Kompetisi EPA 2020, Klub Liga 1 dan PSSI Tidak Menghargai SSB, DIKLAT SB & AKADEMI SB.

PSSI

Menjelang bergulirnya Elite Pro Academy (EPA) Liga 1 PSSI U-16. U-18, dan U-20 tahun 2020, kini banyak beredar iklan lewat media sosial tentang seleksi terbuka yang dilakukan oleh berbagai klub Liga 1 PSSI. Yang lebih memprihatinkan adalah, iklan-iklan tersebut ditujukan untuk mencari pemain dari berbagai daerah, untuk di ambil sebagai pemain klub bersangkutan, dengan cara registrasi secara online. Iklan pun di share terbuka melalui instagram dan medsos lain secara resmi oleh klub-klub pencari pemain. Luar biasanya setiap pemain yang akan ikut seleksi terbuka, dipungut biaya. Ada yang dalam iklan menyampaikan pemain asal daerah dari klub berdomisili gratis, namun pemain dari luar daerah membayar. Ada yang memungut biaya tiga ratus ribu rupiah, ada yang memungut biaya dua ratus ribu rupiah per pemain. Namun, panitia seleksi dari klub-klub tersebut juga secara resmi mengumumkan bahwa seleksi dibatasi hingga ratusan pemain. Ini cara-cara tak “sopan” klub liga 1, mencari pemain gratisan, juga mencari “recehan” dari orangtua pemain. Sungguh memalukan. Lalu, siapa sasaran pemain seleksi yang diincar para klub Liga 1 tersebut? Jelas anak-anak yang selama ini sudah dibina oleh Sekolah Sepak Bola (SSB) atau Akademi Sepak Bola (ASB) atau Diklat Sepak Bola (DSB) yang sudah terlebih dahulu menjadi pembina secara resmi. Cara-cara yang kini dilakukan oleh klub-klub Liga 1 demi memiliki pemain untuk kompetisi EPA U-16, U-18, dan U-20 secara gratisan, tanpa membina pemain, bahkan saat melakukan seleksi terbuka juga memungut biaya, sungguh menciderai sportivitas pembinaan sepak bola akar rumput (usia dini dan muda). Dari regulasi PSSI sendiri, klub-klub peserta Liga 1, wajib memenuhi syarat bahwa pemain EPA setiap klub wajib menjadi pemilik klub, dan saat merekrut pemain dengan seleksi terbuka atau tak terbuka, pemain dari SSB atau ASB atau DSB yang terpilih harus minta Surar Keluar dari SSB atau ASB atau DSB bersangkutan. Memang tidak semua klub liga 1 melakukan cara-cara “picik” merekrut pemain tanpa membina, ada juga Klub liga 1 yang memang sudah memiliki pemain binaan sendiri.

Turnamen Asiana Cup V Kembali Bergulir, Wujud Konsistensi ASS Lakukan Pembinaan Sepak Bola Usia Dini

Agus Gumiwang Kartasasmita, Pendiri ASS, membuka Asiana Cup V/2019. Menurutnya pembinaan usia dini sangat penting. (Adt/NYSN)

Jakarta- Turnamen sepak bola usia dini Asiana Cup kembali dihelat di Lapangan Panahan, Komplek Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, pada 2-3 Maret 2019. Asiana Cup merupakan event tahunan yang diselenggarakan Asiana Soccer School (ASS). Tahun ini, turnamen ini telah memasuki penyelenggaraan kelima. Event yang diperuntukan bagi kelompok usia (KU) 10 tahun itu sekaligus merupakan ajang bertemunya anak-anak bertalenta dari berbagai kota dan mancanegara yang siap berlaga secara sportif. Pada Asiana Cup V/2019 diundang 9 SSB (Sekolah Sepak Bola) terbaik dari berbagai kota di Tanah Air, seperti Jakarta, Bandung, Medan, Yogyakarta, Semarang, dan Malaysia. Agus Gumiwang Kartasasmita, Pendiri ASS, mengatakan pembinaan sepak bola usia dini mutlak diperlukan jika Indonesia ingin menorehkan prestasi di level Asia Tenggara maupun Asia. “Penting untuk dilihat dari anak-anak usia dini yakni menanamkan dasar-dasar sepak bola dan menguasai wawasan dalam bermain sepak bola. Karena tidak mungkin mereka bisa berprestasi nantinya tanpa adanya pembinaan usia dini,” ujar Agus Gumiwang usai membuka turnamen Asiana Cup V, di Lapangan Panahan, Kompleks GBK Senayan, Jakarta, Sabtu (2/3). Ditegaskannya, semua stakeholder yang konsen terhadap sepak bola memiliki tanggung jawab bersama untuk melahirkan pemain yang bagus. “Indonesia tidak pernah kekurangan talenta-talenta muda sepak bola. Dan untuk menciptakan pemain yang memiliki karakter permainan yang bagus dimulai dari usia dini,” lanjut pria yang juga menjabat sebagai Menteri Sosial (Mensos) RI itu. Sementara itu, Galih Dimuntur Kartasasmita, Presiden Direktur (Presdir) PT Asiana Raga Prestasi, menyebut dari gelaran Asiana Cup yang telah memasuki tahun kedua, dan penyelenggaraan kelima ini diharapkan lahir bibit pemain usia dini yang nantinya bisa membawa harum nama Indonesia di tingkat internasional. “Kami melihat anak-anak ini merupakan bibit dan masa depan sepak bola bukan hanya di Indonesia, tapi juga Asia. Sehingga kami konsisten menggelar turnamen Asian Cup ini,” jelas Galih. Menurutnya, kunci dari pengembangan sepak bola terdapat di usia dini. Ia mencontohkan keberhasilan tim nasional (Timnas) U-22 yang berhasil menjadi kampiun di ajang AFF tak lepas dari peran pembinaan usia dini. “Ini menjadi tugas dan tanggung jawab dari orang tua, pelatih, dan semua pihak untuk membawa mereka ke level yang lebih tinggi,” tutur Galih. Sedangkan Luthfi Kamal Baharsyah, salah satu skuat Timnas U-22 yang sukses merajai Piala AFF U-22/2019, meminta para pemain tampil penuh semangat tinggi dan bisa menujukan sportifitas ketika bertanding. “Untuk semuanya bisa bermain dengan semangat dan sportif serta jangan takut bermimpi, semoga bisa membela timnas nantinya,” tukas Luthfi. (Adt)

Masuki Tahun Ketiga, Kompetisi Piala Menpora Usia Berjenjang Libatkan Ribuan SSB di Indonesia

Jakarta- Tekad Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menggelar sepak bola berjenjang diharapkan akan terlaksana pada 2034. Piala Menpora yang menginjak tahun ketiga kompetisi usia muda, diklaim bisa memberi kontribusi bagi sepak bola nasional. “Kami ingin melahirkan pesepak bola berbakat ke depan lewat kompetisi usia muda. Kami percaya itu karena fondasi bisa diciptakan,” kata Menpora Imam Nahrawi, pada Rabu (11/4). Dengan penduduk berkisar 250 juta, kesempatan menggali bibit muda terbuka lebar dan peluang menuju hal itu diharapkan dibuka oleh ajang semacam Piala Menpora. “Negara lain akan melihat Indonesia. Sebagai negara besar yang punya potensi, karena banyak bibit pesepak bola muda,” kata Imam. Sepak bola juga harus mampu melahirkan suasana kegembiraan. Apalagi itu juga himbauan Presiden Jokowi bahwa olah raga apalagi sepak bola bisa menghadirkan suasana yang penuh dengan hal positif. Piala Menpora akan menggelar 5 kelompok umur lagi pada 2018, yakni dari U-12, U-14, U-16, dan Liga Mahasiswa U-21. Selain itu ada Liga Santri. Launching sepak bola berjenjang Rabu (11/4) di Kemayoran sangat meriah dan akan dilanjutkan Bimtek mulai Kamis (12/4) hingga Jumat (13/4). Diikuti seratus lebih para pengelar di daerah serta para pejabat Kemenpora yang hadir diisi atraksi. Juga hadir mantan kapten timnas Firman Utina. Sebelumnya, Deputi III Pembudayaan Olahraga, Raden Isnanta, menyatakan perhelatan tahun ini akan melibatkan sekitar 6 ribu SSB plus klub, atau tim sepak bola mahasiswa. “Kami merencanakan kick-off atau pertandingan pembuka pada 27 April 2018 di Atambua, NTT,” kata Isnanta. Bahkan even yang berputar lebih dari 4 bulan di kabupaten/kota se-Indonesia ini, untuk kick off tingkat provinsi di Bangka Belitung dan seri nasional, berlangsung di dua tempat Balikpapan dan Jawa Barat. “Untuk menggelar seri kabupaten/kota dan provinsi anggarannya dari kekuatan lokal, sedangkan seri nasional kami bantu APBN dan sponsor, sekaligus untuk pemenang seri U-12 dan lainnya, kami akan kirim ke luar negeri sebagai bonus juara,” urainya. Para operator Kompetisi ini di U-12 ada Zuhri Imron Putra dari Fossbi, U-14 Subagja dari Blisbi, U-16 ada M. Kusnaeni dari Menejemen Kompetisi, Liga Santri ada Habib dan Liga Mahasiswa U-21 ada Askab PSSI Kabupaten Brebes, Heri Fitriansyah. (Dre/Ham)

Apresiasi Potensi Atlet, SKO Ragunan Pantau SSB Ke Tulehu di Maluku

SKO Ragunan melakukan pemantauan bibit muda di Kampung Bola Tulehu, Maluku. (net)

Jakarta- Pemerintah berperan aktif dalam melakukan pembinaan terhadap talenta muda. Hal itu dilakukan Sekolah Khusus Olahraga (SKO) Ragunan, dengan memantau langsung terhadap 10 Sekolah Sepak Bola (SSB) di wilayah Asosiasi PSSI Provinsi Maluku dan 1 Pendidikan dan Latihan (Diklat) Pusat Pembinaan dan Latihan Pelajar (PPLP) Maluku. Rudi Alaidin, Kepala Sub Bidang Pengembangan SKO Ragunan, menjelaskan program pemantau yang dilakukan bersama Asosiasi PSSI Provinsi Maluku merupakan bentuk apresiasi terhadap daerah yang memiliki potensi besar bibit sepak bola. Selain itu, lanjutnya, dipilihnya Maluku karena memiliki kontribusi bagi tim nasional (Timnas) Indonesia. Sebab, tambah Rudi, setelah era Abduh Lestaluhu (pesepak bola nasional), tak ada lagi perwakilan Indonesia Timur di SKO Ragunan. “Kendala lain yakni minimnya dana yang dimiliki daerah dan orang tua untuk mengirimkan anaknya mengikuti seleksi nasional SKO Ragunan di Jakarta. Ini juga salah satu alasan kami melakukan pemantauan secara langsung ke Maluku,” beber Rudi, akhir pekan lalu. Senada, Pura Darmawan, Kepala Bidang SKO Ragunan, mengatakan berdasarkan alasan tersebut pihaknya melalui Asisten Deputi (Asdep) Pengelolaan Pembinaan Sentra dan Sekolah Olahraga Ragunan memantau bibit muda di Maluku. “Calon atlet yang terpilih dari pemantauan ini dianggap mampu untuk ikut bersaing pada saat seleksi nasional SKO Ragunan April mendatang di Jakarta,” tukasnya. Pemantauan dilaksanakan selama 2 hari, yakni 3-4 Maret 2018 di lapangan Matawaru Tulehu, Maluku. Dari 10 SSB, terdapat 90 pemain yang datang dari berbagai daerah di wilayah Maluku serta 1 Diklat PPLP Maluku. (Adt)

Luar Biasa, Anak Penjual Nasi Uduk ini Mengukir Prestasi ke Jepang

Irvan yang mentorehkan prestasi saat menjadi 5 besar di Jepang mewakili DKI Jakarta

Muhammad Irvan Maulana yang kesehariaannya sering di sapa dengan panggilan Irvan adalah remaja yang duduk di kelas 3 SMA Darusalam Ciputat, Tangsel. Remaja ini menyenangi sepak bola sedari kecil, di mulai saat dirinya berumur 6 tahun. Bergabung di SSB villa 2000 Pamulang, Ivan pernah menjuarai turnamen futsal antar sekolah menengah pertama se Kota Tangsel saat dirinya masih duduk di bangku SMP tahun 2013, kala itu Ivan bersekolah di SMP Arayisa Pamulang. Pada tahun yang sama tahun 2013, Ivan terpilih mengikuti turnamen Sister city yang berlangsung di Jepang, mewakili DKI Jakarta yang dipilih dari tiap sekolah sepak bola (SSB). Turnamen Sister city yang diikuti oleh 16 negara ini berlangsung selama kurang lebih 2 minggu dan tim Irvan berhasil masuk dalam urutan 5 besar. Remaja yang juga sangat menyukai sate ayam ini mengatakan kepada NYSN bahwa olah raga Futsal tidak sulit. “Menekuni sepak bola dan futsal tidak sulit kok, aturan mainnya sangat sederhana, apalagi saya di arahkan oleh pelatih futsal yang berpengalaman.” Papar Irvan yang tak lain anak dari ibu Sawi yang kesehariannya berprofesi sebagai penjual nasi uduk. Atas prestasinya ini Irvan berharap mendapatkan hasil yang baik bagi masa depannya, guna membantu ekonomi orangtuanya. “Saya berharap dengan prestasi yang berhasil saya raih, akan mampu membantu ekonomi keluarga, dan semoga ke depan bisa mendapatkan pekerjaan yang layak bagi saya.” Harap Irvan yang telah berhasil menyabet gelar juara 1 dalam ajang perebutan trophy Dispora Kota Tangerang Selatan.(bgs/adt)