Lampaui Target, Tenis Ganda Campuran Genapkan Emas Kontingen Indonesia Menjadi 10

Ekspresi petenis ganda campuran Indonesia Christopher Rungkat dan Aldila Sutjiadi, usai menekuk pasangan Thailand Sonchat Ratiwatana/Luksika Kumkhum pada laga final tenis ganda campuran Asian Games 2018 di Jakabaring Sport City, Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (25/8). (INASGOC)

Jakarta- Ganda campuran Christopher Rungkat/Aldila Sutjiadi mengakhiri puasa medali emas cabor tenis, di Asian Games yang kali terakhir diraih 16 tahun silam. Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, hadir menyaksikan pertandingan kali ini. Bahkan, kursi penonton pun nyaris penuh. Melawan pasangan Thailand Sonchat Ratiwatana/Luksika Kumkhum, di Jakabaring Sport City (JSC), Palembang, Sabtu (25/8/), partai ini memang diprediksi panas. Beberapa nomor seperti ganda putri dan tunggal putri, Indonesia sudah gagal meraih emas. Ganda campuran menjadi harapan terakhir Indonesia. Dobel Indonesia menang dengan skor 2-1. Sempat unggul di set pertama 6-4, kalah di set kedua 7-5, akhirnya Christopher/Aldila menyudahi set ketiga, dengan hasil akhir 7-10. Kerja keras keduanya ini, selain mendapat medali emas, juga bakal dipromosikan menjadi pegawai negeri sipil, dan akan diganjar hadiah uang Rp 1,5 miliar dari Menpora. Usai laga, Aldila mengaku, jika prestasi Asian Games 2018 ini jadi gelar pertama, sekaligus keikutsertaan pertamanya, di pesta multievent terbesar kedua, setelah Olimpiade. “Saya persembahkan gelar ini untuk orang tua saya, yang banyak berkorban untuk saya sejak kecil, serta memberikan dukungan atas pilihan saya berkarir di tenis. Mungkin tanpa mereka, karir saya di tenis tidak berlanjut,” ujar Aldila terharu. Kendati keduanya dijagokan sejak awal meraih medali, namun peluang merebut emas dinilai sangat berat. Pengurus Pusat Persatuan Tenis Seluruh Indonesia (PP Pelti) justru menargetkan Christopher/Aldila memberi satu perunggu setelah mereka menembus semifinal. Nyatanya, dobel Merah Putih ini melenggang ke final, usai menaklukkan wakil Jepang Erina Hayashi/Kaito Uesugi 7-6(3), 6-4, di babak empat besar, dan memastikan meraih medali emas Asian Games 2018. Dari statistik, Christopher/Aldila total membuat kesalahan sendiri 26 kali, sedangkan Luksika/Sonchat hingga 33 kali. Kali terakhir tenis berhasil menyumbangkan untuk Indonesia, di Asian Games pada edisi 2002, saat digelar Busan, Korea Selatan. Pada Asian Games ke-14 itu, tenis meraih emas dari nomor beregu putri. Ketika itu, tim beregu putri menang 2-1 atas Jepang. Skuat Indonesia saat itu, dihuni Liza Andriyani, Wynne Prakusya, Wukirasih Sawondari, dan Angelique Widjaja. Sementara ganda campuran, Indonesia kali terakhir berhasil meraih emas, pada edisi Asian Games 1990, melalui pasangan Yayuk Basuki dan Hary Suharyadi. Keduanya menumbangkan ganda campuran Korea Selatan, Yoo Jin-sun/Kim Il-soon. Sukses Christopher/Aldila berhasil menjadi penghapus dahaga medali emas bagi tenis Indonesia, di ajang multievent empat tahunan di Asia tersebut. Busan 2002 menjadi Asian Games terakhir tenis Indonesia, bisa menyumbangkan medali emas. Di Doha 2006, Guangzhou 2010, dan Incheon 2014, tim merah putih gagal merebut satu medali dari tenis. Hasil positif ini diharapkan menjadi pemicu prestasi cabor tenis yang kali terakhir meraih emas pada 16 tahun silam. Kemenangan ini turut mengobati kegagalan Christopher/Aldila di nomor lain. Bersama Justin Barki, Christopher langsung kalah di babak dua ganda putra. Untuk Aldila melangkah hingga perempat final tunggal putri Asian Games 2018. Hasil emas ini melebihi target pemerintah melalui Kemenpora kepada PP PELTI. Sebab, Kemenpora tak meminta medali emas dari cabor tenis di Asian Games 2018. Atas pencapaian ini, Indonesia mengumpulkan total 38 medali, yakni 10 emas, 12 perak dan 16 perunggu, dan sementara ini berada di peringkat kelima Asian Games 2018. Di atas terdapat China (1), Jepang (2), Korea Selatan (3) dan Iran (4). (Ham) Laga Christopher/Aldila Meraih Medali Emas Asian Games 2018 Babak 32 Besar Christopher Rungkat/Aldila Sudjiadi vs Sarah Mahboob Khan/Muzammil Murtaza (Pakistan) : 6-3, 62 Babak 16 Besar Christopher Rungkat/Aldila Sudjiadi vs Nicha Lertpitaksinchai/Sanchai Ratiwatana (Thailand) : 7-5, 61 Perempat Final Christopher Rungkat/Aldila Sudjiadi vs Rohan Bopanna/Ankita Raina (India) : 4-6, 6-3, (10-8) Semifinal Christopher Rungkat/Aldila Sudjiadi vs Uesugi Kaito/Hayashi Erina (Jepang) : 7-6 (3), 6-4 Final Christopher Rungkat/Aldila Sudjiadi vs Luksika Kumkhum/Sonchat Ratiwatana (Thailand) : 6-4, 5-7, (10-7)

Siswa Kelas XII SMA Negeri Olahraga (SMANOR) Palu, Jadi Atlet Termuda Peraih Emas AG 2018 Kontingen Indonesia

Rio Rizki Darmawan, salah satu anggota tim dayung (Rowing) Indonesia di nomor kelas ringan delapan putra, menjadi peraih emas termuda kontingen Indonesia di Asian Games 2018. Rio saat ini baru menginjak usia 15 tahun. (cnnindonesia.com)

Jakarta- Salah satu anggota tim dayung (Rowing) Indonesia di nomor kelas ringan delapan putra, Rio Rizki Darmawan, adalah atlet termuda peraih emas Asian Games 2018 kontingen Tim Merah Putih, sejauh ini. Rio bahkan masih tercatat sebagai siswa kelas XII SMA Negeri Olahraga (SMANOR) Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah. Rio yang berasal dari Kulawi, kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, masuk pelatnas dayung Asian Games, usai tampil di Pekan Olahraga Nasional 2018 di Jawa Barat. Sejak itu Rio menjadi andalan Indonesia. Saat di PON XIX Jawa Barat, Rio sebetulnya tampil biasa saja. Bukan prestasi yang mengagumkan, karena hanya medali perunggu di nomor single sculss kelas ringan (LM1x) putra, yang ia torehkan. Namun, prediksi PB Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) tidak salah. Ia lolos pelatnas dan menjadi tim dayung Indonesia di Asian Games 2018. Atlet binaan Pusat Pembinaan dan Latihan Pelajar (PPLP) Pemprov Sulteng ini, bahkan kini berprestasi meraih emas pertama di cabor dayung. Salah satu yang faktor yang membuat PODSI kepincut dengan bakat Rio, karena kemampuannya yang mudah beradaptasi. Berkaca dari PON di Jawa Barat, Rio tetap bisa meraih medali perunggu, meski memakai peralatan yang belum pernah dipakainya, saat persiapan. Pada Kejuaraan Nasional Dayung dan Asian Rowing di Palembang, Sumatera Selatan, Desember 2017, Rio mulai menunjukkan prestasi, saat menyabet satu emas dan satu perak. Tahun ini, Rio membawa tim dayung Indonesia meraih dua emas di Belanda, dalam rangka TC Asian Games 2018. Masing-masing satu emas di kejuaraan di Bosban, Amsterdam, dan di Kejuaraan Holland Beker. Prestasi Rio di dayung pun terus mengalami peningkatan selama mengikuti pelatnas. Di Asian Games 2018, remaja kelahiran Kulawi, 11 Februari 2003, akhirnya mencatatkan namanya, sebagai peraih medali emas termuda sementara, dengan usia 15 tahun. Sedangkan, untuk peraih emas Indonesia tertua di Asian Games kali ini, menjadi milik atlet cabor paralayang, Hening Paradigma, yang sudah berusia 32 tahun. Selain itu, medali emas Rio, juga merupakan emas pertama bagi Indonesia dari cabang dayung, di event multi-cabor terbesar di Asia. Dalam Asian Games, prestasi terbaik tim dayung Indonesia, hanyalah meraih medali perak dari nomor single sculls putra, pada Asian Games 1998 di Bangkok, Thailand, melalui Lasmin. Selebihnya, Indonesia hanya bisa meraih lima perunggu dari nomor kelas ringan coxless empat putri di Asian Games 1990, kelas ringan coxless empat putra di 2002, kelas coxless empat putra di 2006, single sculls putri di 2006, dan kelas ringan quadruple sculls, di 2014. (Ham)

Menangi Laga Ketat Lawan Wakil Korea, Liliyana Natsir : Mereka Bukan Pasangan yang Junior Banget

Ganda Campuran Indonesia Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (merah) melangkah ke babak perempat final, cabang bulutangkis perorangan Asian Games 2018, pada Jumat (24/8), usai menekuk perlawanan ketat, wakil Korea Selatan, Seo Seung Jae/Chae Yujung. (Riz/NYSN)

Jakarta- Ganda Campuran utama Indonesia Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir mendapatkan perlawanan ketat dari wakil Korea Selatan, Seo Seung Jae/Chae Yujung, di babak 16 besar cabang bulutangkis perorangan Asian Games 2018, pada Jumat (24/8), setelah di babak 32 besar mendapatkan bye. Tampil di Istora Senayan, Jakarta, Owi/Butet, sapaan akrabnya, sempat memimpin di interval gim pertama 11-8. Namun Seo/Chae mengimbangi perlawanan tuan rumah. Kerja keras dobel Korea ranking 82 dunia tak sia-sia. Mereka mampu mengimbangi hingga kedudukan 19-19. Namun, peraih gelar All England tiga kali berturut-turut (2012, 2013, 2014) membuktikan kelasnya sebagai dobel dunia dengan tampil tenang di poin kritis, dan menutup gim pertama dengan skor 22-20. Pasangan Pelatnas PBSI Cipayung itu makin percaya diri di gim kedua. Kembali memimpin di interval gim kedua 11-7, performa Owi/Butet makin impresif. Mereka tak memberikan kesempatan pada lawan untuk memundi angka secara mudah. Setelah memainkan laga selama 45 menit, akhirnya peraih medali emas Olimpiade 2016, Rio de Janeiro, Brasil itu mengunci kemenangan dengan skor 21-17. Usai laga, Butet mengatakan dirinya bersama Owi tidak kaget bakal mendapatkan perlawanan ketat. “Mereka bukan pasangan yang junior banget, dan sering ikut pertandingan level tinggi. Apalagi mereka pemain kidal, karena kami biasa ketemu pemain bertangan kanan,” ujar pemain kelahiran Manado, Sulawesi Utara (Sulut), 32 tahun silam itu. Senada, Owi mengungkapkan Seo/Chae merupakan pemain bagus, terlebih mereka pasangan muda dan mainnya sangat cepat. “Kalau kami lengah bisa berbahaya,” jelas pria Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah (Jateng), 18 Juli 1987 itu. Di babak perempat final, unggulan tiga ini akan meladeni perlawanan pemain non unggulan asal Hongkong, Lee Chun Hei Reginald/Chau Hoi Wah yang menang atas Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia), rubber game, 21-17, 19-21, dan 28-26. Sementara itu, tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting butuh waktu 27 menit untuk lolos ke babak 16 besar. Ia memulangkan wakil Iran Mehran Shahbazi yang berperingkat 403 dunia, di babak 32 besar, dalam pertarungan dua game langsung, 21-9 dan 21-8. Terkait kondisi kram paha kiri yang dialami pebulutangkis berusia 21 tahun, kelahiran Cimahi, Jawa Barat (Jabar) itupun, diakuinya sudah membaik. “Puji Tuhan sudah membaik dibandingkan dengan kemarin. Selama pemulihan, saya mendapatakan perhatian lebih dari tim fisioteraphy,” ujar Anthony usai laga. Ia mengalami kram paha kiri saat melakoni laga dramatis di partai final nomor beregu kontra China, pada Rabu (22/8). Anak pasangan Edison Ginting (ayah) dan Lucia Sriati (ibu) itu harus mundur di gim ketiga ketika berjumpa dengan tungal utama Negeri Tirai Bambu, Shi Yuqi. Indonesia akhirnya kalah 1-3 dari China. Di babak 16 besar, pemenang kompetisi MILO School Competition kategori tunggal putra SD pada 2008 itu kembali menjajal kekuatan wakil Jepang sekaligus unggulan dua, Kento Momota. Pertemuan mereka merupakan laga ulangan semifinal beregu putra. Pemain asal klub SGS PLN Bandung itu, kalah rubber game, 21-14, 14-21, dan 16-21. (Adt)

Rapor Merah Luis Milla Berlanjut, Indonesia Kandas Dari UEA di 16 Besar Lewat Adu Penalti

Kiprah Timnas U-23 di Asian Games 2018 harus berakhir dengan dramatis. Hansamu Yama dkk akhirnya kalah, lewat drama adu penalti 4-3 dari Uni Emirat Arab (UEA), setelah pertandingan pada waktu normal berakhir dengan skor 2-2. (Pras/NYSN)

Jakarta- Timnas U-23 harus tersingkir di babak 16 besar Asian Games 2018. Hal ini terjadi setelah Evan Dimas dan kawan-kawan kalah adu penalti 3-4 dari Uni Emirat Arab (UEA) di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Jumat (24/8). Adu penalti harus dilakukan setelah kedua tim bermain imbang 2-2 selama 120 menit. Timnas U-23 langung kecolongan pada menit 19. Pasukan Luis Milla dihukum penalti usai Andy Setyo melanggar Zayed Alameri. Zayed maju sebagai algojo sukses menceploskan bola. Gol balasan Indonesia diciptakan Alberto Goncalves pada menit 52. Pemain naturalisasi asal Brasil tersebut berhasil menyontek bola yang dikirimkan Septian David. Sial bagi tuan rumah, Timnas U-23 kena hukuman penalti lagi pada menit 62. Kapten Hansamu Yama melakukan kesalahan fatal dengan melanggar Aldarmki Shaheen di kotak terlarang. Almari Zayed yang kembali maju sebagai eksekutor, sukses menyarangkan bola. Di sisa waktu, Timnas U-23 menyerang UEA habis-habisan untuk menyamakan kedudukan. Usaha ini tak sia-sia, karena Stefano Lilipaly sukses mengubah skor jadi 2-2 di masa injury time. Di babak perpanjangan waktu, kedua masih terus jual beli serangan. Namun, tak ada gol tambahan yang tercipta dan pertandingan terpaksa dilanjutkan ke adu penalti. Stefano Lilipaly menjadi algojo pertama Indonesia dan sukses menjebol gawang UEA. Ahmad Alhashmi menyamakan skor. Penendang kedua Indonesia, Septian David Maulana, gagal menuntaskan tugas. Bola hasil hasil tendangannya melambung. Zayed Al-Ameri membawa UEA unggul 2-1. Beto Goncalves sukses menjebol gawang UEA dan kedudukan menjadi 2-2. Khaled Al-Dhanhani sukses menipu Andritany dan kembali membawa UEA unggul 3-1. Saddil Ramdani sebagai algojo keempat Indonesia gagal. Bola hasil tendangannya ditangkap kiper UEA, Mohamed Al-Shamsi. Drama berlanjut. Giliran UEA yang gagal menjebol gawang Andritany. Hargianto sukses memperpanjang napas Indonesia, skor menjadi 3-3. Uni Emirat Arab akhirnya memastikan kemenangan, setelah Abdulla Husain menjebol gawang Andritany. Kegagalan Timnas U-23 ini makin menegaskan reputasi buruk Milla. Dalam beberapa pertandingan sebelumnya melawan tim-tim asal Timur Tengah, dibawah Milla, Indonesia sangat lemah. Sebelumnya, Garuda muda sempat menghadapi Bahrain dan Suriah. Dari kedua laga tersebut, Indonesia tak satupun sanggup memenangkan pertandingan. Hal serupa kembali terulang, saat Timnas U-23 takluk oleh tim asal Timur Tengah lainnya, Palestina, dengan skor tipis 1-2, pada laga penyisihan kedua Grup A Asian Games 2018, Rabu (15/8). Berdasarkan statistik partisipasi, rekor UEA sejatinya memang lebih baik dari Indonesia, di Asian Games. UEA tampil dalam cabor sepak bola Asian Games sebanyak empat kali, dan menjalani 17 laga. Total tujuh kemenangan, dalam dua edisi terakhir, dan menjadikan The Falcon selalu lolos ke delapan besar. Bahkan, pada 2010, mereka menembus final dan meraih medali perak, paska dikalahkan Jepang. Empat tahun lalu, langkah mereka pun terhenti saat mencapai babak delapan besar. Usai mengalahkan Vietnam di 16 besar, mereka lalu takluk dari Korea Utara. Sebaliknya, prestasi terbaik Indonesia dalam gelaran sebelumnya adalah lolos hingga ke babak 16 besar. Tampil di Asian Games 2014, In cheon, Korea Selatan, Garuda Muda akhirnya dihentikan Thailand. Sebelum Asian Games 2018, tim merah putih melakoni 7 laga di Asian Games, dengan torehan 2 kemenangan dan empat kali kalah. (Dre) Rekor Indonesia Di ASIAN GAMES 2002 tidak berpartisipasi 2006 babak kualifikasi pertama 2010 absen 2014 babak 16 besar Statistik Indonesia di Asian Games Sebelumnya Partisipasi: 2 kali Main: 7 Menang: 2 Imbang: 1 Kalah: 4 Gol: 14 Kebobolan: 21

Rowing Sumbang Emas Kesembilan, Indonesia ‘Terpaku’ di Posisi Lima Besar Perolehan Medali Asian Games 2018

Indonesia sukses meraih Emas kesembilan Asian Games 2018, dari cabang olahraga Dayung, di nomor Men’s Lightweight Eight (LM8-). Tim merah putih sukses menjadi yang tercepat dengan catatan waktu 6 menit 08,88 detik. (tribunnews.com)

Palembang- Koleksi medali emas Asian Games XVIII/2018 kontingen Indonesia kembali bertambah. Usai Defia Rosmaniar (Taekwondo), Lindswell Kwok (Wushu), Tiara Andini Prastika dan Khoiful Mukhib (MTB Downhill), Eko Yuli Irawan (Angkat Besi). Kemudian, Hening Paradigma, Thomas Widyananto, Rony Pratama, Jafro Megaranto (Paralayang) serta Japro Megaranto (Paralayang), lalu Aries Susanti Rahayu (Panjat Tebing). Kini, giliran cabang dayung (rowing) yang menambah pundi medali emas Merah Putih. Emas kesembilan Indonesia ditorehkan tim dayung putra, yang bermaterikan Tanzil Hadid, Muhad Yakin, Rio Rizki Darmawan, Jefri Ardianto, Ali Buton, Ferdiansyah, Ihram, Ardi Isadi, dan Ujang Hasbulloh. Tampil di nomor Men’s Lightweight Eight (LM8-), mereka menjadi yang tercepat Bermodal catatan waktu 6 menit 08,88 detik, pada partai final yang dihelat Jumat (24/8) pagi, di Danau Jakabaring Sport City, Palembang, Sumatera Selatan, hasil waktu Tanzil Hadid dan kolega mengalahkan tim Uzbekistan yang membukukukan catatan waktu 6 menit 12,46 detik dan harus puas mendapatkan medali perak. Sedangkan tim Hongkong berhak meraih medali perunggu, karena hanya mampu finish diurutan ketiga, usai mengukir catatan waktu 6 menit 14,46 detik. Selain medali emas, cabang dayung juga memanen medali perak dan perunggu. Perak didapat dari nomor Men’s Quadruple Scull. Kuartet Merah Putih yakni Kakan Kusmana, Edwin Ginanjar Rudiana, Sulpianto, dan Memo finish di posisi kedua dengan catatan waktu 6 menit 20,58 detik. Mereka berada di bawah tim India dengan catatan waktu 6 menit 17,13 detik dan mengantongi medali emas. Dan perunggu diraih Thailand yang mengukir catatan waktu 6 menit 22,41 detik. Sementara itu, Srikandi Indonesia melalui Chelsea Corputty, Wa Ode Fitri Rahmanjani, Julianti, dan Yayah Rokayah, turut menyumbang perunggu. Turun di Women’s Four, kuartet Indonesia harus takluk dari China (7 menit 05,50 detik) yang meraih medali emas, dan Vietnam (7 menit 14,52 detik). Keempat pedayung itu hanya sanggup merekap catatan waktu 7 menit 19,02 detik. Hingga Jumat (24/8), Indonesia mengoleksi lima medali dari cabang dayung yakni satu medali emas, dua perak, dan dua perunggu. Pada Kamis (23/8), skuat Garuda menyabet perak dari Men’s Lightweight Four (Ali Buton, Ferdiansyah, Ihram dan Isadi Ardi). Dayung memang jadi salah satu andalan Indonesia untuk mendulang medali di Asian Games 2018. Namun, tim dayung Indonesia sejatinya masih lemah di sektor tunggal dan ganda. Namun, Ketua Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI), Basuki Hadimuljono, yakin atlet dayung Indonesia memenuhi target perolehan medali. “Saya sangat mengapresiasi dan sangat bangga atas pencapaian satu emas, satu perak, dan satu perunggu,” kata Basuki Hadimuljono, pada Jumat (24/8). “Target kami itu ‘kan dua emas. Satu emas lagi, saya yakin akan didapat dari nomor perahu naga,” tutur Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat itu. Dan, hingga Jumat (24/8) siang, Indonesia terpalu diurutan kelima dengan 9 emas, 7 perak dan 11 perunggu. Kontingen China tetap kokoh di puncak klasemen Asian Games 2018, dengan 60 emas, 41 perak, dan 22 perunggu. Diikuti Jepang (26 emas, 29 perak, dan 34 perunggu), serta Korea (19 emas, 22 perak dan 28 perunggu). (Adt)

Lolos ke Fase Berikutnya Dan Bertemu China, Pelatih Timnas Basket Putri Malah Incar Posisi 5

Shooting Guard Timnas Basket Putri Indonesia, Natasha Debby Christaline (8) mencetak 21 poin, saat Indonesia mengalahkan India 69-66 dalam lanjutan Asian Games 2018, di Hall Basket, Komplek Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (23/8). (Riz/NYSN)

Jakarta- Timnas Basket Putri Indonesia akhirnya memetik kemenangan pada ajang Asian Games 2018. Pada laga terakhir Grup A melawan India di Hall A Gelora Bunga Karno (GBK), Kamis (23/8), Indonesia menang secara dramatis dengan skor 69-66. Selain menjadi kemenangan perdana, hasil ini mengantarkan Indonesia lolos ke perempat final basket putri setelah mengumpulkan lima poin, dan menempati posisi empat Grup A. Indonesia hanya unggul dua angka dari India sebagai juru kunci. Dimotori Henny Sutijono sebagai kapten, dan Christine Aldora sebagai pengatur serangan, unggul sejak kuarter pertama, walaupun pada awal pertandingan sempat kalah cepat oleh tim India. Namun di kuarter awal Indonesia unggul dengan skor 17-14. Di kuarter dua, shooting guard Timnas, Natasha Debby tiga kali mencetak three points untuk timnya, dan membawa timnya unggul 31-29 dari India. Di kuarter tiga India sempat mengejar, namun skor tetap pada pihak Indonesia 52-50. Suasana makin menegangkan di kuarter akhir saat India hampir mengejar Merah Putih. Namun, kerja keras Gabriel Sophia dan kawan-kawan, Indonesia mengunci kemenangan dengan skor akhir 69-66. Debby menjadi pendulang angka terbanyak dengan 21 angka, diikuti Christine Aldora Tjundawan dengan 12 poin. Usai laga, pelatih timnas basket putri Indonesia, Arif Gunarto mengaku sulit berkata-kata dengan kemenangan yang didapat para pemainnya. Semua pemain disebut telah bekerja keras dan pantang menyerah demi mendapatkan kemenangan. “Saya apresiasi performa pemain. Sebanyak 12 pemain ini bagus semua, tapi penampilan Nathasa Debby dan Gabriel Sophia luar biasa,” ujar Arif. Menurutnya, Debby dan Sophia mampu menjadi pemimpin rekan-rekannya di lapangan. Mereka menunjukkan sikap pantang menyerah. “Mereka itu pemain senior, tapi bisa membimbing adik-adiknya bermain dengan benar,” katanya. Meski demikian, tetap ada evaluasi yang disampaikan pria yang disapa Njoo Lie Fan. Menurutnya, masih ada beberapa titik yang menjadi kelemahan, sehingga harus dibenahi. “Tim ini memang kurang keras mainnya. Tadi saya instruksikan untuk bermain man to man, karena musuh masih seimbang, dan cenderung dibawah kita (gampang). Tapi okelah strategi bisa jalan di pertandingan tadi,” imbuh Arif. Menghadapi India, Srikandi Indonesia jauh di atas angin. Dari total gim 40 menit, Indonesia menguasai permainan selama 23:50, sedangkan India hanya 10:04. Dan Natasha Debby Christaline dinyatakan pencetak poin terbanyak pada pertandingan malam ini, dengan mengoleksi 21 poin. Namun, euforia keberhasilan tim bola basket putri Indonesia lolos ke perempat final Asian Games 2018, rupanya tak bertahan lama. Arif menyuarakan pesimisme bahwa timnya bisa meladeni lawan mereka selanjutnya, China. Arif malah mematok Indonesia untuk mengejar kemenangan di pertandingan penentuan peringkat kelima hingga kedelapan, yang diperebutkan di antara empat tim yang kalah di perempat final. “Nanti kejar (peringkat) 5-6 aja lah, karena lawan China enggak mungkin (menang), kita lawan bawahnya aja,” jelasnya. Indonesia pun merebut tiket terakhir ke babak perempat final, sebagai peringkat keempat klasemen akhir Grup X. Skuat merah putih akan menghadapi China di fase perempat final, yang berstatus jawara Grup Y, pada Minggu (26/8). Pemenang laga itu akan menghadapi pemenang laga perempat final lain, antara Jepang dengan Kazakhstan. Jika kalah dari China di perempat final, Indonesia akan memasuki putaran penentu peringkat 5-8, di rangkaian pertandingan klasifikasi. (Dre)

Empat Tim Lolos Perempat Final, Vietnam Resmi Ukir Rekor Baru Cabor Sepak Bola di Asian Games

Striker Timnas Vietnam, Nguyen Cong Phuong (9), menjadi pencetak gol tunggal kemenangan timnya atas Bahrain, pada laga 16 besar, dan menjadi sejarah baru lolos ke perempat final event Asian Games 2018. (FoxsportsAsia.com)

Jakarta- Cabang sepak bola putra Asian Games 2018 menuntaskan empat partai, dari delapan laga 16 besar, pada Kamis (23/8). Korea Selatan, Uzbekistan, Suriah, dan Vietnam yang meraih kemenangan dipastikan bakal saling sikut pada fase perempat final. Bertempat di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, partai yang mempertemukan Timnas U-23 Iran vs Korea Selatan, berakhir dengan skor 0-2. Korea Selatan mengunci kemenangan berkat gol Hwang Ui Jo dan Lee Seungwoo. Hasil ini membuat Tim Negeri Ginseng dipastikan bakal bersua lawan tangguh, Uzbekistan pada babak perempat final. Uzbekistan turut memastikan satu tiket ke perempat final setelah menang mudah atas Hongkong pada laga 16 besar di hari yang sama. Laga Uzbekistan vs Hongkong berakhir dengan skor meyakinkan 3-0. Uzbekistan langsung memimpin lewat gol Ikromjon Alibaev pada babak pertama, tepatnya menit ke-27. Di paruh kedua, barulah dua gol lain sukses disarangkan skuat asuhan Ravshan Khaydarov, masing-masing lewat aksi Javokhir Sidikov serta Zabikhillo Urinboev. Pada hari yang sama, Suriah dan Vietnam juga mengunci satu tiket menuju perempat final. Kedua tim saling berhadapan pada babak perempat final. Suriah melakoni laga 16 besarnya lebih dulu. Menghadapi Palestina, mereka menang tipis 0-1. Gelandang Suriah bernomor punggung enam, Ahmad Ashkar, mencetak gol kemenangan pada menit 73. Adapun Vietnam yang berlaga di lokasi yang sama, Stadion Patriot Chandrabhaga beberapa jam kemudian menaklukkan Bahrain, dengan skor serupa, 1-0. Gol yang menyegel kemenangan Vietnam dalam laga ini, dicetak striker mereka, Nguyen Cong Phuong, dua menit jelang waktu normal berakhir. Jika tak ada perubahan tempat (venue), maka laga perempat final bakal berlangsung pada Senin (27/8), di Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi. Duel Suriah vs Vietnam akan dihelat sore hari, sementara Uzbekistan akan meladeni perlawanan Korea Selatan pada petang harinya. Masih ada empat partai lain di hari kedua babak 16 besar, Jumat (24/8), termasuk Timnas U-23 melawan Uni Emirat Arab (UEA). Dari empat tim yang sudah lolos ke perempat final, terjadi partai menarik, saat Iran menantang juara bertahan Korea Selatan. Bagi Iran, kegagalannya kali ini sangat menyesakkan dada. Iran merupakan juara pada Asian Games 2002. Pada Asian Games 2006, Iran finis di urutan ketiga, lalu Asian Games 2010, Iran finis di posisi keempat. Namun, pada Asian Games 2014, Iran terhenti di penyisihan grup. Bagi Vietnam, hasil ini mengukir catatan baru dalam event Asian Games, yakni lolos pertama kali ke perempat final. Pada Asian Games 2010 dan 2014, Vietnam terhenti di babak 16 besar. Pada 2010, Vietnam disingkirkan Korea Utara dengan skor 2-0. Tahun 2014, Vietnam digasak Uni Emirat Arab dengan skor 3-1. (Dre) BABAK 16 BESAR HASIL Kamis, 23 Agustus 2018 Palestina 0-1 Suriah Uzbekistan 3-0 Hongkong Iran 0-2 Korea Selatan Vietnam 1-0 Bahrain JADWAL Jumat, 24 Agustus 2018 16.00 WIB Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi China vs Arab Saudi 16.00 WIB Stadion Wibawa Mukti, Bekasi Indonesia vs Uni Emirat Arab 19.30 WIB Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi Malaysia vs Jepang 19.30 WIB Stadion Wibawa Mukti, Bekasi Bangladesh vs Korea Utara === PEREMPAT FINAL JADWAL Senin, 27 Agustus 2018 16.00 WIB Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi Uzbekistan vs Korea Selatan 16.00 WIB Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi China/Arab Saudi vs Malaysia/Jepang 19.30 WIB Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi Indonesia/UEA vs Bangladesh/Korea Utara 19.30 WIB Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi Suriah vs Vietnam

Kalah Dari Nomor 1 Dunia, Indonesia Kembali Gagal Raih Medali Pada Cabor Senam Artistik

Pesenam 16 tahun asal Korea Selatan, Seojeong Yeo, menjadi yang terbaik dalam final cabor Senam Artistik nomor individual putri, kategori Meja Lompat, yang berlangsung di Hall D JIExpo Kemayoran, pada Kamis (23/8). (Pras/NYSN)

Jakarta- Indonesia harus mengakui keunggulan Korea Selatan, Uzbekistan dan Korea Utara pada cabang olahraga Senam Artistik nomor individual putri, kategori Vault Women atau Meja Lompat putri. Satu-satunya atlet yang mewakili Indonesia dalam lomba ini adalah Rifda Irfanaluthfi. Tampil di final senam artistik nomor meja lompat, yang berlangsung di Hall D JIExpo Kemayoran, pada Kamis (23/8), Rifda yang bersaing sengit dengan tujuh pesenam dari berbagai macam negara harus puas berada di posisi empat dengan total poin 13,287. Posisi pertama ditempati oleh atlet asal Korea Selatan yang berusia 16 tahun, Seojeong Yeo, yang mendapatkan poin 14,387 dari dua kali lompatan. Sementara posisi kedua dan ketiga diambil alih oleh Oksana Chusovitina asal Uzbekistan, (14,287) dan Pyen Rye Yong asal Korea Utara (14,287). Rifda yang tahun lalu mendapatkan medali emas SEA Games Malaysia untuk nomor senam artistik tak terkejut dengan kekalahannya itu. Dia juga memuji penampilan sempurna Yeo Seojeong. “Saya tak kecewa karena saya sudah tahu. Berada di posisi empat besar sudah bagus buat saya,” ucapnya usai laga. “Lihat tadi Yeo, usianya masih 16 tahun, dia itu nomor 1 dunia. Sekarang di sini, juga jadi nomor satu,” ucap Rifda sambil tersenyum. Dara kelahiran Jakarta Jakarta, 16 Oktober 1999 ini mengaku pantang menyerah. Ia ingin tampil habis-habisan di nomor lantai yang bakal berlangsung pada Jumat (24/8). “Semoga saya bisa tampil lebih baik besok. Ini jadi pelajaran untuk saya di pertandingan nomor lantai,” ucap dara yang bercita-cita ingin lolos olimpiade ini. Pelatih senam putri, Eva Novalina Butar-Butar, mengaku sudah memprediksi hasil ini. Ia justru puas jika Rifda lolos ke babak final. “Saya sudah prediksi, kita kalah karena saat lompat. Tapi sekalipun pesaing Rifda itu jatuh, mereka etap di atas rifda,” ujar Eva, saat ditemui di mix zone arena senam. “Kita memang sudah tau juga persaingan seperti apa. Tingkat kesulitan tak bisa dibentuk dalam waktu 3-4 bulan, butuh proses panjang,” tutur Eva. Ia menilai sebenarnya Rifda juga punya kekuatan di nomor meja lompat. Eva ingin anak asuhnya itu memperbaiki kualitas di lompatan kedua. Rifda pun sengaja tak diturunkan dalam final beregu putri pada Rabu (22/8), karena padatnya jadwal lomba Asian Games 2018. Bagi Eva, kesehatan dan waktu istirahat anak asuhnya haruslah memadai. Apalagi Rifda sempat mengalami cidera ligamen pada bagian lutut, yang membuatnya harus memiliki waktu istirahat cukup “Lawan kita itu negara kuat semua, China, Korea Selatan, Jepang, jadi ya sudah, realistis saja. Kalau Rifda tetap dipaksakan turun nomor beregu itu terlalu beresiko. Sebab, di nomor individu saja masih lumayan berat,” ungkapnya. (Ham) Hasil Senam Artistik kategori Vault Women 1. Seojeong Yeo (Korea Selatan), Total skor : 14.387 2. Oksana Chusovitina (Uzbekistan), Total skor : 14.287 3. Rye Yong Pyon (Korea Utara), Total skor : 13.875 4. Rifda Irfanaluthfi (Indonesia), Total skor : 13.287

Melenggang ke Babak 16 Besar, Pebulutangkis 19 Tahun Kelahiran Garut Janji Main Sabar dan Nekat

Menang mudah atas Thilini Pramodika Hendahewa (Srilanka), dua gim langsung, 21-6 dan 21-4, tunggal Indonesia Fitriani, lolos ke babak 16 besar cabang bulutangkis perorangan putri, Asian Games 2018, di Istora Senayan, Jakarta, pada Kamis (23/8). (Riz/NYSN)

Jakarta- Tunggal Indonesia Fitriani lolos ke babak 16 besar cabang bulutangkis perorangan putri, Asian Games 2018, di Istora Senayan, Jakarta, pada Kamis (23/8). Ia menang mudah atas Thilini Pramodika Hendahewa (Srilanka), dua gim langsung, 21-6 dan 21-4. Melakoni laga di babak 32 besar, pebulutangkis kelahiran Garut, Jawa Barat, 27 Desember 1998 itu, belum menemukan lawan sepadan. Secara ranking, Fitriani unggul jauh dari lawan. Pemain binaan PB Exist Jakarta itu menghuni ranking 40, sedangkan Thilini berada di peringkat 696 dunia. “Pertandingan tadi saya lebih bisa menguasai di lapangannya. Lawan sebenarnya lumayan bagus, tapi memang tidak sebagus lawan yang saya hadapi kemarin di pertandingan beregu. Jadi saya bisa ambil kemenangan di pertandingan ini,” ujar Fitriani usai laga. Selanjutnya, anak didik Minarti Timur itu ditunggu wakil India, Saina Nehwal di babak 16 besar. Keduanya sudah bertemu sebanyak 3 kali yakni di ajang Badminton Asia Championships 2016, Indonesia Open 2016, dan Malaysia Masters 2017. Dan, tak satupun Fitriani menang atas Nehwal, yang berperingkat 10 dunia itu. Bahkan, Fitrini selalu takluk dalam pertarungan dua gim langsung. “Saya sudah beberapa kali bertemu dengan Nehwal dan selalu kalah. Semoga besok (Jumat, 24/8) bisa berjuang semaksimal mungkin di setiap poin per poinnya. Mudah-mudahan lancar,” terang pemegang gelar juara USM International 2015 itu. Sementara itu, pebulungkasi putri Indonesia lainya, Gregoria Mariska Tunjung juga menantang pemain India dan menjadi unggulan tiga, Pusarla V. Sindhu, di babak 16 besar, pada Jumat (24/8). Gregoria sukses menyingkirkan Weng Chi Ng (Makau), di babak 32 besar, straight game, 21-4 dan 21-7. Sedangkan Sindhu berhasil meraih kemenangan atas Thi Trang (B) Vu, rubber game, 21-10, 12-21, dan 23-21. Berjumpa dengan Sindhu, pebulutangkis Indonesia pemegang gelar juara Kejuaraan Dunia Junior BWF 2017 itu berharap bisa membuat kejutan dihadapan pendukung tuan rumah. “Target pribadi maunya dapat medali. Tapi, saya tak mau menjadikan ini beban. Justru harus jadi motivasi. Apalagi besok (Jumat, 24/8) saya bertemu Sindhu, dan sudah beberapa kali saya kalah dari dia. Maunya sih bikin kejutan,” ujar dara berusia 19 tahun ini. Bagi Sindhu, laga kontra Gregoria, menjadi partai yang serius. Ia akan mempersiapkan diri dengan baik. Apalagi, menurutnya, pebulutangkis Indonesia kelahiran Wonogiri, Jawa Tengah, 11 Agustus 1999 it,u menunjukkan grafik permainan yang meningkat. “Permainan Gregoria semakin baik di beberapa laga. Saya menantikan pertandingan ini. Dan tampil di hadapan publik tuan rumah, tentu tak mudah bagi saya mengalahkannya,” ucap Sindhu, yang kini menjadi atlet ranking 3 dunia, dan unggul rekor pertemuan 3-0 atas Gregoria. (Adt)

Duel All Indonesian Final, Spiderwoman Asal Grobogan Sumbang Emas Kedelapan Indonesia Dari Cabor Panjat Tebing

Aries Susanti Rahayu meraih medali emas dari nomor women's speed usai mencatatkan waktu 07:61, dalam partai All Indonesian Final dan mengalahkan rekannya sesama Indonesia, Puji Lestari, pada Kamis (23/8), di venue panjat tebing Jakabaring Sport City, Palembang. (poskotnews.com)

Palembang- Memasuki hari kelima Asian Games 2018, Indonesia kembali menambah perolehan medali emas. Setelah cabang olahraga (cabor) paralayang, kini giliran panjat tebing yang mempersembahkan emas. Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) menargetkan dua medali emas, dari nomor speed beregu putra dan putri Bertanding di venue panjat tebing Jakabaring Sport City, Palembang, Kamis (23/8), Aries Susanti Rahayu meraih medali emas dari nomor women’s speed setelah mencatatkan waktu 07:61 dalam pertandingan all Indonesian final. Ia berhasil mengalahkan rekannya sesama Indonesia, Puji Lestari, yang mencatatkan waktu 07:96. Sebelumnya, di babak semifinal, dara kelahiran Grobogan, 22 Maret 1995, mengungguli rivalnya asal China, Son Yiling, dengan catatan waktu 07:68, berbanding 07:80. Sementara, di babak 16 besar, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) ini mencatat torehan waktu 08:19 detik, dan 08:09 detik di babak delapan besar. Sedangkan, satu tempat di fase final diraih Puji, usai mengalahkan catatan waktu He Cuilian, asal China. Puji mencatatkan waktu 07:84, sementara sang lawan kalah cepat setelah mencatatkan waktu 07:94. Bagi Indonesia, prestasi cabor panjat tebing jadi emas kedelapan, semenjak pelaksanaan hari pertama lomba pada Minggu (19/8) lalu. Hasil ini sejatinya tak mengejutkan, sebab Arie, sapaannya, adalah atlet berjuluk ‘Spiderwoman’. Label ini ia sandang, karena kecepatannya memanjat tebing dan berhasil meraih medali emas kategori Speed Climbing Performa, pada Kejuaraan Dunia Panjat Tebing – IFSC World Cup 2018 di Chongqing, Cina, pada Mei lalu. Saat itu, wanita berhijab ini menjadi yang tercepat dengan catatan waktu 7,51 detik dan mengalahkan pemanjat asal Rusia, yang juga jawara di sejumlah kontes panjat tebing super series dunia, Elena Timofeeva. Cabor panjat tebing juga menambah satu perunggu yang diraih oleh Aspar, dari nomor speed putra. Dua wakil Indonesia, Sabri dan Aspar sama-sama gagal lolos ke partai final. Aspar kalah dari atlet China, Zhong Qixin, pada babak empat besar. Adapun Sabri juga takluk dari atlet Iran, Reza Alipour. Dua atlet tersebut terpaksa puas berebut medali perunggu. Medali perunggu jatuh pada Aspar, setelah Sabri melakukan kesalahan start. Panjat tebing kini sudah meraih medali emas dan perunggu, pada Asian Games 2018. Hingga hari kelima Asian Games 2018, Indonesia total menyabet delapan emas, enam perak, dan 10 perunggu. (Adt)

Bukukan Dua Emas Sekaligus Dari Paralayang, Jafro Megawanto Bawa Kontingen Indonesia Dekati Prestasi Asian Games 1978

Jafro Megawanto, mantan pelipat parasut, kini menjadi atlet Paralayang yang sanggup meraih dua medali emas sekaligus cabor Paralayang, di nomor ketepatan mendarat Asian Games 2018. (medcom.id)

Jakarta- Atlet paralayang Indonesia di pentas Asian Games 2018, Jafro Megawanto, meraih medali emas cabang paralayang nomor akurasi perseorangan putra, Kamis (23/8), di Gunung Mas, Puncak, Bogor, Jawa Barat. “Target kita satu emas, sudah terpenuhi kemarin. Hari (Kamis, 23/8) ini, tambah satu emas lagi. Jadi dua emas. Target Menpora dua emas sudah terpenuhi,” kata Kepala Pelatih Paralayang Indonesia, Gendon Subandono, seperti dikutip Kantor berita Antara, Kamis (23/8). Ini merupakan medali emas kedua yang disumbangkan pria kelahiran Malang, 2 Maret 1996, setelah Rabu (22/8), Jafro merebut emas lewat nomor ketepatan mendarat tim putra, bersama Apriansyah Joni Effendi, Hening Paradigma dan Roni Pratama. Dua catatan istimewa menyertai raihan emas pemuda berusia 22 tahun itu. Bagi Jafro, selain menjadi emas ke-7 bagi kontingen Indonesia di pentas Asian Games 2018, kemenangan itu menjadi istimewa dalam sejarah partisipasi Merah Putih. Emas Jafro membuat Indonesia untuk kali ketiga, berhasil setidaknya mengoleksi tujuh emas di panggung Asian Games. Sebelumnya, Indonesia pernah mengoleki sebelas emas, pada Asian Games 1962, dan delapan emas pada perhelatan Asian Games 1978. kontingen Indonesia, sampai pukul 11.50 WIB, Kamis (23/08), telah meraih tujuh emas, melampaui perolehan di Asian Games sebelumnya, Incheon 2014, dengan empat medali emas. Sebelumnya, emas untuk Indonesia diraih atlit Defia Rosmaniar (taekwondo), Lindswell Kwok (wushu), Tiara Andini (sepeda downhill), Khoiful Mukhib (sepeda downhill), Eko Yuli Irawan (angkat besi), dan tim beregu putra Paralayang Indonesia. Selain itu, Jafro juga mengukir rekor baru. Ia berstatus atlet pertama Indonesia, yang mendulang dua medali sekaligus dari nomor ini. Sebelumnya, Jafro menjadi bagian dari keberhasilan tim paralayang Indonesia di nomor akurasi beregu putra, Rabu (22/8). Banyak pihak menaruh atensi, satu di antaranya datang dari Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo. “Dulu Jafro Megawanto bertugas melipat parasut, para atlet paralayang yang berlatih dekat rumahnya. Hari ini, Jafro meraih medali emas paralayang Asian Games 2018 di nomor ketepatan mendarat perorangan. Selamat Jafro untuk emas ketujuh bagi Indonesia,” cuitan Jokowi di akun Twitter miliknya. Pada perhelatan paralayang nomor ketepatan putra, selain Jafro , sang peraih medali perak dan perunggu juga mencetak sejarah. Atlet asal Thailand, Jirasak Witeetham menjadi atlet putra pertama Negeri Gajah Putih, yang mengoleksi lebih dari satu medali di Asian Games 2018. Sebelumnya, ia meraih medali perunggu di nomor ketepatan beregu putra. Peraih perunggu, Lee Chulsoo, juga tak kalah. Atlet asal Korea Selatan ini menjadi yang pertama dengan usia di atas 35 tahun, yang sanggup meraih lebih dari satu medali. Sebelumnya, ia mendapat medali pada nomor tim di pentas paralayang Asian Games 2018. (Ham)

Gagal Ulang Memori Indah 1998, Tim Beregu Putra Bulutangkis Indonesia Raih Perak Asian Games 2018

Tunggal pertama tim beregu putra Indonesia, Anthony Ginting harus mengalami cedera, dan gagal menyelesaikan pertandingan final, melawan pebulutangkis China, Shi Yuqi, dalam pertarungan tiga gim 21-14, 21-23, 20-21 (retired).(timesindonesia.co.id)

Jakarta- Tim beregu putra bulutangkis Indonesia gagal mengulang memori indah Asian Games XIII/1998, di Bangkok, Thailand. Saat itu, Rexy Mainaky dan kolega sukses meraih medali emas setelah mengandaskan perlawanan China dengan skor 4-0. Dipadati ribuan penonton yang hadir memenuhi Stadion Istora Senayan, Jakarta, pada Rabu (22/8), skuat Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta harus puas mendapatkan medali perak cabang bulutangkis beregu Asian Games XVIII/2018. Di partai final, Kevin dan kawan-kawan takluk dari China dengan skor 3-1. Laga pertama yang mempertemukan Anthony Sinisuka Ginting dan Shi Yuqi berlangsung seru dan berakhir dramatis. Sorak-sorai penonton tak henti memberikan suntikan semangat pada pemain kelahiran Cimahi, Jawa Barat, 20 Oktober 1996 itu. Aura kemenangan sudah menaungi Anthony sejak awal gim pertama. Tak ingin didikte lawan, pebulutangkis andalan Indonesia itu mengambil inisitif serangan terlebih dahulu. Bahkan, ia mampu mengontrol permainan lawan. Memainkan reli serta melepaskan bola ke belakang garis lapangan menjadi pilihan Anthony untuk kemudian melancarkan smash keras mematikan kedaerah pertahanan Shi. Hasilnya, pemain asal SGS PLN Bandung, Jawa Barat (Jabar) itu mampu membuat kubu Indonesia kegirangan usai mengunci gim pertama dengan skor, 21-14. Gim kedua, Anthony tetap tampil dalam performa terbaik. Tapi, wakil Negeri Tirai Bambu itu tak menyerah. Shi bangkit meladeni permainan lawan serta kerap merepotkan Anthony. Bahkan, angka yang didapat kedua pemain tak berselisih jauh. Kendati Anthony terus memimpin serta melaju hingga mendekat poin 19, namun pemain China yang menempati ranking dua dunia versi BWF itu justru mampu unggul 21-20. Shi bisa menutup gim kedua dengan skor 23-21. Pada gim ketiga, duel sengit masih mewarnai jalannya pertandingan. Kedua pemain terus menebar ancaman ke daerah pertahanan lawan. Namun, perjuangan Anthony sempat terhenti ketika memimpin skor 15-16. Ia meminta pertolongan dokter pertandingan untuk menyemprotkan cairan penahan rasa sakit di paha kirinya. Berusaha bangkit dan tetap melanjutkan permainan menjadi keputusan Anthony. Kondisi ini tentu saja memberikan keuntungan pada Shi. Terlebih, Anthony mendapatkan kartu kuning akibat memperlambat jalannya pertandingan. Meski mendapatkan dukungan semangat secara penuh dari para suporter, namun Anthoy tak berdaya. Ia terpaksa menyerah pada cedera paha kirinya hingga mengalami kesulitan berjalan serta meminta wasit agar menghentikan pertandingan, saat kedudukan 20-21 setelah melakoni laga sepanjang 92 menit. Indonesia tertinggal 0-1 dari China. Namun, Indonesia mampu menyamakan kedudukan 1-1. Di partai kedua yang memainkan duet Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon sukses mencuri kemenangan atas Li Junhui/Liu Yuchen. Pada gim pertama, duel dua seteru itu berlangsung ‘panas’. Kevin/Marcus yang memimpin rekor pertemuan sebanyak 6 kali itu tak memberi kesempatan pada lawan untuk memundi angka. Smash keras menghujam jantung pertahanan musuh serta bola cepat di depan net menjadi senjata ampuh Kevin dan Marcus. Akibatnya, angka demi angka diraih duet Indonesia nomor satu dunia itu. Akibatnya, Li/Liu dibuat tak berkutik dan dipaksa menyerah oleh Kevin/Marcus di gim ini dengan skor 17-21. Berlanjut ke gim kedua, Kevin/Marcus tetap bermain ‘ngotot’. Bahkan aksi ‘nyeleneh’ dari The Minions kerap disambut riuh penonton, sekaligus memancing emosi dari dobel juara dunia 2018 itu. Ganda andalan Pelatnas PBSI ini akhirnya menyudahi gim, dengan skor 21-18, dalam tempo 32 menit. “Laga cukup ketat dan seru. Pasti kami melihat kerja kerasnya Anthony, sudah sampai begitu dan kram, tapi masih mau melanjutkan main. Pastinya menambah motivasi buat kami,” ucap Marcus. Sementara itu, Kevin mengaku melawan Li/Liu selalu sulit dan tidak mudah untuk ditaklukan. “Apalagi saat start mereka sangat percaya diri. Mungkin karena habis juara dunia. Tapi, kami harus tetap fokus pada diri kami,” tambah Kevin. Di partai ketiga, China kembali unggul 2-1 setelah wakil tunggal Jonatan Christie takluk dari Chen Long dalam drama pertarungan rubber game. Atlet klub PB Tangkas Specs Jakarta, berusia 20 tahun itu sempat membentang asa setelah membungkus kemenangan 21-19 di gim pertama. Namun, semangat Chen bangkit di gim kedua. Wakil Negeri Tirai Bambu yang kini menempati rangking 7 dunia versi BWF itu berusaha memaksimalkan kemampuan yang dimilikinya. Ia meladeni perlawanan Jonatan serta memberikan tekanan pada wakil tuan rumah. Alhasil, Chen sukses mengunci kemenangan dengan skor 21-16. Berhasil memperpanjang nafas di gim ketiga, Chen tak mengendurkan permainan, begitu juga dengan Jonatan. Adu taktik dan strategi dilakukan kedua pemain di lapangan. Usai melalui perjuang melelahkan selama 94 menit, Chen akhirnya membuat Jonatan tertunduk lesu dan memastikan kemenangan dengan skor 21-18. Hasil ini sekaligus membuat Chen berhasil menjauhkan rekor pertemuannya dengan pebulutangkis Indonesia peraih medali emas SEA Games 2017, Kuala Lumpur, Malaysia itu menjadi 4-0. Pertandingan berlanjut, Indonesia menurunkan ganda Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto di partai krusial menghadapi Liu Chen/Zhang Nan. Mampu memimpin 2-0 dalam rekor pertemuan atas Liu/Zhang yang diperoleh masing-masing di Singapura Open 2017 (21-18, 21-19) dan Indonesia Open 2018 (21-18, 18-21, 25-23), ternyata bukan jaminan. Terbukti, usai melakoni laga berdurasi 70 menit, mereka harus menelan pil pahit. Dobel Merah Putih rangking 9 dunia itu tumbang dari Liu/Zhang, rubber game, 18-21, 21-17, dan 18-21. Artinya, China unggul 3-1 atas Indonesia. Hal ini sekaligus memastikan meraih medali emas beregu bulutangkis putra, dan mengokohkan diri sebagai pengumpul emas terbanyak dalam daftar perolehan medali sementara Asian Games 2018. (Adt/Dre) Hasil Pertandingan Final Bulutangkis Beregu Putra Asian Games vs China 1-3: Partai Pertama Anthony Sinisuka Ginting vs Shi Yuqi : 21-14, 21-23, 20-21 (Retired) Partai Kedua Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon vs : Li Junhui/Liu Yuchen : 21-17, 21-18 Partai Ketiga Jonatan Christie vs Chen Long: 21-19, 16-21, 18-21 Partai Keempat Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto vs Liu Chen/Zhang Nan : 18-21, 21-17, 18-21 Partai Kelima Ihsan Maulana Mustofa vs Lin Dan (tak dimainkan)

Batal Lakukan Start Sempurna, Miskomunikasi Ganjal Triyanto Tambah Medali Angkat Besi

Lifter Indonesia Triyatno, meluapkan emosinya usai berhasil melakukan angkatan "snatch", pada nomor angkat besi putra 69 kg grup A Asian Games 2018, di JiExpo, Jakarta, Rabu (22/8). (antarafoto.com)

Jakarta- Tak ada kejutan yang tercipta dari cabor angkat besi kelas 69 kg putra Asian Games 2018, Rabu (22/8). Dua lifter Indonesia, Deni dan Triyatno, sama-sama gagal meraih medali. Deni mengaku, sudah realistis soal peta persaingan di kelas 69 kg putra Asian Games 2018. “Terima kasih kepada semuanya yang sudah menyaksikan dan support. Ini merupakan penampilan terbaik saya, dan semoga kedepannya saya bisa memberikan yang lebih baik untuk Indonesia” kata Deni, saat ditemui awak media usai pertandingan. Tergabung di Grup B, Deni tak cukup optimis meski mampu meraih Top Six. Ia mengaku pada babak Snatch, dirinya terburu-buru melakukan angkatan, sehingga sulit menjaga keseimbangan tubuh, ketika mengangkat besi. “Saat Clean and Jerk, mungkin endurance saya yang kurang, karena selama latihan, belum pernah coba diluar batas kemampuan,” tambah pria Bogor kelahiran 26 Juli 1989 itu. Pada babak Snatch, Deni sanggup mengangkat 137kg, 141kg, dan 145kg, namun gagal di angkatan ketiga. Untuk Clean & Jerk, ia sukses mengangkat 170kg, 177kg, dan 180kg, tapi gagal di angkatan ketiga, dan meraih total angkatan 318kg. Meski jadi yang terbaik di Grup B, ia tetap tak yakin total angkatan 318kg miliknya, bisa menyaingi para lifter dari Grup A. Dan prediksi itu terbukti. Para lifter dari Grup A, mampu menorehkan catatan yang lebih baik dari Deni, termasuk Triyatno. Triyatno, sebenarnya berpeluang menambah medali angkat besi jadi dua emas, setelah sumbangan dari Eko Yuli Irawan. Sialnya, total angkatan 329 milik Triyatno, hanya menempati posisi keempat, di klasemen akhir kelas 69 kg. Ia kalah dari lifter Korea Utara,  Choi O Kang (336kg), lifter Uzbekistan, Doston Yokubov (331kg), dan lifter Kirgistan, Izzat Artykov (330kg). “Saya minta maaf kepada bangsa Indonesia dan keluarga, karena gagal meraih medali. Mungkin pertandingan tadi, ada miskomunikasi antar saya dengan pelatih,” ungkap Triyatno, paska lomba. Miskomunikasi terjadi di momen angkatan clean and jerk. Seharusnya, Triyato mengawali angkatan clean and jerk dengan bobot 180kg. Tapi, angkatan pertamanya justru menempatkan angka 175kg. Padahal, Triyatno sudah meminta pelatih untuk menambah angkatan pertama. “Di angkatan pertama clean and jerk, harusnya sudah ganti start. Ini malah belum diganti tapi sudah dipanggil duluan. Kalau untuk di snatch, sesuai strategi. Karena tadi di snatch ukuran kedua. Makanya, seharusnya clean and jerk start 180 itu sudah bagus,” jelas Triyatno. “Itu tadi saya bilang, di angkatan pertama, pelatih sudah menempatkan 175, ditaruhnya setelah saya timbang badan. Setelah pemanasan, bisa dinaikkin lagi, tapi lupa diubah. Sedangkan negara lain sudah cepat mengubahnya. Jadi, sedikit miskomunikasi saja,” lifter kelahiran Metro, Lampung, 20 Desember 1987 itu menambahkan. Hal serupa juga disampaikan sang pelatih, Dirja Wihardja. “Betul, kami ada miskomunikasi dari atlet, pelatih dan asisten pelatih. Sebab, peningkatan pergantian angka saat start awal itu hasilnya nanti cukup signifikan, apalagi dari 170 ke 175, begitu seterusnya,” jelas Dirja. Namun, Dirja memahami bila anak asuhnya hanya kurang beruntung meraih medali perak. Sebab selisih total angkatan milik Kazakhastan dengan Uzbekistan, hanya 1kg saja. Pada akhirnya, Triyatno hanya bisa menempatkan 182kg pada angkatan kedua dan 186kg pada angkatan ketiga. Menurut Triyatno, 186kg seharusnya ditempatkan pada angkatan kedua. (Ham) Hasil Klasemen Kelas 69 Kg 1.  Choi O Kang (Korea Utara) Snatch : 147kg, 151kg, 153kg (gagal) Clean & Jerk : 181kg, 185kg, 188kg (gagal) Total : 336kg 2. Yokubov Doston (Uzbekistan) Snatch : 138kg, 143kg, 145kg Clean & Jerk : 181kg, 186kg, 192kg (gagal) Total : 331kg 3. Artykov Izzat (Kazakhastan) Snatch : 143kg (gagal), 143kg, 147kg Clean & Jerk : 178kg, 183kg, 190kg (gagal) Total : 330kg 4. Triyatno (Indonesia) Snatch : 142kg, 157kg, 150kg (gagal) Clean & Jerk : 175kg (gagal), 182kg, 186kg (gagal) Total : 329kg

Lolos Fase Grup, Jadi Rekor Tim Tersubur Dan Mimpi Buruk Luis Milla Versus Tim Timur Tengah

Winger Timnas U-23 asal Persib Bandung, Febri Haryadi (13), saat beradu sprint dengan gelandang Palestina, Mahmoud Abuwarda (7), pada laga penyisihan Asian Games 2018 Grup A, Selasa (15/8), di Stadion Patriot Candrabaga, Bekasi. (Pras/NYSN)

Jakarta- Timnas U-23 melaju ke perdelapan final Asian Games 2018, sebagai juara Grup A. Kontestan lainnya, UEA pun tembus ke babak 16 besar dari peringkat terbaik ketiga di Grup C. Kedua tim belum pernah bertemu. Selama penyisihan grup, Indonesia dan UEA ternyata sama-sama produktif, dalam melepaskan tembakan ke arah gawang. Selain melawan Palestina, Indonesia selalu unggul dalam tembakan tepat ke gawang saat menghadapi Taiwan, Laos, dan Hongkong. Sedangkan, UEA unggul dalam tembakan tepat ke gawang ketika menghadapi Suriah dan Timor Leste, tapi berimbang saat melawan China. Lalu siapa yang paling produktif melakukan tembakan tepat ke gawang? Berdasarkan statistik yang dikutip dari laman resmi AsianGames2018.id, Indonesia menghadapi empat kompetitor di Grup A, dengan total tembakan tepat ke gawang sebanyak 38 kali. Dari 38 kali tembakan tepat ke gawang itu, 11 berbuah gol. Namun, jika hasil melawan Taiwan tak dihitung, maka hanya ada 28 tembakan tepat ke gawang lawan dengan jumlah tujuh gol. Berdasarkan regulasi penentuan peringkat ketiga terbaik, hasil apapun melawan tim di urutan terbawah grup, tak akan dihitung demi asas keadilan. Sementara UEA, menghasilkan 21 tembakan tepat ke gawang, tapi hanya lima yang berbuah gol. Artinya, dalam eksekusi tembakan tepat ke gawang, tim merah putih jauh lebih produktif ketimbang UEA. Diprediksi, UEA akan kembali melakukan banyak upaya tembakan tepat ke gawang, pada babak perdelapan final nanti. Selain menyegel titel juara grup, tim asuhan Luis Milla pun menjadi salah satu tim tersubur pada fase grup Asian Games 2018, dengan torehan 11 gol. Jumlah ini sama dengan catatan yang dibuat oleh Juara Grup C, China. Bedanya, Indonesia mencetak 11 gol dari empat pertandingan, sementara 11 gol China didapat dari tiga laga. Namun, sejatinya ada hal yang harus diwaspadai oleh Milla. Sejak menjadi arsitek Indonesia pada Januari 2017, Milla sudah tiga kali mendampingi skuad Garuda melawan negara asal Timur Tengah. Dua kali melawan Suriah dan satu kali menghadapi Palestina. Dari ketiga laga itu, Indonesia selalu takluk dari lawannya, meski dengan skor tipis. (Ham) Rekor Indonesia Kontra tim asal Timur Tengah 16 November 2017 (Persahabatan) Indonesia 2-3 Suriah (Septian David 36′, Osvaldo Haay 45′; Momen Naji 31′,43′, Abd Al-Rahman 53′) 18 November 2017 (Persahabatan) Indonesia 0-1 Suriah (Mouhamad Anez 83′) 15 Agustus 2018 (Asian Games 2018) Indonesia 1-2 Palestina (Irfan Jaya 23′; Oday Dabbagh 16, Mohamed Darwish 51′) == Statistik Penyisihan INDONESIA TAIWAN 0-4 INDONESIA Total Tembakan: 7-22 Tembakan ke Gawang: 5-10 Dominasi Bola: 42%-58% INDONESIA 1-2 PALESTINA Total Tembakan: 6-17 Tembakan ke Gawang: 1-8 Dominasi Bola: 51%-49% LAOS 0-3 INDONESIA Total Tembakan: 3-32 Tembakan ke Gawang: 2-17 Dominasi Bola: 37%-63% INDONESIA 3-1 HONGKONG Total Tembakan: 17-4 Tembakan ke Gawang: 10-2 Dominasi Bola: 59%-41% === UNI EMIRAT ARAB (UEA) UEA 0-1 SURIAH Total Tembakan: 8-7 Tembakan ke Gawang: 3-2 Dominasi Bola: 54%-46% TIMOR LESTE 1-4 UEA Total Tembakan: 8-24 Tembakan ke Gawang: 4-16 Dominasi Bola: 35%-64% UEA 1-2 CHINA Total Tembakan: 9-5 Tembakan ke Gawang: 2-2 Dominasi Bola: 55%-47%

Incar Emas Dari Ketinggian, Begini Cara Penghitungan Nilai di Paralayang

Paralayang menjadi cabang olahraga perdana yang dipertandingkan dalam Asiang Games 2018. Paralayang mempertandingkan dua kategori lomba, yakni Ketepatan Mendarat dan Lintas Alam (Cross Country), dengan titik lepas landas di kawasan Gunung Mas Puncak, Bogor. (bola.com)

Bogor– Paralayang menjadi cabang olahraga perdana yang dipertandingkan dalam event olahraga empat tahunan Asian Games. Pada Asian Games 2018, sebanyak 18 negara dengan total 94 atlet turut bertanding dalam lomba tersebut. Paralayang adalah olahraga yang menitikberatkan pada kemampuan mengendalikan parasut untuk terbang. Olahraga rekreasi ini, sebenarnya sudah lama dikenal di Indonesia. Paralayang tak memakai alat atau mesin sebagai sumber tenaga. Karena itu kemampuan angin sangatlah penting. Untuk itu, olahrga ekstrem ini, biasanya dimulai dari ketinggian sebagai jalur lepas landas. Khusus untuk event Asian Games 2018, paralayang mempertandingkan dua kategori lomba, yakni Ketepatan Mendarat dan Lintas Alam (Cross Country). Perbedaan kedua kategori tersebut terletak pada teknis terbang. “Jika pada ketepatan mendarat, atlet terbang menuju landing atau tempat mendarat, dan juga mencari nilai terkecil saat mendarat. Sedangkan untuk kategori lintas alam, atlet harus melakukan terbang sejauh jauhnya dan secepatnya,” kata Competition Manager Paralayang, Wahyu Dewanto Yuda, dilansir Tempo, Senin (20/8). Wahyu mengatakan, untuk kategori ketepatan mendarat, atlet mendarat pada lingkaran yang telah disediakan. “Lingkaran pertama berbentuk pad digital, dengan diameter 22 cm, yang di tengahnya terdapat lingkaran berdiameter 2 cm,” kata Wahyu. Ia menambahkan, pad digital tersebut bernilai 0,0 hingga 22,0. Kemudian di luar pad digital tersebut, ada lingkaran berdiameter 250 cm dan 500 cm. “Jika atlet menginjak di luar pad digital namun masih pada lingkaran, akan dihitung jarak cm dari titik nol, sedangkan jika di luar lingkaran nilainya 500,” kata Wahyu. Pada Asian Games 2018, untuk kategori akurasi, terdapat dua nomor beregu dengan 6 ronde (putaran), dan dua nomor individual dengan 4 ronde, selama 4 hari pertandingan. Sedangkan untuk Lintas Alam, ada dua nomor beregu dengan 5 ronde, berlangsung selama 5 hari pertandingan. “Pada nomor beregu nilai akan diakumulasikan masing masing atlet dan menjadi nilai bersama pada masing-masing nomor,” kata Wahyu. Diketahui, sebelumnya Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, berharap lebih dari 2 medali emas bisa diperoleh pada cabang olahraga paralayang.

Debutan Baru Cetak Sejarah, Tim Paralayang Indonesia Catat Emas Di Ajang Perdana Asian Games 2018

Atlet paralayang Indonesia, Joni Efendi, saat melakukan landing, dalam nomor ketepatan mendarat (KTM) beregu putra cabor Paralayang atau Pragliding, di Gunung Mas Puncak, Bogor, Rabu (22/8). (liputan6.com)

Bogor- Cabang olahraga (cabor) paralayang atau paragliding meraih emas pertama di Asian Games 2018. Tampil pertama kali di multievent level Asia, Paragliding sukses di nomor ketepatan mendarat (KTM) beregu putra, pada Asian Games 2018. Satu emas adalah sesuai target dari Pengurus Besar Federasi Aero Sport Indonesia (PB FASI). Bertanding di Gunung Mas Puncak, Bogor, Rabu (22/8), Indonesia mengumpulkan 97 poin terakhir (putaran enam), guna melengkapi jumlah total poin tertinggi. Indonesia mengumpulkan total poin tertinggi, 1104 dari enam putaran yang dijalani. Jumlah poin Indonesia jauh melebihi pencapaian dari Tim Korea Selatan yang memperoleh perak paska meraup total poin 1771, dan Thailand dengan pencapaian 1901 poin mendapatkan perunggu. Di putaran pertama, Jafro Megawanto dkk. menduduki posisi kedua, di bawah China, setelah mengumpulkan 315 poin. Sementara China memimpin dengan 189 poin. Namun di putaran kedua, Indonesia menyalip ke posisi pertama dengan 272 poin, usai Aris Apriyansyah dan Jafro sukses mencatatkan dua hasil terendah. China kembali memimpin putaran ketiga, usai mencatat poin terendah 25 berbanding dengan Indonesia dengan poin 70 di tempat kedua. Beruntung, Indonesia mencatatkan hasil bagus di dua putaran terakhir dengan menghasilkan 64 poin dan 95 poin. Meskipun masih di bawah catatan Korsel, yang mengumpulkan 24 dan 22 poin di dua puataran akhir, tapi Korsel kalah jauh di putaran kedua dan dan pertama, dengan catatan 622 poin dan 841 poin. Hingga total poin Indonesia pun menjadi yang terendah teratas mengungguli Korsel maupun China, yang hanya duduk di posisi lima. Manajer Timnas Paragliding, Wahyu Yudha mengatakan, jika hasil ini adalah buah perjuangan selama ini berlatih. Padahal, cabang ini baru pertama kal di Asian Games 2018 dan langsung meraih medali emas. “Ini catatan emas untuk sejarah paragliding Indonesia dan Asian Games 2018. Karena pertama kali tampil, kita langsung emas,” tuturnya. Sementara menurut sang pelatih Gendon Subandono, tiap poin yang dikumpulkan oleh lima penerjun, Jafro, Aris Apriansyah, Joni Efendi, Hening Paradigma, dan Roni Pratama, sangatlah berarti. Tak ada satu pun yang dinilainya buruk karena untuk nomor beregu, hasil satu sama lain saling mendukung. “Jika melihat dari skor, atlet yang paling menonjol itu Jafro. Dia punya performa yang cukup bagus dan cukup stabil. Dia juga yang kita unggulkan untuk nomor individu,” katanya. Cabang ini selain menyumbangkan medali emas dari putra, juga membukukan medali perak dari nomor ketepatan mendarat beregu putri. Lis Andriana, Ike Ayu Wulandari, dan Rika Wijayanti mengumpulkan poin total 2122 atau terpaut 77 poin dari Tim Thailand, yang meraih medali emas. Di tempat ketiga ada Tim Korsel yang berhak atas perunggu paska mengoleksi 2363 poin. Indonesia masih berpeluang menambah medali dari nomor individu putra dan putri dari Jefro dan Lis. Gendon menambahkan, bila untuk dua nomor tersebut pihaknya sangat berupaya untuk meraih emas. “Kami berupaya di nomor individu, bisa memenuhi target emas di nomor ketepatan mendarat. Karena di nomor lintas alam, rasanyan sulit. Sebab untuk landasan take off terlalu sempit, hanya untuk 4-5 parasut, sementara kita sendiri belum terbiasa. Apalagi, kita tak memiliki peralatannya,” pungkasnya. (Dre)

Bungkam Jepang 3-1, Tim Beregu Putra Bulutangkis Indonesia Bidik Medali Emas Asian Games 2018

Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi membalas kekalahan mereka di Kejuaraan Dunia 2018 lalu, usai mengalahkan duet Takeshi Kamura/Keigo Sonoda, dan membantu kemenangan Indonesia 3-1 atas Jepang, di laga Semifinal beregu putra cabor bulutangkis Asian Games 2018. (Pras/NYSN)

Jakarta- Tim beregu putra bulutangkis Indonesia mampu menjaga asa meraih medali emas Asian Games XVIII/2018. Kevin Sanjaya Sukamuljo dan rekan sukses menyingkirkan Jepang di laga semifinal, pada Selasa (21/8), di Istora Senayan, Jakarta, dengan skor 3-1. Di partai puncak, pada Rabu (22/8), skuat Merah Putih bakal adu kekuatan dengan China yang sukses mengandaskan perlawanan China Taipeh dengan skor 3-1. Di partai pertama, Anthony Sinisuka Ginting menantang Kento Momota. Pebulutangkis yang menghuni ranking 12 dunia versi BWF itu mampu meladeni perlawanan wakil Negeri Sakura itu. Memberikan tekanan sepanjang laga, Anthony yang tampil percaya diri akhirnya berhasil menuntaskan gim ini dengan skor 21-14. Di gim kedua, wakil tuan rumah itu tak mengendurkan permainan, bahkan terus mengancam daerah pertahanan Momota. Kerap memainkan bola reli serta pendek menyilang di depan net sangat efektif bagi Anthony untuk memanen angka, namun ia dipaksa menyerah 14-21 oleh pemain Jepang penghuni rangking 4 versi BWF itu. Berlanjut di gim penentu, duel dua pemain tetap berlangsung dalam tensi tinggi. Bahkan saling serang mewarnai jalannya pertandingan membuat publik tuan rumah bergemuruh. Anthony sempat berada di atas angin setelah unggul 15-10. Bukannya menambah poin, justru pemain Matahari Terbit itu mampu merebut 11 poin berturut-turut dan mengunci perolehan angka Anthony di poin 15. Skor menjadi 19-15 untuk Momota. Hanya satu poin yang berhasil ditambah Anthony, dan dua poin krusial direbut Momota dengan meyakinkan yang menutup gim ini dengan skor 16-21, serta memastikan Jepang unggul 1-0, dalam tempo 84 menit. Kedua pemain sejauh ini telah berjumpa sebanyak 4 kali. Satu-satunya kemenangan Anthony tercipta di ajang Hongkong Open 2015, straight game, 21-7 dan 21-15. “Sebenarnya tidak ada beban. Dari kemarin saya bisa menikmati permainan. Sayang banget tadi, sebetulnya saya berpeluang dapat poin. Tapi dia mainnya menunggu lawan buat kesalahan,” ujar Anthony usai laga. Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi yang turun di partai kedua mampu membalas kekalahan Indonesia di laga awal. Skor imbang 1-1. Duet andalan Merah Putih tampil memukau saat berjumpa dengan Takeshi Kamura/Keigo Sonoda. Ganda ranking satu dunia versi BWF itu tak memberikan kesempatan kepada lawan untuk mengembangkan permainan. Begitu juga dengan smash-smash keras baik yang dilancarkan Kevin dann Marcus sepanjang laga tak mampu dibendung lawan. Tampil superior selama 31 menit, The Minions akhirnya sukses menunaikan tugasnya untuk menyumbang angka bagi skuat Merah Putih setelah menutup pertandingan dengan skor 21-18 dan 21-12. Kemenangan ini membalas kekalahan mereka di perempat final BWF World Championship 2018, awal Agustus lalu. Kevin/Marcus kalah straight game, 19-21 dan 18-21. “Kami belajar dari kekalahan kemarin. Hari ini kami jauh lebih siap. Kami menekan dari awal, dan mereka tidak bisa keluar dari tekanan itu,” terang Kevin soal kemenangannya. Aura positif Kevin/Marcus berlanjut pada pemain tunggal Jonatan Christie. Bertanding di partai ketiga, butuh 54 menit bagi pemain kelahiran Jakarta, 15 September 1997 itu untuk mengunci kemenangan dua gim langsung atas Kenta Nishimoto, 21-15 dan 21-19. Indonesia memimpin 2-1. “Puji Tuhan saya bisa menang hari ini. Di pertemuan sebelumnya saya kalah, dan belum pernah menang dari dia. Saya tak menyangka menang straight game hari ini. Pokoknya saya sudah siap capek dan main rubber game melawan pemain Jepang,” tutur pemain asal PB Tangkas Specs Jakarta itu. Indonesia memastikan tiket final beregu putra bulutangkis Asian Games XVIII/2018, setelah duet Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto mampu mengemban tugas dengan baik di partai penentu. Mereka hanya butuh 33 menit untuk menyudahi perlawanan Takuto Inoue/Yuki Kaneko, dua gim langsung 21-10 dan 21-10. Selama ini, Fajar/Rian selalu gagal meraih kemenangan atas wakil Jepang ranking 7 dunia versi BWF itu. Dan, hasil ini membuat pasangan Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta itu berhasil memangkas rekor pertemuannya menjadi 1-4 atas Takuto/Yuki. “Kami bersyukur karena tim Indonesia bisa ke final dan kami menyumbang poin. Kami tak terbebani karena sudah unggul 2-1, jadi mainnya enak,” tukas Fajar. “Kami ingin skornya 3-1 saja. Kami belum pernah menang lawan mereka, ini motivasi buat kami. Yang penting bisa membalas kekalahan di rumah kami sendiri,” pungkasnya. (Adt) Hasil Pertandingan Semifinal Bulutangkis Beregu Putra Asian Games vs Jepang 3-1: Partai Pertama Anthony Sinisuka Ginting vs Kento Momota : 21-14, 14-21, 16-21 Partai Kedua Kevin Sanjaya Sukomuljo/Marcus Fernaldi Gideon vs Takeshi Kamura/Keigo Sonoda : 21-18, 21-12 Partai Ketiga Jonatan Christie vs Kenta Nishimoto : 21-15, 21-19 Partai Keempat Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto vs Takuto Inoue/Yuki Kaneko : 21-10, 21-10 Partai Kelima Ihsan Maulana Mustofa vs Kanta Tsuneyama (tidak dimainkan)

Tren Positif UEA Babak 16 Besar di Dua Asian Games Terkini, Wajib Diwaspadai Timnas U-23

Bek kanan Timnas U-23, I Putu Gde Juni Antara (2), membayangi pemain Hongkong Wai Keung Chung (9), pada laga penentuan Juara Grup A, di Stadion Patriot Candrabaga, Bekasi, Senin (20/8) malam. Indonesia berhasil unggul 3-1 dan lolos ke babak 16 besar cabor sepak bola putra. (Pras/NYSN)

Jakarta- Timnas U-23 Indonesia dan Timnas U-23 Uni Emirat Arab (UEA) terus mengasah diri. Kedua tim itu akan bertemu dalam babak 16 besar sepak bola putra Asian Games 2018 di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi, Jumat (24/8) pukul 16.00 WIB. Indonesia lolos ke babak 16 besar sebagai juara Grup A setelah pada laga terakhirnya menekuk Timnas U-23 Hongkong 3-1. Uni Emirat Arab lolos ke babak 16 besar setelah menjadi salah satu dari empat tim peringkat ketiga terbaik, meski kalah 1-2 dari China pada laga terakhirnya. Mengamati perjalanan UEA ke babak 16 besar, di atas kertas Indonesia berpeluang lolos ke perempat final. Namun, fase sistem gugur (knockout) biasanya berbeda dengan penyisihan grup. Sebuah tim bisa saja tampil kurang mengesankan di penyisihan grup, tapi bisa tampil lebih baik di fase babak knockout. Sepanjang tampil di Asian Games, tim yang nyaris saja batal ikut cabang sepak bola ini karena sempat tak diikutkan dalam undian itu, lebih baik dari Indonesia. UEA mengikuti sepak bola Asian Games sejak 2002. Prestasi terbaik UEA di cabang sepak bola itu adalah runner-up atau meraih medali perak. Sedangkan Indonesia hanya sampai babak 16 besar. UEA memiliki tradisi positif, di dua Asian Games sebelumnya, setiap kali lolos ke babak 16 besar. Pada Asian Games 2012 di Guangzhou, China, tim berjuluk Al Suqor (The falcons) menekuk para atlet Kuwait 2-0 di babak 16 besar. Di partai perempat final, UEA menang adu penalti 9-8 setelah bermain 0-0 hingga perpanjangan waktu dengan Korea Utara. Dan di fase semifinal, UEA menang 1-0 atas Korea Selatan setelah 0-0 hingga 2×45 menit. Akhirnya, di final UEA menyerah 0-1 kepada Jepang. Lalu, Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, UEA juga lolos ke babak 16 besar sebagai runner-up Grup G. Di babak 16 besar, UEA berhasil menekuk Vietnam, yang perkasa di penyisihan grup, dengan skor 3-1. Di perempat final, langkah UEA dihentikan Korea Utara dengan skor 1-0. Dalam sejarah Asian Games, UEA sejatinya pernah melawan Indonesia, pada babak perempat final Asian Games X/1986 di Seoul, Korea Selatan. Saat itu, tim asuhan Almarhum Bertje Matulapelwa, sukses mengandaskan negara dengan julukan negri Tuan Tanah itu, melalui adu penalti dengan skor 4-3. Sebelumnya, skor 2-2 dalam pertandingan normal. Tim Indonesia maju ke semifinal Asian Games 1986. Tapi, Ponirin Meka, Marzuki Nyakmad, Ricky Yakob, dan kawan-kawan, tumbang di tangan tuan rumah, Korea Selatan 4-0. Pada perebutan medali perunggu, Ponirin cs pun dikalahkan Kuwait 5-0. Peringkat keempat 1986 merupakan prestasi tertinggi tim merah putih, di ajang Asian Games. Skuad tim 1986 yang antara lain berisi Ponirin Meka/I Gede Putu Yasa, Yonas Sawor, Marzuki Nyakmad, Zulkarnaen Lubis, Ricky Yakob, Ely Idris, Robby Darwis, dan Robby Maruanaya, merupakan salah satu generasi emas dalam sepak bola nasional. (Ham) JALAN KE 16 BESAR Timnas U-23 Taiwan 0-4 INDONESIA INDONESIA 1-2 Palestina Laos 0-3 INDONESIA INDONESIA 3-1 Hongkong Uni Emirat Arab UEA 0-1 Suriah Timor Leste 1-4 UEA UEA 1-2 China

Tak Setragis Korea Utara, Timnas Putri Indonesia Dihujani Selusin Gol Korea Selatan

Anggota Timnas Sepak bola Putri Indonesia, Zahra Musdalifa (11) tak kuasa menahan airmatanya, usai dibantai 12-0 oleh tim Korea Selatan, dibabak penyisihan Grup A. Laga ini berlangsung di Stadion Gelora Sriwijaya, Palembang, pada Selasa (21/8). (Detik.com)

Palembang- Timnas Sepak bola Putri Indonesia harus mengakui ketangguhan Korea Selatan, usai dilibas dengan skor telak 0-12, dalam lanjutan grup A yang dimainkan di Stadion Gelora Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (21/8). Belum genap lima menit, gawang yang dikawal Vera Lestari dirobek oleh Hyunyoung Lee. Tujuh menit berselang, giliran Moon Mira yang memaksa Vera Lestari memungut bola dari sarangnya, lalu disusul Lim Seonjoo di menit ke-14. Tak berhenti disitu, Moon Mira kembali berulah di menit ke-37, dan menambah pundi-pundi gol Korea Selatan. Tujuh menit sebelum turun minum, Hyunyoung Lee membuat gol kelima Korea Selatan di babak pertama. Setelah jeda turun minum, Korea Selatan yang bermain di atas angin, hingga menambah tujuh gol, yakni Hyunyoung Lee (47″), (71″), (90″); Son Hwayeon (48″); Jang Selgi (67″); dan Ji Soyun (88″), (90+”). Didapati statistik yang dilansir dari laman Asian Games 2018, Korea Selatan sangat mendominasi permainan. Penguasaan bola tim negeri Ginseng mencapai 76% dengan total lama bermain yakni 45 menit. Sedangkan Indonesia hanya mencapai 24% dengan waktu lama bermain 14 menit. Dari segi peluang, Indonesia hanya mampu melesatkan satu tendangan yang terarah selama 2×45 menit. Sementara Korea Selatan, total mencapai 21 tendangan ke arah gawang, dan 12 diantaranya tercipta gol. Meski begitu, nasib Garuda Pertiwi masih sedikit lebih baik, dibandingkan Korea Utara di ajang yang sama. Sehari sebelumnya, cerita lebih tragis dialami Timnas Putri Korea Utara, saat diberondong 0-16 oleh tim putri Cina. Kini, timnas putri Korea Selatan telah mengoleksi 9 poin dari tiga laga yang telah dilakoni. Sebelum membantai Indonesia 12-0, Korea Selatan telah menekuk Taiwan 2-1 dan Maladewa dengan skor 8-0. Atas perolehan yang telah dicapainya, Korea Selatan memimpin akhir klasemen grup A, dan menjadi juara grup. Timnas putri Taiwan yang sukses memenangkan 2 laga, berhasil mengumpulkan 9 poin, dan berhak atas tiket ke fase gugur sebagai runner up grup A mengikuti timnas putri Korea Selatan. Timnas putri Indonesia hanya meraih 3 poin dan berada di urutan ketiga klasemen. Satu-satunya poin didapat Srikandi Indonesia, pada saat melawan Maladewa dengan skor 8-0. Sedangkan saat melawan Taiwan, Timnas putri Indonesia dihajar 4-0. Sedangkan timnas putri Maladewa berada di urutan paling buncit tanpa meraih kemenangan. (Dre) Hasil Grup A Sepak Bola Wanita Asian Games 2018, Selasa (21/8) Indonesia 0-12 Korea Selatan Taiwan 7-0 Maladewa Klasemen Akhir Grup A sepak bola Putri Asian Games 2018 No        Tim          MP   Gol   Poin 1. Korea Selatan     3     22:1   9 2. Taiwan               3     12:2   6 3. Indonesia           3     6:16   3 4. Maladewa           3     0:21   0

Takluk Lawan Taiwan, Pelatih Tim Basket Putri Indonesia Mengaku Pemanasan Melawan India

Power forward Timnas Basket Putri Indonesia, Priscilla Annabel Karen (10), berusaha menjaringkan bola, meski dihadang pemain Taiwan. Indonesia akhrinya menyerah dengan skor telak 51-115, pada Selasa (21/8). (Riz/NYSN)

Jakarta- Bertempat Hall Basket, komplek Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (21/8), Timnas Basket Putri Indonesia takluk dari Taiwan. Ini menjadi kekalahan ketiga beruntun Tim bola basket putri Indonesia selama penyisihan Grup X Asian Games 2018. Sebelumnya, Indonesia kalah dari tim Korea (unifikasi) dan Kazakhstan. Pada kuarter pertama, Indonesia tertinggal lebih dulu. Aksi Ihsiu Cheng membuka keunggulan Taiwan dua poin. Kontan Henny Sutjiono membalas lewat lepmaran bebas yang hanya mendapat 1 angka. Lagi-lagi Ihsiu Cheng menambah poin dua angka menjadi 1-4. Tetapi, aksi menawan dari Natasha Debby dengan tembakan tiga poin membuat skor sama menjadi 4-4. Sempat sengit diawal kuarter, Taiwan meninggalkan kubu tuan rumah dengan skor 7-22. Hingga akhir kuarter pertama, Indonesia tertinggal selisih 22 angka, yakni 12-34. Memasuki kuarter kedua, Srikandi Indonesia mendapati satu poin lebih dulu dari Henny. Namun, Fanshan Huang membalas dengan tembakan tiga poin guna melebarkan jarak skor 14-37. Bermain lebih percaya diri, Taiwan semakin meninggalkan jauh Indonesia. Sebaliknya, Indonesia seloah mengendurkan tensi permainan. Menutup kuarter kedua, Taiwan unguul 66-24. Mengawali kuarter ketiga, anak asuh Arif Gunarto juga belum mampu berbuat banyak. Henny dan kawan-kawan hanya bisa menambah 13 angka. Taiwan bahkan menikmat pertandingan, dan mencetak skor 33-90. Aksi dua poin Ivonne Febriani Sinatra di ujung kuarter terakhir, hanya menambah koleksi Timnas menjadi 51 angka, sementara Taiwan mengemas 115 poin. Ditemui usai laga, Arif membeberkan permainan anak asuhnya yang terbilang buruk. “Anak-anak makin down, setelah lawan Kazakhstan. Agak sayang gitu. Tapi its ok,” ujar Arif. “Memang Taiwan di atas kami, saya juga memprediksi akan kalah. Setidaknya, lawan Taiwan malam ini untuk latihan dan pemanasan, sebelum menghadapi India nanti,” imbuhnya, percaya diri. Di Laga pamungkas, Indonesia akan menghadapi India, pada Kamis (23/8). Kekalahan ini membuat peluang Indonesia ke perempat-final jadi semakin menipis. Namun, partai ini juga menentukan, siapa yang lolos ke perempat final, dan siapa yang hanya bisa berangkat ke classification games. “Melawan India, kita hars fight. Dengan status tuan rumah, kami harus tunjukkan yang terbaik ke penonton. Peluangnya 60:40, saya optimis, tapi ya 40% itu optimisnya,” tukas Arif seraya tersenyum. (Dre)