Atlet Angkat Berat DKI Jakarta Sabet 2 Medali Emas dan 1 Medali Perak

Atlet Angkat Berat DKI Jakarta Sabet 2 Medali Emas dan 1 Medali Perak

Tim Perkumpulan Angkat Berat Seluruh Indonesia (Pabersi) DKI Jakarta sukses unjuk gigi pada event Invitasi Nasional Angkat Berat Remaja Junior Klasik 1 di Pringsewu, Lampung, 6-9 Juni 2021. Tampil tanpa target, Tim PABERSI DKI Jakarta sukses mengemas dua emas dan satu perak. Satu emas dipersembahkan Kintan Adelia C. Dia jadi terbaik pada kelas 84+ Junior Putri. Satu emas lainnya disumbangkan Andre. Dia mendapatkan emas dari kelas 83 Junior Putra. Sementara Jacqueline Donna Gani membawa pulang perak. Jacqueline Donna Gani berstatus runner-up di Kelas 63 Junior Putri. Raihan medali skuad PABERSI DKI Jakarta nyaris bertambah. Karena Sandy Yonathan menempati posisi keempat kelas 74 Junior Putra. Pencapaian ini disambut positif Kemalsyah Nasution selaku Ketua PABERSI DKI Jakarta. Ke depannya ia berharap olahraga angkat berat bisa semakin berkembang. “Kita berharap pembinaan prestasi mulai dari remaja agar ke depan semakin banyak atlet angkat berat yang go internasional dan mengharumkan NKRI,” Kemalsyah Nasution menuturkan. Sementara itu, Bendahara Umum PABERSI DKI Jakarta, Saviera menyebut hasil positif pada ajang Invitasi Nasional Angkat Berat Remaja Junior Klasik 1 merupakan persiapan sebelum menuju Kejuaraan Asia. “Dengan hasil kejuaraan ini, kami akan mempersiapkan para atlet muda ini menuju Kejuaraan Asia pada bulan Desember 2021 di lampung,” kata Saviera. “Semoga ada dukungan dari Disorda dan KONI DKI Jakarta perihal sarana peralatan latihan guna mendukung prestasi mereka,” tambahnya.

Sabet Medali, Windy Cantika Aisah Pastikan Tiket Olimpiade

Sabet Medali, Windy Cantika Aisah Pastikan Tiket Olimpiade

Satu lagi atlet Indonesia yang memastikan diri untuk berlaga di Olimpiade Tokyo. Kali ini giliran lifter muda Indonesia, Windy Cantika Aisah. Ia mengunci tiket ke Olimipiade seusai meraih medali perunggu angkatan snatch pada Kejuaraan Asia Angkat Besi 2021 di Tashkent, Uzbekistan, Sabtu, 17 April 2021. Turun di nomor 49 kg putri, lifter berusia 18 tahun itu menempati peringkat ketiga kategori snatch dengan angkatan 87 kg. Di kategori Clean and Jerk, ia berada di peringkat keempat dengan 102 kg. Pada kategori total angkatan, Windy berada di peringkat keempat dengan 189 kg. Manajer tim Indonesia, Pura Darmawan mengatakan raihan perunggu di Uzbekistan membuat Windy mengumpulkan 4038,7198 poin di peringkat Federasi Angkat Besi Internasional (IWF). Ia pun naik dari peringkat tujuh ke peringkat lima. Kini, ia sudah aman berada di delapan besar ranking IWF sehingga tiket Olimpiade Tokyo resmi digenggam. “Ini sudah optimal. Kejuaraan ini (Kejuaraan Asia Angkat Besi 2021) boleh dibilang mini Olimpiade. Jadi, perjuangan Windy Cantika untuk meraih perunggu di snatch cukup berat,” ujar Pura Darmawan, Senin, 19 April 2021. Menurut Pura, pada akhir Mei nanti, ada kemungkinan Windy Cantika kembali tampil di Tashkent pada Kejuaraan Asia Angkat Besi Junior 2021. Peluang Windy Cantika mendapatkan emas di sana tentu sangat terbuka. “Paling tidak, kami sudah punya gambaran apakah Windy Cantika tetap ditampilkan pada Kejuaraan Asia Junior atau tidak,” kata Pura Darmawan. “Jika sukses di kejuaraan tersebut tentu peringkat IWF makin terdongkrak. Yang jelas untuk sekarang, tiket Olimpiade aman dalam genggaman,” lanjutnya. Dengan lolosnya Windy Cantika, total ada enam atlet Indonesia yang sudah memastikan tiket Olimpiade Tokyo 2020. Adapun sisanya masih berjuang untuk mengamankan posisi mereka dalam Race to Tokyo karena kualifikasi masih berjalan. Sedangkan untuk Paralimpiade Tokyo 2020, sejauh ini ada 15 atlet Indonesia yang telah memastikan tempat. Berikut daftar atlet Indonesia dalam Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo (per 19 April 2021): Olimpiade Tokyo 2020 Angkat Besi Eko Yuli Irawan (61 kg putra) Windy Cantika Aisah (49 kg putri) Atletik Lalu Muhammad Zohri (100 meter putra) Menembak Vidya Rafika Rahmatan Toyyiba (100 m air riffle putri) Panahan Diananda Choirunnisa (Individual putri, mixed team) Riau Ega Agatha (Individua Putra, mixed team) Paralimpiade Tokyo 2020 Atletik Saptoyogo Purnomo Kharisma Evi Tiarani Angkat Berat Ni Nengah Widiasih Balap Sepeda Muhammad Fadli Imammuddin Bulu Tangkis Dheva Anrimusthi Hary Susanto Fredy Setiawan Ukun Rukaendi Leani Ratri Oktila Khalimatus Sa’diyah Menembak Bolo Triyanto Hanik Puji Astuti Renang Syuci Indiriani Tenis Meja David Jacobs Komet Akbar

Lifter Putra Junior Indonesia, Muhammad Faathir, Membuat Kejutan Pada Kejuaraan Angkat Besi Junior Asia 2020

Muhammad Faathir berhasil memecahkan rekor dunia di cabang angkat besi pada Kejuaraan Remaja dan Junior Asia 2020. (Foto: Google)

Prestasi membanggakan dibuat Muhammad Faathir, Dia berhasil memecahkan rekor dunia di cabang angkat besi pada Kejuaraan Remaja dan Junior Asia 2020. Tampil di Uzbekistan Sports Complex, Uzbekistan, Sabtu (15/2/2020) malam, remaja kelahiran Samarinda, Kalimantan Timur, 21 Mei 2003, bukan hanya meraih tiga medali emas, tetapi juga memecahkan dua rekor dunia. Event tersebut merupakan salah satu ajang kualifikasi kategori gold menuju Olimpiade 2020 Tokyo. Faathir tampil di kelas 61 kg. Dia mampu menorehkan total angkatan 273 kg, dengan rincian 119 kg snatch dan 154 kg clean and jerk. Faathir mempertajam rekor yang dibuatnya sendiri pada Kejuaraan Angkat Besi Junior dan Remaja di Pyongyang, Korea Utara, Oktober 2019 lalu. Kala itu dia memecahkan rekor clean and jerk seberat 153 kg dan total angkatan 272 kg. Tak cuma itu, lifter berusia 16 tahun tersebut juga memegang dua rekor dunia lainnya yakni snatch dari 118 kg menjadi 119 kg, clean and jerk dari 149 kg menjadi 153 kg, serta total angkatan dari 269 kg menjadi 272 kg. Berkat pencapaiannya, Faathir mendapatkan medali emas di Kejuaraan Remaja dan Junior Asia 2020. Sementara medali perak diraih Gogoi Sidhanta asal India, dan perunggu didapat lifter Kazakhstan, Akmolda Shairamkaz. https://www.instagram.com/p/B8nSjaon8hm/ Prestasi yang dicapai M Faathir tidak instan. Pasalnya, lifter yang menghuni Sekolah Olahraga Ragunan (SOR), Jakarta, sudah mulai bergabung dalam pelatnas angkat besi Asian Games 2018.

Indonesia Keluar Sebagai Juara Umum Pada Kejuaraan Binaraga dan Fisik di Singapura

Indonesia berhasil menyabet juara umum pada ajang WFF Dennis World Wide Classic 2019 di Marina Bay Sand, Singapura. Walaupun bersaing dengan 11 negara, tim Indonesia berhasil mendapatkan 14 medai yang terdiri dari Sembilan medali emas, empat medali perak dan satu medali perunggu. “Alhamdulillah, semua melewati target awal kami di kejuaraan ini,” Kata Kemalsyah Nasution Ketua Umum Perbafi yang dilansir dari detikSport, Senin (25/3/2019). Hal ini sangat tidak disangka oleh Perbafi waktu mereka mengirimkan 10 atlet mereka ke ajang ini, saat itu Perbafi hanya mentargetkan posisi tiga besar Delapan dari sepuluh atlet berhasil meraih gelar, dan ada atlet yang berhasil memboyong lebih dari satu medali. Pencapaian tim Garuda di Singapura ini sangat membanggakan, karena sebelas negara lain yang bersaing selama ini adalah pesaing ketat. Rincian Medali: Emas 1.Krisna Purnama (Tiga emas) -Men Beach Model <172 cm -Overall Men Beach Model -Men Beach Model Pro Division 2.Monica Sinatra (empat emas) -Women sportmodel <163 cm -Women SportModel >30 Tahun -Overall Women Sport Model -Women Sportmodel Pro Division 3. Yofanly R (tiga emas) -Men Sport Model <172cm -Overall Men Sport Model -Men Sport Model Pro Division Perak 1. Krisna Purnama -Men Body Building Athlete 2. Dika -Men Beach Model <172cm 3. Amirudin Azis -Men Sport Model > 30 tahun 4. Elly -Women Sport Model > 30 tahun 5. Firma Diana -Ms. Bikini Model >163 cm Perunggu 1. Dian Bagol -Men Bodybuilding Fitness. (IHA)

Nur Vinatasari, Remaja 17 Tahun, Berhasil Meraih Medali Pertama Bagi Indonesia di Ajang Youth Olympic Games 2018

Lifter muda Nur Vinatasari (kanan) meraih medali perunggu dengan total angkatan 162 kg (snatch 72 kg dan clean and jerk 90 kg), di ajang Olimpiade Remaja, di Argentina. (Youth Olympic Games Argentina 2018)

Jakarta- Kontingen Olimpiade Remaja (Youth Olympic Games) 2018, di Buenos Aires, Argentina, meraih medali perunggu dari cabang angkat besi melalui Nur Vinatasari. Turun di kelas 53 kg, pada Selasa (9/10) waktu setempat atau Rabu (10/10) dinihari waktu Indonesia, Nur Vinatasari berhak atas medali perunggu setelah membukukan total angkatan 162 kg, yakni 72 kg untuk angkatan snatch, dan 90 kg untuk clean and jerk. Lifter remaja kelahiran Pringsewu, Lampung, 5 Juli 2001 itu, mengaku bangga dengan prestasi yang diraihnya pada Olimpiade Remaja ini. Menurutnya, kunci dari semua itu adalah kerja keras, tidak mudah putus asa, dan disiplin dalam melakukan segala hal. “Saya bangga dengan prestasi ini. Saya berharap bisa menjadi motivasi bagi anak muda Indonesia lainnya untuk mampu memberikan yang terbaik kepada bangsa dan negara,” ujar Vina, sapaannya, Rabu (10/10). Usai mengukir medali perunggu di Olimpiade Remaja, Vina membentang asa. Ia berharap menjadi yang terbaik pada kejuaraan internasional lainnya. Lebih dari itu, Vina membidik prestasi tinggi bisa menembus Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang. Sementara itu, Sabina Baltag asal Rumania meraih medali emas usai mencatatkan total angkatan 177 kg (snatch 77 kg dan clean and jerk 100 kg). Dan, medali perak menjadi milik Junkar Acero asal Kolombia dengan total angkatan 176 kg (snatch 78 kg dan clean and jerk 98 kg). Sedangkan Dito Ario Tejo, Chief de Mission (CdM) Kontingen Indonesia Youth Olympic Games (YOG) 2018, menegaskan dirinya bangga dengan pencapaian lifter muda Indonesia itu. Ia menyebut hasil ini sudah menyamai pencapaian kejuaraan yang sama sebelumnya di Nanjing, Cina, empat tahun lalu. “Kami berharap akan bertambah lagi, ada beberapa cabor lagi yang berpotensi mengharumkan nama bangsa,” ungkap Dito. Olimpiade Remaja 2018 di Buenos Aires, Argentina, berlangsung pada 6-18 Oktober. Terdapat 32 cabang dengan 241 nomor yang dipertandingkan. Kontingen Indonesia mengirimkan 18 atlet untuk berpartisipasi pada 8 cabor. Yakni badminton (Maharani Sekar Batari dan Ikhsan Leonardo Immanuele Rumbai), atletik (Diva Renatta Jayadi dan Adi Ramli Sidiq), renang (Adinda Larasati Dewi Kirana, Farrel Armando Tangkas, Azzhara Permatahani, dan Azel Zelmi Arialingga). Kemudian, angkat besi (Nur Vinatasari), basket 3×3 (Ni Putu Eka Liana, Michelle Kurniawan, Hoo Valencia Angelique, dan Nathania Claresta Orville), menembak (Muhamad Naufal Mahardika), golf (Vania Ribka), dan voli pantai (Bintang Akbar dan Danang Herlambang). (Adt)

Batal Lakukan Start Sempurna, Miskomunikasi Ganjal Triyanto Tambah Medali Angkat Besi

Lifter Indonesia Triyatno, meluapkan emosinya usai berhasil melakukan angkatan "snatch", pada nomor angkat besi putra 69 kg grup A Asian Games 2018, di JiExpo, Jakarta, Rabu (22/8). (antarafoto.com)

Jakarta- Tak ada kejutan yang tercipta dari cabor angkat besi kelas 69 kg putra Asian Games 2018, Rabu (22/8). Dua lifter Indonesia, Deni dan Triyatno, sama-sama gagal meraih medali. Deni mengaku, sudah realistis soal peta persaingan di kelas 69 kg putra Asian Games 2018. “Terima kasih kepada semuanya yang sudah menyaksikan dan support. Ini merupakan penampilan terbaik saya, dan semoga kedepannya saya bisa memberikan yang lebih baik untuk Indonesia” kata Deni, saat ditemui awak media usai pertandingan. Tergabung di Grup B, Deni tak cukup optimis meski mampu meraih Top Six. Ia mengaku pada babak Snatch, dirinya terburu-buru melakukan angkatan, sehingga sulit menjaga keseimbangan tubuh, ketika mengangkat besi. “Saat Clean and Jerk, mungkin endurance saya yang kurang, karena selama latihan, belum pernah coba diluar batas kemampuan,” tambah pria Bogor kelahiran 26 Juli 1989 itu. Pada babak Snatch, Deni sanggup mengangkat 137kg, 141kg, dan 145kg, namun gagal di angkatan ketiga. Untuk Clean & Jerk, ia sukses mengangkat 170kg, 177kg, dan 180kg, tapi gagal di angkatan ketiga, dan meraih total angkatan 318kg. Meski jadi yang terbaik di Grup B, ia tetap tak yakin total angkatan 318kg miliknya, bisa menyaingi para lifter dari Grup A. Dan prediksi itu terbukti. Para lifter dari Grup A, mampu menorehkan catatan yang lebih baik dari Deni, termasuk Triyatno. Triyatno, sebenarnya berpeluang menambah medali angkat besi jadi dua emas, setelah sumbangan dari Eko Yuli Irawan. Sialnya, total angkatan 329 milik Triyatno, hanya menempati posisi keempat, di klasemen akhir kelas 69 kg. Ia kalah dari lifter Korea Utara,  Choi O Kang (336kg), lifter Uzbekistan, Doston Yokubov (331kg), dan lifter Kirgistan, Izzat Artykov (330kg). “Saya minta maaf kepada bangsa Indonesia dan keluarga, karena gagal meraih medali. Mungkin pertandingan tadi, ada miskomunikasi antar saya dengan pelatih,” ungkap Triyatno, paska lomba. Miskomunikasi terjadi di momen angkatan clean and jerk. Seharusnya, Triyato mengawali angkatan clean and jerk dengan bobot 180kg. Tapi, angkatan pertamanya justru menempatkan angka 175kg. Padahal, Triyatno sudah meminta pelatih untuk menambah angkatan pertama. “Di angkatan pertama clean and jerk, harusnya sudah ganti start. Ini malah belum diganti tapi sudah dipanggil duluan. Kalau untuk di snatch, sesuai strategi. Karena tadi di snatch ukuran kedua. Makanya, seharusnya clean and jerk start 180 itu sudah bagus,” jelas Triyatno. “Itu tadi saya bilang, di angkatan pertama, pelatih sudah menempatkan 175, ditaruhnya setelah saya timbang badan. Setelah pemanasan, bisa dinaikkin lagi, tapi lupa diubah. Sedangkan negara lain sudah cepat mengubahnya. Jadi, sedikit miskomunikasi saja,” lifter kelahiran Metro, Lampung, 20 Desember 1987 itu menambahkan. Hal serupa juga disampaikan sang pelatih, Dirja Wihardja. “Betul, kami ada miskomunikasi dari atlet, pelatih dan asisten pelatih. Sebab, peningkatan pergantian angka saat start awal itu hasilnya nanti cukup signifikan, apalagi dari 170 ke 175, begitu seterusnya,” jelas Dirja. Namun, Dirja memahami bila anak asuhnya hanya kurang beruntung meraih medali perak. Sebab selisih total angkatan milik Kazakhastan dengan Uzbekistan, hanya 1kg saja. Pada akhirnya, Triyatno hanya bisa menempatkan 182kg pada angkatan kedua dan 186kg pada angkatan ketiga. Menurut Triyatno, 186kg seharusnya ditempatkan pada angkatan kedua. (Ham) Hasil Klasemen Kelas 69 Kg 1.  Choi O Kang (Korea Utara) Snatch : 147kg, 151kg, 153kg (gagal) Clean & Jerk : 181kg, 185kg, 188kg (gagal) Total : 336kg 2. Yokubov Doston (Uzbekistan) Snatch : 138kg, 143kg, 145kg Clean & Jerk : 181kg, 186kg, 192kg (gagal) Total : 331kg 3. Artykov Izzat (Kazakhastan) Snatch : 143kg (gagal), 143kg, 147kg Clean & Jerk : 178kg, 183kg, 190kg (gagal) Total : 330kg 4. Triyatno (Indonesia) Snatch : 142kg, 157kg, 150kg (gagal) Clean & Jerk : 175kg (gagal), 182kg, 186kg (gagal) Total : 329kg

Strategi Hitung Cermat Tiap Angkatan, Jadi Alasan Eko Yuli Sabet Emas Angkat Besi Asian Games 2018

Lifter Indonesia Eko Yuli Irawan mendapatkan pengalungan medali emas oleh Presiden Joko Widodo, usai menjadi yang terbaik dalam cabor angkat besi kelas 62 kilogram putra Asian Games 2018, di JIExpo, Selasa (21/8). (Riz/NYSN)

Jakarta- Lifter Indonesia Eko Yuli Irawan akhrinya berhasil menuntaskan penasarannya meraih medali emas Asian Games usai memenanginya di Asian Games 2018 di kelas 62 kilogram putra di JIExpo, Selasa (21/8). Atlet kelahiran Lampung 24 Juli 1989 itu meraih medali emas dengan total angkatan 311 kilogram. Eko mengalahkan lifter Vietnam, Van Vinh Trinh, yang memiliki total angkatan 299 kilogram, dan atlet Uzbekistan Adkhamjon Ergashev dengan total angkatan 298 kilogram. Emas yang diraih Eko itu merupakan yang pertama di multievent empat tahunan di Asia. Atlet 29 tahun itu kini sukses menuntaskan rasa penasarannya selama ini untuk bisa mendapatkan medali emas Asian Games. Sebelumnya, Eko mengaku tak ingin menunggu hingga empat tahun ke depan untuk menuntaskan hasrat memiliki emas Asian Games. Eko Yuli pun makin bangga lantaran Jokowi pula yang ikut mengalungkan medali emas kepadanya di podium. “Alhamdulillah Bapak Presiden (Jokowi) dan Menteri Pemuda dan Olahraga (Imam Nahrawi) bisa menonton. Hanya ini yang bisa saya berikan dan persembahkan, berkat dukungan semuanya,” ujar Eko Yuli. Eko menambahkan, “Saya ucapkan terima kasih kepada PB PABBSI dan pelatnas daerah (Jawa Timur) yang memberikan pembinaan kepada saya sejak 2014,” ucapnya. Kemenangan ini tak mudah diraih mengingat strategi yang disusun sejak latihan di Pelatnas benar-benar harus dihitung dengan cermat, karena lawan lebih dulu unggul selisih angka. “Kami selalu menghitung dengan cerat, apalagi main (bertanding) di angka 175 Kg. Saat Vietnam menentukan angka sekian, saya pun berfikir angka yang sesuai dengan kemampuan saya. Andai langsung (mengangkat) 170 Kg di awal, pasti Korea Utara bisa 180 Kg. Tentu itu sangat berat,” tambah pria kelahiran 24 Juli 1989 itu. Asian Games 2018 merupakan ajang kali ketiga yang diikuti Eko Yuli Irawan. Pada Asian Games pertamanya di Guangzhou, China, pada 2010 prestasi terbaik Eko hanya medali perunggu di kelas 62 kilogram dengan total angkatan 311kg. Prestasi serupa diraihnyai di Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, dengan total angkatan 308 Kg. Eko Yuli juga belum pernah meraih medali emas dan juara di Olimpiade serta Kejuaraan Dunia. Dalam tiga kali penampilannya di Olimpiade, Eko Yuli hanya bisa mendapatkan medali perak (2016) dengan total angkatan 312 Kg, dan perunggu di Olimpiade 2008 Beijing serta 2012 di London (317 Kg). Untuk Kejuaraan Dunia, Eko Yuli dua kali mendapatkan posisi runner up di Goyang, Korea Selatan (2009) dan Amlaty, Kazakhstan (2014), serta dua kali di posisi ketiga di 2007 Chiang Mai, Thailand serta 2011 di Paris, Prancis. Sepanjang kariernya sebagai lifter Indonesia, Eko Yuli bukan tanpa medali emas. Anak pasangan Saman dan Martiah itu beberapa kali jadi yang terbaik di Asia Tenggara. Total empat emas diraih Eko di empat SEA Games berturut, yakni 2007 Thailand, 2009 Laos, 2011 Indonesia, dan 2013 Myanmar. Pada SEA Games pertamanya di Thailand, Eko turun di kelas 56 kilogram dan memiliki total angkatan 300 kilogram. Sedangkan empat SEA Games terakhir, ia tampil di kelas 62 kilogram. Pada SEA Games 2011 total angkatan Eko 302 Kg, dua tahun berikutnya meningkat dengan total angkatan 304 Kg. Di SEA Games Malaysia 2017 lalu, pria asal Lampung ini harus puas dengan medali perak, meski total angkatannya naik menjadi 306 Kg. (Ham)

Kalah di Clean and Jerk, Sri Wahyuni Urung Raih Emas Asian Games 2018 Cabor Angkat Besi

Gagal melakukan angkata Clean and Jerk dengan baik, Lifter putri Indonesia, Sri Wahyuni Agustiani, urung menyumbang medali emas Asian Games 2018 cabor angkat besi, di kelas 48 kilogram putri. (Pras/NYSN)

Jakarta- Lifter putri Indonesia, Sri Wahyuni Agustiani, gagal mempersembahkan medali emas Asian Games 2018 angkat besi kelas 48 kilogram putri. Dalam lomba di Hall A2 JIEXPO Kemayoran, Jakarta, Senin (20/8), atlet 24 tahun itu hanya merebut perak, usai kalah bersaing dengan atlet Korea Utara, Ri Song Gum. Sri mengangat beban seberat 195 kilogram (snatch 88 kilogram dan clean and jerk seberat 107 kilogram). Sedangkan Song Gum melakukan angkata total 199 kilogram (snatch 87 kilogram dan clean and jerk 112 kilogram). Posisi ketiga ditempati Thailand, Thunya Sukchaoen, dengan total angkata 189 kilogram. Atlet Indonesia lainnya di kelas ini, Putri Yolanda, berada di posisi ke-10 dengan angkatan 162 kilogram. Dalam angkatan snatch, Sri berhasil mengangkat beban seberat 88 kilogram pada angkatan pertama, disusul beban 85 kilogram pada angkatan kedua, dan 88 kilogram pada angkatan ketiga. Ia sempat unggul, karena Ri Song Gum mampu mengangkat 86 dan 87 kilogram, tapi gagal pada angkatan 90 kilogram. Namun, pada Clean and Jerk, atlet andalan PB PABBSI ini hanya bisa mengangkat beban 107 kilogram pada percobaan pertama, dan gagal dengan angkatan 112 kilogram pada percobaan kedua. Pesaingnya dari Korea Utara berhasil mengangkat beban seberat 115 kilogram pada percobaan pertamanya. Perak dari lifter kelahiran Bandung, Jawa Barat, 13 Agustus 1994, menambah daftar pundi-pundi medali kontingan Indonesia, sehingga total mengumpulkan 4 emas, 2 perak, dan satu perunggu dalam Asian Games ini. (Ham)

Demi Lifter Sarat Pengalaman Tanding, Pemerintah Gelar Kejuaraan Remaja Angkat Besi Internasional di Bali

Kejuaraan Angkat Besi Antar Klub Tingkat Nasional Satria Remaja I 2017, di GOR Sabilulungan, Hall Gymnasium Stadion Jalak Harupat, Soreang, Bandung. (kemenpora.go.id)

Jakarta- Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) bakal menggelar kejuaraan angkat besi internasional bertajuk ‘Satria Remaja Weightlifting Championship 2018’, di Denpasar, Bali, 29 Juli hingga 6 Agustus 2018. Sejumlah negara seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Myanmar, Brunai Darussalam, Mauritius, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Korea Selatan, dan Jepang akan meramaikan persaingan pada Kejuaraan Terbuka Angkat Besi Satria Remaja itu. Kejuaraan bertaraf internasional ini sebagai lanjutan program kerjasama Kemenpora dengan Pengurus Besar (PB) Persatuan Angkat Besi dan Berat Seluruh Indonesia (PABBSI) yang sudah berlangsung sejak 2016. “Pada tahun ini, Kemenpora melalui Asdep Pembibitan dan IPTEK Olahraga dan PB PABBSI, akan meningkatkan status kejuaraan angkat besi menjadi bertaraf internasional,” ujar Washinton, Asisten Deputi Pembibitan dan IPTEK Olahraga saat bertemu I Made Mangku Pastika (Gubernur Bali), di Kantor Gubernur Bali, Denpasar, pekan ini. Kompetisi angkat besi yang tinggi ditingkat remaja di bawah usia 17 tahun (U-17), namun minimnya pertandingan menjadi alasan dihelatnya kejuaraan angkat besi bertaraf internasional tersebut. “Saat ini pencapaian prestasi lifter remaja sudah sangat baik, misalnya di Youth Olympic Games dan Asian Youth Games. Namun, mereka masih kurang pertandingan ditingkat nasional maupun internasional,” lanjutnya. Ia berharap kejuaraan bertaraf internasional ini mampu menghasilkan lifter dengan pengalaman bertanding yang mumpuni, sehingga nantinya mewakili Indonesia di berbagai event internasional. “Event ini menjadi batu loncatan ke Kejuaraan Asia atau Dunia Angkat Besi Remaja dan Junior, Asian Youth Games, dan Youth Olympic Games,” harap Washinton. Sementara, I Made Mangku Pastika menyambut baik digelarnya Kejuaraan Angkat Besi Satria Remaja yang bertaraf Intrernasional itu. “Saya berharap dapat terlaksana dengan baik dan sukses. Sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap Provinsi Bali dibidang pariwisata dan olahraga,” tegas pria yang berpangkat Komisaris Jenderal, dan pernah menjabat Kapolda Bali periode 2003-2008 lalu. (Adt)

Pelajar SKO Ragunan Ikut Kejuaraan Asia Remaja Angkat Berat di Uzbekistan, Sinyal Positif Pembibitan Junior

Dua atlet SKO Ragunan, Jakarta, mengikuti Kejuaraan Remaja Angkat Berat di Uzbekistan, 20-30 April 2018. (Kemenpora)

Jakarta- Dua atlet pelajar Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) Ragunan, Jakarta, yakni Muhammad Fathir (56 Kg Putra) dan Juliana Klarisa (53 Kg Putri), akan bertanding di Kejuaraan Asia. Bertajuk ’19th Asian Youth Weightlifting Championship 2018′, mereka tampil di Uzbekistan, 20-30 April. Kejuaraan Asia yang diikuti 28 negara itu jadi kualifikasi Youth Olympic di Argentina, pada Oktober 2018. Mereka berhak tampil di Kejuaraan Asia setelah menjadi juara tingkat nasional di kelasnya. Fathir juara di kelas 56 Kg Remaja Putra pada Kejuaraan Satria Remaja di Yogyakarta, November 2017.Dan Juliana kampiun di kelas 53 Kg Remaja Putri di ajang yang sama. “Saya ingin kedua atlet ini memberikan prestasi untuk Indonesia. Mereka adalah bibit regenarasi angkat besi melapis seniornya seperti Eko Yuli Irawan, Triyatno dan lainnya,” ujar Raden Isnanta, Deputi III Bidang Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) saat melepas keberangkatan dua atlet SKO Ragunan itu, di Lapangan Tenis Kemenpora, Senayan, Jakarta, Rabu (18/4). Saat ini, jelas Isnanta, SKO Ragunan cabang olahraga (cabor) angkat besi tengah membina enam atlet yang terdiri dari tiga atlet putra dan tiga atlet putri. Dan, salah satu atlet putri dikelas 48 Kg atas nama Yolanda Putri, kini tengah menjalani Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) Asian Games 2018. “Dalam kurun waktu dua tahun berdirinya cabor angkat besi di SKO Ragunan telah menyumbangkan beberapa atlet andalannya untuk Indonesia. Saya harap ini menjadi sinyal positif sebagai pembibitan di Indonesia,” tutup Isnanta. (Adt)

Singkirkan Malaysia, Lifter 17 Tahun Dari Jambi Sabet Emas

Lifter putri Gusti Melinda raih emas test event Asian Games 2018. (liputan6.com)

Jakarta- Melinda Gusti, lifter putri berusia 17 tahun, sukses meraih medali emas di nomor 75 kg, pada test event Asian Games 2018, cabang olahraga (cabor) angkat besi, di Hall A2, JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (12/2). Ia membuat kejutan setelah mencatatkan total angkatan 204 kg (snatch 93 kg dan clean and jerk 111 kg). Torehan ini mengungguli lifter asal Malaysia, Jabriella Teo Samuel, yang hanya mampu membukukan total angkatan 179 kg (snacth 79 kg, dan clean and jerk 100 kg). Melinda mengaku tegang karena baru pertama kali bersaing dengan negara-negara lain di kejuaraan internasional. “Apalagi persiapan saya singkat. Saya baru sampai Jakarta dari Jambi tiga hari yang lalu,” beber Melinda seperti dilansir bolasport.com, Senin (12/2). Dirja Wiharja, Pelatih Kepala Angkat Besi Pelatnas, mengapresiasi keberhasilan anak asuhnya itu dalam meraih medali. “Ini baru ajang pemanasan. Kami harus lebih intens lagi berlatih untuk menghadapi event sesungguhnya Agustus nanti,” jelasnya. Ia menambahkan pihaknya masih memiliki waktu memperbaiki kelemahan guna meraih hasil terbaik di Asian Games 2018. “Kami masih punya waktu memperbaiki kelemahan. Dan, ketika Asian Games nanti seluruh lifter diharapkan akan tampil dengan kemampuan terbaik mereka untuk memberikan hasil terbaik bagi Merah Putih,” tutupnya. (adt)

Indonesia Keluar Menjadi Juara Umum ASEAN di ajang Para Games 2017

Indonesia berhasil keluar menjadi juara umum,  pada penutup pertandingan indonesia menambah 9 medali emas dan kokoh di puncak klasemen dengan raihan 126 medali emas, atau selisih 36 medali dengan tuan rumah Malaysia pada posisi kedua. Di kutip dari tribunnews, Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi sangat bersyukur atas raihan atlet-atlet Indonesia dengan mengekspresikan rasa sukacitanya atas raihan ini, di sela-sela kegiatannya saat mengunjungi Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON), Sabtu (23/09) Kemarin. “Alhamdulillah, Indonesia Juara umum Asean Para Games 2017, inilah pencapaian terbaik Indonesia,” seru Menpora bangga. Dari 11 cabang yang diikuti, ada 36 rekor baru ditorehkan oleh para atlet, yakni, 28 rekor dari cabang renang, 4 rekor dari atletik dan 4 rekor dari angkat berat. “Sebuah perjuangan dan dedikasi luar biasa, untuk tidak sekedar jadi juara tapi juga hadirkan kebanggaan bagi kita,” ucap Imam. Ke depannya, Ia memastikan komitmen pemerintah untuk terus mendukung dan memberi perhatian penuh pada perjuangan atlet Indonesia, termasuk dukungan kepada atlet dengan  kebutuhan khusus atau disabilitas. “Dukungan tidak hanya terkait proses latihan dan pemenuhan kebutuhan atlet untuk menghadapi pertandingan, tetapi termasuk kesetaraan dalam memenuhi apa yang menjadi hak-hak atlet termasuk pemberian bonus, “tegasnya. Menurutnya bonus bukan tujuan awal, tetapi bonus akan menjadi tambahan semangat untuk terus meningkatkan kemampuan diri dalam berbagai event dan kejuaraan yang diikuti hingga level tertinggi olimpiade. Minggu sore (24/9), seluruh atlet Indonesia di ASEAN Para Games, akan kembali ke Solo, Jawa Tengah dengan pesawat dan akan langsung disambut oleh Menpora. Seluruh Atlet juga direncanakan akan melanjutkan pemusatan latihan di Solo dan bersiap menghadapi multievent yang akan datang yakni Asian Para Games 2018. “Raihan positif dalam ASEAN Para Games akan menjadi modal yang baik untuk menghadapi Asian Para Games 2018 dimana kita menjadi tuan rumah,” tutup Menpora.

Lifter Indonesia Pertanyakan Dimana Perhatian Pemerintah Untuk SEA Games

Lifter Indonesia yang juga merupakan andalan Indonesia, Eko Yuli Irawan mempertanyakan perhatian pemerintah atas kegagalan dirinya dalam meraih medali emas di ajang SEA Games 2017. Menurut lansiran netralnews.com (29/08/2017), Pasalnya, Eko menganggap pemerintah  kurang memperhatikan persiapan cabang olahraga angkat besi. Padahal cabang olahraga ini di SEA Games tidak pernah putus menyumbang medali sejak tahun 2000. Sebagai Lifter Indonesia Eko Yuli telah tiga kali meraih medali di pentas Olimpiade, namun sekarang ia gagal dan hanya mampu meraih medali perak. Ia hanya mampu mengangkat beban seberat 306 kg, turun di kelas 62 kilogram. Medali emas sekarang menjadi milik atlet Vietnam, Trinh Van Vinh yang mencatat total angkatan 307 kg. Sementara atlet Myanmar, Myint Kyi, merebut medali perunggu dengan total angkatan 284 kg. Menanggapi kekalahannya tersebut, peraih perak Olimpiade 2016 itu mengakui persiapan sebelum SEA Games tidak optimal. Persiapan tim vietnam maupun myanmar lebih bagus, sedangkan persiapan tim Indonesia masih sekitar 90 persen. Dari persiapan tersebutlah, Eko amat menyayangkan pemerintah yang kurang memperhatikan persiapan latihan cabang angkat besi. “Selama persiapan, memang kami pernah ditengok di Bandung? Tidak tahu kan pemain kita bagaimana, makanan kami bagaimana. Kami semua pakai biaya sendiri dari PB yang menalangi. Jadi ya mau tidak mau, inilah hasilnya,” terang mantan juara dunia junior itu yang dilansir netralnews.com. “Dan hasil ini sudah melewati rekor-rekor di latihan. Kalau dibandingkan tahun lalu, ya memang ini lebih rendah tapi kalau untuk tahun ini, ini yang terbaik,” lanjutnya. Kegagalan tahun ini sekaligus memutus dominasi Eko dalam empat SEA Games yang telah ia ikuti.