Veddriq Juara Kualifikasi Olimpiade di Shanghai

Peluang panjat tebing Indonesia tinggal selangkah lagi untuk menambah perolehan tiket menuju Olimpiade Paris 2024 usai tampil IFSC Climbing Olympic Qualifier Shanghai, pada Sabtu (18/5). Atlet panjat tebing Indonesia, Veddriq Leonardo berhasil menjadi juara di nomor speed putra dengan catatan waktu 4,83 detik di final. Peringkat kedua diraih wakil China, Wu Peng dengan waktu 4,88 detik. Dengan prestasi tersebut, Rajiah meraih 45 poin dan 50 poin untuk Veddriq. Poin tersebut akan diakumulasi dengan hasil di IFSC Climbing Olympic Qualifier Budapest, Hungaria yang akan digelar pada 20-23 Juni mendatang. Selain Veddriq, Indonesia juga meraih medali perak dari atlet putri Rajiah Salbillah. Ia harus puas menempati peringkat kedua usai mencatatkan waktu 6,74 detik. Ia kalah cepat dari Zhou Y yang mencatatkan waktu 6,54 detik di big final speed putri. Dengan hasil ini, Indonesia tak hanya memborong dua medali sekaligus dengan rincian 1 medali emas dan 1 medali perak pada ajang Olyimpic Qualifier Series Shanghai 2024. Wakil Ketua Umum FPTI, Herry Heryawan, yang mendampingi para atlet Indonesia di Shanghai mengaku bangga atas raihan positif atlet panjat tebing Indonesia. “Alhamdulillah kita sudah on the track, hasil emas dan perak ini masih sesuai target yang diberikan federasi kepada kami,” kata Herry dalam keterangan tertulisnya Sabtu (18/5/2024). Setelah kejuaraan di Shanghai, FPTI bakal langsung menyiapkan atlet ke kualifikasi Olimpiade di Hungaria. Dia meminta dukungan dan doa dari seluruh masyarakat Indonesia agar panjat tebing Indonesia dapat terus berprestasi.

Wow! Kiromal Katibin Pecahkan Rekor Dunia Lagi

Wow! Kiromal Katibin Pecahkan Rekor Dunia Lagi

Atlet panjat tebing Indonesia, Kiromal Katibin, kembali menorehkan prestasi di International Federation of Sport Climbing (IFSC) World Cup 2022. Ia mempertajam rekor dunia untuk kali kelima usai mencatatkan waktu 5.00 detik. Tampil di babak kualifikasi nomor speed putra, di Place du Mont Blanc, Prancis, Jumat (8/7) waktu lokal, Kiromal Katibin membukukan waktu terbaik 5.00 detik. “Saya sangat senang sekali. Ini terjadi karena saya berlatih dengan keras. Terima kasih atas semua doa dari masyarakat, semoga dengan ini panjat tebing Indonesia semakin jaya,” kata Katibin, dalam rilis FPTI, Sabtu (9/7/2022). Bagi Katibin, hasil ini cukup membanggakan. Bagaimana tidak, Katibin untuk kali kelima memperbaharui catatan rekor dunianya dalam empat seri Piala Dunia Panjat Tebing. Rekor pertama ia pecahkan di IFSC World Cup pada 6 Mei 2022. Saat itu, ia mencatatkan waktu 5,17 detik di Seoul, Korea Selatan. Katibin kemudian mempertajam rekornya di Salt Lake City, Amerika Serikat (ASO pada 28 Mei 2021) dengan mencatatkan rekor 5,10 detik. Tak berhenti sampai di sana, Katibin kembali mempertajam rekornya di Villars, Swiss, pada 30 Juni 2022 sebanyak dua kali. Pertama ia mempertajam rekornya menjadi 5,09 detik kemudian dipertajam kembali dengan mencetak waktu 5,04 detik. Kemudian terbaru di Prancis, tepatnya di babak kualifikasi usai membukukan waktu 5.00 detik. Dengan raihan tersebut, Kiromal Katibin sekaligus memastikan satu tempat di babak final yang terdiri dari 16 atlet untuk memperebutkan medali. Ketua Umum Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Yenny Wahid yang turut menyaksikan langsung pertandingan tersebut, mengaku bangga dengan prestasi yang dipersembahkan Katibin. Ia berharap hasil ini menjadi modal atlet menuju ajang yang lebih besar, Olimpiade 2024 di Paris. “Alhamdulllah hari ini di Chamonix, Prancis, atlet andalan kita kembali menorehkan prestasi gemilang dengan memecahkan rekor dunia tercepat, rekor dunia atas namanya sendiri dengan catatan waktu 5.00 detik,” kata Yenny. “Kami delegasi Indonesia merasa sangat bangga dengan raihan ini. Semoga prestasi ini dapat dipertahankan hingga Olimpiade nanti,” kata Yenny. Sebagai informasi, dalam turnamen yang diikuti oleh 32 negara ini, Indonesia menerjunkan 20 atlet, 10 orang wanita dan 10 orang pria. Dengan rincian, kategori speed putra enam orang, lead putra empat orang dan masing-masing lima atlet untuk speed dan lead putri.

Usai Sukses Pecahkan Rekor Dunia, Veddriq dan Katibin Bidik Juara di Olimpiade 2024

Usai Sukses Pecahkan Rekor Dunia, Veddriq dan Katibin Bidik Juara di Olimpiade 2024

Torehan prestasi dua atlet muda panjat tebing Indonesia, Veddriq Leonardo dan Kiromal Katibin, setelah berhasil menjadi juara dunia dan pecahkan rekor dunia di ajang IFSC Climbing World Cup 2021 di Salt Lake City, Amerika Serikat (30/5) lalu menjadi modal bagi tim panjat tebing Indonesia menuju pentas Olimpiade. Veddriq Leonardo, atlet panjat tebing asal Kalimantan Barat (Kalbar) tengah menuai perhatian setelah pecahkan rekor dunia. Pemuda kelahiran Pontianak tersebut sukses mengungguli rekan setimnya, Kiromal Katibin untuk nomor speed putra. Kedua atlet tersebut mencatatkan rekor baru dalam kurun waktu beberapa jam saja. Rekor pertama pada hari itu dipecahkan oleh Kiromal Katibin dalam putaran pertama babak kualifikasi dengan waktu 5,258 detik, mengungguli Leonardo yang berada di posisi kedua dengan 5,375 detik. Leonardo melesat memanjat ke atas dinding setinggi 15 meter untuk finis tercepat dengan catatan waktu 5,208 detik dan mengalahkan Kiromal Katibin. Sukses menorehkan prestasi, Veddriq merasa semringah. “Saya sangat senang bisa meraih medali emas dan memecahkan rekor dunia. Kami tidak datang ke sini untuk meraih kemenangan, kami datang untuk memecahkan rekor,” ujar Veddriq. Ini bukan menjadi pretasi pertama yang ditorehkan Veddriq Leonardo. Sebelumnya ia berhasil menyabet perunggu dalam ajang IFSC di Moscow, Rusia pada 2018 silam. Ia juga mendapat medali emas dalam ajang Asian Championship 2019 dan PRA-PON XX Zona 3. Sementara prestasi yang diraih Kiromal Katibin juga cukup menjanjikan. Pemuda kelahiran Batang, 21 Agutus 2001 itu tak hanya menyumbang medali perak nomor speed pada Piala Dunia Panjat Tebing IFSC 2021 di Salt Lake City, Utah, Amerika Serikat, beberapa waktu lalu. Katibin, sempat memecahkan rekor dunia dengan catatan waktu 5,258 detik. Dua catatan waktu itu memecahkan rekor sebelumnya yang dipegang pemanjat tebing Iran Reza Alipour dengan waktu 5,480 detik. Bagi Katibin, raihan di Negeri Paman Sam tidaklah mudah. Dia mempersiapkan diri di pemusatan latihan nasional (Pelatnas) sejak Juli 2020 lalu. “Kejuaraan di Amerika ini yang pertama sejak pandemi Covid-19 pada 2020 lalu. Selama itu, aku hanya berlatih dan lakukan evaluasi diri. Saat akan mengikuti kejuaraan dunia di Salt Lake City, sangat semangat. Memecahkan rekor dunia yang dipegang Reza Alipour adalah target utama di IFSC 2021. Saya optimistis, karena catatan waktu saat latihan lebih bagus,” kata Katibin. Panjat Tebing Indonesia mampu menunjukkan prestasi membanggakan. Ada ambisi lebih besar pada diri Katibin yakni emas Olimpiade Prancis 2024 nanti. Dia akan mempersiapkan diri lebih baik akan terus konsisten bisa masuk ke tim Indonesia. “Saya dan Veddriq membawa nama dan prestasi Indonesia ke pentas dunia,” tandas dia.

6 Pemanjat Tebing Junior Kalsel Lolos ke Tahap Seleksi Nasional

6 Pemanjat Tebing Junior Kalsel Lolos ke Tahap Seleksi Nasional

Sebanyak 6 pemanjat tebing junior dinyatakan lolos untuk mewakili Kalimantan Selatan ke Seleksi Nasional di Jakarta yang direncanakan digelar bulan ini. Nantinya, para atlet yang lolos Seleksi Nasional akan mewakili Indonesia di Kejuaraan Dunia yang diperkirakan berlangsung tahun depan. Keenam nama yang berhasil lolos ke Seleksi Nasional ini berhasil menjadi yang terbaik usai mengikuti seleksi yang diselenggarakan PP FPTI, di Venue Sport Climbing Gor Hasanudin HM, pada 29 Agustus 2020 lalu. Ketua Harian FPTI Provinsi Kalsel, Bandi Chairullah menjelaskan pada awalnya ada 8 nama yang mengikuti seleksi yang berasal dari kabupaten/kota diantaranya Tapin 3, Hulu Sungai Tengah 2, Tanah Laut 1, Banjarbaru 1 dan Banjar 1. Sementara kuota yang lolos hanya untuk 6 orang. “Namun dari semua atlet yang seleksi kemarin kita hanya menyediakan kuota 6 atlet saja, 3 putra dan 3 putri,” ucapnya Kamis (3/9/2020) seperti dikutip dari Klikkalsel.com. Bobot seleksi yang ditempuh para atlet adalah latihan fisik sekitar 20 persen, psikologi 30 persen dan tes pemanjatan 30 persen. Dari serangkaian tes tersebut, maka muncul 6 nama atlet terbaik yang berhak mewakili Kalimantan Selatan di Seleksi Nasional. Untuk atlet putra yang lolos, FPTI Tapin berhasil mendominasi dengan mengirimkan 3 nama. Sementara atlet putri terbagi rata dan berasal dari FPTI Banjarbaru, FPTI Hulu Sungai Tengah dan FPTI Tanah Laut. “Secara faktual data base hasil tes atlet yang bersangkutan, adalah murni sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.” ujar Bandi. Berikut Daftar Atlet Junior Kalimantan Selatan yang Lolos ke Seleksi Nasional: Putra: 1. Muhammad Firdan Andika – FPTI Tapin. 2. Muhammad Rezky Azhar – FPTI Tapin. 3. Moh. Reza Fernanda Abdi – FPTI Tapin. Putri: 1. Zeriflita Aura Rinjani – FPTI Banjarbaru. 2. Andika Nabila – FPTI Hulu Sungai Tengah. 3. Hudiya Lailan Nisfi – FPTI Tanah Laut.

Rahmad Adi Mulyono, Pemuda 19 Tahun dengan Target Prestasinya di Asian Games & Olimpiade di Panjat Tebing

Inilah Target Rahmad Adi Mulyono di Asian Games dan Olimpiade

Pemanjat dinding Indonesia, Rahmad Adi Mulyono, mengincar dua target kemenangan di Asia Games 2022 dan Olimpiade Paris 2024. Adi yang berhasil meraih emas di IFSC Connected Speed Knockout 2020 pada 2 Agustus 2020 lalu itu mengaku siap bersaing dengan para seniornya untuk bisa berprestasi di level internasional. “Kalau latihan tidak mau kalah sama yang senior, pengen sih ngalahin prestasi yang senior-senior itu,” kata Adi seperti dikutip dari Sport.tempo.co, Senin, 10 Agustus 2020. Tentang target, atlet yang baru menginjak usia 19 tahun ini mematok juara di Asian Games Hangzhou 2022 dan Olimpiade Paris 2024. Sedangkan Olimpiade Tokyo 2021, ia memilih realistis karena cabang olahraga panjat tebing masih memperlombakan nomor kombinasi yakni speed, lead, dan boulder. “Targetnya 2024, kalau Olimpiade Tokyo itu tiga kategori. Kalau saya fokus ke Asian Games 2022 dan Olimpiade 2024,” ungkap Adi. Adi merupakan anggota klub panjat dinding Life Sport Climbing di Surabaya. Spesialisasinya adalah panjat dinding kecepatan. Ia mengaku pertama kali mengenal olahraga panjat tebing saat ia berada di kelas 6 SD. Pada awalnya, Adi merasa tertantang oleh adiknya yang lebih dahulu mengenal olahraga panjat tebing. “Lihat-lihat kok menantang, akhirnya ikut sendiri. Pertama diejek sama adek, dulu adikku sering juara, kamu tidak bisa seperti aku,” kata Adi menirukan tantangan adiknya. “Aku latihan terus, tak buktiin. Jadi saling bersaing, sekarang adekku masih di Pengcab (pengurus cabang) Surabaya,” lanjutnya. Nama Adi kian melejit saat ia menjuarai Kejuaraan Nasional kelompok umur pada 2015. Setelah itu, Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) mempercayakan dirinya tampil di Asian Youth Championship 2017 di Singapura. Namun, Adi belum mendapatkan hasil maksimal kala itu. Setelah itu, satu demi satu kejuaraan baik level nasional mau pun internasional diikuti oleh atlet kelahiran Surabaya, 31 Oktober 2000 ini. Adi pun bisa mempersembahkan beberapa medali hasil dari kerja kerasnya tersebut. Diantaranya medali emas di kejuaraan daerah dan nasional, medali perunggu untuk nomor perorangan dan medali emas untuk nomor beregu di Asian Youth Championship 2019. Ia juga menjadi kontingen Indonesia yang berangkat ke IFSC Youth World Championships di Arco, Italia. Adi berhasil membawa pulang medali perunggu.

Singkirkan Wakil Ukraina, Alfian M. Fajri Raih Medali Emas Kejuaraan Dunia IFSC Climbing Chongqing China

Atlet panjat tebing Alfian M. Fajri meraih medali emas di kejuaraan dunia IFSC Climbing Chongqing, China. (FPTI)

Chongqing- Indonesia kembali meraih medali emas di kejuaraan dunia IFSC Worldcup di Chongqing, China. Gelar juara dunia kali ini dipersembahkan atlet Timnas Alfian M. Fajri dari nomor men’s speed world record. Alfian berhasil mengalahkan lawannya dari Ukraina, Kostiantyn Pavlenko. Pria asal Solo, Jawa Tengah ini menorehkan catatan waktu 5,961 detik, sedangkan Pavlenko hanya mampu membukukan waktu 6,310 detik. Lalu, medali perunggu diraih Sergey Rukin dari Rusia dengan catatan waktu 6,808 detik. Rukin mengalahkan lawannya asal China, Zhong Qixin, yang mengalami fall dalam perebutan medali perunggu. Bagi Alfian ini adalah medali pertamanya di IFSC worldcup dan langsung meraih gelar juara dunia. Sebelumnya Alfian meraih medali emas di Asian Championship di Kurayoshi, Jepang, pada November 2018. “Saya terimakasih kepada semua yang telah mendukung. Syukur Alhamdulillah kepada Tuhan yang Maha Esa saya bisa maksimal,” ujar Alfian, di Chongqing, China, Jumat (26/4). Dijelaskan Alfian, kunci kemenangannya ini adalah perasaan yang lebih tenang dan rileks. Ia juga selalu berdoa agar diberi kelancaran selama bertanding. Faisol Riza, Ketua Umum FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia), menyambut gembira kemenangan Alfian di Chongqing. “Ini awal bagus bagi Timnas. Dan saya percaya pelatih punya strategi agar kita juga bisa bagus di nomor boulder dan lead,” cetus Faisol. Di sisi lain, Aspar Jaelolo gagal melaju ke perempat final setelah dikalahkan Pavlenko, yang peraih medali perak. Di babak perdelapan final, Aspar sempat sedikit terpeleset sehingga catatan waktunya mengendur menjadi 6,286 detik. Pavlenko unggul 0,1 detik dengan catatan waktu 6,130 detik. Di babak perempat final, Pavlenko kembali mengalahkan atlet Indonesia, Fatchur Roji. Roji yang sempat unggul di start justru terpeleset di tengah lintasan dan mencatatkan waktu 7,518 detik. Sedangkan Pavlenko melesat di 5,997 detik. Sementara itu, untuk nomor women’s speed world record, medali emas diraih atlet asal China, Yiling Song dengan catatan waktu 7,673 detik. Medali perak diraih atlet Polandia, Aleksandra Rudzinska yang mengalami fall di babak big final. Untuk medali perunggu diraih atlet asal Rusia, Luliia Kaplina dengan catatan waktu 8,429 detik. Kaplina berhasil mengalahkan atlet Prancis Anouck Jaubert yang mengalami fall. Atlet putri andalan Indonesia, Aries Susanti Rahayu, gagal melaju ke babak semi final. Aries dikalahkan Anouck Jaubert dari Prancis dengan selisih skor tipis 0,02 detik. Aries menorehkan waktu 7,429 detik, sedangkan Jaubert 7,400 detik. Atlet putri Indonesia lainnya, Nurul Iqamah, gagal di babak perdelapan final melawan Rudzinska. Nurul menorehkan catatan waktu 8,724 detik, sedangkan Rudzinska 7,742 detik. Sebelumnya pada 2018, Aries meraih gelar juara dunia pertamanya di IFSC Worldcup Chongqing. Video aksinya berlaga di babak final beredar luas dan sejak saat itulah julukan spiderwomen melekat padanya. Menanggapi hasil pertandingan, Hendra Basyir selaku Pelatih Timnas Panjat Tebing, mengaku bersyukur atas prestasi yang diraih Alfian. Namun, ia menegaskan secara umum performa anak asuhnya kali ini kurang optimal. Fokus latihan yang harus dibagi antara speed, lead, dan boulder, tentu saja bukan hal yang mudah bagi para atlet. “Memang secara hasil kita Alhamdulillah bisa juara dunia kali ini untuk di putranya, hanya secara overall performa kita belum maksimal,” tuturnya. Hendra menerangkan seperti Kejuaraan Dunia di Moscow beberapa waktu lalu, targetnya kali ini adalah mempertahankan keunggulan di speed, sekaligus meminimalisir margin dari kelemahan di lead dan boulder. (Adt)