Choirunnisa, Pebulutangkis 19 Tahun, Meraih Gelar Juara di Singapore International Series 2018

Choirunnisa berharap bisa tampil konsisten di level yang lebih tinggi usai meraih gelar juara Singapore International Series 2018, pada Minggu (21/10). (PBSI)

Jakarta – Choirunnisa, tunggal putri besutan PB Mutiara Cardinal Bandung, Jawa Barat itu, sukses meraih gelar juara di kejuaraan bulutangkis Singapore International Series 2018, pada Minggu (21/10). Remaja kelahiran 31 Agustus 1999 itu, berharap bisa tampil konsisten di level yang lebih tinggi. Melakoni laga puncak di Singapore Badminton Hall, Choirunnisa, yang menempati unggulan tujuh, berhasil mengalahkah rekan senegara Aurum Oktavia Winata, dalam tempo 28 menit, dengan skor 21-14, 21-15. Usai laga, penghuni ranking 99 dunia itu, Choirunnisa mengaku bersyukur dengan pencapaian gemilang yang diraihnya pada kejuaraan bulutangkis yang berhadiah total 10.000 dollar Amerika Serikat (AS) itu. “Alhamdulillah, lawan juga teman sendiri, mungkin Aurum sudah tahu permainan saya. Cuma mungkin dia kurang sabar saja, dan banyak melakukan kesalahan sendiri,” ujar Choirunnisa. “Semoga saya bisa terus konsisten di level yang lebih tinggi lagi,” lanjut pemain berusia 19 tahun itu. Selain Choirunnisa, Indonesia juga membawa pulang gelar tunggal putra melalui Krishna Adi Nogroho (4). Ia menghadirkan kejutan dengan menyingkirkan unggulan satu asal Hongkong Lee Cheuk Yiu, straight game, 21-12, 21-12, dalam tempo 30 menit. Sementara itu, tiga gelar lainnya, yakni di ganda putra dan putri, serta campuran berhasil dibawa pulang Hongkong. Ganda Chung Yonny/Tam Chun Hei (3) mengalahkan wakil tuan rumah Danny Bawa Chrisnanta (1), rubber game, dengan skor 13-21, 21-18, 21-19, dengan menghabiskan waktu 45 menit. Kemudian, duet Ng Tsz Yau/Yuen Sin Ying (2) berhasil menumbangkan rekan senegaranya Ng Wing Yung/Yeung Nga Ting (1), pada duel berdurasi 31 menit, straight game, dengan skor 21-17, 21-17. Sedangkan dobel campuran Yeung Ming Nok/Ng Tsz Yau mampu meredam perlawanan pasangan Indonesia Adnan Maulana/Masita Mahmudin, rubber game, dengan skor 19-21, 21-7, 21-18, yang memakan waktu 44 menit. (Adt)

Bawa Pulang Medali Perunggu Dari Youth Olympic Games 2018, Menpora Bangga Dengan Perjuangan Atlet Muda Indonesia

Imam Nahrawi (Menpora), mengaku bangga dengan perjuangan atlet muda Indonesia di ajang Youth Olympic Games 2018, Buenos Aires, meskipun hanya mampu meraih medali perunggu melalui Nur Vinatasari dari cabang angkat besi. (Kemenpora)

Buenos Aires- Imam Nahrawi, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), akhrinya menyaksikan langsung perjuangan atlet Indonesia di Youth Olympic Games 2018, Buenos Aires, Argentina, pada Kamis (18/10) waktu setempat. Menteri asal Bangkalan, Madura, Jawa Timur itu, memberikan apresiasi kepada Vinatasari Nur dan kawan-kawan, sekaligus bangga karena sudah berjuang maksimal untuk mengharumkan nama Indonesia di kancah event internasional. Pada hajatan Youht Olympic Games 2018, skuat Merah Putih berhasil mendapatkan satu medali perunggu melalui cabang olahraga Angkat Besi atas nama Nur Vinatasari yang turun di kelas 53 kg. Lifter remaja kelahiran Pringsewu, Lampung, 5 Juli 2001 itu, membukukan total angkatan 162 kg, yakni 72 kg angkatan snatch, dan 90 kg untuk clean and jerk. Sementara itu, Sabina Baltag asal Rumania meraih medali emas usai mencatatkan total angkatan 177 kg (snatch 77 kg dan clean and jerk 100 kg). Dan, medali perak menjadi milik Junkar Acero asal Kolombia dengan total angkatan 176 kg (snatch 78 kg dan clean and jerk 98 kg). Imam mengatakan yang sudah dilakukan para atlet muda Indonesia di ajang ini sudah sangat luar biasa. “Terima kasih atas pengalaman yang berharga untuk para atlet-atlet muda kita. Olimpiade adalah level tertinggi dari pesta olahraga multievent. Tidak mudah untuk masuk ke dalam level ini,” ujar Menteri berusia 45 tahun itu. Suami dari Shobibah Rohma itu, berharap atlet muda yang turun di Youth Olympic Games 2018, Buenos Aires, Argentina, terus semangat berlatih, sebagai modal menghadapi event-event internasional lainya. “Kita tahu, Indonesia baru saja sukses secara prestasi di Asian Games dan Asian Para Games 2018. Hasil ini sudah menjadi modal besar bagi atlet muda Indonesia untuk menghadapi ajang yang lebih tinggi seperti Olimpiade. Terus semangat dan jangan mudah putus asa,” tegasnya. Sedangkan Dito Ario Tejo, Chief de Mission (CdM) Kontingen Indonesia Youth Olympic Games (YOG) 2018, menyebut hasil di Youth Olympic Games 2018 ini menjadi pelajaran berharga untuk menghadapi event-event berskala dunia. “Sangat bangga dan senang dengan prestasi yang diraih oleh para atlet. Mereka sudah berjuang dengan luar biasa,” tukas Dito. Olimpiade Remaja 2018 di Buenos Aires, Argentina, berlangsung pada 6-18 Oktober. Terdapat 32 cabang dengan 241 nomor yang dipertandingkan. Kontingen Indonesia mengirimkan 18 atlet untuk berpartisipasi pada 8 cabor. Yakni badminton (Maharani Sekar Batari dan Ikhsan Leonardo Immanuele Rumbai), atletik (Diva Renatta Jayadi dan Adi Ramli Sidiq), renang (Adinda Larasati Dewi Kirana, Farrel Armando Tangkas, Azzhara Permatahani, dan Azel Zelmi Arialingga). Kemudian, angkat besi (Nur Vinatasari), basket 3×3 (Ni Putu Eka Liana, Michelle Kurniawan, Hoo Valencia Angelique, dan Nathania Claresta Orville), menembak (Muhamad Naufal Mahardika), golf (Vania Ribka), dan voli pantai (Bintang Akbar dan Danang Herlambang). (Adt)

Tim Putri U-17 PB Djarum Bungkam PB Suryanaga Wima Surabaya 5-0 Pada Ajang Superliga Junior 2018

Aisyah Sativa Fatetani (PB Djarum Kudus) sukses menaklukan tunggal pertama PB Suryanaga Wima Surabaya, Anisah Puspa Widia Purnama, 21-4, 21-7, di Superliga Junior 2018, Selasa (16/10). (PB Djarum)

Magelang- Tim putri usia 17 tahun (U-17) PB Djarum Kudus mengawali laga pada kejuaraan bulutangkis Superliga Junior 2018, Group Y, pada Selasa (16/10), dengan hasil sempurna. Berlaga di Gelanggang Olahraga (GOR) Bulutangkis Djarum, Magelang, Jawa Tengah, Aisyah Sativa Fatetani dan kawan-kawan butuh waktu 113 menit untuk menyudahi lima partai yang dipertandingkan, dan meraih kemenangan telak 5-0 atas PB Suryanaga Wima Surabaya. Ade Lukas, Pelatih Tim Putri U-17 PB Djarum Kudus, mengatakan jika kemenangan telak anak didiknya di laga perdana ini belum bisa dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan. Sebab, ia menilai masih banyak pertandingan-pertandingan selanjutnya dengan level tantangan yang lebih tinggi. “Secara keseluruhan lawan kami hari ini memang tidak terlalu menyulitkan. Dari segi teknik anak-anak kami juga masih unggul cukup jauh. Jadi dari segi pelatih belum kelihatan betul apa yang perlu dievaluasi. Tapi kami harus tetap fokus pada setiap pertandingan,” ujar Lukas. Pada pertandingan itu, tunggal putri PB Djarum Kudus, Aisyah Sativa Fatetani, berhasil membuka jalan bagi timnya dalam meraih kemenangan. Ia tanpa kesulitan menaklukan tunggal pertama PB Suryanaga Wima Surabaya, Anisah Puspa Widia Purnama, dengan skor terpaut jauh 21-4, 21-7, dalam tempo 23 menit. Dominasi PB Djarum Kudus berlanjut di partai kedua melalui duet Berliona Alma Pradisa/Gity Gabriel Rambing. Mereka hanya butuh waktu 22 menit untuk memaksa Jihan Siska Amestia/Rahma menyerah dengan skor 21-2, 21-3. Hasil memuaskan juga dicetak wakil kedua tungga PB Djarum Kudus Nurani Ratu Azzahra. Sebagai penentu kemenangan, ia menuntaskan tugasnya dengan sempurna dengan menumbangkan Vince Nathania, straight game, dengan skor 21-6, 21-8, dalam duel berdurasi 22 menit. Meski sudah unggul 3-0 atas PB Suryanaga Wima Surabaya, sekaligus memastikan kemenangan, namun wakil ganda kedua PB Djarum Kudus, Indah Cahya Sari Jamil/Sintia Dewi Yuliani, tak ingin kehilangan momen untuk menyumbangkan angka bagi timnya. Mereka berhasil mengalahkan Natasha Nathaniella Arinds/Putriani Nur Azizah, dua gim langsung, dengan skor telak 21-8, 21-0, pada laga sepanjang 23 menit. Tak mau kalah dengan rekan-rekannya. Aisha Galuh Maheswari, yang turun di partai terakhir, sukses melengkapi kemenangan timnya setelah berhasil menekuk Adelia Erneta Putri. Pertandingan yang berjalan selama 23 menit itu, berakhir dengan skor 21-8, 21-9 untuk Aisha. Di pertandingan selanjutnya, srikandi PB Djarum Kudus U-17 akan berhadapan dengan PB Sarwendah Badminton Club Jakarta. Nurani Ratu Azzahra Cs memiliki peluang besar untuk bisa kembali meraih kemenangan pada laga kedua itu. Sebab, di laga perdana, PB Sarwendah Badminton Club Jakarta harus mengakui ketangguhan PB Jaya Raya Jakarta, dengan skor telak 0-5. Lukas menyebut kemungkinan besar timnya bisa memaksimalkan dua kemenangan di sektor ganda. “Kalau dari sektor tunggal saya kurang tahu. Yang pasti kami optimis bisa menang juga, sama seperti hari ini. Dan kalau melihat peluang, kami harus bisa lolos ke semifinal dulu,” tukas Lukas. (Adt) Hasil Pertandingan Superliga Junior 2018, Selasa (16/10): Putri U-17 1. Group X PB Exist Jakarta vs Daihatsu Candra Wijaya Badminton Club: 3-2 PB Mutiara Cardinal Bandung vs PB SGS PLN Bandung: 5-0 2. Group Y PB Djarum Kudus vs PB Suryanaga Wima Surabaya: 5-0 PB Jaya Raya Jakarta vs PB Sarwendah Badminton Club Jakarta: 5-0 Putra U-17 1. Group A PB Jaya Raya Jakarta vs PB SGS PLN Bandung: 5-0 PB Mutiara Cardinal Bandung vs PB Suryanaga Wima Surabaya: 5-0 2. Group B PB Djarum Kudus vs PB Sarwendah Badminton Club Jakarta: 5-0 PB Exist Jakarta vs Daihatsu Candra Wijaya Badminton Club: 5-0 (edited)

Ukir Prestasi Gemilang di Asian Para Games 2018, Atlet Para Atletik Bidik Paralimpiade 2020

Rica Oktavia peraih medali emas Asian Para Games 2018 dari kategori T20 putri. (suara.com)

Jakarta– Tim nasional (timnas) para atletik mengukir prestasi gemilang pada hajatan Asian Para Games 2018, edisi ketiga, pada 6-13 Oktober. Sapto Yogo Purnomo (lari 100 meter kategori T37) dan kawan-kawan sukses memanen 6 medali emas, 12 perak, dan 10 perunggu, di Main Stadium, Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta. Yang lebih membanggakan, terdapat tiga atlet yang prestasinya melampaui rekor Asia. Yakni, Rica Oktavia di kategori lompat jauh T20 putri. Kemudian Suparniyati di nomor tolak peluru F20 putri, serta Sapto Yogo Purnomo nomor lari 100 meter T37 putra. Purwo Adi Sanyoto, Pelatih Para Atletik National Paralympic Committee (NPC) Indonesia, akan mempersiapkan anak didiknya tersebut menuju Paralimpiade 2020, Tokyo, Jepang. “Kami ingin meloloskan para atlet ke Paralimpiade 2020. Tapi, memang untuk bisa menembus ke level dunia itu tidak mudah, terlebih bagi para penyandang disabilitas ini,” ujar Purwo, di Jakarta, Sabtu (13/10). “Karena para atlet ini harus terlebih dahulu mengikuti kejuaraan dunia, ataupun grandprix. Ini demi memenuhi kualifikasi Paralimpiade, dimana jadwalnya baru diumumkan pada 2019,” lanjutnya. Dia meminta kepada Sapto Cs untuk tidak cepat puas atas torehan prestasi tinggi di pesta multi sport bagi para penyandang disabilitas di kawasan Asia itu, yang secara resmi ditutup pada akhir pekan ini. “Kejar prestasi hingga ke level tertinggi,” cetusnya. Sedangkan bagi atlet yang belum mendapatkan medali, Purwo meminta untuk tidak mudah berputus asa, dan harus dijadikan motivasi dalam meraih prestasi yang lebih baik kedepannya. “Secara keseluruhan kami puas dengan pencapaian para atlet di Asian Para Games 2018 ini. Sebab, sesuai dengan target, bahkan ada yang melebihi ekspektasi. Pencapaian kali ini mengalami peningkatan dibandingkan sebelumnya,” tukas Purwo. (Adt)

Gagal Raih Emas di Perorangan, Tidak Menghentikan Leani Untuk Meraih Medali Emas Bersama Khalimatus

Leani Ratri Oktila dan Khalimatus Sadiyah Sukohandoko, meraih medali emas pada sektor ganda putri Bulutagkis SL3-SU5. (Rizal/NYSN)

Jakarta- Leani Ratri Oktila, pebulutangkis tunggal putri Indonesia kategori SL4, gagal mengukir medali emas cabang para bulutangkis, di Istora, Kompleks Gelora Bung Karno(GBK) Senayan, Jakarta, pada Jumat (12/10). Pada partai utama yang dihelat pukul 14.00 WIB, ia takluk dari wakil China Hefang Cheng, lewat duel rubber game, dengan skor 21-19, 18-21, 13-21. Yunita Ambar Wulandari, Pelatih Tunggal Para Bulutangkis, mengatakan anak didiknya tersebut sudah berusaha tampil maksimal. Menurutnya, Leani memang tidak ditargetkan meraih medali emas di nomor perorangan. “Dia memang sudah maksimal dan memang sebelumnya nomor tunggal tidak ditargetkan emas,” ujar Ambar, di Istora Senayan, Jakarta. Gagal meraih emas di perorangan, tak mengundurkan semangat Leani untuk mencetak prestasi gemilang di sektor ganda SL3-SU5. Berduet dengan Khalimatus Sadiyah Sukohandoko berhasil membayar kekecewaannya. Di babak final, yang memainkan pertandingan pada pukul 17.30 WIB, Leani/Sadiyah sukses membungkam perlawanan wakil China Hefang Cheng/Huihui Ma, straight game, 21-15, 21-12. Usai pertandingan, Leani/Sadiyah mengungkapkan kegembiraannya karena mampu menumbangkan dobel China. “Sebelumnya saya minta maaf atas kegagalan saya di partai final tunggal. Saya gagal menang atas Cheng Hefang,” tutur Leani. Ditambahkan wanita kelahiran 6 Mei 1991 itu, dirinya bersama kolega tampil tanpa beban, dan bermain all out guna memenangkan pertandingan kali ini. Sementara itu, Sadiyah mengaku bersyukur bisa memenangi laga dari pasangan Negeri Tirai Bambu itu, dan sukses meraih medali emas di hajatan Asian Para Games 2018. Keberhasilan ini sekaligus membalas kekalahan Leani/Sadiyah dari Cheng/Huihui pada kejuaraan dunia, tahun lalu. “Syukur Alhamdulillah, bisa menang dari pasangan China, Cheng Hefang/Huihui Ma, sebab di pertemuan sebelumnya, di kejuaraan dunia tahun lalu, kami kalah,” tukas Sadiyah. (Adt)

Tak Pikirkan Paralimpiade 2020 Tokyo, Tim Wheelchair Basketball Indonesia Langsung Fokus ke ASEAN Para Games di Filipina

Indonesia vs Thailand di ajang Asian Para Games 2018 (Rizal/NYSN)

Jakarta- Tim nasional (Timnas) wheelchair basketball Indonesia telah menuntaskan seluruh pertandingan di pesta multi sport terbesar bagi para penyandang disabilitas di kawasan Asia. Selama berlaga di ajang Asian Para Games 2018, Donald Pura Santoso dan kawan-kawan tak sekalipun meraih kemenangan. Terakhir, mereka harus mengakui ketangguhan Malaysia, pada Jumat (12/10), di Hall Basket, Kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, dengan skor 23-79. Hasil itu membuat anak didik Fajar Brillianto berada diposisi paling buncit dari 10 tim peserta yang berlaga di cabang olahraga basket kursi roda (wheelchair basketball) Asian Para Games 2018. Sebelumnya, di pertandingan perdana, pada Minggu (7/10), Indonesia takluk dari Iran, dengan skor 17-117. Kekalahan skuat Garuda berlanjut di pertandingan kedua, pada Selasa (9/10), saat berjumpa dengan China. Danu Kuswantoro Cs kalah dengan skor 20-106. Hasil negatif juga dialami Indonesia ketika berhadapan dengan Irak. Mereka tak berdaya menghadapi salah satu negara di kawasan Timur Tengah itu, dengan skor 27-97. Ketika ditanya akan dibawa kemana timnas basket kursi roda (wheelchair basketball) Indonesia usai Asian Para Games 2018, Fajar mengatakan pihaknya belum memikirkan untuk membawa Donald Cs ke ajang Paralimpiade di Tokyo, Jepang, pada 2020. “Kalau untuk ke depan, kami belum memikirkan untuk membawa tim ke pertandingan di Tokyo 2020,” ujar Fajar, Jumat (12/10). Pihaknya, diakui Fajar, akan fokus membawa anak didiknya tersebut melakukan persiapan menghadapi ASEAN Para Games yang dihelat di Filipina, pada awal 2020. “Kami menargetkan untuk mengejar untuk ASEAN Para Games 2020 di Filipina. Target kami adalah ke ajang itu,” tukas Fajar. Sementara itu, Donald menyebut Indonesia butuh melakukan seleksi lagi untuk menghadapi event selanjutnya, dengan usia pemain yang lebih muda. Menurutnya, selain bisa menambah kekuatan juga untuk regenerasi. Apalagi, antusiasme masyarakat dengan olahraga basket sangat luar biasa. Ini bisa terlihat dari antusiasme penonton yang hadir di Hall Basket Senayan pada setiap Indonesia bertanding. Tribun Hall Basket berkapasitas hampir 3.000 itu selalu dipenuhi penonton. “Euforianya di sini luar biasa. Saya belum pernah melihat sepeti ini selama saya di Amerika. Terima kasih atas dukungannya,” cetus Donald yang tinggal lama di Negara Paman Sam itu. “Saya tidak beban menjadi tumpuan tim. Semua sebenarnya bergantung pada skema offense-nya. Jika semua berjalan lancar, semua pasti berakhir dengan poin,” tambah pria penyumbang total 58 poin dari total 97 poin dicatatkan selama Asian Para Games 2018 itu. (Adt)

Besok Bonus Atlet dan Pelatih Asian Para Games 2018 Cair, Ini Besarannya

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi saat memberikan informasi terkait bonus atlet dan pelatih Asian Para Games 2018. (Rizal/NYSN)

Jakarta- Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan olahraga (Kemenpora) secara resmi mengumunkan besaran bonus untuk atlet dan pelatih Asian Para Games 2018. Nilai bonus yang diberikan kepada atlet penyandang disabilitas itu setara dengan peraih medali medali Asian Games 2018, Jakarta-Palembang. Hal itu dikatakan Imam Nahrawi, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), di GBK Arena, Senayan, Jakarta, pada Jumat (12/10). “Pemerintah telah menyiapkan bonus sebagai bentuk apresiasi kepada para atlet yang telah mengorbankan segalanya demi mengharumkan nama bangsa,” ujar menteri berusia 45 tahun itu. “Pencairan akan dilakukan besok (Sabtu, 13/10), sebelum keringat mengering sesuai arahan Presiden Joko Widodo dan nanti akan diberikan di Istana Negara. Nominal tersebut bersih setelah dipotong oleh pajak dan jumlahnya tidak berbeda dengan bonus yang diberikan kepada atlet-atlet Asian Games 2018 karena ini adalah rangkaian pesta olahraga terbesar se-Asia,” lanjutnya. Selain itu, pemerintah, tambah Imam, juga akan memberikan rumah dan pengangkatan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). “Tapi, bagi atlet yang berusia di atas 35 tahun, maka akan dialihkan menjadi pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN),” urainya. Imam menjelaskan terhitung per 12 Oktober 2018 pukul 13.00 WIB, total Indonesia telah mengoleksi 24 emas, 34 perak, dan 39 perunggu. “Target Indonesia meleset, tapi meleset ke atas. Alhamdulillah,” imbuhnya. Menurut menteri yang hobi bulutangkis itu, total raihan tersebut adalah sejarah baru bagi Indonesia. Sebab, ungkapnya, di ajang Asian Para Games 2010, Guangzhou, China, Indonesia meraih 11 medali, yakni 1 medali emas, 5 perak, dan 5 perunggu. “Sedangkan pada Asian Para Games 2014, Incheon, Korea Selatan, total raihan Indonesia adalah 38 medali, yaitu 9 medali emas, 11 perak, dan 18 perunggu,” jelas Imam. Selain sukses meraih medali, suami dari Shobibah Rohmah itu, mengungkapkan terdapat sejarah lainnya dari para pahlawan olahraga disabilitas itu. “Atletik bisa ‘pecah telur’ medali di Asian Para Games. Bahkan menjadi cabang olahraga yang paling banyak menyumbangkan medali bagi Indonesia dengan 6 medali emas, 11 perak, dan 8 perunggu. Ada pula Rica Octavia yang memecahkan rekor Asia di nomor lompat jauh T20 Putri dengan lompatan sejauh 5,25 meter. Prestasi ini melewati Siti Noor Radiah asal Malaysia dengan lompatan sejauh 5,20 meter,” terangnya. “Kemudian, Putri Aulia memecahkan rekor Asian Para Games di nomor lari 100 meter T13 putri dengan catatan waktu 12,49 detik. Ia melampaui rekor pelari China Zhu Lin 13,13 detik. Indonesia juga menyapu bersih di nomor lari 100 meter T13 Putri (Putri Aulia, Ni Made Ariani Putri, Endang Sari Sitorus),” tegasnya. Sedangkan Sapto Yogo Purnomo, terang Imam, memecahkan rekor Asia di nomor lari 100 meter T37 putra dengan catatan waktu 11,49 detik, melampaui rekor pelari China Yongbin Lian dengan waktu 11,51 detik. “Karisma Evi Tiarani juga memecahkan rekor Asia di nomor lari 100 meter T47/T63 putri dengan catatan waktu 14,93 detik, mengungguli rekor pelari Jepang Kaeda Maegawa yang membuat catatan waktu 16,74 detik,” tukas menteri alumni Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangkalan, Madura, Jawa Timur, 1989-1991 itu. (Adt) Besaran Bonus Asian Para Games 2018 (Keputusan Menteri Pemuda dan Olahraga Nomor 63 Tahun 2018): 1. Atlet Perorangan: Emas : Rp 1,5 miliar Perak : Rp 500 juta Perunggu : Rp 250 juta 2. Atlet Ganda: Emas : Rp 1 miliar per orang Perak : Rp 400 juta per orang Perunggu : Rp 200 juta per orang 3. Atlet Beregu: Emas : Rp 750 juta per-orang Perak : Rp 300 juta per orang Perunggu : Rp 150 juta per orang 4. Pelatih Perorangan/Ganda: Emas : Rp 450 juta Perak : Rp 150 juta Perunggu : Rp 75 juta 5. Pelatih Beregu: Emas : Rp 600 juta Perak : Rp 200 juta Perunggu : Rp 100 juta 6. Pelatih untuk medali kedua dan seterusnya: Emas : Rp 225 juta Perak : Rp 75 juta Perunggu : Rp 37,5 juta 7. Asisten Pelatih Perorangan/Ganda: Emas : Rp 300 juta Perak : Rp 100 juta Perunggu : Rp 50 juta

Unggulan Satu Tersungkur, Dwiyoko/Fredy Setiawan Tembus Semifinal Bulutangkis Asian Para Games 2018

Ukun Rukaendi/Hary Susanto memberi selamat kepada pasangan Korea Selatan (Korsel) Sun Woo Jeon/Dong Jae Joo setelah takluk di laga perempat final cabang olahraga bulutangkis kategori SL3-SL4 (kecacatan kaki), di Istora Senayan, Jakarta (11/10). (Rizal/NYSN)

Jakarta- Duet Ukun Rukaendi/Hary Susanto harus menelan pil pahit saat melakoni laga perempat final cabang olahraga bulutangkis kategori SL3-SL4 (kecacatan kaki), di Istora Senayan, Jakarta, pada Kamis (11/10). Ganda utama Indonesia yang menempati unggulan satu itu secara mengejutkan dikalahkan wakil Korea Selatan (Korsel) Sun Woo Jeon/Dong Jae Joo, dalam pertarungan rubber game. Sempat mengunci gim pertama, dengan skor 21-17, namun Ukun/Hary gagal mengamankan gim kedua. Mereka kalah dengan skor tipis 20-22. Memainkan gim penentu, duel kedua pasangan berlangsung sengit. Bahkan, saling serang mewarnai laga krusial tersebut. Namun, akibat pengembalian bola yang kurang sempurna dari kubu Indonesia, membuat Sun/Dong memastikan bahwa tiket semifinal bagi pasangan Rukaendi/Hary Susanto usai, dan pertarungan ditutup dengan skor 18-21. Usai laga, Ukun mengatakan ia bersama kolega sudah berusaha semaksimal mungkin untuk bisa memenangan laga ini. Namun, menurutnya, performa lawan jauh lebih bagus. “Kami sudah berusaha untuk bisa meraih kemenangan. Tapi, memang lawan mainnya lebih bagus. Gim kedua kami sudah unggul. Mungkin karena kurang konsentrasi, apalagi ada pengaruh angin juga, sehingga kami gagal memenangkan gim kedua,” ujar Ukun. Dijelaskan Ukun, terakhir mereka bertemu di ajang Thailand Open 2018, dan berhasil meraih kemenangan dari pasangan Negeri Ginseng itu. “Permainan mereka dipertandingan kali ini berbeda pada saat bertemu di Thailand. Tadi, mereka mainnya cepat dan jarang membuat kesalahan sendiri,” cetus Ukun. Di pertandingan lain, dobel Dwiyoko/Fredy Setiawan berhasil lolos ke semifinal. Pasangan Indonesia yang diplot sebagai unggulan dua itu tanpa kesulitan menaklukan Hsing Chih Huang/En Chuan Yeh asal Taiwan, straight game, 21-15, 21-4. “Permainan tadi banyak nyerang, karena kami tahu kualitas lawan. Apalagi kami sudah sering bertemu. Di gim pertama, kami masih harus beradaptasi, sebab anginnya sering berubah-ubah,” terang Fredy. “Di gim kedua, kami sudah paham sama angin, dan lebih waspada. Sehingga bisa menang mudah dari lawan,” lanjutnya. Gagalnya Ukun/Hary mengantongi tiket semifinal, membuat Dwiyoko/Fredy menjadi satu-satunya harapan Indonesia untuk bisa mendulang medali emas. “Kami tidak ingin menjadikan ini sebagai beban. Tetap percaya dan berusaha semaksimal mungkin,” tambahnya. “Pertandingan berikutnya bertemu dengan wakil India (Pramod Bhagat/Manoj Sarkar). Kami juga sudah sering bertemu, dan menang terus melawan mereka. Harus semakin yakin kalau Indonesia bisa juara, dan meraih emas,” tukas Fredy. (Adt)

Ditaklukan Wakil India, Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay Gagal ke Semifinal Youth Olympic Games 2018

Tunggal junior Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay gagal lolos ke semifinal ajang Youth Olympic Games 2018, di Buenos Aires, Argentina. (PBSI)

Buenos Aires – Tunggal putra junior Indonesia, Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay gagal lolos ke semifinal ajang Youth Olympic Games 2018, di Buenos Aires, Argentina, pada Rabu (10/10) waktu setempat atau Kamis (11/10) dinihari waktu Indonesia. Ikhsan yang diunggulkan di tempat keenam tak berdaya menghadapi Lakshya Sen (4) asal India, di perempat final. Pemain kelahiran Tomohon, Sulawesi Utara (Sulut), 15 Januari 2000 itu menyerah straight game dengan skor 17-21, 19-21. Ini merupakan kekalahan kedua Ikhsan dari Sen. Terakhir, keduanya bertemu di ajang Badminton Asia Junior Championship 2018 (individual event), Juli lalu. Ketika itu, pelajar Sekolah Khusus Olahraga (SKO) Ragunan, Jakarta, takluk dua gim langsung, dengan skor 7-21, 14-21. Di perhelatan Youth Olympic Games 2018, cabang olahraga bulutangkis hanya memperebutkan tiga medali emas, yakni di nomor tunggal putra, putri, dan beregu campuran. Khusus beregu campuran, tim akan terdiri dari gabungan para pemain tunggal putra dan putri yang lolos ke Youth Olympic Games 2018. Artinya, setiap tim beregu campuran akan terdiri dari gabungan berbagai negara. (Adt)

Takluk Dari Negeri Gajah Putih Akibat Kelelahan, Timnas Wheelchair Basketball Indonesia Janji Tampil All Out di Partai Pamungkas Kontra Irak

Indonesia vs Thailand di ajang Asian Para Games 2018 (Rizal/NYSN)

Jakarta- Tim nasional (Timnas) wheelchair basketball putra Indonesia harus menelan kekalahan ketiga saat berhadapan dengan Thailand, di Hall Basket, Kompleks Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, pada Rabu (10/10). Donald Pura Santoso dan kawan-kawan tampil kurang greget saat meladeni skuat Negeri Gajah Putih. Hasilnya, Indonesia harus takluk dengan skor 10-62. Sebelumnya, berdasarkan catatan, tim wheelchair Indonesia sudah dua kali berjumpa dengan Thailand. Pertemuan pertama yakni di kualifikasi Asian Para Games 2018, Maret lalu. Ketika itu, Danu Kuswantoro Cs kalah dengan skor 17-82. Perjumpaan kedua terjadi di Invitation Tournament. Indonesia kembali tumbang dengan skor 12-60. Nuruz Zaman, Asisten Pelatih Timnas Wheelchair Basketball Putra Indonesia, mengakui bila anak didiknya itu tampil kurang semangat ketika melawan Thailand. “Mereka kelelahan. Saya melihat beberapa pemain juga tidak disiplin memanfaatkan waktu istirahat,” ujar Nuruz usai laga, Rabu (10/10). “Ini kelihatan ketika masuk lapangan, kurang bergairah, tidak seperti saat melawan Iran atau China. Meski kalah dari Iran atau China, tapi pemain bisa mengeluarkan semangat perlawanan yang luar biasa. Mereka kelihatan dari mulai masuk lapangan,” lanjutnya. Di Pertandingan terakhir penyisihan Pool A, skuat Merah Putih akan menghadapi Irak. Nuruz meminta punggawanya bermain maksimal. Sebab, mereka ditonton ratusan orang yang hadir ke Istora Senayan, serta memberikan dukungan semangat tak putus selama Donald Cs melakoni pertandingan. “Kami akan berusaha yang terbaik, tapi kalau untuk memberikan kemenangan, kami tidak janji,” cetusnya. Menurutnya, secara kualitas permainan tim Indonesia masih di bawah Irak. Terlebih, tambah Nuruz, dengan postur tubuh pemain Irak yang tinggi dan besar, maka akan sangat sulit pemain Indonesia mengimbangi lawan. “Pemain Irak memiliki keunggulan yang sama dengan Iran. Kami sudah siapkan strategi untuk meredam keunggulan postur tubuh dan power pemain Irak,” terangnya. “Kami akan berusaha menahan pemain Irak agar tidak mudah masuk dan berada di bawah ring. Pemain harus jaga zona, pertahanan di zona three point saat ditekan,” tukas Nuruz. (Adt)

Buah Latihan dan Kerja Keras, Catur Borong 6 Medali Emas Asian Para Games 2018

Hendy Wirawan (tengah) meraih medali emas cabang olahraga catur Asian Para Games 2018, di GOR Cempaka Putih, Jakarta, Rabu (10/10). (INAPGOC)

Jakarta – Cabang olahraga catur berhasil meraih enam medali emas pada hari keempat hajatan Asian Para Games 2018, di Gelanggang Olahraga (GOR) Cempaka Putih, Jakarta, pada Rabu (10/10). Pecatur tuan rumah menjadi kampiun dari kategori standar perorangan (VI-B1) putra dan beregu putra (VI-B1) atau buta total. Hendy Wirawan berhak atas medali emas setelah mengemas 5,5 poin akhir melewati torehan pecatur yang sebelumnya mengalahkannya di putaran keenam asal Filipina, Francis Ching, yang meraih 5 poin. Dengan total raihan 10,5 bersama pecatur andalan Edy Suryanto, membuat Indonesia meraih medali emas di kategori VI-B1. “Keberhasilan ini merupakan kerja keras latihan selama ini. Saya senang dapat memberikan medali emas untuk kontingen Indonesia,” ujar Edy usai memastikan poin tertinggi 5 sekaligus mengunci gelar juara. Sebelumnya, empat medali emas diraih dari kategori beregu putri VI-B1 (buta total), dan PI (daksa) standar perorangan putri. Debi Ariesta mendominasi pertandingan standar perorangan putri setelah tidak terkalahkan dalam pertandingan tujuh putaran. Dipertandingan lain, Debi bersama Tati Karhati juga berhasil mempersembahkan emas beregu setelah mengemas total 12,5 poin tim. Sedangkan Simanja Nasip Farta mendominasi kategori PI perorangan putri. Simanja bersama Roslinda Br Manurung juga memastikan medali emas di nomor beregu. Debi mengatakan kemenangannya ini, ia dedikasikan untuk masyarakat Indonesia. “Lega dan bahagia sekali dapat merebut emas. Kemenangan ini untuk seluruh bangsa Indonesia,” cetus Debi. Sementara itu, Heri Isranto, Manajer Catur Indonesia, mengungkapkan sejak awal pihaknya meyakini bisa melampaui target emas. “Ini buah latihan keras dan kebersamaan yang selalu kami tanamkan dalam persiapan,” tegasnya. Ia menambahkan Indonesia masih memiliki peluang meraih medali emas dari nomor catur cepat. “Masih ada catur cepat yang tentunya juga tidak boleh dilewatkan untuk terus meraih medali. Semoga bisa kembali meraih medali emas, karena Indonesia juga kuat di catur cepat ini,” tukas Heri. (Adt)

Nur Vinatasari, Remaja 17 Tahun, Berhasil Meraih Medali Pertama Bagi Indonesia di Ajang Youth Olympic Games 2018

Lifter muda Nur Vinatasari (kanan) meraih medali perunggu dengan total angkatan 162 kg (snatch 72 kg dan clean and jerk 90 kg), di ajang Olimpiade Remaja, di Argentina. (Youth Olympic Games Argentina 2018)

Jakarta- Kontingen Olimpiade Remaja (Youth Olympic Games) 2018, di Buenos Aires, Argentina, meraih medali perunggu dari cabang angkat besi melalui Nur Vinatasari. Turun di kelas 53 kg, pada Selasa (9/10) waktu setempat atau Rabu (10/10) dinihari waktu Indonesia, Nur Vinatasari berhak atas medali perunggu setelah membukukan total angkatan 162 kg, yakni 72 kg untuk angkatan snatch, dan 90 kg untuk clean and jerk. Lifter remaja kelahiran Pringsewu, Lampung, 5 Juli 2001 itu, mengaku bangga dengan prestasi yang diraihnya pada Olimpiade Remaja ini. Menurutnya, kunci dari semua itu adalah kerja keras, tidak mudah putus asa, dan disiplin dalam melakukan segala hal. “Saya bangga dengan prestasi ini. Saya berharap bisa menjadi motivasi bagi anak muda Indonesia lainnya untuk mampu memberikan yang terbaik kepada bangsa dan negara,” ujar Vina, sapaannya, Rabu (10/10). Usai mengukir medali perunggu di Olimpiade Remaja, Vina membentang asa. Ia berharap menjadi yang terbaik pada kejuaraan internasional lainnya. Lebih dari itu, Vina membidik prestasi tinggi bisa menembus Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang. Sementara itu, Sabina Baltag asal Rumania meraih medali emas usai mencatatkan total angkatan 177 kg (snatch 77 kg dan clean and jerk 100 kg). Dan, medali perak menjadi milik Junkar Acero asal Kolombia dengan total angkatan 176 kg (snatch 78 kg dan clean and jerk 98 kg). Sedangkan Dito Ario Tejo, Chief de Mission (CdM) Kontingen Indonesia Youth Olympic Games (YOG) 2018, menegaskan dirinya bangga dengan pencapaian lifter muda Indonesia itu. Ia menyebut hasil ini sudah menyamai pencapaian kejuaraan yang sama sebelumnya di Nanjing, Cina, empat tahun lalu. “Kami berharap akan bertambah lagi, ada beberapa cabor lagi yang berpotensi mengharumkan nama bangsa,” ungkap Dito. Olimpiade Remaja 2018 di Buenos Aires, Argentina, berlangsung pada 6-18 Oktober. Terdapat 32 cabang dengan 241 nomor yang dipertandingkan. Kontingen Indonesia mengirimkan 18 atlet untuk berpartisipasi pada 8 cabor. Yakni badminton (Maharani Sekar Batari dan Ikhsan Leonardo Immanuele Rumbai), atletik (Diva Renatta Jayadi dan Adi Ramli Sidiq), renang (Adinda Larasati Dewi Kirana, Farrel Armando Tangkas, Azzhara Permatahani, dan Azel Zelmi Arialingga). Kemudian, angkat besi (Nur Vinatasari), basket 3×3 (Ni Putu Eka Liana, Michelle Kurniawan, Hoo Valencia Angelique, dan Nathania Claresta Orville), menembak (Muhamad Naufal Mahardika), golf (Vania Ribka), dan voli pantai (Bintang Akbar dan Danang Herlambang). (Adt)

Sapto Yogo Purnomo, Pemuda Asal Purwokerto Ini Berhasil Memecahkan Rekor Asia dan Meraih Medali Emas di Asian Para Games 2018

Sapto Yogo Purnomo meraih medali emas setelah membukukan catatan waktu 11,49 detik, sekaligus memecahkan rekor Asia, di Main Stadium, Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, Selasa (9/10). (Kemenpora)

Jakarta- Kontingen Merah Putih kembali menambah pundi medali emas di Asian Para Games 2018. Kali ini, Sapto Yogo Purnomo, yang turun di cabang atletik nomor lari 100 meter kelas T37, pada Selasa (9/10). Ia menjadi yang tercepat usai menciptakan catatan waktu 11,49 detik, di Stadium Utama, Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, dan berhak meraih medali emas. Sedangkan atlet Iran Davoudali Ghasemi yang terpaut 0,48 detik dari Sapto, harus puas mendapatkan medali perak, sedangkan medali perunggu diraih oleh Ali Anakhli (Arab Saudi), setelah membukukan catatan waktu pada 12,01 detik. Kemenangannya yang diraih Sapto makin lengkap. Sebab, catatan waktu yang ditorehkannya berhasil memecahkan rekor Asia milik Yongbin Liang asal China, dengan catatan waktu 11,51 detik saat berlaga di Paralimpiade 2012, London, Inggris. “Soal pecahkan rekor Asia sebenarnya saya tidak percaya. Yang saya pikirin cuma lari saja dari awal, dan ingin menjadi nomor satu,” ujar Sapto, usai lomba. Atlet kelahiran Purwokerto, Jawa Tengah, 17 September 1998 itu menegaskan sejak awal kalau dirinya memang ditargetkan untuk meraih medali. “Terima kasih semuanya, saya senang sekali. Terima kasih juga dukungan dari saudara yang sudah nonton langsung maupun tidak langsung,” jelasnya. “Ini memang sesuai target awal, yakni meraih medali,” tambah Sapto. (Adt)