Tetesan Air Mata Lalu Muhammad Zohri, Apresiasi dan Beban Berat Di Pundaknya

Sprinter muda Lalu Muhammad Zohri siap berlaga di Asian Games 2018 usai menjadi juara dunia di Tampere, Finlandia. (Kemenpora)

Jakarta- Kedatangan Lalu Muhammad Zohri ke Tanah Air disambut meriah. Kalungan bunga dan uang pembinaan dari pemerintah sebesar Rp 250 juta serta tabungan emas 1 kg dari salah satu BUMN (Badan Usaha Milik Negara) didapat. Belum lagi beberapa sponsor yang lainnya. Bahkan, orang nomor satu di negeri ini, Presiden Joko Widodo, memerintahkan Basuki Hadimuljono, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Menpupera) untuk membangun rumah sprinter muda itu di Dusun Karang Pangsor, Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB). Itu semua ‘buah’ keberhasilannya sebagai juara dunia nomor 100 meter pada Kejuaraan Dunia Atletik U-20, di Tampere, Finlandia, pekan lalu. Dari catatan resmi Asosiasi Internasional Federasi Atletik (IAAF), dalam 32 tahun penyelenggaraan, prestasi terbaik Indonesia hanya mampu menembus peringkat 8 babak penyisihan, pada 1986. “Saya tak menyangka mendapat sambutan seperti ini. USoal pembangunan rumah, saya banyak kenangan dengan rumah itu, terutama ingat ibu dan bapak saya. Terima kasih kepada semuanya yang menyambut saya,” ujar Zohri lirih seraya meneteskan air mata, di Bandara Soekarno-Hatta, Selasa (17/7) malam. “Saya tidak pernah menyangka (juara). Namun saya percaya diri dan yakin pertolongan Tuhan. Saya bersyukur kepada Allah bisa menjadi juara,” tuturnya. Lahir di Lombok, NTB, 1 Juli 2000, remaja yang akrab disapa Badok ini, merupakan anak ketiga dari Lalu Muhammad (ayah) dan Saeriah (ibu). Pria berpostur tegap itu ditinggal ibundanya sejak bangku SD (sekolah dasar). Dan, setahun yang lalu, ayahnya meninggal dunia. Ia kini tinggal bersama saudaranya yakni Baiq Fazilah, Lalu Ma’arif, dan Baiq Fujianti, di rumah sangat sederhana, di Karang Pangsor. Zohri bergabung di pelatnas atletik pada 2017. Adalah Mohammad Hasan, atau akrab disapa Bob Hasan, orang yang berjasa besar atas prestasi fenomenal Zohri. Ia merupakan Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI). Bob Hasan telah membina atletik selama empat dasawarsa. Bekerja denga hati. Menteri Perindustian dan Perdagangan era Presiden Soeharto itu melakuan pencarian talenta muda berbakat ke pelosok, serta pusat pendidikan latihan dan pelajar (PPLP), dan menggelar kejuaraan nasional (Kejurnas). Seluruh biaya dikeluarkan melalui kantong pribadi pria kelahiran 1931 ini. Soal prestasi Zohri, pria asal Semarang, Jawa Tengah itu mewanti-wanti, agar Zohri diberikan dukungan bukan pujian berlebihan. “Jangan dipuji-puji. Nanti kepalanya besar. Jadi tegang, malah kalah,” cetusnya, beberapa waktu lalu. Kini, Zohri menanggung beban berat dipundaknya. Kurang dari satu bulan, ia akan membela Merah Putih di ajang Asian Games 2018. Di pesta multievent empat tahunan itu punya tantangan besar. Sebab, berhadapan dengan pelari-pelari senior sekaligus para pesaingnya. Catatan waktu Zohri yakni 10,18 detik saat di Finlandia, masih kalah jauh dibandingkan Femi Ogunade. Sprinter asal Qatar ini adalah kampiun Asian Games 2014 pada nomor yang sama. Ogunade meraih emas dengan catatan waktu 9,93 detik. Tak hanya emas, tapi ia mencatatkan namanya dalam rekor pelari 100 meter tercepat di Asia. Di peringkat kedua, ada sprinter asal China, Su Bingtian. Rekor Su Bingtian adalah 10,10 detik. Diikuti Kei Takase dari Jepang, yang mendapat medali perunggu dengan waktu 10,15 detik. Dari statistik ini, Zohri belum memiliki catatan waktu yang lebih cepat, dari tiga besar juara nomor 100 meter Asian Games 2014 itu. (Adt) Catatan Prestasi Zohri: 1. Juara 1 Kejuaraan Nasional PPLP (Pusan Pendidikan dan Latihan Pelajar) nomor 100 meter (10,25 detik) 2. Emas Kejuaraan Atletik Asia Junior nomor 100 meter (10,27 detik) di Gifu, Jepang 3. Emas Westwood Rafer Johnson & Jackie Joyner-Kersee Invitational nomor 100 meter (10,36 detik) di Amerika Serikat 4. Perak Test Event Asian Games 2018 nomor 100 meter (10,32 detik) 5. Emas Kejuaraan Dunia Atletik U-20 nomor 100 meter (10,18 detik) di Tempere, Finlandia

Sampai di Jakarta, Zohri disambut Menpora Dengan seremonial di Bandara Soekarno-Hatta

Menpora Imam Nahrawi secara resmi menyambut kedatangan juara dunia lari 100 meter U-20 Lalu Muhammad Zohri di Bandara Soekarno Hatta Jakarta, Selasa. (Antaranews.com)

Jakarta- Kedatangan juara dunia lari 100 meter U-20, Lalu Muhammad Zohri disambut secara seremonial di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (17/7) dan dipimpin langsung Menpora Imam Nahrawi. Zohri tiba di Tanah Air menggunakan maskapai penerbangan Garuda Indonesia pada pukul 23.10 WIB. Setelah turun dari pesawat dan pengurusan imigrasi, pria yang disapa Badok ini dan rombongan, langsung ke lokasi penyambutan yang juga melibatkan kesenian dari Lombok. Menpora Imam Nahrawi yang sudah menunggu langsung bersalaman dan merangkul Zohri yang saat itu memakai jaket merah. Masyarakat yang berada di bandara juga antusias menyambutnya. Begitu juga dengan perwakilan PB PASI. Kalungan bunga melati juga tidak lupa disematkan ke Zohri oleh menpora. Sekjen PB PASI Tigor Tanjung, sang pelatih Eni Nuraini juga menyambut langsung atlet yang dalam satu pekan terakhir menjadi pantauan oleh masyarakat Indonesia itu. Meski terlihat lelah, Zohri tetap bersemangat untuk terlibat dalam penyambutan. Bendera Merah Putih juga tidak lepas dari pegangannya. Diatas panggung, Zohri langsung mendapat penghargaan dari Kemenpora serta predikat pemuda hebat. Penghargaan juga diberikan kepada pelatih Eni Nuraini serta pihak PB PASI. “Terima kasih kepada PASI. Kami berharap Zohri tetap konsisten untuk berlatih karena Asian Games sudah dekat. Saya berharap Zohri tetap rendah diri,” kata Menpora Imam Nahrawi. Zohri merupakan atlet Indonesia pertama yang sukses menjadi juara dunia lari 100 meter, meski untuk kategori U-20. Walau berada di lintasan delapan, Atlet berusia 18 tahun ini mampu menggebrak atlet negara lain yang selama ini menguasai nomor tersebut. Salah satu atlet yang disiapkan untuk Asian Games 2018 ini membukukan catatan waktu 10,18 detik. Zohri mampu mengalahkan dua sprinter asal Amerika Serikat, Anthony Schwartz dan Eric Harrison, yang masing-masing mencatatkan perolehan waktu 10,22 detik. Waktu yang dicatatkan oleh atlet asal Lombok Utara, Nusa Tenggara Timur ini hanya terpaut tipis, dengan catatan waktu mantan sprinter Indonesia, Suryo Agung Wibowo yaitu 10,17 detik, yang ditorehkan pada SEA Games 2009 di Laos. Atas prestasi tersebut, Zohri banyak mendapatkan apresiasi termasuk dari Presiden Joko Widodo. Bonus juga terus mengalir pada atlet yatim piatu ini. Kementerian Pemuda dan Olahraga memberi bonus Rp250 juta, selaih itu juga perbaikan rumahnya di Lombok Utara. (Ham)

Tampil di Nomor Sprint 100 Meter Asian Games 2018, Ini ‘Gilanya’ Catatan Waktu Para Pesaing Zohri

Catatan waktu 10,18 dari atlet muda Indonesia, Lalu Muhammad Zohri (merah), di Kejuaraan Dunia Atletik U-20 cabang 100 meter putra, ternyata kalah jauh dari rekor Asian Games 2014 milik sprinter asal Qatar, Femi Ogunade. (thejakartpost.com)

Jakarta- Torehan spektakuler sprinter muda Indonesia, Lalu Muhammad Zohri di Kejuaraan Dunia Atletik U-20 cabang 100 meter putra, membuka peluang Indonesia di Asian Games 2018. Namun, Indonesia punya banyak pesaing, jika berkaca pada Asian Games edisi sebelumnya dan SEA Games 2017. Zohri, yang baru berusia 18 tahun meraih catatan waktu impresif saat finish di urutan pertama 100 meter putra Kejuaraan Dunia, yakni 10.18. Namun, catatan waktunya itu masih kalah jauh, jika dibandingkan dengan sprinter asal Qatar, Femi Ogunade, yang menjuarai Asian Games 2014 pada nomor yang sama. Ogunade keluar sebagai juara pertama dengan catatan waktu 9.93. Tak hanya memboyong medali emas, tapi juga mencatatkan namanya dalam rekor pelari 100 meter tercepat di Asia. Di peringkat kedua ada sprinter asal China, Su Bingtian dengan catatan waktu 10.10. Kemudian diikuti Kei Takase dari Jepang, yang mengamankan medali perunggu dengan waktu 10.15. Dari statistik ini, dapat dilihat Zohri belum memiliki catatan waktu yang lebih cepat, dari tiga besar juara nomor 100 meter Asian Games 2014 itu. Di level Asia Tenggara, catatan waktu pria yang disapa Badok ini, mampu bersaing dengan pelari lainnya. Bukan tanpa alasan, pada SEA Games 2017 lalu, peraih medali emas cabang lari 100 meter asal Malaysia, Khairul Hafiz Jantan, cukup finish dengan waktu 10.38 mengamankan posisi pertama. Setelahnya ada Eric Shauwn Cray dari Filipina dan Kritsada Namsuwun dari Thailand, yang finish di waktu yang bersamaan, yakni 10.43. Indonesia pernah mempunyai sejarah bagus di level Asia Tenggara. Pada SEA Games 2009, sprinter Suryo Agung Wibowo berhasil mencatatkan rekor di nomor 100 meter putra, dengan catatan waktu 10.17. Catatan Suryo lebih cepat 0.01 detik, dibandingkan dengan Zohri. Dan hingga kini, belum ada atlet lari Asia Tenggara, yang mampu melebihi rekor tersebut. Prestasi yang diraih oleh Zohri, membawa angin segar di dunia atletik Indonesia. Bukan tak mungkin, dia masih bisa mempertajam catatan waktunya tesebut pada sisa waktu satu bulan ke depan sebelum Asian Games 2018 bergulir. Cabang olahraga atletik rencananya akan diperlombakan di Stadion Gelora Bung Karno, mulai 25 Agustus 2018. (art)

Jaga Konsistensi Prestasi, Pemerintah Bakal Kawal Lalu Muhammad Zohri Hingga Level Senior

Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) akan mengawal prestasi Lalu Muhammad Zohri hingga ke level senior. (Adt/NYSN)

Jakarta- Muda dan berprestasi. Itulah sosok Lalu Muhammad Zohri. Berangkat ke Tampere, Finlandia, mengikuti Kejuaraan Dunia Atletik Under (U) 20 Tahun, tanpa ekspektasi. Memegang prinsip, berpartisipasi dahulu. Menang kalah soal nanti. Terlebih, ia memulai laga dari lintasan 8. Maklum, bukan favorit juara. Berbeda dengan pesaingnya duo Amerika Serikat (AS), Anthony Schwartz dan Eric Harrison. Mereka berada di lintasan tengah karena memang difavoritkan menjadi kampiun di ajang ini. Usai pistol start diletuskan, semua berjalan biasa, para sprinter tampak bersaing ketat. Namun, di detik-detik akhir, remaja kelahiran Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), 1 Juli 2000 itu mampu melesat. Mengukir catatan waktu 10,18 detik, ia finish terdepan. Remaja yang sehari-hari disapa Badok itu sukses menenggelamkan pamor sprinter unggulan Negara Paman Sam itu yang mencetak waktu 10,22 detik. “Tidak hanya disini (Kejuaraan Dunia Atletik U-20 Tahun). Saya ingin terus berprestasi. Alhamdulillah, banyak yang mengapresiasi prestasi saya. Semoga tidak ada yang berubah dengan saya. Saya tetap Zohri yang Insya Allah, tidak sombong. Saya akan terus berlatih meraih prestasi lebih tinggi lagi,” ujar sprinter yang pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Pemenang Barat, Kabupaten Lombok Utara, NTB, lewat sambungan telepon dengan Imam Nahrawi, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Jumat (13/7). Dan, demi menjaga konsistensi prestasi sensasional sprinter berusia 18 tahun itu, pemerintah berjanji mengawal Zohri hingga ke level senior. Zohri juga diharapkan memiliki motivasi tinggi untuk menjadi pelari tercepat di dunia. “Menjaga prestasi hingga seperti ini, Zohri harus dilatih dengan pelatih yang tepat serta program latihan yang baik serta berkesinambungan. Sehingga prestasinya bisa terjaga hingga ke level senior. Pemerintah akan terus mengawal Zohri,” terang Imam. “Harapannya masyarakat terus memberikan dukungan untuk Zohri yang saat ini berada di PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia) menjalani Pelatnas (pemusatan latihan nasional) jangka panjang. Selain itu, pelatihan yang dijalani harus menerapkan sport science secara tepat. Sehingga makin termotivasi menjadi pelari tercepat di dunia,” tambah menteri asal Bangkalan, Madura, Jawa Timur itu. (Adt)

Tak Mampu Beli Sepatu, Juara Dunia U-20 Asal Kampung Pemenang Ini Kerap Berlatih Di Tepi Pantai

Lalu Mohammad Zohri (tengah) diapit dua pelari asal Amerika Serikat, Eric Harrison dan Anthony Schwartz, usai merebut medali emas nomor lari 100 meter pada Kejuaraan Atletik Junior Dunia 2018 (Twitter IAAF)

Jakarta- Sprinter muda asal Indonesia, Lalu Muhammad Zohri, mengukir prestasi mengesankan pada IAAF World U20 Championships di Tampere, Finlandia, 10-15 Juli 2018. Pria asal Nusa Tenggara Barat (NTB) ini merebut emas pada nomor bergengsi lari 100 meter putra. Di babak final, Zohri finish pertama dengan catatan waktu 10,18 detik. Dia mengalahkan dua pelari asal Amerika Serikat, Anthony Schwartz (10,22) and Eric Harrison (10,22). Sementara urutan ketiga ditempati oleh pelari Afirka Selatan, Thembo Monareng dengan 10,23 detik. Zohri sebenarnya bukan atlet yang diunggulkan pada nomor bergengsi tersebut. Dia tampil mewakili Asia setelah menang pada Kejuaraan Asia U-20 yang berlangsung Juni lalu. Saat itu, ia hanya mampu mencatat waktu terbaik, 10,27 detik. Pemuda yang sehari-hari disapa Badok ini, mulai diperhitungkan, saat di babak semifinal berhasil menempati urutan kedua, di belakang atlet AS, Anthony Schwartz, dengan catatan waktu 10.24, atau 0.05 lebih lambat. Di babak final, Badok menempati lintasan nomor 8. Saat pistol start diletuskan, pemuda asal Lombok Utara ini segera melesat dan bersaing ketat dengan Monareng serta Schwartz. Ia akhirnya berhasil finis pertama mengungguli kedua pelari asal Negeri Paman Sam tersebut. Badok lahir 1 Juli 2000 di  Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Masa kecilnya dihabiskan di Lombok Utara. Dia mengenyam pendidikan di SD Negeri 2 Pemenang Barat, lalu melanjutkan sekolah ke SMP Negeri 1 Pemenang. Saat SMP, bakat lari Badok sudah mulai menonjol. Kemudian diajak untuk mengikuti beberapa kejuaraan dan berhasil merebut prestasi membanggakan. Badok juga sosok pria mandiri. Dia sudah ditinggal orang tuanya saat masih belia. Ibunya meninggal saat dirinya masih duduk di bangku SD, dan ayahnya menyusul setahun kemudian. Kakak kandung Badok, Baiq Fazilah (29) mengaku langsung menangis dan sujud syukur, begitu mengetahui sang adik menjadi juara dunia setelah tercepat nomor lari 100 meter pada ajang Kejuaraan Dunia Atletik U-20 ini. “Setelah melihat videonya yang dikirim Badok melalui WhatsApp, saya langsung menangis dan sujud syukur kepada Allah,” ujar Baiq, di rumahnya di Karang Pansor Desa Pemenang Barat Kecamatan Pemenang Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (12/7). Baiq mengaku bangga prestasi yang diraih adiknya. Apalagi bila mengingat perjuangan keras adiknya yang berlatih di tengah keterbatasan. Karena untuk berlatih saja, Badok kerap tak menggunakan alas kaki, karena tidak memiliki sepatu. “Badok (Zohri) anaknya pendiam dan tidak pernah menuntut ini, itu. Bahkan, kalau berlatih lari tidak pernah pakai alas kaki (sepatu), karena tidak punya,” ujarnya. “Untuk berlatih sendiri, adik saya suka latihan lari di Pantai Pelabuhan Bangsal, Pemenang,” ucapnya. Badok merupakan anak ke empat dari empat bersaudara Baiq Fazilah (29), Lalu Ma’rib (28), Baiq Fujianti (Almh) dan Lalu Muhamad Zohri. Di pentas nasional, namanya mulai dikenal saat mengikuti Kejuaraan Nasional (Kejurnas) U-18 dan U-20 di Stadion Atletik Rawamangun, Jakarta, April 2017. Dia kemudian dipilih oleh Pengurus Besar (PB) Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) memperkuat timnas di Kejuaraan Dunia Remaja di Kenya, Juli lalu. Tampil di nomor 200 meter, Badok merebut emas dengan catatan waktu 21.96 detik. Dia sempat ikut berlomba di Singapura. Namun batal turun karena mengalami cedera. Kini ia merupakan bagian dari timnas atletik Indonesia yang akan bertanding di Asian Games 2018 nanti. Meskipun catatan waktunya masih kalah dari sejumlah sprinter top Asia saat ini, namun dia bisa menjadi harapan kejayaan Indonesia di masa mendatang. (Adt)

Remaja 18 Tahun Asal Lombok Utara, Jadi Kampiun 100 Meter Kejuaraan Dunia Atletik U-20

Singkirkan Sprinter Amerika Serikat, Lalu Muhammad Zohri (tengah) yang baru berusia 18 tahun asal Lombok, Raih Emas Kejuaraan Dunia Atletik Junior. (bbc.com)

Jakarta- Prestasi sensasional ditorehkan sprinter Lalu Muhammad Zohri pada Kejuaraan Dunia Atletik Under (U) 20 tahun, di Stadion Ratina, Tampere, Finlandia, Rabu (11/7). Turun di nomor lari bergengsi 100 meter, remaja kelahiran Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), 18 tahun silam ini sukses masuk finish pertama dengan membukukan catatan waktu 10.18 detik. Torehan ini sekaligus memecahkan rekor nasional (rekornas) atas namanya yakni 10.25 detik. Bahkan, Lalu yag berlari di lintasan 8 itu, menciptakan catatan waktu yang mendekati rekornas yang masih menjadi milik Suryo Agung Wibowo yakni 10.17 detik. Ia pun menumbangkan sprinter terbaik Amerika Serikat (AS) sekaligus favorit juara, yakni Anthony Schwartz dan Eric Harrison, yang mencetak waktu 10.22 detik. “Saya sangat gembira dengan catatan waktu terbaik saya dan rekor junior nasional. Sekarang, saya akan mempersiapkan diri untuk Asian Games bulan depan. Ini adalah sebuah pengalaman luar biasa dan ini sangat bagus untuk karier saya,” ujar Lalu usai lomba. Penampilan gemilang Lalu sudah terlihat sejak babak kualifikasi di hari pertama. Lalu turun di heat pertama bersama wakil Jepang Daisuke Miyamoto berhasil lolos ke semifinal dengan catatan waktu 10.30 detik. Di babak semifinal, atlet berjuluk ‘bocah ajaib dari Lombok’ itu turun di heat 1 dari 3 heat lolos bersama Schwartz dengan torehan 10.24 detik. Selanjutnya, Lalu, Anthony, dan Daisuke berhasil melenggang ke babak final. Sementara itu, Tigor M. Tanjung, Sekertaris Umum (Sekum) Pengurus Besar (PB) Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI), mengatakan keberhasilan Lalu mencetak prestasi terbaik di ajang Kejuaraan Dunia Atletik Junior di Finlandia merupakan hasil dari ketekunannya berlatih dan berjalan dengan baik. (Adt)

Atlet 18 Tahun Raih 5 emas SEA Age Group Swimming Championship 2018, Adinda Jadi Perenang Terbaik Wanita

Atlet asal Jawa Timur, Adinda Larasati Dewi, menjadi perenang wanita terbaik kategori U 16-18 tahun dalam event 42nd SEA Age Group Swimming Championship 2018. (istimewa)

Manila- Ajang bertajuk 42nd SEA Age Group Swimming Championship 6-8 Juli 2018 yang berlangsung di Manila, Filipina, memunculkan perenang-perenang muda, harapan masa depan Indonesia. Perenang putri 18 tahun asal Jawa Timur, Adinda Larasati Dewi, sanggup menyumbang 5 emas, juga menciptakan satu rekornas dan rekor SEA Age Group. Adinda memang tengah dipersiapkan menuju Asian Games 2018, serta Olimpiade Remaja 2018 di Argentina. Empat perenang muda Indonesia yang sudah lolos limit-A Youth Olympic Games atau Olimpiade Remaja di Argentina 2018, juga tampil memuaskan. Mereka adalah duo putri Adinda dan Azzahra Permatahani (16 tahun), serta duo putra, Azel Zelmi dan Farrel Armandio Tangkas. Farrel tampil gemilang saat memecahkan rekor nasional 200 meter gaya punggung, milik perenang senior Siman Sudartawa, yang sudah bertahan 7 tahun lalu. Farrel mencatat waktu 2 menit 02,31 detik, sedangkan rekornas Siman tercipta di SEA Games Palembang 2011, yakni 2 menit 02,44 detik. Diprediksi, Farrel berpotensi besar meraih medali di SEA Games 2019 Filipina. Di hari terakhir, Adinda menyumbang 2 emas, pada Minggu (8/7). Medali emas pertamanya didapat dari nomor 200 meter gaya kupu-kupu putri, dengan catatan waktu tercepat 2 menit 15,71 detik. Ia Mengalahkan perenang Vietnam, Mai Thi Linh 2:18,67 detik dan rekannya Azzahra, yang mendapat perunggu dengan waktu 2:19,24 detik. Emas kedua Adinda, diraih lewat nomor 800 meter gaya bebas putri, dengan catatan 9 menit 00,04 detik. Total Adinda mendapatkan lima emas, setelah sebelumnya ia menyabet emas di nomor 200 dan 400 meter gaya bebas, serta rekornas nomor 100 meter gaya kupu-kupu 1:01,35 detik. Adinda pun terpilih sebagai perenang terbaik wanita kategori U 16-18 tahun, dalam event 42nd SEA Age Group Swimming Championship 2018. Perenang Masa Depan Pada kelompok usia 13 tahun kebawah memunculkan perenang masa depan, Agung Sulaksono Putra Alamsyah (13 tahun), yang menembus dominasi Vietnam. Di hari terakhir, Agung menyumbang emas di nomor 100 meter gaya bebas dengan catatan 56,51 detik. Kedua Tong Yu Jing (Malaysia) 56,56 detik dan ketiga Randal Neo (Singapura) 56,66 detik. Total Agung sudah mengoleksi 2 emas, 2 perak dan 3 perunggu. “Ayah selalu berpesan untuk disiplin, dan fokus dalam berlatih,” ucap Agung dari Jawa Timur. Perenang muda lainnya di kategori putri yakni Komang Adinda Nugraha (13 tahun), yang bisa menebus penasarannya. Komang akhirnya meraih emas di hari terakhir pada nomor 50 meter gaya punggung dengan catatan 31,18 detik. Total selama di Filipina, Komang membawa pulang 1 emas dan 3 perunggu. Di SEA Age pertamanya tahun lalu di Brunei, Komang hanya mampu mengoleksi 3 perak dan 1 perunggu. “Kuncinya giat berlatih dan berlatih. Masih panjang perjalanan saya, doakan bisa membawa nama Indonesia harum di dunia internasional,” jelasnya. Satu perunggu Komang di dapat pada nomor beregu yakni estafet 4×100 meter gaya ganti putri. Komang dengan gaya punggung, Adelia (dada), Azzahra Permatahani (kupu) dan Adinda Larasati (bebas) mencatat waktu 4:24,59 detik. Di kategori putra juga dapat perunggu di nomor estafet 4×100 meter gaya ganti. Tim Indonesia beranggotakan AA Gede Oka Satria (punggung), Kamal Pasya (dada), Azel Zelmi (kupu) dan Agung Putro (bebas) mencatat waktu 3:59,20 detik. Di hari ketiga beberapa perenang yang memperoleh medali perak diantaranya Dwiki Anugrah di nomor 50 meter gaya punggung U 16-18 tahun (27,34 detik), Adinda Larasati Dewi nomor 100 meter gaya bebas (58,02 detik), Azzahra Permatahania nomor 200 meter gaya dada U 16-18 tahun (2:35,56 detik). Sedangkan perenang yang memperoleh perunggu adalah Sofie Kemala nomor 50 meter gaya punggung U 16-18 tahun putri (30,58 detik), Luh Putu Satya Putri nomor 50 M usia 14-15 tahun (31,56 detik), Panda Made Iron Digjaya di nomor 200 meter gaya dada U 16-18 tahun (2:20,59 detik), serta Azel Zelmi nomor 200 meter gaya kupu-kupu U 16-18 tahun (2:05,43 detik). Lalu, Albertus Andhika Bangun 200 M gaya kupu U 14-15 tahun (2:08,56 detik), Vanessa Sanjoyo 200 meter gaya kupu putri U 14-15 tahun (2:25,19 detik), Agung Putro nomor 1500 meter gaya bebas U 13 tahun (17:11,72 detik), Ernest Fabian Wijaya nomor 1500 meter gaya bebas U 14-15 tahun (16:42,16 detik). Tim Indonesia tahun ini, tak diperkuat dua perenang yang terpilih yakni Erick Ahmad Fathoni, dan perenang keturunan Indonesia-Amerika Serikat, Kaikea Putra Boyum Crews, yang tengah latihan dan bertanding di Amerika Serikat. Keduanya tak tampil, karena jadwal SEA Age Group berubah, dari semula bulan Oktober/November, maju menjadi Juli. (Ham)

Rekornas Lompat Jauh 33 Tahun Akhirnya Pecah di Korea Selatan Oleh Mahasiswa IKIP Mataram

Rekor nasional (rekornas) cabang olahraga atletik nomor Lompat Jauh yang bertahan selama 33 tahun akhirnya dipecahkan oleh Safwaturahman Sanapiah. (ilustrasi)

Yecheon- Atlet lompat jauh nasional, Safwaturahman Sanapiah, memecahkan rekor nasional (rekornas) yang bertahan selama 33 tahun usai mencatatkan lompatan sejauh 7,98 meter pada Korea Open 2018 di Yecheon, Korea Selatan, Minggu (17/6), sekaligus meraih medali emas. Pemuda asal Nusa Tenggara Barat (NTB) ini melampaui rekornas, yang sebelumnya dipegang Agus Reza Irawan, dengan lompatan sejauh 7,85 meter pada Kejuaraan Asia 1985 di Jakarta. Berdasarkan informasi dari Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI), saat laga, pria kelahirana Sumbawa 13 Mei 1994 ini, unggul dari atlet Korea Selatan (dengan lompatan 7,75 meter), serta Sri Lanka (7,73 meter). Keberhasilan mahasiswa Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra IKIP Mataram ini, turut melengkapi keberhasilan sejumlah atlet Indonesia lainnya, yang juga meraih medali di beberapa nomor. Indonesia juga meraih medali perunggu dari nomor tolak peluru putri. Juara SEA Games 2017 Eki Febri Ekawati berhasil menempati posisi ketiga dengan tolakan sejauh 15,16 meter. Sebelumnya, tim estafet Indonesia sukses meraih emas nomor estafet 4 x 100 meter putra. Tim yang berisikan Yaspi Boby, Fadlin, Eko Rimbawan, dan Bayu Kertanegara itu unggul atas tim Korea Selatan dan Hongkong. Anak-anak asuhan pelatih Eni Sumartoyo tersebut berhasil mencatatkan waktu terbaik 39,76 detik. Sementara itu, dua tim estafet Korea Selatan yang bermaterikan atlet-atlet muda hanya mencatatkan waktu terbaik 40,61 detik dan 41,06 detik. “Seharusnya, tim Hongkong menempati peringkat kedua, tapi mereka didiskualfikasi karena melanggar aturan,” ujar Eni yang mendampingi atletnya di Korea Selatan. Menurut Eni, tim estafet Indonesia meakai formasi yang berbeda dari test event Asian Games 2018, dan training camp di Amerika Serikat. Tanpa Lalu Muhammad Zohri, yang memperkuat tim junior pada Kejuaraan Asia 2018 di Gifu, Jepang, tim estafet Indonesia kembali diperkuat sprinter Yaspi Boby. “Dengan waktu persiapan 1 bulan, saya rasa hasil yang dicapai cukup baik,” kata Eni. Korea Open 2018 berlangsung selama dua hari (16-17 Juni) dan diikuti atlet dari 7 negara Asia yakni Hongkong, Vietnam, Filipina, India, Singapura, Indonesia, serta tuan rumah Korea Selatan. Indonesia tercatat mengirimkan 9 atlet yang dipersiapkan untuk Asian Games 2018 nanti. Mereka adalah tim estafet putra yang terdiri Yaspi Boby, Fadlin, Eko Rimbawan, dan Bayu Kertanegara. Selain itu ada pula Safwaturahman (lompat jauh), Suwandi Wijaya (lompat jauh), Emilia Nova (100 m Gawang) dan Eki Febri Ekawati (tolak peluru). (art)

Gagal Pecahkan Rekornas Hari Ke-3 FAI 2018, Ratu Renang Jatim Tetap Tampil Terdepan

Adinda Larasati Dewi mengukir catatan sebagai ratu renang di hari ketiga Festival Akuatik Indonesia (FAI) 2018, usai menjuarai nomor 200 Meter Gaya Bebas Putri. (istimewa)

Surabaya- Perenang Tuan Rumah kembali unjuk gigi dalam hari ketiga Festival Akuatik Indonesia (FAI) 2018, di Kolam Renang KONI Jawa Timur, Surabaya (18/4). Perenang remaja berusia 18 tahun, Adinda Larasati Dewi, lagi-lagi melesat jadi yang terdepan, meski gagal menajamkan rekornas di nomor 200 Meter Gaya Bebas Putri (2.03.01). Menyusul di posisi dua, Ressa Kania Dewi yang juga membela Jatim (2.05.04). Perenang Jawa Tengah, Sagita Putri Krisdewanti, harus puas di peringkat tiga (2.07.30). Sedangkan 200 Meter Gaya Bebas Putra jadi milik perenang Jawa Barat, Aflah Fadlan Prawira (1.52.78). Ia mengungguli Putra M Randa dari DKI Jakarta yang ada di posisi dua (1.52.98), dan perenang Bali, Agus Nuarta, di peringkat tiga (1.54.61). Gede Siman Sudartawa yang membela DKI Jakarta, menjadi raja di nomor 100 Meter Gaya Punggung Putra (55.67), disusul wakil Jawa Barat, Ricky Anggawijaya, yang ada di peringkat dua (56.68). Perenang ibukota lainnya, Dwiki Anugrah ada di peringkat tiga (58.59). Nomor 100 Meter Gaya Punggung Putri dikuasai perenang tuan rumah, yakni Nurul Fajar Fitriyati yang menjadi juara (1.03.74), lebih cepat dari perenang Jawa Barat, Yessy Yosaputra, yang ada di peringkat dua (1.06.07). Lalu Dewi Novita Lestari dari Bali ada di posisi tiga (1.07.10). Perenang Jabar Triadi Fauzi menjadi yang tercepat dalam nomor 50 Meter Gaya Kupu-Kupu Putra (24.66), unggul tipis dari salah satu wakil Jawa Timur, Glenn Victor, (24.76), sementara perenang Sumatera Barat, Abrian Adri Nyoman berada di peringkat tiga (25.55). AA Istri Kania Ratih yang membela DKI Jakarta menguasai nomor 50 Meter Gaya Kupu-Kupu Putri (28.35), unggul dari perenang Kalimantan Utara, Angel Gabriella Yus, yang ada di posisi dua (28.98), dan Sofie Kemala dari DKI Jakarta dipaksa menduduki peringkat tiga (29.00). Nama Aflah Fadlan Prawira dari Jawa Barat kembali menjadi yang teratas, kali ini di nomor 400 Meter Gaya Ganti Perorangan Putra (4.33.74). Menyusul di posisi dua, perenang Jawa Barat lainnya, Athalarik Maulidio (4.39.87), dan Adityastha Rai Wratsangka dari DKI Jakarta, ada di peringkat tiga (4.43.07). Sebagai penutup memainkan partai final nomor 400 Meter Gaya Ganti Perorangan Putri, yang dikuasai perenang Riau Azzahra Permatahani (5.04.90), dibuntuti dua perenang Bali, yakni Desak Made Sri Widyadari di posisi dua (5.21.49), dan Andini Carrisa Sugiarta di peringkat tiga (5.23.12). Bali masih merajai perolehan medali dengan 35 emas, 28 perak dan 21 perunggu. Posisi dua diduduki tuan rumah Jawa Timur, dengan 34 emas, 18 perak dan 27 perunggu. DKI Jakarta yang sudah mengoleksi 22 emas 30 perak dan 30 perunggu ada di peringkat tiga. Jawa Barat ada di posisi empat dengan 21 emas 19 perak dan 16 perunggu. Pada Kamis (19/4), merupakan hari terakhir pertandingan cabang Renang, akan memainkan partai final 200 Meter Gaya Kupu-Kupu, 50 Meter Gaya Bebas, 200 Meter Gaya Dada, serra 1500 Meter Gaya Bebas sektor Putra dan Putri, yang akan start Pukul 17.00 WIB. (art)

Dua Hari Berturut-Turut, Dara 18 Tahun Pertajam Rekornas Gaya Bebas Putri di FAI 2018

Perenang Jawa Timur berusia 18 tahun Adinda Larasati Dewi, menajamkan rekornas di nomor 800 meter gaya bebas putri dan menjadi rekornya yang kedua dalam FAI 2018. (istimewa)

Surabaya- Adinda Larasati Dewi, perenang Jawa Timur kembali menorehkan prestasi usai menajamkan rekornas di nomor 800 meter gaya bebas putri dengan catatan 8 menit 52,80 detik. Rekor nasional ini dibukukan Adinda pada laga hari kedua Festival Akuatik Indonesia (FAI) 2018 di Kolam Renang Koni Jatim, Surabaya, Selasa (17/4). Lebih cepat dari rekornas lama milik Raina Saumi 8 menit 53,61 detik di Singapura 2016. Adinda menyisihkan Ressa Kania Dewi di peringkat dua 09 menit 03,75 detik. Ketiga Raina Saumi 09 menit 16,84 detik. Sehari sebelumnya, dara 18 tahun ini juga memecahkan rekornas di nomor 400 meter gaya bebas putri. “Senang sekali, sudah bisa pecah 2 rekornas. Pelatih bilang bagus dan juga terima kasih support dari kedua orang tua dan semua pihak yang berteriak di tribun penonton, membuat saya semangat. Doakan saja bisa buat rekornas lagi di nomor 200 meter gaya bebas,” ucap Adinda pada Selasa (17/4). “Alhamdulillah, kami bersyukur dihari kedua FAI ada lagi Rekornas baru tercipta lagi oleh perenang muda yang berusia 18 tahun. Artinya Adinda masih punya potensi untuk lebih maju dengan mendapatkan pembinaan yang lebih intensif dan terprogram dengan baik,” ujar Ketua Umum PB PRSI, Anindya Bakrie. Adinda juga berhasil menjadi yang tercepat di nomor 100 meter gaya bebas putri, nyaris memecahkan rekornas dengan catatan 57,12 detik. Rekornas 100 meter adalah 57,05 detik milik Patricia Yosita. Diikuti Ressa Kania 58,81 detik dan ketiga Sagita Putri (Jateng) 59,02 detik. Sementara, nomor 100 meter gaya bebas putra masih menjadi milik Triadi Fauzi dari Jawa Barat dengan waktu tercepat 51,07 detik. Kedua Erick Ahmad Fathoni 52,57 detik dan ketiga Putra M.Randa 52,87 detik. Nomor 100 meter gaya kupu-kupu putra finish pertama Triadi Fauzi (Jabar) 53,69 detik diikuti Glen Victor (Jatim) 55,56 detik dan ketiga Adityastha (DKI) 56,27 detik. Pada nomor 50 meter gaya dada putra Indra Gunawan (Jatim) unggul 28,98 detik, lalu Gagarin Nathaniel Yus (DKI) 29,01 detik dan ketiga M.Fachri (Jabar) 29,18 detik. Nomor 50 meter gaya dada putri milik Margaretha Kretapradani (Jateng) 34,52 detik, kedua Mutiara Reshinta (Jatim) 34,77 detik dan ketiga Nurita 34,88 detik. Di 200 meter gaya punggung putra Ricky Anggawijaya (Jabar) jadi yang tercepat 02 menit 03,74 detik. Posisi kedua Farrel Tangkas (Jabar) 02 menit 05,27 detik dan ketiga Dwiki Anugrah (DKI) 02 menit 09,35 detik. Nomor 200 meter gaya punggung putri milik Nurul Fajar (Jatim) 02 menit 17,71 detik, kedua Yessy Yosaputra (Jabar) 02 menit 21,92 detik dan ketiga Azzahra Permatahani (Riau) 02 menit 23,66 detik. Pada nomor 100 meter gaya kupu–kupu putri finish pertama Intan Putri (Bali) 01 menit 04,21 detik, kedua Desak Made (Bali) 01 menit 04,38 detik dan ketiga Hanna Christina (Jateng) 01 menit 04,84 detik. Pada nomor 800 meter gaya bebas putra milik Fadlan Prawira (Jabar) 08 menit 19,80 detik, kedua Athalarik Maulidio (Jabar) 08 menit 27,20 detik dan ketiga Joe Aditya (DKI) 08 menit 30,81 detik. Pada Rabu (18/4), cabang renang masih memainkan beberapa partai final putra dan putri, diantaranya nomor 200 Meter Gaya Bebas, 100 Meter Gaya Punggung, 50 Meter Gaya Kupu-Kupu, serta 400 Meter Gaya Ganti Perorangan, yang akan start final mulai Pukul 17.00 WIB. Sedangkan babak penyisihan pukul 08.00 WIB pagi. Perolehan medali sementara, Jawa Timur di peringkat satu dengan koleksi 24 emas, 13 perak, 19 perunggu. Diikuti Bali (20-20-12) , Jawa Barat (16-10-11), DKI Jakarta (15-18-27), Jawa Tengah (10-11-6). (art)

Hari Pertama FAI 2018 Dimulai, Atlet Tuan Rumah Pecahkan Rekornas Gaya Bebas Putri

Atlet Jawa Timur, Adinda Larasati Dewi, memecahkan Rekor nasional nomor 400 Meter Gaya Bebas Putri, pada hari pertama Festival Akuatik Indonesia 2018. (istimewa)

Surabaya- Hari pertama Festival Akuatik Indonesia 2018 cabang renang yang berlangsung di kolam renang KONI Jawa Timur, Surabaya, pada Senin (16/4), berlangsung sengit. Rekor nasional langsung pecah di nomor 400 Meter Gaya Bebas Putri, saat perenang tuan rumah, Adinda Larasati Dewi, menjadi yang tercepat dengan catatan waktu 4 Menit 16.84 Detik, sekaligus mematahkan rekor nasional 2017 milik Ressa Kania Dewi (4 Menit 17.92 Detik) “Saya tak menyangka bisa memecahkan Rekornas. Saya merasa berenang enak sekali, pagi bisa best time dan sore bisa memecahkan rekor, Alhamdulillah.” kata Adinda Larasati Dewi, pada Senin (16/4). “Pecahnya Rekornas 400 Meter Gaya Bebas Putri di hari pertama, menjadi awal yang baik. Semoga ini jadi motivasi kepada perenang lainnya agar juga mampu memecahkan Rekornas,” tutur Wakil Ketua Umum Pembinaan dan Prestasi PB PRSI, Harlin E Rahardjo. Perenang Jawa Barat, Aflah Fadlan Prawira, melesat menjadi juara dinomor 400 Meter Gaya Bebas Putra dengan catatan waktu 3 Menit 57.89 Detik. Putra M Randa yang membela DKI Jakarta dengan waktu 4 Menit 02.62 Detik ada di posisi dua, dan Agus Nuarta dari Bali dengan catatan waktu 4 Menit 04.18 Detik di peringkat tiga. 50 Meter Gaya Punggung Putra jadi milik perenang DKI Jakarta, Gede Siman Sudartawa (25.58). Salah satu wakil Jabar, Ricky Anggawijaya menyusul di posisi dua (26.42), dan perenang Jabar lainnya, Triadi Fauzi harus puas di tempat ketiga (26.85). Untuk 50 Meter Gaya Punggung Putri, AA Istri Kania Ratih yang membela DKI Jakarta melesat menjadi jawara (29.76), mengungguli perenang tuan rumah, Nurul Fajar Fitriyati (30.06) di posisi dua, dan perenang DKI Jakarta lainnya, Sofie Kemala ada diperingkat tiga (30.59). Perenang DKI Jakarta Gagarin Nathaniel Yus, menjadi yang tercepat di nomor 100 Meter Gaya Dada Putra (1.02.95). Gerdi Zulfitranto yang membela Jabar ada di posisi dua (1.04.51). Dan wakil Jabar lainnya Muhammad Fachri harus puas di tempat ketiga (1.05.11). Untuk nomor 100 Meter Gaya Dada Putri, perenang Jawa Tengah, Margareta Kretapradani berhasil menjadi yang tercepat (1.13.31). Felicia Angelica yang juga dari Jateng menyusul di tempat kedua (1.15.33). Perenang Jabar, Adelia, menempel di posisi tiga (1.15.50). Aflah Fadlan Prawira yang turun juga di nomor 200 Meter Gaya Ganti Perorangan Putra berhasil menjadi juara (2.08.46). Menyusul di posisi dua perenang DKI Jakarta, Dwiki Anugrah (2.08.94). Serta perenang Bali, I Putu Wirawan di posisi tiga (2.11.22). Nomor penutup di hari pertama memainkan final nomor 200 Meter Gaya Ganti Perorangan Putri, di mana Azzahra Permatahani yang membela Riau menjadi juaranya (2.19.05). Ressa Kania Dewi dari Jawa Timur ada di peringkat dua (2.19.40). Dan perenang Jatim lainnya, Patrisia Yosita ada di posisi tiga (2.26.77). Bali masih merajai medali dengan 9 emas 12 perak 6 perunggu. DKI Jakarta ada di posisi dua dengan 9 emas 6 perak 11 perunggu. Tuan rumah Jatim menyusul di peringkat tiga dengan 9 emas 5 perak dan 11 perunggu. Jabar di posisi empat dengan 7 emas 6 perak dan 3 perunggu. Sementara Jawa Tengah di peringkat lima dengan 5 emas 3 perak dan 2 perunggu. Pada Selasa (17/4) akan memainkan partai Final 100 Meter Gaya Bebas, 50 Meter Gaya Dada, 200 Meter Gaya Punggung, 100 Meter Gaya Kupu Kupu, dan 800 Meter Gaya Bebas Putra Putri. (art)

Vannesae Evato Pecahkan Rekor Nasional Renang Yang Bertahan Seusia Dirinya

Perenang Nasional Anandia Treciel Vanessae Evato asal Riau memecahkan rekor renang nasional yang sudah berusia 21 tahun. (bolasport.com)

Jakarta- Salah satu perenang yang dipersiapkan ke Asian Games 2018, Vannesae Evato, berhasil memecahkan rekor nasional nomor 200 meter gaya dada putri di ajang Singapore National Age Group di Singapura, Kamis. Catatan waktu yang dia torehkan mematahkan rekor sebelumnya yang telah bertahan selama 21 tahun. Rekor 200 meter gaya dada putri dipegang oleh Rita Mariani dengan waktu dua menit 33,34 detik yang dicetak pada SEA Games 1997. Adapun catatan waktu dara bernama lengkap Anandia Treciel Vanessae Evato adalah dua menit 32,51 detik. “Saya senang dan terharu karena ini beda dengan rekor-rekor yang lain. Rekor yang paling lama belum terpecahkan, 21 tahun. Saya memang ingin sekali pecahkan dan baru sekarang kesampaian,” kata Vannesae yang lahir di Pekanbaru (Riau) 3 September 1997. Apa yang diraih oleh Vannesae juga diapresiasi oleh sang pelatih David Armandoni. Pelatih asal Prancis itu mengaku cukup puas dengan penampilan anak asuhnya. Namun, masih ada target jangka panjang yang harus dicapai oleh Vannesae Evato. “Kemajuan dia sangat bagus. Begitu juga dengan Azzahra dan Felicia. Bagus untuk Vannesae yang bisa pecahkan rekornas yang sudah bertahan 21 tahun. Saya masih punya target Vannesae bisa mencatat waktu dua menit 32 detik dan di Asian Games bisa dua menit 30 detik,” katanya. Selain Vannesae, perenang Indonesia yang sukses mencetak rekornas adalah AA Istri Kania Ratih pada nomor 50 meter gaya kupu-kupu putri dengan catatan waktu 27,90 detik. Adapun rekor sebelumnya dipegang oleh Angel Gabriel Yus dengan waktu 27,96 detik. “Kami sangat mengapresiasi hasil mereka. Padahal mereka sedang dalam tahap latihan awal yang cukup berat mulai Februari,” kata Wakil Ketua Umum PB PRSI Harlin Rahardjo yang mengawal terus perenang Indonesia di Singapura. Khusus untuk rekornas Kania, Harlin menjelaskan juga cukup istimewa karena perenang muda itu selama ini menjadi tulang punggung untuk gaya bebas dan punggung. Kondisi ini dinilai menunjukkan jika perenang yang ada saat ini memiliki kemampuan yang merata. Sebelumnya pada hari pertama kejuaraan renang itu, Rabu (14 Maret) Adinda Larasati Dewi (18 tahun) memecahkan rekornas di nomor 200 meter gaya kupu-kupu putri dengan catatan dua menit 12,92 detik lebih cepat dari rekornas lama atas nama Monalisa Arieswaty Lorenza dengan catatan dua menit 13,08 detik. (Adt)