Sukses Gelar Gili Ocean Swim, BSF Sanggup Bina Atlet Berkebutuhan Khusus Di Lombok Utara

Sukses Gelar Gili Ocean Swim, BSF Sanggup Bina Atlet Berkebutuhan Khusus Di Lombok Utara

Bali Sport Foundation (BSF) punya kantor cabang Di Lombok Utara tepatnya di Kecamatan Pemenang, hal tersebut guna mencari bakat-bakat atlet muda, terutama atlet yang berkebutuhan khsusus. Demikian diungkapkan pendiri sekaligus Direktur BSF Rodney James Holt setelah sesaat itu sukses menggelar lomba renang bertajuk “Gili Ocean Swim” di Teluk Jambianom Hotel By Marina pada Minggu 6 Februari lalu. Yayasan yang sudah 12 tahun bergerak di Bali dan berkiprah di bidang pengembangan dan pembinaan olahraga bagi penyandang disabilitas ini, menyelenggarakan event lomba berenang di pantai untuk pertama kalinya di Lombok. “Kalau di Bali kami sudah 12 tahun menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sport tourism seperti ini, di Lombok ini perdana,” ucapnya. Dikatakan Rodney kegiatan Gili Ocean Swim merupakan ajang promosi perkenalan BSF di Lombok, selain itu kegiatan lomba renang (Ocean Gili Swim) tersebut sebagai kegiatan daya dukung kebangkitkan kembali pariwisata diamasa pandemi, ujarnya. Menurut Rodney, event Gili Ocean Swim ini rencananya akan dijadikan sebagai event reguler tahunan. Di acara perdana ini, banyak anak-anak yang terlibat sebagai peserta, ini membuktikan antusiasme generasi muda atau bibit-bibit atlet kita begitu tinggi, ujarnya bersemangat. “Banyak anak-anak yang terlibat sebagai peserta, ini membuktikan antusiasme generasi muda atau bibit-bibit atlet kita begitu tinggi,” imbuhnya. Selain di Bali dan Lombok, BSF juga pernah menyelenggarakan event serupa di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tepatnya di Kupang, dan akan diagendakan hal serupa di Labuhan Bajo dan Dili (Timor Leste). Nantinya, BSF akan mengadakan Liga Perenang dari lima lokasi yang tersebut setiap tahunnya. Bukan hanya olahraga renang, tapi ada 17 cabang olahraga yang menjadi konsentrasi pembinaan sport tourism di BSF, seperti Rugby dengan kursi roda, Balap Sepeda, Memanah dengan kursi roda dan lainnya. “Di Bulan Maret 2022 ini BSF akan agendakan untuk bersepeda dari Bali ke Lombok lalu ke Sumbawa,” papar Rodney. Sebagai saran untuk pemerintah, Rodney masih melihat ada kekurangan yang cukup vital bagi pengembangan sport tourism di Lombok Utara, khususnya fasilitas pendukung untuk atlet penyandang disabilitas. Menurutnya, daerah masih banyak kekurangan dalam hal tersebut dan harus dilengkapi. “Lombok ini indah, kita punya banyak spot yang bagus untuk sport tourism, orangnya juga ramah-ramah, tapi untuk menunjang atlet disabilitas fasilitasnya masih minim,” terangnya. Wakil Ketua Panitia Gili Ocean Swim Cok Ima menuturkan, lomba renang ini diikutsertai oleh 34 atlet perenang. Dengan spesifikasi jarak tempuh 1,2 kilometer, 5 kilometer, dan 10 kilometer. Semua terbagi dalam kategori gender (laki-laki dan perempuan) serta kategori usia (anak-anak, junior, remaja, master dan veteran). “Untuk jarak tempuh 1,2 kilometer diikuti oleh kategori anak-anak (di bawah 12 tahun) sampai kategori junior (12-17 tahun), Sementara untuk jarak 5 kilometer kita mulai dari usia junior (di atas 12 tahun) sampai veteran (di atas 50 tahun), untuk 10 kilometer ada dua orang peserta yang kategorinya master (30-50 tahun),” jelas Ima. Perlombaan tersebut untuk jarak 1,2 kilometer dengan kategori Anak-anak dimenangkan masing-masing oleh Dayaan Alhanif Haryoni (laki-laki) dengan waktu 24:15:04, dan Rayya Nesya Aura (perempuan) dengan waktu 24:32:55. Sementara di kelas Junior dimenangkan Frederico Owen (laki-laki) dengan waktu 27:34:53 dan Novel Mahaputri Agustina (perempuan) dengan waktu 25:24:44. Untuk jarak tempuh 5 kilometer kelas Junior dimenangkan masing-masing oleh Genta Buana B (laki-laki) dengan waktu 1:32:30 dan Sekar Ayu B (perempuan) dengan waktu 2:12:22. Pada kelas Master dimenangkan oleh Cedric Allen (laki-laki) dengan waktu 2:10:55 dan Larasati Moerdijat (perempuan) dengan waktu 2:38:26. Terakhir pada kelas Veteran dimenangkan oleh Chris Thompson (laki-laki) dengan waktu 1:35:57 dan Rara Nastiti (perempuan) dengan waktu 2:42:38. Adapun dengan jarak tempuh 10 kilometer dimenangkan oleh Rafi Papazian, dengan capaian waktu sekitar 4 jam. Komposisi peserta pada lomba ini tidak hahya diikuti oleh perenang setempat tetapi juga para perenang dari berbagai negara. Acara ini pun didukung oleh berbagai pihak seperti Medana Bay Marina Hotel, Pemda Lombok Utara, Basarnas, Kepolisian dan TNI, Bara Siaga, serta berbagai komunitas olahraga dan sponsorship. “Ini dapat menjadi awal yang baik sehingga ke depan banyak perenang yang bisa terlibat terutama perenang penyandang disabilitas,” lanjutnya. Meski pada gelaran Gili Ocean Swim kali ini belum ada perenang penyandang disabilitas yang ikut lomba, pihaknya mengaku optimis ke depan akan banyak talenta yang muncul di Lombok, tutupnya menyemangati.

Status Venue Beberapa Cabor Tak Jelas, INAPGOC Tunggu Jawaban Pemerintah

Raja Sapta Oktohari (Ketua Umum INAPGOC 2018) akan membawa kendala soal kesiapan venue Asian Para Games 2018 ke otoritas yang lebih tinggi. (Pras/NYSN)

Jakarta- Tersisa 175 hari persiapan, Panitia Pelaksana Asian Para Games 2018 (INAPGOC) dihadapkan kendala soal kesiapan venue beberapa cabang olahraga penyandang disabilitas seperti menembak, atletik, dan balap sepeda. Masalah venue ini memang menjadi salah satu catatan pada Seminar Chef de Mission (CdM), sebelum berlangsungnya 5th Coordination Commission Meeting (Corcom), di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, pekan ini. Untuk venue menembak, INAPGOC mengaku berkomunikasi dengan pihak Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera). Sebelumnya, Kemenpupera menyarankan untuk menggunakan venue menembak di Kawasan Jakabaring Sport Center, Palembang, Sumatera Selatan. Namun, INAPGOC beralasan dengan memindahkan venue membuat biaya yang dikeluarkan akan membengkak. Selain itu, terbentur Intruksi Presiden (Inpres) yang menyatakan penyelenggaraan Asian Para Games (APG) 2018 tidak ada yang digelar di luar Jakarta. Bahkan, Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemeko PMK) yang seharusnya memastikan teknis koordinasi antar kelembagaan tetap mengatakan jika hasil Rapat Koordinator tingkat Menteri pada 6 April 2018, memutuskan venue menembak yang akan digunakan dalam APG 2018 bukan di Senayan. Melainkan menggunakan fasilitas menembak milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) atau Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Kemenpupera mengaku tidak bisa merenovasi Lapangan Tembak Senayan, dengan alasan mepetnya waktu renovasi. “Soal pengambilan keputusan, akan kembali pada pemegang keputusan tertinggi. Jadi pada saat rapat koordinasi (Rakor) level Menteri berikutnya, semua hal seperti soal venue, dan lain-lain sudah diselesaikan,” ujar Nyoman Shuida, Deputi Bidang Koordinasi Kebudayaan PMK disela-sela Corcom. Soal venue atletik, INAPGOC masih belum menentukan lokasi pertandingan karena terkendala oleh pemilihan beberapa arena pertandingan, meski telah berkoordinasi dengan para Ketua Kontingen (Chef de Mission/CdM) masing-masing negara peserta. “Untuk venue atletik, kami sebenarnya menyediakan dua venue. Bisa di main stadium (Stadion Utama) Gelora Bung Karno (GBK) atau di Stadion Madya. Namun, hasil seminar CdM, mereka meminta tidak ada pemisahan perlombaan, sehingga seluruh pertandingan digelar di main stadium GBK,” terang Raja Sapta Oktohari, Ketua Umum INAPGOC. Sementara, untuk venue balap sepeda khususnya nomor balapan jalan raya, INAPGOC melirik Sirkuit Sentul di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Namun, lagi-lagi terbentur Inpres. Jika gagal digelar di Sirkuit Sentul, maka opsi yang dipilih adalah meniadakan nomor balapan itu. Sebab, tidak ada venue lain yang lebih representatif. “Andai sulit mencari venuenya, nomor road race sepertinya akan didrop (dihilangkan), karena tak ada tempatnya. Nanti, balap sepeda mungkin hanya akan tanding nomor trek, di velodrome,” jelas pria yang akrab disapa Okto itu. Terkait kendala yang dihadapi, serta waktu yang semakin dekat pada pelaksanaan APG 2018, Okto mengatakan akan membawa persoalan ini ke otoritas yang lebih tinggi. “Kami menyampaikan wacana ini saat Corcom untuk meminta pendapat perwakilan Dewan Paralimpik Asia (APC) dan juga menyampaikannya pada Wakil Presiden (Wapres) RI Jusuf Kalla, agar keputusannya bisa lebih intensif. Karena waktunya sudah sangat mepet,” tegas putra dari Oesman Sapta Odang itu. (Adt)

Pembuktian Jakarta Ramah Bagi Penyandang Disabilitas, Test Event APG 2018 Digelar Juni

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan panpel APG 2018 (INAPGOC), siap gelar Test Even pada Juni, usai event Coordination Commision Meeting ke-5. (Pras/NYSN)

Jakarta- Enam bulang jelang pelaksanaan Asian Para Games (APG) 2018, semua pihak terus bersinergi guna mensukseskan gelaran event olahraga terbesar di Asia bagi para penyandang disabilitas. Sandiaga Salahuddin Uno, Wakil Gubernur DKI Jakarta, mengatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah siap menyambut gelaran APG 2018. Ia berjanji pihaknya akan membantu semaksimal mungkin serta memenuhi segala kebutuhan yang diminta panitia penyelenggara APG 2018 (INAPGOC). “Jakarta sudah siap menyambut pelaksanaan APG 2018. Kami akan memenuhi semua kebutuhan terkait suksesnya event besar bagi penyandang disabilitas. Termasuk kebutuhan venue yang segera selesai semua,” ujar Sandiaga di acara Coordination Commision Meeting ke-5, di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Jumat (13/4). Ditegaskan pria berusia 48 tahun itu, pelaksanaan APG 2018 bukan hanya tanggung jawab pemerintah melainkan semua pihak. Untuk itu, lanjut Sandiago, event ini sekaligus membuktikan bila Jakarta sangat ramah bagi para penyandang disabilitas. “Fokus kami adalah bagaimana Jakarta ramah terhadap teman-teman penyandang disabilitas, sekaligus membentuk awareness yang tinggi. Sehingga mereka mendapat tempat yang baik,” tambah ayah tiga anak itu. Tak hanya Asian Games 2018, Agustus-September mendatang, ia menjamin gelaran APG 2018 akan tetap meriah dengan kehadiran penonton. “Kalau sudah ada alokasi tiket, nanti kami tugaskan Dinas Pendidikan maupun unit lain untuk membantu mengerahkan suporter. Dijamin tidak akan kosong penonton,” jelasnya. Namun, pada APG 2018, Sandiaga menyatakan pihaknya tak akan meliburkan anak sekolah. Hal itu, terang suami dari Nur Asia, karena jumlah atlet serta pertandingan lebih sedikit. “Kami putuskan dari Coordination Commission Meeting ini rekomendasinya tidak libur (sekolah). Mungkin hanya alokasi tiket di sekitar venue untuk menurunkan kepadatan,” cetus anak pasangan Razif Halik Uno dan Mien Rachman Uno itu. Senada, Raja Sapta Oktohari, Ketua Panitia Pelaksana APG 2018 (INAPGOC), menyebut pihaknya membutuhkan banyak dukungan guna mensukseskan penyelenggaraan APG 2018. “Kami sadar tak mudah untuk menggelar ajang yang melibatkan 43 negara,” tutur Okto. Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Sepeda Sport Indonesia (PB ISSI) itu, berharap Pemprov DKI Jakarta memberikan dukungan maksimal agar pihaknya mendapatkan hasil memuaskan. “Kami minta dukungan penuh Pemprov. Kami masih punya tiga tugas utama yakni finalisasi dari sport, atlet village dan transportasi. Segera kami simulasikan hal tersebut. Semoga, kami siap menggelar test event pada 27 Juni hingga 3 Juli 2018,” tukas putra dari Oesman Sapta Odang itu. (Adt)