Coach Naga Api Beberkan Rahasia Gembleng Para Junior

Coach Naga Api merupakan julukan Herry Iman Pierngadi, pelatih bulu tangkis ganda putra Indonesia, membeberkan cara untuk mengembangkan permainan atlet-atlet muda. Menurutnya, cara terbaik ialah dengan melibatkan atlet senior untuk menggembleng selama fase latihan. Menurut pelatih berusia 58 tahun ini, teknik dan mental atlet muda akan lebih cepat terbentuk jika turut disisipi latihan bersama ganda putra senior yang sudah punya banyak pengalaman. “Senior sekarang juga harus ikut menggembleng yang pelapis muda. Mereka bisa tahu rasanya bertanding dengan pebulu tangkis kelas atas karena gaya main senior kan berbeda, selain itu biar junior ini ada rasa diperhatikan dari yang senior,” tutur Herry melalui diskusi virtual. Pola latihan seperti tersebut berbeda dari sebelumnya, katanya melanjutkan, karena cara ini dinilai lebih efektif membentuk karakter permainan atlet junior dibandingkan jika hanya mengandalkan arahan dari tim pelatih. Terlebih karakter permainan atlet muda biasanya belum solid dan masih mencari gaya permainan yang pas, sehingga akan lebih pas jika dihadapkan langsung dengan gaya permainan pebulu tangkis senior. “Pemain muda masih banyak PR-nya, masih banyak yang perlu diperbaiki. Beda dengan yang senior, mereka sudah matang dan mainnya solid,” pungkas Herry. Selain mengajari teknik, atlet muda juga akan dilatih berkomunikasi atau berkoordinasi di lapangan, baik antar atlet maupun dengan pelatih. Komunikasi yang tidak baik kerap menimbulkan kesalahan persepsi di lapangan, yang berdampak pada pengaturan strategi permainan. Hampir 30 tahun mengasuh atlet Pelatnas PBSI Cipayung, Herry kerap menemukan kendala dalam komunikasi dengan atletnya di lapangan. “Dukanya sebagai pelatih kadang kalau komunikasi tidak nyambung, itu masalah. Pelatih maunya seperti ini tapi atlet malah bertindak lain, seperti ini kita yang rugi,” ungkapnya. Oleh sebab itu ia berharap aspek komunikasi yang baik bisa dikuasai atlet pelapis muda sehingga tidak ada lagi kesalahan persepsi saat menjalani laga turnamen. Berkat sentuhan Herry IP, para ganda putra Indonesia mampu berbicara banyak di kancah internasional. Nama-nama seperti Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, hingga M. Rian Ardianto/Fajar Alfian kerap kali menyumbangkan medali demi medali untuk Indonesia. Bahkan saat ini dua pebulutangkis ganda putra Indonesia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon berada di peringkat pertama ranking dunia dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan ada di peringkat kedua. Selain terkenal dengan sentuhan emasnya, Herry IP juga terkenal memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Terbukti baru-baru ini ia mengaku jika ia mendapat tawaran untuk melatih negara lain. Namun, dengan tegas ia tolak. “Saya salah satu orang yang nasionalismenya tinggi. Saya kerja bukan hanya cari materi, itu suatu kebanggaan,” kata Herry IP dalam bincang-bincang bersama awak media melalui zoom, Rabu (3/3/2021). “Saya bisa berikan ilmu yang saya punya, kebetulan saya di bulutangkis. Jadi suatu kebanggaan. Kalau di luar negeri kan tetap kita asing, menurut saya di hati itu kerja, perasaan tak tentram, pasti kita diawasi dll. Di Indonesia ya gitu juga, tapi kan tidak asing, lebih enjoy,” jelasnya.

Bukti Keangkeran Denmark Terbuka 2018, Juara Di Semua Nomor Berstatus Rangking 1 Dunia

Duet berstatus rangking satu dunia, yakni Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon menjadi kampiun di kejuaraan Bulutangkis Denmark Open 2018 BWF World Tour Super 750, setelah di final menang mudah atas wakil Jepang, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda 21-15 dan 21-16, di Odense Sport Park, pada Minggu (21/10). (Badzine.net)

Odense– Odense Sport Park, venue Denmark Terbuka, memang sangat angker bagi pebulutangkis level dunia. Buktinya semua yang juara di kejuaraan Bulutangkis Denmark Open 2018 BWF World Tour Super 750, hanyalah pebulutangkis pemegang rangking 1 dunia. Juara tunggal putra Denmark Terbuka, merupakan juara dunia pemegang rangking 1 BWF, yaitu Kento Momota. Di partai final, pebulutangkis asal Jepang ini, mengalahkan pemegang rangking 4 dunia asal Taiwan, Chou Tien Chen, dalam pertarungan ketat rubber game, 22-20, 16-21 dan 21-15 selama 77 menit. Juara di tunggal putri juga dipegang rangking satu dunia, yakni Tai Tzu Ying. Pebulutangkis asal Taiwan ini menjuarai Denmark Terbuka, setelah di final mengalahkan pemain India, Saina Nehwal. Dalam pertandingan tiga gim itu, akhirnya Tzu Ying menang dengan poin akhir 21-13, 13-21 dan 21-6. Hal yang sama juga terjadi di ganda putra. Pasangan yang menjuarai kategori ini juga berstatus rangking satu dunia, yakni Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Kevin/Marcus mengunci gelar Denmark Terbuka, setelah di final menang mudah atas wakil Jepang, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda 21-15 dan 21-16. Sedangkan di dobel putri, pasangan rangking satu dunia, Yuki Fukushima/Sayaka Hirota juga unggul dari duet senegaranya, Shiho Tanaka/Koharu Yonemoto dalam dua gim dengan poin 21-19 dan 21-16. Dan di ganda campuran, pemegang rangking 1 dunia di kategori ini juga naik podium juara, yakni pasangan China, Zheng Siwei/Huang Yaqiong. Mereka merebut juara, setelah mengalahkan pasangan Thailand, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai, dua gim dengan poin 21-16 dan 21-13. (Adt)

Kampiun di Jepang Open 2018, Kevin/Marcus ‘Nodai’ Dominasi Wakil Tiongkok

Ganda nomor satu dunia Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon meraih gelar juara di Jepang Open 2018, pada Minggu (16/8), di Musashino Forest Sport Plaza Arena, Tokyo, yang juga menjadi venue pada Olimpiade Tokyo 2020. (Humas PBSI)

Jakarta- Ganda nomor satu dunia Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon meraih gelar juara di Jepang Open 2018, pada Minggu (16/8). Berduel di partai puncak dengan wakil Tiongkok, Li Junhui/Liu Yuchen sekaligus unggulan dua itu, meraih kemenangan straight game, 21-11, 21-13, lewat laga berdurasi 38 menit. Selain mempertahankan gelar, kemenangan atas dobel Negeri Tirai Bambu itu, mengokohkan dominasi Penghuni Pelatnas Cipayung atas Li/Liu. Sebelumnya, Kevin/Marcus meraih tujuh kemenangan beruntun atas ganda utama Tiongkok itu. Sedangkan, Li/Liu hanya mencuri satu kemenangan saat bertemu pertama kalinya di ajang Vietnam Open 2015 (15-21, 23-21, 21-18). Gelar di ajang Kejuaraan Bulutangkis Jepang Open 2018 BWF World Tour Super 750 itu juga melengkapi rentetan gelar yang dikantongi Kevin/Marcus sepanjang tahun ini. Mulai dari Daihatsu Indonesia Masters 2018, India Open 2018 BWF World Tour Super 500, All England 2018 BWF World Tour Super 1000, Indonesia Open 2018 BWF World Tour Super 1000, hingga terakhir di Asian Games XVIII/2018. Kevin mengaku senang bisa mempertahankan gelar di Negeri Sakura itu. “Apalagi ini turnamennya di Jepang, kami bisa memberikan hasil yang terbaik untuk sponsor kami,” ujar Kevin, di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang, Minggu (16/9). Pemain asal PB Djarum Kudus itu menyebut di pertandingan ini lawan mengubah permainan yang membuat penampilan Li/Liu berbeda dari biasanya. “Mereka lebih banyak main bertahan. Tapi kami sudah siap dengan semua strategi mereka. Jadi lebih yakin,” tambah Kevin. Senada, Marcus menjelaskan kendati lawan mengubah strategi, namun dirinya bersama Kevin bisa mengantisipasi hal itu. “Buktinya perolehan skor cukup jauh di penutup gim pertama dan gim kedua,” urai Marcus. Diakui Marcus, bila Li/Liu dipertandingan ini banyak mengarahkan bola ke atas. “Mungkin karena bolanya berat. Tapi, kami sudah persiapkan tenaga, kami tahu ini pasti akan terjadi,” lanjut suami dari Agnes Amelinda Mulyadi itu. “Kami mempelajari penampilan mereka, saat mereka melawan Fajar (Alfian)/Rian (Ardianto). Model mainnya mirip-mirip, ya sudah, kami bisa prediksi,” tukas pebulutangkis berusia 27 tahun itu. Pada Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang, bulutangkis akan memakai venue yang sama di Jepang Open 2018 yakni Musashino Forest Sport Plaza Arena. “Suasananya enak, kami cukup nyaman bermain di sini. Walaupun bolanya berat. Tapi kami bisa mengatasi,” tukas Kevin. Musashino Forest Sport Plaza mempunyai kapasitas tempat duduk lebih dari 10.000 kursi dan mencakup berbagai fasilitas lain. Seperti kolam renang, gym, arena olah raga multi guna, dan pusat kebugaran yang semuanya tersedia dan dapat digunakan oleh publik. Stadium ini juga menggunakan atap Panel surya dan teknologi mutakhir lainnya, yang membantu mengurangi emisi karbon rumah kaca. (adt) Hasil Final Jepang Open 2018: Tunggal Putra Kento Momota (Jepang/3) vs Khosit Phetpradab (Thailand): 21-14, 21-11 Tunggal Putri Carolina Marin (Spanyol/6) vs Nozomi Okuhara (Jepang/8): 21-19, 17-21, 21-11 Ganda Putra Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo (Indonesia/1) vs Li Junhui/Liu Yuchen (China/2): 21-11, 21-13 Ganda Putri Yuki Fukushima/Sayaka Hirota (Jepang/1) vs Chen Qingchen/Jia Yifan (China/3): 21-15, 21-12 Ganda Campuran Zheng Siwei/Huang Yaqiong (China/1) vs Wang Yilyu/Huang Dongping (China/2): 21-19, 21-8

Hasilkan Emas Ke-24 Kontingen Asian Games Indonesia, Dobel Kevin/Marcus Bidik Prestasi di Olimpiade Tokyo

Tundukkan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Duo Minions –julukan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon- memenangi laga dengan skor 13-21, 21-18, dan 24-22, dalam final ganda putra Asian Games 2018, di Istora Senayan Jakarta, Selasa (28/8). (Riz/NYSN)

Awas Jakarta- Menyudahi laga ketat dari rekan senegara, yakni Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Duo Minions –julukan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon- memenangi laga dengan skor 13-21, 21-18, dan 24-22, di partai final yang berlangsung di Istora Senayan Jakarta, Selasa (28/8). Kemenangan itu pun mengantarkan Kevin/Marcus meraih medali emas pertamanya di ajang Asian Games. Hebatnya, ini penampilan perdana mereka di Asian Games. Tentu hasil ini juga menjadi pembuktian bagi keduanya, hingga level Asian Games, mereka berhasil bebas dari kutukan Lee Chong Wei. Chong Wei merupakan pemain Malaysia yang amat mendominasi nomor tunggal putra beberapa tahun terakhir. Bahkan berbagai gelar Superseries yang didapat Chong Wei bisa dibilang tak terhitung. Namun, pada ajang bergengsi untuk negaranya, Chong Wei selalu mengalami kegagalan. Prestasi terbaik Lee Chong Wei hanyalah meraih medali perak seperti Kejuaraan Dunia, Asian Games, dan paling tinggi Olimpiade. Pada tiga edisi terakhir Asian Games pun Chong Wei pencapaian optimal pebulu tangkis 35 tahun itu, hanyalah meraih perak pada 2010. Hal serupa sempat menghantui Kevin/Marcus. Dominasi dobel peringkat satu dunia itu terlihat pada kejuaraan Superseries sejak 2017 hingga kini. Namun, di berbagai event penting, Kevin/Marcus nihil gelar, dengan yang paling mencolok di Kejuaraan Dunia. Tampil dalam dua edisi, duet ini belum bisa berbicara banyak dan bahkan belum pernah meraih medali. Kini di Asian Games 2018, Kevin/Marcus yang melakoni debutnya mampu memecahkan kebuntuan tersebut. Raihan emas di pesta olahraga terbesar se-Asia itu, memastikan mereka tak senasib dengan Chong Wei. Guna mematahkan kutuhkan Chong Wei, adalah menjadi kampiun Kejuaraan Dunia dan Olimpiade. Pada Olimpiade, Kevin/Marcus belum pernah tampil. Olimpiade Tokyo 2020, bisa menjadi jalan baginya untuk membuktikan diri jadi yang terbaik setelah emas Asian Games 2018. Medali emas Kevin/Marcus ini menjadi emas kedua dari cabor bulutangkis atau yang ke-24 untuk kontingen Indonesia. Sebelumnya, medali emas disumbangkan Jonatan Christie dari nomor tunggal putra usai mengalahkan pebulutangkis Taiwan, Chou Tienchen, 21-18, 20-22, dan 21-15. Prestasi tertinggi Fajar/Rian adalah medali emas SEA Games 2017 di nomor beregu putra. Sementara Kevin/Marcus merupakan juara dunia 2018 dan juga ganda putra peringkat satu dunia. Kevin memuji penampilan Fajar/Rian yang bermain dalam performa terbaik. “Puji Tuhan atas pertandingan hari ini. Padahal, skornya tadi sempat jauh, tapi bisa menang. Mereka bermain sangat baik dan diluar ekspektasi kami,” terang Kevin. Ditambahkan Marcus, pada pertandingan tadi keberuntungan menjadi faktor mereka meraih kemenangan. “Apalagi di gim ketiga mereka unggul, tapi di poin-poin akhir, kami lebih beruntung dari mereka,” timpalnya. Sementara Susy Susanti, Kepala Bidang Pembinaan Prestasi (Kabid Binpres) Pengurus Pusat (PP) Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), mengaku jika semula mentargetkan bulutangkis bakal meraih emas, dari ganda campuran dan ganda putra. “Pencapaian di Asian Games 2018 disemua sektor cukup baik. Di beregu putri dan tunggal putri prestasinya sudah lumayan, meski tak mendapatkan medali. Tapi Gregoria (Mariska Tunjung) mampu mengibangi lawan pemain unggulan. Dan memang kami tidak targetkan, justru ganda campuran yang target emas, malah dapetnya perunggu,” jelas Susy. “Emas tak terduga juga dapat dari tunggal putra. Dan ganda putra diluar ekspekstasi, karena setelah 44 tahun yakni Asian Games 1974, akhirnya kembali all indonesian final,” tukas istri dari legenda bulutangkis, Alan Budikusuma itu. Saat Asian Games 1974, di Teheran, Iran, partai final cabang bulutangkis mempertemukan sesama pemain Indonesia, yakni ganda Tjun Tjun/Johan Wahjudi meraih emas setelah menagalahkan Christian Hadinata/Ade Chandra. Tambahan emas dari ganda putra itu membuat total koleksi medali kontingen Indonesia di Asian Games 2018 menjadi 24 emas, 19 perak, dan 29 perunggu. Sampai berita ini dibuat, untuk sementara posisi Indonesia mantap di peringkat keempat unggul enam medali emas atas Iran. (Adt)

Ada Anomali Mengejutkan Dari Hasil Kejuaraan Dunia dan Emas Bulutangkis Asian Games

Ganda Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo meski gagal membawa gelar juara pada kejuaraa dunia 2018 di China, diharapkan mampu meraih medali emas pada Asian Games 2018 di Indonesia. (djarumbadminton.com)

Jakarta– Kegagalan tim bulutangkis Indonesia pada Kejuaraan Dunia 2018 pekan lalu, mencuatkan sejumlah pertanyaan, apakah skuat Merah Putih sanggup merebut emas di ajang Asian Games 2018 ? Kini, justru fakta menarik mulai terungkap. Walau gagal merebut satu gelar pun di Kejuaraan Dunia, tapi nyatanya Indonesia justru berhasil merengkuh medali emas di ajang Asian Games, saat tahun yang bersamaan dengan digelarnya turnamen berlabel BWF World Championships itu. Fakta ini setidaknya tersaji pada 3 edisi Asian Games sebelumnya, yakni pada 2014, 2010 dan 2006 silam. Tercatat, pada 2014, 2010 dan 2006, Indonesia juga gagal merebut satu pun gelar di Kejuaraan Dunia Bulutangkis, namun berhasil merebut medali emas Asian Games di tahun yang sama. Pada Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, Indonesia sukses mengawinkan emas bulutangkis, di sektor ganda putra dan ganda putri. Dobel Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan duet Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari, sama-sama mengukir medali emas, meski sebulan sebelumnya, gagal meraih gelar Kejuaraan Dunia 2014 di Copenhagen, Denmark. Hal serupa juga dialami pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan pada 2010, dan tunggal putra Taufik Hidayat, pada 2006. Kegagalan di Kejuaraan Dunia seolah menghadirkan motivasi berlipat di pentas pesta olahraga terbesar bangsa Asia itu. Sejak 2005, Kejuaraan Dunia Bulutangkis berganti format dengan digelar setiap tahun, kecuali pada tahun diberlangsungnya Olimpiade. Hal ini pula yang menjadikan penyelenggaraan Kejuaraan Dunia Bulutangkis, selalu berlangsung dan tampil bersamaan waktunya, dengan tahun diselenggarakan ajang multi event Asian Games, sejak 2006 lalu. Ganda putra Indonesia yang juga unggulan pertama Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2018, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo rontok di perempatfinal. Jepang dan China akhirnya mengoleksi dua gelar juara, sedangkan satu titel diraih Spanyol, melalui Carolina Marin. Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), Susi Susanti mengatakan, hasil yang didapat di Kejuaraan Dunia tak mengubah target di Asian Games 2018. Indonesia menargetkan dua emas cabor bulutangkis, dari sektor ganda putra (Kevin/Marcus) dan campuran (Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir). “Tak ada perubahan target di Asian Games. Kami melihat peluang yang ada, dan selalu mengevaluasi perjalanan mereka dari Januari-Agustus ini,” kata Susi pada Senin (6/8). “Kami memang bukan membebani atlet, tapi ya ini situasinya realistis saja. Peluang ada di sektor ganda,” tambah Susi. Usai Kejuaraan Dunia di Nanjing, China, atlet Indonesia sudah ditunggu Asian Games 2018. Cabor bulutangkis dipertandingkan pada 19 Agustus. “Harus lebih siap lagi, karena kalau dibilang alarm, setiap pertadingan kalau kalah tentu ada alaramnya untuk mengingatkan. Tapi, bukan berarti habis,” pungkasnya. (Adt)

Soroti Peforma Sektor Tunggal, Candra Wijaya : Pelatih Harus Diberi Target, Atau Dipecat

Aksi Tunggal putra Jonatan Christie saat tampil di ajang Blibli Indonesia open 2018, dan takluk dari pebulutangkis nomor satu dunia asal Denmark, Viktor Axelsen, dalam pertandingan 2 game dengan skor 21-10 dan 21-19. (Pras/NYSN)

Serpong Utara- Prestasi tunggal putra dan putri masih jadi pekerjaan rumah serius Pengurus Pusat (PP) Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Hasil Kejuaraan Dunia Bulutangkis (BWF World Championship 2018) jadi ukurannya. Dari lima wakil tunggal, tak ada satupun yang mampu menjejak ke partai final. Tiga wakil tunggal putra yakni Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, dan Tommy Sugiarto harus menelan pil pahit. Langkah mereka terhenti di babak kedua. Hasil serupa terjadi di tunggal putri. Dua wakil yaitu Gregoria Mariska Tunjung dan Fitriani dipaksa pulang setelah kalah pada laga babak kedua. Prestasi lebih baik dicapai sektor ganda, meski tak satupun wakil Indonesia di partai final kejuaraan dunia tahun ini. Duet Merah Putih Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon (1) takluk di perempat final dari wakil Jepang Takeshi Komura/Keigo Sonoda (5). Setali tiga uang, dobel Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta (8) tak berdaya kontra wakil Negeri Sakura Shiho Tanaka/Koharu Yonemoto. Begitu pula dengan pasangan Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istarani (14). Mereka tumbang Yuki Fukushima/Sayaka Hirota (2) asal Jepang. Hasil lebih baik ditorehkan Greysia Polii/ Apriyani Rahayu (5). Mereka berlaga di semifinal dan menerima kenyataan gagal lolos ke partai puncak setelah dijegal wakil Jepang Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara. Hal ini mendapat sorotan dari Candra Wijaya. Peraih medali emas Olimpiade 2000, Sidney, Australia, mengatakan khusus sektor tunggal seharusnya PBSI selaku induk organisasi bulutangkis memberikan target kepada pelatih, dengan konsekuensi khusus. “Pelatih harus bisa meraih beberapa gelar juara dalam rentang waktu tertentu yang ditargetkan oleh PBSI. Kalau target itu tak tercapai, maka pelatihnya harus diganti. Ini jadinya profesional,” ujar pria kelahiran Cirebon, Jawa Barat, 16 September 1975 itu. Mantan pebulutangkis nasional yang mulai berlatih sejak usia 12 tahun di klub Rajawali Cirebon itu mencontohkan pada perebutan Piala Thomas dan Uber 2018, Mei lalu, saat Indonesia berjumpa China di semifinal, dan akhirnya takluk. Menurutnya, titik terlemah skuat Merah Putih di Piala Thomas ada di sektor tunggal putra. “Bukan mau sombong. Tapi yang memberi poin bagi Indonesia di nomor ganda, dan yang melepas itu tunggal putra,” ujar peraih gelar World Championship 1997 bersama Sigit Budiarto itu. “Saya tak bermaksud mau ikut campur soal prestasi di sektor tunggal. Ini saran dari mantan pemain,” lanjut suami dari Caroline Indriani itu. Apakah ketiadaan sosok pemain tunggal Indonesia yang bisa menjadi panutan bagi pemain muda dalam beberapa tahun belakangan berpengaruh? “Sedikit banyak berpengaruh. Setelah era-nya Taufik Hidayat tidak ada lagi pemain tunggal yang bagus,” ungkap juara All England 1999 bersama Tony Gunawan dan 2003 bersama Sigit Budiarto itu. “Mestinya Taufik Hidayat diberi kesempatan melatih di Pelatnas PBSI. Karena Taufik juga prestasinya selama menjadi pemain memang bagus,” tukasnya. Candra melanjutkan, begitu juga dengan pelatih-pelatih berkualitas di luar Pelatnas yang harus juga diberi kesempatan. (Adt)

Gagal ke Semifinal Kejuaraan Dunia, Kevin/Marcus Alihkan Fokus Ke Asian Games 2018

Ganda putra Jepang, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda, sukses menekuk dobel nomor satu dunia Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, dalam dua game dengan skor 19-21 dan 18-21. (tribunnews.com)

Jakarta– Pupus asa duet Merah Putih, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, untuk meraih gelar juara dunia 2018. Duo Minions harus mengubur impiannya tersebut usai tersingkir di babak perempat final Kejuaraan Dunia Bulutangkis (BWF World Championship 2018). Mereka takluk dari ganda putra Jepang, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda, dalam dua game dengan skor 19-21 dan 18-21. Laga yang berlangsung Jumat (3/8) di Nanjing Olympic Sports Centre, China, pasangan nomor satu dunia ini tampil di bawah level permainan terbaiknya. Selain itu, juara All England 2017 & 2018 ini kerap melakukan kesalahan sendiri. Hasil ini serupa dengan raihan tahun lalu, yang juga terhenti di babak perempatfinal. “Lawan pertahannnya rapat, bolanya berat dan enggak gampang dismes, jadi lebih enak untuk lawan. Selain pertahanan yang bagus, Kamura/Sonoda serangannya juga bagus. Ketemu mereka memang selalu ramai. Semoga kami bisa meraih hasil yang lebih baik di Asian Games 2018,” ungkap Marcus usai laga dalam rilis resmi PBSI. Kevin/Marcus bakal menjadi salah satu andalan Indonesia dalam meraih medali emas pada Asian Games 2018, yang akan berlangsung pada 18 Agustus hingga 2 September. “Memang lawannya bagus, tak gampang dimatikan. Kami sudah tahu dari awal kalau lawan mereka pasti tidak akan gampang,” tambah Kevin. Kekalahan itu sekaligus membuat rekor head to head Kevin/Marcus dengan Kamura/Sonoda menjadi imbang 4-4. Indonesia juga tak memiliki wakil lagi di sektor ganda putra. Dengan hasil ini, Kevin/Marcus, yang mengoleksi sepuluh gelar juara super series itu, belum bisa meraih titel di turnamen mayor. (Adt)

Indonesia Kirim Enam Wakil di Kejuaraan Dunia 2018, Duet Kevin/Marcus Nyaris Tersungkur

Dobel utama Indonesia sekaligus unggulan satu turnamen, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon memenangi duel sengit kontra ganda tuan rumah, Han Chengkai/Zhou Haodong (ranking 24), pada Rabu (1/8). (Humas PBSI)

Nanjing- Enam dari 11 wakil Indonesia melaju ke babak ketiga Kejuaraan Dunia Bulutangkis (BWF World Championship 2018), pada Rabu (1/8). Mereka terbagi di dua nomor yakni ganda putra dan ganda putri. Tiga dari empat wakil ganda putra lolos ke 16 besar. Alias hanya Wahyu Nayaka Arya Pangkaryanira/Ade Yusuf Santoso yang gagal. Namun, kegagalan lolos mereka wajar. Sebab, Wahyu/Ade harus menghadapi sesama rekannya di pelatnas, Berry Angriawan/Hardianto. Sementara, tiga wakil ganda putri yang tanding hari ini lolos semua. Alhasil, hanya tunggal saja di putra maupun putri, yang langkahnya terhenti. “Hari ini kami merasa belum keluar semua permainannya. Bola-bola smash-nya masih belum enak,” Muhammad Rian Ardianto, usai menundukkan wakil Belanda, Jacco Arends/Ruben Jille. “Kami memanfaatkan pertandingan tadi untuk menyesuaikan diri dengan atmosfer di lapangan,” Fajar Alfian menambahkan. Ganda putra jadi andalan meraih gelar pada edisi ke-24 Kejuaraan Dunia ini. Apalagi Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir mengundurkan diri untuk fokus menghadapi Asian Games 2018. Tontowi/Liliyana merupakan juara bertahan ganda campuran. Sedangkan dobel utama Indonesia sekaligus unggulan satu turnamen, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon berhasil memenangi duel sengit kontra ganda tuan rumah Han Chengkai/Zhou Haodong (ranking 24), pada Rabu (1/8). Melakoni laga di babak kedua (32 besar), Kevin/Marcus menang setelah melalui drama pertarungan melelahkan tiga gim, dengan skor 18-21, 21-14, dan 21-18 atas Han/Zhou, dalam tempo 52 menit, di Nanjing Olympic Sports Centre, Nanjing, China. “Mereka mainnya nothing to lose banget. Jadi dapat speed-nya dan jarang membuat kesalahan sendiri,” ujar Marcus, dilansir situs resmi PBSI, Rabu (1/8). Berjumpa dengan Han/Zhou, Marcus menyebut lawan tidak mudah dimatikan dan fight-nya luar biasa. Sementara, Kevin mengaku dirinya bersama Marcus tak maksimal. Sebab, belum bisa mengeluarkan kemampuan seratus persen. “Di peartai berikutnya kami harus main lebih baik, karena hari ini sudah bertanding cukup sengit,” tambah Kevin. Meski terbebani dengan status sebagai duet unggulan satu serta menjadi andalan Merah Putih untuk membawa pulang gelar juara dunia, namun Marcus menegaskan tak ingin terlalu memikirkan hal itu. “Tekanan pasti ada. Namanya juga kejuaraan besar. Tapi, kami nggak mau memikirkan itu, jalani saja, nikmati permainan,” cetus Marcus. Di babak ketiga (16 besar), ganda Indonesia juara All England 2018 itu ditantang wakil Rusia dan unggulan 10 turnamen, Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov (ranking 12) usai menyingkirkan wakil Vietnam Minh Bao/Bao Duc Duong (ranking 88), straight game, 21-13 dan 21-14. (Adt) Hasil Wakil Indonesia Tunggal Putra Kanta Tsuneyama (Jepang) Vs Anthony Sinisuka Ginting (#12) 21-17, 21-13 Hans-Kristian Solberg Vittinghus (Denmark) Vs Tommy Sugiarto (#15) 21-14, 21-15 Tunggal Putri Pusarla Venkata Sindhu (India #3) Vs Fitriani 21-14, 21-9 Chen Yufei (Cina #5) Vs Gregoria Mariska Tunjung 21-17, 22-20 Ganda Putra Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon (#1) Vs Han Chengkai/Zhou Haodong (Cina) 18-21, 21-14, 21-18 Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (#9) Vs Jacco Arends/Ruben Jille (Belanda) 21-15, 21-11 Berry Angriawan/Hardianto (#15) Vs Wahyu Nayaka Arya Pangkaryanira/Ade Yusuf Santoso 21-18, 21-18 Ganda Putri Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istarani (#14) Vs Chang Ching Hui/Yang Ching Tun (Taiwan) 21-14, 21-14 Greysia Polii/Apriyani Rahayu (#5) Vs Ng Wing Yung/Yuen Sin Ying 21-9, 21-10 Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta (#8) Vs Debora Jille/Imke Van Der Aar (Belanda) 21-8, 21-18

Butuh Waktu 35 Menit Lakoni ‘Perang Saudara’, Kevin/Marcus Taklukan Seniornya Di Babak Pertama

Duet Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon (putih/merah) hanya butuh waktu 35 menit, menaklukkan seniornya Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (hitam/hitam). (Pras/NYSN)

Jakarta- Duet Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon hanya butuh waktu 35 menit, menaklukkan seniornya Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di babak pertama Blibli Indonesia Open 2018 HSBC BWF World Tour Super 1000, pada Rabu (4/7). Berlaga di Istora, Senayan, Jakarta, dobel utama Indonesia sekaligus nomor satu dunia itu, harus melalui drama pertandingan tiga gim menghadapi Hendra/Ahsan yang berakhir dengan skor 21-16, 18-21, dan 21-10, serta Duel Merah Putih ini berlangsung sengit. Kevin/Marcus sempat tertinggal 2-6 dari pasangan rangking 41 dunia versi BWF itu. Namun, mereka mampu menyudahi interval gim pertama dengan skor 11-10. Raihan poin juara All England 2018 itu, terus mengungguli Hendra/Ahsan hingga gim berakhir, 21-16. “Di gim pertama, kami sempat ketinggalan start. Mereka sudah in duluan. Tapi kami bisa membalikan keadaan usai interval gim dan menang,” ujar Kevin usai laga. Kalah di gim pertama, Hendra/Ahsan merubah strategi. Mereka tampil agresif dan terus memberikan tekanan pada juniornya itu. Di waktu jeda gim kedua, mereka tertinggal 9-11 dari Kevin/Marcus. Selepas itu, meski sama-sama ‘ngotot’, bahkan kedudukan sempat imbang 14-14, akhirnya Hendra/Ahsan berhasil memaksa pertandingan berlanjut ke gim ketiga setelah menang, 21-18. “Kami kalah angin di gim kedua dan tenaga yang kurang, jadi banyak juga servis yang nggak masuk,” timpal Marcus. Di gim penentu, Kevin/Marcus langsung tancap gas dan memimpin 4-1. Mereka juga mampu menjaga marjin angka dengan Hendra/Ahsan dan menutup interval gim ketiga, dengan skor 11-6. Pengalaman tanding yang dimiliki Hendra/Ahsan ternyata tak mampu menghadang laju poin Kevin/Marcus. Pasangan berjuluk The Minions itu menutup gim penentu dengan skor 21-10, guna memastikan langkah mereka ke babak kedua. Ahsan bersama Hendra mengaku telah berusaha maksimal pada laga itu. Namun, juniornya lebih baik, sehingga unggul atas mereka. “Selamat buat Kevin/Marcus. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi inilah hasilnya. Mereka memang lebih unggul dari kami,” tutur Ahsan. Hal senada diungkapkan Hendra. Menurutnya, lawan memiliki keunggulan pada speed dan power. “Di gim ketiga kami sudah kena serang duluan. Ini membuat kami kerepotan meladeni mereka,” cetus Hendra. (Adt)