Kabar Gembira! Bendera Indonesia Bisa Berkibar Saat Piala AFF U-23

Kabar Gembira! Bendera Indonesia Bisa Berkibar Saat Piala AFF U-23

Keinginan PSSI untuk mengibarkan Sang Saka Merah Putih saat mengikuti kegiataan multiajang di level internasional akhirnya terealisasi setelah Komite Eksekutif World Anti-Doping Agency (WADA) mencabut sanksi itu melalui mekanisme voting. “Kita patut bersyukur dengan pencabutan sanksi ini. Itu berarti kita bisa mengibarkan bendera Merah Putih di ajang internasional. Terima kasih kepada pemerintah dalam hal ini Kemenpora dan semua yang terlibat sehingga sanksi WADA ini akhirnya dicabut,” ujar Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan. Timnas Indonesia dalam waktu dekat akan mengikuti Piala AFF U-23 di Kamboja 14-23 Februari 2022. Itu artinya bendera Indonesia akan bisa berkibar. “Akan ada kebanggan bagi siapa pun kalau atlet bertanding kemudian menjadi juara dan Merah-Putih bisa berkibar. Alhamdulillah,” imbuh Iriawan. Dalam rilisnya WADA mengatakan Indonesia sudah resmi memenuhi standar internasional untuk kepatuhan kode oleh penandatanganan. Hal yang sama juga berlaku untuk Thailand yang sebelumnya terkena sanksi. Sebagaimana diketahui WADA menjatuhkan sanksi selama satu tahun terhadap LADI karena dinilai non-compliance terhadap WADA Code pada 7 Oktober 2021. Imbas sanksi tersebut, Merah Putih tak bisa berkibar saat atlet Indonesia naik podium. Namun, saat ini WADA sudah resmi mencabut sanksi doping itu dari Indonesia dan Thailand. Dengan begitu, dipastikan Merah-Putih bisa berkibar lagi di kancah turnamen olahraga Internasional. Mulai hari ini juga, Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) resmi berganti nama menjadi Indonesia Anti Doping Organization (IADO) setelah sanksi WADA resmi dicabut. Pengumuman nama baru lembaga antidoping tersebut dilakukan di Kemenpora, hari ini. Dengan ini IADO dinyatakan resmi sebagai lembaga antidoping independen dan profesional dari Indonesia. Menpora Zainudin Amali mengatakan, saat ini IADO sudah tidak menjadi bagian dari Kemenpora. Meski demikian IADO masih akan mendapat subsidi dana dari pemerintah untuk keperluan operasional. “Dengan kejadian ini IADO harus profesional, jadi independen. Tidak boleh lagi pengurus yang dari cabor dan juga pemerintah. Jangan sampai ada yang menitipkan ini dan itu,” kata Amali. “Sekarang IADO sudah punya kantor sendiri di Kebayoran, tetapi anggarannya tetap didukung pemerintah. Kalau kebijakan tidak boleh ada campur tangan pemerintah,” ujar Amali menambahkan.

Cegah Atlet Terlibat Doping, LADI Gelar Sosialisasi dan Pengawasan Cabor Asian Games 2018

Ketua LADI, Zaini Kadhafi Saragih, menyebut terdapat penambahan jumlah obat maupun suplemen yang terindikasi mengandung doping. (Adt/NYSN).

Jakarta- Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI), menggelar sosialisasi dan pengawasan doping cabang olahraga Asian Games 2018, di Hotel Ambhara, Jakarta, Senin (7/5). Hal itu dilakukan guna mencegah para atlet terlibat dalam penggunaan doping. Zaini Kadhafi Saragih, Ketua LADI, mengatakan berkaca pada pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX, di Jawa Barat, terdapat setidaknya 12 atlet positif terlibat doping. “PON di Bandung, Jawa Barat 2016, yang positif doping lebih banyak dibanding PON sebelumnya. Jadi, kegiatan ini, sebagai bentuk sosialisasi agar atlet yang tidak paham mengonsumsi obat atau suplemen positif mengandung doping, bisa segera dihindari,” ujar Zaini. Ia melanjutkan, pihaknya juga menerbitkan buku panduan yang berisi daftar obat-obatan dan suplemen, yang terindikasi mengarah ke doping. “Sebenarnya banyak sekali jumlah obat dan suplemen yang terindikasi mengandung doping. Pada tahun ini ada penambahan jumlah, dari yang pernah kami keluarkan sebelumnya,” lanjutnya. LADI, tambah Zaini, tak menganjurkan adanya pengunaan suplemen makanan, dan sangat merekomendasikan semua asupan harus sesuai dengan ahli nutrisi dari Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). “Makan dalam kuantitas serta kualitas yang cukup, dan tidak perlu dengan suplemen tambahan. Mengapa? Suplemen terutama dipasaran, sangat sulit dijamin tak terindikasi doping. Etah itu murni tidak terkontaminasi, atau ada zat yang tidak boleh. Meski hanya 0,01 persen, tetap atlet positif doping apapun suplemenya,” tuturnya. “Dan, kalau ditanya pengawasan yang kami lakukan itu, yang pertama yaitu dengan melakukan sosialisasi. Sedangkan yang kedua, kami melakukan tes terhadap atlit saat mereka latihan,” tukas Zaini. (Adt)