Maskot FIBA Basketball World Cup 2023 Belum Ada Nama. Siapa Yang Cocok Menurut Sobat Muda NYSN?

Maskot FIBA Basketball World Cup 2023 Belum Ada Nama. Siapa Yang Cocok Menurut Sobat Muda NYSN? Maskot FIBA Basketball World Cup ​​​​2023, yang akan diselenggarakan di tiga negara, telah resmi diluncurkan. Para penggemar dari seluruh dunia, termasuk Indonesia, memiliki kesempatan untuk memilih namanya melalui kompetisi online. Maskot FIBA Basketball World Cup ​​2023 terlahir dari visi bersama tiga fans basket muda, yaitu Caloy dari Filipina, Kota dari Jepang, dan Dewi dari Indonesia. Ketiganya bertemu secara online dan memutuskan untuk menciptakan sesuatu yang unik, yang akan menyatukan penggemar bola basket di seluruh dunia. Maskot ini juga akan mewakili tiga negara asal para desainernya, yang menjadi tuan rumah bersama FIBA Basketball World Cup 2023. Maskot yang baru diluncurkan ini belum diberi nama. Sebab tiga desainer muda ingin para penggemar menjadi bagian dari pengalaman menarik ini. Oleh karena itu, diselenggarakanlah kompetisi penamaan maskot resmi di halaman situs web FIBA Basketball World Cup ​​​​2023, yang berlangsung hingga 30 Juni 2022. Penggemar yang ambil bagian dapat mengikuti undian untuk memenangkan bola Molten resmi. Jadi, silakan berpartisipasi dan bagikan ide terbaik Anda yang bisa jadi sangat bermanfaat! Maskot yang notabene adalah robot ini diprogram untuk menjadi lucu, ramah, dan sporty. Dia memiliki keterampilan dribbling yang hebat dan juga memiliki dunk supersonik. Maskot ini akan mempromosikan FIBA Basketball World Cup ​​​​2023 secara global dan membagikan kecintaannya pada bola basket kepada sebanyak mungkin orang menjelang perhelatan besar bola basket sejagat tersebut pada 2023. Maskot ini juga telah dirancang untuk mendorong penggemar mempertimbangkan lingkungan dan mendidik generasi muda tentang daur ulang melalui lingkaran belakang bawaannya. Warna maskot mewakili masing-masing dari tiga bendera nasional negara tuan rumah. Fans akan senang mengetahui bahwa ada wajah LED di kepala maskot yang memungkinkannya berkomunikasi dengan jutaan orang dalam berbagai bahasa. FIBA Basketball World Cup ​​​​2023 akan dimulai pada 25 Agustus tahun depan. Ajang ini akan diselenggarakan untuk pertama kali dalam sejarahnya di tiga negara, Filipina, Jepang, dan Indonesia. Richard Carrion, Ketua Komite Manajemen Gabungan untuk FIBA Basketball World Cup ​​2023 mengatakan, “FIBA Basketball World Cup ​​2023 ini akan menjadi acara yang unik, diselenggarakan untuk pertama kalinya oleh tiga negara, dan kami menginginkan konsep baru untuk maskotnya. Selain untuk merayakan dan menghibur, juga untuk membawa pesan yang sangat penting di dunia saat ini.” Setelah kompetisi penamaan selesai, maskot yang baru diberi nama tersebut kemudian akan menjalani tur ke tiga negara tuan rumah yaitu Filipina, Jepang, dan Indonesia. Dia akan bertemu dengan para fans basket mulai Juli tahun ini. Sumber: Perbasi

Ini Keuntungan Indonesia Jika Menjadi Tuan Rumah Dua Event Basket Dunia Menurut Menpora

Ini Keuntungan Indonesia Jika Menjadi Tuan Rumah Dua Event Basket Dunia Menurut Menpora

Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI), Zainudin Amali mengungkapkan sejumlah keuntungan yang didapatkan Indonesia saat menjadi tuan rumah kegiatan olahraga bertaraf internasional, yakni FIFA World Cup U-20 dan FIBA World Cup 2023. Rencanannya, tahun 2023 Indonesia akan menjadi tuan rumah FIFA World Cup U-20 untuk sepakbola, FIBA World Cup untuk Bola basket, dan World Beach Games serta event olahraga lainnya. Hal ini disampaikan Menpora Amali saat melakukan Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi X DPR RI, di Ruang Komisi X, Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (2/6). Menurut Menpora Amali, dirinya telah diberi keluasaan oleh Presiden Joko Widodo untuk mengambil sebanyak mungkin kesempatan menjadi tuan rumah event olahraga internasional. Namun demikian, dirinya tidak asal menerima tawaran menjadi tuan rumah sebab ada ukuran-ukuran yang menjadi standar salah satunya dampak atau benefitnya terhadap Indonesia. “Kita akan ambil (menjadi tuan rumah), kalau event yang punya dampak benar-benar terhadap pengembangan prestasi. Kemudian pertumbuhan ekonomi dan tentu tentang diplomasi internasional. Jadi ada standar-standar yang akan dijadikan sebagai ukuran dari kami menerima atau tidak menerima tawaran tuan rumah,” ungkapnya. Sementara itu, terkait FIFA World Cup U-20, Indonesia menjadi tuan rumah karena memenangkan bidding dan mengalahkan negara lainnya yang tradisi sepak bola lebih kuat dari Indonesia. Apa yang sudah dicantumkan di dalam tambahan ini adalah yang sudah dikomitkan, misalnya FIFA World Cup U 20, kita menang karena itu bidding, dan kita memenangkan negara-negara yang tradisi sepak bolanya harusnya lebih kuat dari kita. “FIFA memberikan kesempatan kepada Indonesia karena satu-satunya peserta yang presidennya mengirim surat itu adalah Indonesia. Jadi kita ikut bidding dan kita menang, Presiden FIFA sangat menghargai karena Pak Jokowi mengirim surat langsung dan itu menjadi pertimbangan,” bebernya. Menurut Menpora Amali, dengan Indonesia menjadi tuan rumah maka akan berdampak tehadap prestasi dan ekonomi. Dia pun mencontohkan Korea yang pada tahun 2002 menjadi tuan rumah FIFA World Cup 2022 (tim senior) bersama Jepang prestasinya langsung naik dan ekonominya meningkat luar biasa. “Jadi dampak-dampak yang dihasilkan dari. Kita menjadi tuan rumah itu sangat besar,” katanya. Terkait pembiayaan FIFA World Cup U-20, Menpora Amali menegaskan bahwa FIFA tidak ingin kegiatannya itu dibiayai satu rupiah pun dari Indonesia. Menurutnya, FIFA memang mengeluarkan anggaran untuk mulai dari urusan pengangkutan bus, hotel, dan lainnya. Sementara, anggaran yang diajukan Kemenpora dalam penambahan anggaran murni untuk renovasi stadion dan persiapan lainnya. “Jadi benar semua itu dibiayai (FIFA) tetapi bukan berarti karena semua dibiayai kemudian kita tidak mengeluarkan apa-apa. Tetap ada yang harus kita keluarkan sebagai tuan rumah, kalau FIBA bahkan ada hosting fee dan lain sebagainya,” katanya. Menpora Amali mengatakan, event-event internasional yang Indonesia tuan rumah 2023 tetap akan digelar karena sudah menjadi komitmen pemerintah. Meskipun anggaran sebesar Rp.3.041.450.000.000 yang diajukan Kemenpora sebagai tambahan anggaran tidak masuk dalam pagu indikatif. “Jadi ini (tuan rumah sejumlah event internasional) sesuatu yang pasti yang sudah dikomitkan oleh pemerintah, oleh negara tetapi belum dicantumkan dalam pagu indikatif maka kami cantumkan di dalam tambahan anggaran. Jadi usulan tambahan ini bukan sesuatu yang belum pasti dan belum dikomitkan oleh pemerintah. Jadi Insya Allah pasti akan terjadi dan bahkan FIFA itu langsung bapak Presiden yang menulis surat,” katanya.

Usai Libur, Pemain Muda Kembali Tancap Gas

Usai Libur, Pemain Muda Kembali Tancap Gas

Lima pebasket muda yang diproyeksikan untuk timnas Basket Indonesia jelang FIBA Asia Cup 2021 kembali ke lapangan untuk mengikuti training camp (TC) atau pemusatan pelatihan di GBK Arena Senayan, Jakarta Pusat. TC ini kembali bergulir setelah 10 hari istirahat karena libur dalam rangka Idulfitri 1442 H. Lima pemain muda yang mengikuti TC, antara lain Ali Baghir, Yudha Saputera, Aldi Izzatur, Dame Diagne dan Serigne Modou Kane. “Materi latihan hingga akhir Mei ini adalah development skill dan pemahaman permainan sebagaimana yang diinginkan Coach Rajko (Toroman),” ujar coach Wahyu dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis. View this post on Instagram A post shared by NYSN Media (@nysnmedia) “Sebelum latihan, pemain melakukan tes swab PCR dan hasilnya negatif,” tambahnya. Lebih lanjut, Wahyu mengatakan selama Mei, latihan dilaksanakan satu kali sehari setiap sore. Latihan akan diawali dengan stretching atau peregangan, kemudian dilanjutkan dengan development skill dan pemahaman strategi bermain ala Rajko. “Di dalam latihan juga mengasah fisik pemain selama 40 menit di awal. Kemudian 30 menit di akhir latihan diisi dengan materi shooting. Setiap latihan, setiap pemain wajib melakukan tembakan 100 kali,” kata Wahyu. Pelatih yang akrab disapa Cacing itu menjelaskan latihan shooting 100 kali untuk setiap pemain sebenarnya masih kurang, sehingga dia berharap pemain menambah porsinya sendiri-sendiri untuk mengejar akurasi yang lebih baik. “Lebih baik lagi jika pemain menambah porsi latihan menembak sendiri karena 100 kali tembakan setiap latihan itu masih kurang. Semua ini dilakukan untuk mengejar kemampuan para senior mereka yang nanti akan gabung latihan mulai Juni,” ungkap coach Wahyu. Lima pemain muda Timnas Indonesia tersebut memang disiapkan menjadi pelapis saat FIBA Asia Cup 2021 pada Agustus nanti. Mereka diharapkan memiliki kemampuan yang setara dengan pemain inti, sehingga bisa diandalkan saat Indonesia berjuang dalam turnamen tersebut dan juga dalam FIBA World Cup 2023 mendatang. Saat ini, para pemain senior masih memperkuat klub masing-masing dalam lanjutan IBL Pertamax 2021 hingga akhir Mei. Medio Juni nanti gabungan kekuatan muda dan senior itu akan diuji lebih dulu pada Kualifikasi Jendela III FIBA Asia Cup 2021 pada 16-20 Juni di Filipina.

Jadi Host Piala Dunia FIBA 2023, Perbasi ‘Blusukan’ Cari Pemain Lebih Dari 2 Meter

Penampilan Vincent Rivaldi Kosasih, salah satu pemain basket Indonesia yang bertinggi badan di tas 2 meter lebih. (republika.co.id)

Jakarta- Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia Bola Basket 2023, bersama Jepang dan Philipina. Demi menatap gelaran bergengsi itu, Pengurus Pusat (PP) Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) mencari pemain berpostur di atas 2 meter. “Indonesia sudah lolos sebagai tuan rumah FIBA World Cup 2023. Tapi, tidak langsung lolos sebagai peserta. Karena dianggap harus lebih ditingkatkan level permainan bola basketnya, terutama tinggi tubuh pemain Indonesia,” ujar Danny Kosasih, Ketua Umum PP Perbasi, di Jakarta, Selasa (10/4). “Selain itu, syarat utama untuk bisa main di FIBA World Cup 2023, maka Indonesia harus lolos FIBA Asia 2021, serta bisa mengalahkan Philipina. Itu sangat berat,” sambungnya. Pria kelahiran Semarang, Jawa Tengah, 63 tahun silam itu, mengungkapkan pihaknya masih terus mencari pemain yang memiliki postur di atas 2 meter. “Saya sudah keliling Indonesia dan maksimal tinggi pemain itu hanya 2 meter. Padahal, kalau kita melihat beberapa negara di Asia para pemain tingginya sudah 2,10 meter atau paling tidak 2,05 meter,” tambah pria yang mulai bermain basket di Klub Kumala Jaya itu. Diakuinya, selama empat bulan lalu, dirinya blusukan mencari pemain dengan postur yang tinggi. Bahkan, ia telah memberikan surat ke Pengurus Provinsi (Pengprov) Perbasi seluruh Indonesia guna mendapatkan pemain yang dimaksud. “Untuk yang tinggi di atas 2 meter itu memang tidak ada. Maksimal 1,99 meter atas nama Calvin dari Riau. Sebab, kalau pemain center tingginya cuma 2 meter, maka tugasnya hanya sebagai playmaker,” terang pria yang pernah membawa Jawa Tengah juara pada Kejurnas Mini Bola Basket di Jakarta itu. “Jadi mulai Desember ini, Perbasi mulai melakukan gerakan ke Pengprov bahwa nanti pada Kejurnas U-18 setiap tim harus punya pemain yang tingginya minimal 1,90 meter. Tim yang tak punya pemain dengan tinggi 1,90 meter, tidak usah ikut Kejurnas,” tegas pria berkepala plontos itu. Sementara, opsi lainnya, menurut Danny, adalah menaturalisasi pemain asing. Dan, aturan FIBA tentang naturalisasi pemain asing ke Indonesia, sebut Danny, yaitu kebebasan Indonesia untuk mengambil pemain berusia di bawah 16 tahun dari negara manapun. “Kami ingin mencari pemain dari Afrika. Mengapa tidak negara lain? Ya, kalau kami dari Perbasi inginnya mengambil dari Amerika. Tapi, kalau Amerika harganya tidak terjangkau. Apalagi pemain yang umurnya 15 sampai 16 tahun yang bagus, mereka lebih memilih bermain di NBA,” ungkap Danny. Sedangkan George Fernando Dendeng, Kepala Bidang Hukum PP Perbasi, menuturkan Perbasi akan mengikuti aturan hukum Indonesia serta mengikuti aturan FIBA terkait naturalisasi pemain asing. “Nama-nama pemain asing yang akan masuk dalam tim elit itu sudah ada, lebih dari 10 pemain. Keputusan siapa satu atau dua orang yang akan diambil itu ada pada kepala pelatih Perbasi,” papar George tanpa menjelaskan negara asal pemain-pemain itu. Ia menambahkan untuk pemain asing berusia di bawah 16 tahun yang akan masuk sebagai pemain naturalisasi harus sesuai Pasal 20 Undang-Undang (UU) No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. “Jangan sampai Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia FIBA 2023, tapi timnas Indonesia tidak tampil, bisa malu. Ini kesempatan yang baik dan mengapa tidak dimanfaatkan dengan baik,” timpal Danny. (Adt)