Batal Bertanding Ke Myanmar, Bilal Terancam Keluar Dari Pelatnas

Bilal-atletik

Pengalaman cedera memang bisa menghalangi atlet untuk bertanding. Bilal Bilano, atlet atletik yang pernah mengalami kejadian cedera yang membuat ia tidak bisa ikut kompetisi di Myanmar. Bahkan Ia terancam tidak bisa menjadi atlet lagi dan akan dikeluarkan dari Pemusatan Latihan Nasional (PELATNAS). “Saya pernah cedera di bagian bokong selama 2 bulan. Saat itu, saya lagi mau ada kejuraan di Myanmar. Tetapi gara-gara cedera saya, akhirnya gak berangkat ke sana. Di situ saya hampir putus asa dan gak mau lanjutin lagi untuk jadi atlet, Karna pelatih saya bilang kalo saya gak bisa sembuh maka saya akan di pulangkan atau di keluarin dari pelatnas.” Ujarnya Kejadian yang terjadi pada 2014 lalu memang membekas bagi Bilal. Namun, meski sempat putus asa, Bilal diberikan motivasi dari keluarga. “Karena kejadian itu, saya hampir sangat putus asa. Yang bisa memotivasi saya hanya satu, yaitu keluarga. Hanya keluarga yang bisa buat saya balik untuk semangat lagi.”tuturnya Mahasiswa Administrasi Negara Universitas Moestopo Jakarta ini memang sudah mengikuti berbagai kompetisi nasional maupun internasional seperti ajang POMNas 2017, PON Jawa Barat 2016, Vietnam Open 2013, Thailand Qualification Olympic Youth 2014 dan Polandia Junior Champhionships 2016. Selain bangga mewakili Indonesia diajang internasional, Bilal juga mengalami kejadian yang menarik ketika melawan atlet-atlet dunia ajang Polandia Junior Champhionships 2016 lalu. “Waktu bertanding di Polandia, ya kita kan orang Asia bertemu kaya orang-orang yang dari Amerika dan Afrika. Mereka kan langkahnya panjang banget, dan untuk ngelangkah kebelakangnya itu dia bisa setinggi muka saya, bahkan hampir mengenai muka saya, ya itu sih yang membuat saya gak pernah lupa di pertandingan itu.”tutupnya (put/adt)

Mimpi Dika Untuk Bertanding Dengan Sang Idola Terwujud Saat POMNas 2017

Safriliandika Ulul Umami di ajang POMNas 2017

Bertanding dengan atlet yang dikagumi memang menjadi tantangan tersendiri, seperti yang di alami oleh Safriliandika Ulul Umami atau Dika. Ia merupakan salah satu atlet cabang olahraga Kempo di ajang POMNas 2017. Dika menuturkan kepada nysnmedia.com bahwa ia semakin termotivasi lagi untuk latihan lebih baik setelah melawan sang atlet idola di semi final. “Saya pernah bertanding dengan atlet yang saya idolakan yaitu atlet asal Nusa Tenggara Timur. Saya suka karena dia main dengan bagus dan memang sering menang juga. Dari situ saya ingin bertanding dan melawannya. Kebetulan saat POMNas kemarin, saya bertemu di semi final. Tapi saya kalah, dan dari situ saya ingin terus berlatih biar lebih bagus lagi.” Ujarnya Gadis asal Jawa Tengah yang sudah mengukir prestasi sejak duduk dibangku SMA, semua bermula hanya sekadar ikut ekstrakulikuler Kempo di sekolah, dari saat itu Dika mulai serius latihan olahraga bela diri ini. Ia menceritakan bahwa Kempo tidak hanya belajar untuk bela diri tetapi juga untuk pengembangan diri pribadi. “Menurut saya, dengan bela diri Kempo tidak hanya bikin kita bisa bela diri. Tetapi kita juga bisa menambah teman karena pada dasarnya Kempo seperti sebuah persaudaraan. Selain itu kita bisa mengembangkan diri,” ucapnya. Mahasiswi Administrasi Negara Universitas Jendral Soedirman ini memang sudah mengikuti beberapa kejuaraan antar pelajar dan mahasiswa se-kabupaten Banyumas, Pekan Olahraga Provinsi Jawa Tengah kejuaraan Nasional Kota Surabaya dan POMNas 2017. Mengikuti kejuaraan POMNas 2017 memang momen pertama kali bagi Dika karena bertanding diluar pulau Jawa. Namun, ia sempat mengalami kendala ketika mengikuti ajang yang diselenggarakan di Makassar, Sulawesi Selatan tersebut. “Saat POMNas kemarin itu, nomor peserta yang ikut itu banyak. Jadi kadang jadwal yang dipertandingkan sering mundur. Kita harus mempersiapkan diri biar selalu siap karena kalau sewaktu-waktu dipanggil kita sudah langsung siap” tutupnya. (put/adt)

Meski Kurang Persiapan, Ahmad Zulfikar Mampu Meraih Medali Emas POMNas 2017

Ahmad-Zulfikar-(Kiri)-bersama-dengan-kembarannya-Ali-Fikri-(kanan)-saat-di-ajang-POMNas-2017-lalu

Persiapan adalah modal dasar dalam melakukan semua hal, karena sebuah kegagalan sama halnya dengan merencanakan kegagalan. Berbeda dengan sosok pemuda ramah yang bernama lengkap Ahmad Zulfikar, atau yang sering disapa Fikar. Fikar merupakan atlet cabang olahraga Kempo, perwakilan dari Jawa Barat di ajang POMNas 2017. Fikar mengikuti cabang olahraga Kempo dari kategori pasangan, bersama kembarannya Ali Fikri. Fikar mengakui bahwa saat mengikuti ajang POMNas 2017 lalu, ia dan kembarannya memiliki persiapan yang kurang matang, dan tidak pernah menyangka akan mendapatkan gelar juara 1. “Persiapan POMNas kemarin cuma 3 minggu, dan tekniknya masih banyak yang harus diganti. Awalnya juga pesimis, karena persiapan yang kurang matang dan melihat lawan yang kemarin adalah juara 1 di PON. Tapi alhamdulillah semua karena ijin Allah saya menang.” Ujar Fikar Bertanding dari kategori berpasangan bukanlah hal yang mudah, karena harus memiliki persamaan agar kompak saat bertanding. Dan bagi Fikar, bermain bersama kembaran sudah tercipta secara alami untuk kompak. “Karena saya kembar jadi sudah sehati dan secara alami aja gitu kompak. Soalnya juga, kalau mau bertanding pasti selalu terus berdua,” ucap mahasiswa Universitas Ibd Khaldun Bogor (UIKA). Tak hanya itu, atlet yang sudah mengikuti kempo sejak tahun 2010 ini juga menceritakan asal muasal bagaimana ia bisa tertarik dengan Kempo. “Saat saya kelas 3 SMP ada Kempo masuk dalam kelas olahraga saya. Awalnya sih saya gak tertarik. Lalu sang pelatih Kempo melihat, saya dan kembaran memiliki bakat, ia juga bilang kalau kita bagus kalau main dikategori berpasangan. Semenjak itu jadi tertarik untuk ikut latihan Kempo,”ucapnya Fikar yang sudah mengikuti beberapa kali kejuaraan, dan selalu mendapatkan juara dalam berbagai turnamen, menjelaskan prestasinya. Seperti juara 1 pada Kejuaraan Nasional Pelajar tahun 2012 dan 2013, lalu juara 1 Pekan Olahraga Daerah (PORDA) Jawa Barat 2014 dan juara 2 Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016. Mahasiswa yang masih tingkat semester 5 jurusan Manajemen ini juga berbagi cerita, tentang suka duka saat sudah bergabung dalam cabang olahraga Kempo. “Kalau sukanya sih kita bisa berprestasi, bisa membuat bangga orang tua, banyak teman dan nambah pengalaman. Mungkin kalau dukanya waktu bersama dengan orang tua, dan teman pasti berkurang. Dan yang paling sering itu kangen sama orang tua, kalau udah di mess. Apalagi disaat ada teknik baru, sedangkan kita belum bisa, malah jadi kepikiran terus, alias terbayang bayang terus,”tutupnya. (put/adt)

Walaupun Cedera, Gadis Ini Tetap Gigih Bertanding Bola Basket Dan Membawa Pulang Medali Sea Games 2017

Agustin-Gradita-saat-berlaga-di-Surabaya

Membawa pulang medali emas, merupakan sebuah kebanggaan bagi setiap manusia, khususnya para atlet. Hal itu pernah dirasakan oleh dara cantik asal Jakarta saat bertanding bola basket, gadis ini bernama lengkap Agustin Gradita atau yang biasa disapa Dita. Dita dan tim basketnya telah berhasil menyabet medali emas pada ajang POMNas 2017 lalu di Makassar, Sulawesi Selatan. Dita berbagi cerita kepada nysnmedia.com, bahwa awal mula mengikuti basket pernah ragu, pasalnya meski dahulu ia menekuni taekwondo, kini dirinya telah membuktikan prestasi pada cabang olahraga basket. “Awalnya, saya disuruh orang tua saya untuk ikut basket. Padahal awalnya saya ikut taekwondo tapi karena ada satu pertandingan dimana temen saya ada yang nendang musuh sampai berdarah dan pada saat itu juga, saya di suruh berenti, lalu ikut basket. Yaudah saya ikut aja karena papa saya selalu serius untuk olahraga,” tuturnya Selain POMNas 2017, Dita juga memenangkan 2 medali perak Asean School Games, 1 medali perak Asean University Games dan Sea Games mendapatkan medali perak dan medali perunggu. Saat ajang Sea Games, Dita juga menuturkan perasaan bangga ketika membawa nama Indonesia masuk ke peringkat ketiga setelah lebih dari 20 tahun tidak menang dalam cabang olahraga basket. “Ya yang paling berkesan sih saat bisa dapat medali perak Sea Games 2015 karena Indonesia baru itu mendapat medali di Sea Games setelah 20 tahunan gitu jadi berkesan banget dan bersyukur” ucap mahasiswi Universitas Bakrie Jakarta ini. Prestasinya bukan tanpa perjuangan dan hambatan, Dita juga pernah mengalami cedera dibagian sikunya ketika ingin berangkat Sea Games 2017 lalu di Malaysia. Namun karena keterbatasan waktu, Dita berangkat dan tetap bertanding bola basket dalam kondisi cedera. “Iya jadi saat mau sea games 2017 kemarin di Malaysia, saya cedera 3 hari sebelum berangkat. Lalu saya periksa ke dokter, tapi pas saya mau minta cek MRI, dokternya bilang gak usah, nanti malah saya gak berangkat. Jadi pas tanding saya nahan sakit, tapi tangan saya di balut pakai deker dan tapping gitu. Pas main masih bisa di tahan lah sakitnya. Kan ada adrenaline juga di dalam diri saya, dan sakitnya jadi gak kerasa. Namun setelah main baru terasa,” tutupnya. (put/adt)

DKI Jakarta Unggul Jauh Dalam Perolehan Medali POMNAS XV Sulsel

cabor renang pomnas

Kontingen DKI Jakarta berhasil meninggalkan cukup jauh para pesaingnya dalam perebutan medali Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (Pomnas) XV di Makassar, Sulawesi Selatan, 14-21 Oktober 2017. “Untuk perolehan medali Pomnas 2017 klasemen sementara menempatkan DKI Jakarta sebagai pemuncak dengan total 15 medali emas, 10 perak dan delapan perunggu,” kata Humas Pomnas 2017, Ahmad Bahar di Makassar. Dikutip dari Antara Sulsel, medali DKI Jakarta banyak diperoleh dari cabang olahraga (cabor) renang dan catur. “Seperti halnya untuk renang, cabang ini menumbangkan sebanyak enam medali emas. Sementara untuk cabang olahraga catur juga tampil dominan dengan tujuh medali emas,” tambahnya. Kontingen DKI Jakarta dari cabor atletik juga berhasil menyumbangkan medali. Perolehan medali DKI Jakarta dibuntuti Jawa Barat di posisi ke dua dengan lima medali emas, tujuh perak dan sembilan perunggu. Perolehan medali POMNAS di Jawa Barat diikuti ketat kontingen Jawa Timur dengan lima medali emas, enam perak dan satu perunggu. Untuk posisi selanjutnya diisi Jawa Tengah yang untuk sementara mengumpulkan lima medali emas, satu perak dan empat perunggu. “Adapun tuan rumah Sulawesi Selatan mengoleksi dua medali emas, dua perak dan tujuh perunggu. Jumlah ini tentunya akan terus berubah karena masih ada beberapa cabang yang tengah melangsungkan pertandingan,” jelasnya. (pah/adt)