PSSI selaku induk sepak bola tanah air dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) sepakat akan segera menyusun database yang berisi statistik para pemain muda sejak berada di tingkatan sekolah sepak bola (SSB) hingga nasional.
Database itu nantinya akan digunakan untuk memantau pemain yang berpotensi sehingga bisa dilibatkan dalam berbagai program pengembangan bakat. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan, dalam webinar yang berlangsung Rabu, 4 November 2020.
“Database yang sedang kami benahi, dulu sudah ada tapi mungkin kelengkapan dan tempat penyimpanannya. Sekarang ada di deputi teknik (PSSI) sedang melakukan itu, sehingga kita bisa tahu sesuai data mulai dari Asprov pemain mana yang berpotensi,” ujar Iriawan.
Iriawan mengatakan pencarian bakat melalui teknologi olahraga atau sport science harus mulai dilakukan demi memonitoring bakat-bakat yang ada di seluruh penjuru negeri.
Nantinya dalam database tersebut segala statistik seperti jumlah menit bermain, gol, stamina, hingga statistik pemain lainnya bisa dilihat secara terbuka. Dengan begitu, tak sulit bagi PSSI untuk memberi kesempatan bergabung di program yang dimiliki.
“Itu menjadi sorotan kita sehingga kita tinggal buka saja seperti di AFC atau FIFA. Kita bisa tahu pemain ini bermain berapa menit menggolkan berapa-berapa. Ini menjadi bahan kami untuk mencari pemain yang kita butuhkan,” pungkas Iriawan.
Senada dengan Iriawan, Menpora Zainudin Amali menyebut database itu sesuai dengan Inpres Nomor 3 Tahun 2019 tentang percepatan pembangunan persepakbolaan nasional.
Dalam Inpres itu pemerintah melalui Kemenpora mendesain pembinaan sepak bola secara terstruktur, sistematis, dan berkesinambungan. Namun kata dia, program ini harus terus berjalan meski terjadi perubahan rezim agar upaya yang dilakukan tak menjadi sia-sia.
“Saya berharap nanti saatnya berganti pemerintahan, Menko ganti, Menpora ganti, pemerintahan berganti, program ini akan tetap berjalan,” kata dia.
“Jangan lagi kita mengulangi apa yang terjadi pada masa lalu. Kalau itu terus terjadi, kita tidak akan mungkin dapat sistem pembinaan yang sistematis, berkesinambungan, berkelanjutan, dan berjangka panjang,” ujarnya menambahkan.