Villa 2000 Konsisten Lakukan Uji Coba, Hingga Kepastian Bergulirnya Liga 3

Villa 2000 (putih) saat menghadapi Persitangsel Tangerang Selatan pada laga uji coba pada Sabtu (24-3). (Ham-NYSN)

Tangerang Selatan- Guna mematangkan persiapan kompetisi Liga 3, klub asal Pamulang Selatan, Villa 2000, terus melakukan uji coba dengan klub se-level maupun di atasnya. Uji coba Villa 2000 kali ini melawan dua klub sekota, yakni Persitangsel Tangerang Selatan dan POPDA Banten, pada Sabtu (25/3) sore. Memakai onsep trofeo, Villa 2000 melakukan dua pertandingan dengan menurunkan dua tim, yakni Villa 200 Liga 3 dan Villa 2000 Soeratin Cup. Di sesi pertama, Villa 2000 (Liga 3) ditahan imbang oleh POPDA Banten tanpa gol. Di sesi kedua kontra klub yang sama, justru anak asuh Blitz Tarigan kebobolan satu gol. Hal serupa, ternyata juga terjadi saat tim Villa 2000 (Soeratin Cup) tampil. Mereka harus mengakui keunggulan dari Persitangsel 0-1. Blitz lalu mengevaluasi soal mental anak asuhnya. Menurutnya, akibat terlena dengan uji coba pekan lalu yang tampil dominan, para pemain menganggap akan menang telak (lagi) laga akhir pekan ini. “Hari ini Villa 2000 mentalnya payah. Bukan payah karena lemah, justru merasa di atas. Mereka masih anak-anak, karena pekan lalu menang 10-0, mereka pikir hari ini akan terulang. Nyatanya tidak”, ujar mantan pemain Dumai Putra FC tersebut. Klub asal Tangerang Selatan ini juga masih menunggu kepastian soal penyelenggaraan Liga 3 yang hingga kini statusnya masih menunjukkan ketidakpastian. “Kita terus matangkan persiapan untuk semua event, termasuk Liga 3. Cuma, ya belum ada kepastian. Katanya sih bulan April, tapi tak tau diawal, tengah, atau akhir bulan. Ya tunggu sajalah”, tutupnya. (Dre)

Tak Bersinar Jadi Pemain, Blitz Tarigan Mantap Berkarir Melatih Akademi

Blitz Tarigan kini mendedikasikan hidupnya menjadi pelatih akademi SSB Villa 2000. (Ham/NYSN)

Pamulang- Blitz Tarigan sudah menekuni profesi sekaligus hobinya bermain sepak bola, sejak masih usia remaja hingga menjadi Karyawan Swasta. Berawal dari klub Dumai Putra (Riau) dirinya mencoba untuk melatih, karena mendapat dukungan dari warga di lingkungan kerja dan tempat tinggal. Hingga akhirnya menjalani mengikuti sekolah khusus menjadi pelatih dan mendapatkan Lisensi di tahun 1999 membuatnya semakin serius menjadi pelatih. “Dulu sering diminta melatih anak-anak sekitar komplek sama warga. Selain itu, melatih temen-temen karyawan di kantor, akhirnya ikut kursus dan resmi jadi pelatih dan mulai serius, begitu pensiun kerja dan main bola, saya berkarir jadi pelatih,” ungkapnya. Sebelum melatih, pria asli Medan ini sempat menjajal ikut seleksi bergabung PSMS Medan Junior. Sayang, impiannya kandas. Beberapa kali kembali ia mencoba, hanya kegagalan yang ia terima karena gagal lolos seleksi, sehingga membuat karirnya ‘terjun bebas’ bermain di klub Divisi 1 saat itu, yakni PS Teras di Dumai, Riau. Blitz sejatinya adalah seorang penjaga gawang, namun awal bermain ia memilih posisi bek kiri. Sayang, pada 1998 ia mengalami cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL) dan membuatnya absen beberapa laga saat bermain di Turnamen Dumai. “Suka dukanya, karir saya sebagai pemain nggak sampai level atas mainnya. Paling tinggi ya cuma Divisi 1, kalau sekarang setara liga 2,” tukas pelatih yang membawa Villa 2000 U-21 sebagai jawara Liga 3 ini. Saat berkarir di Dumai, Riau, Walikota saat itu serius dengan sepakbola, dan mengontrak pelatih dari luar Riau, agar berprestasi. “Saat itu yang dipanggil adalah Iwan Setiawan (Borneo FC). Saat itu bang Iwan adalah Direktur Teknik klub Villa 2000. Bang Iwan ini alumni Diklat Medan, senior saya,” jelasnya. Beberapa kali mendampingi Iwan di Riau, Blitz justru mendapat tawaran melatih di Villa 200. “Saya malah ditawari bergabung ke Villa 2000, untuk terlibat bersama tim,” bilangnya soal awal karirnya bergabung di Villa 2000. Fokus melatih membuatnya mantap untuk mencari standar lisensi kepelatihan, agar menunjuang kinerjanya. Berbagai level kursus kepelatihan diikutinya. Hingga saat ini, Blitz memiliki lisensi sebagai Pelatih B AFC, dengan segudang pengalaman. “Sebaiknya, pemain jangan hanya fokus pada bermain sepak bola. Jika ada kesempatan, segera ikuti kursus untuk menjadi pelatih saat pensiun nanti. Selain bekal, lisensi pelatih juga menambah wawasan dalam ilmu sepakbola, “ tutupnya. (Ham) Biodata Nama : Blitz Tarigan Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 5 Oktober 1969 Klub : Villa 2000 Posisi : Pelatih Tim U-21 & U-18 (Liga 3 dan Suratin Cup) Pengalaman Bermain 1985 : PSMS Medan Jr 1986 : Diklat Medan 1987 : PSSI Pelajar Asia Selection 1988 : PS Teras, PS MINAS (Riau) – Divisi I PSSI 1993 : Persemai Dumai (Riau) – Divisi I PSSI 1994-1999 : Dumai Putra (Riau) – Divisi I PSSI Pendidikan Kepelatihan 2001 : Youth Assistance Degree PSSI 2003 : APSI Refreshment Course – Mr Fujita (Japan) 2004 : C License PSSI 2005 : Certificate of Attendance – AFC Youth Workshop AFC Festival Pnom Penh, Cambodia 2008 : Certificate of Coaching – AS ROMA Just for Kick Ramon Turrone (Italy) 2008 : B License PSSI 2009 : Carlos Biliardo Coaching Clinic 2010 : PSSI “A” License Coaching Award 2010 : Certificate of Coaching – Cursos de Porteros Fundacion Marcet – Barcelona, Spain 2014 : C AFC Coaching Licensed 2017 : B AFC Coaching Licensed Pengalaman Kepelatihan 1998-2002 : PS Dumai Putra (Riau) 2003 : Dumai Putra (Riau) 2003-2004 : GK Coach Persemai Dumai (Riau) 2005 : GK Coach Timnas U-13 AFC Festival, Kamboja 2005 : GK Coach Timnas U-17 Piala AFF U17 – Thailand 2006 : GK Coach Timnas U-17 Pra Piala Asia U17 – Laos 2006-2008 : GK Coach Persiko Kotabaru (Kalsel) 2008 : Assistant Coach PSS Sleman 2008 : Head Coach PSAD Indonesia 2008 : Assistant Coach PON DKI PON Kaltim 2008 2008 : PS TNI AD 2009 : Persas Sabang (Aceh) 2009 : Director of Football Coaching Bakrie School of Management 2009-2010 : GK Coach Persisam Samarinda ISL 2010-2011 : Head Coach PON DKI Jakarta 2012 : Assistant Coach/Head Coach Deltras Sidoarjo : 2013-2015 : Assistant Coach Persija Jakarta 2015 : Assistant Coach Pelita Bandung Raya (PBR) Piala Presiden 2016 : Koordinator Villa 2000 Football Academy Prestasi Kepelatihan 2004 : Persemai Dumai Promosi ke Divisi I 2005 : Best Team Award AFC U-13 Festival (National Team), Kamboja 2006 : Persiko Kotabaru (Kalsel) Juara Divisi III Nasional 2007 : Persiko Kotabaru (Kalsel) Promosi ke Divisi II Nasional 2008 : Persiko Kotabaru (Kalsel) Promosi ke Divisi I Nasional 2008 : Tim PON DKI 4 besar PON Kaltim 2008 2009 : Persisam Samarinda Juara Andi Mattalata Cup 2017 : Head Coach Villa 2000 U-21 Liga 3 (Champion)

Kisah Inspirasi Dibalik Soeratin Cup dan Kontribusinya ke Tim Nasional Indonesia

soeratin2

Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang dibentuk pada 19 April 1930 di Yogyakarta, merupakan organisasi olahraga yang dilahirkan pada zaman penjajahan Belanda. Ketua PSSI pertama yakni Ir. Soeratin Sosrosoegondo, belum banyak yang mengetahui, perjuangan Soeratin dalam memajukan perkembangan sepakbola di Indonesia. Pada masa itu Soeratin harus menentang pemerintahan Belanda. Pada 28 Oktober 1928 terdapat pertemuan pemuda Indonesia, moment ini sangat tepat bagi Soeratin untuk membangkitkan nasionalisme melalui sepakbola. Maka dari itu, Soeratin gencar melakukan pertemuan-pertemuan dengan para tokoh sepakbola di Indonesia. Butuh waktu yang lama bagi Soeratin untuk mengembangkan sepakbola bagi pemuda-pemuda Indonesia. Akhirnya, pada tanggal 19 April 1930, berdirilah organisiasi PSSI yang diketuai oleh Soeratin sendiri. Setelah diangkat menjadi ketua, Soeratin langsung menyusun program untuk mengembangkan sepakbola. Dan, lahirlah kejuaraan sepakbola antar perserikatan untuk menentang pemerintahan Belanda. Soeratin yang melihat sepakbola Indonesia kian berkembang, menambah pondasi kuat dengan membuat badan olahraga nasional yakni ISI (Ikatan Sport Indonesia). Dari ISI lah lahirnya PON di Solo pada tahun 1938. Sepakbola Indonesia pada saat itu kian memuncak. Hanya satu yang menjadi tujuan utama Soeratin yakni membuat sepakbola Indonesia tidak dianggap pecundang di negara besar. Alhasil, Indonesia mampu unjuk gigi dikancah sepakbola dunia yakni Piala Dunia 1938. Kala itu Indonesia masih menggunakan nama East Indies. Para pemain sepakbola Indonesia, mampu bersaing dengan negara besar. Hingga pada akhirnya, Soeratin melepaskan jabatannya menjadi ketua PSSI pada tahun 1942, karena sudah melihat perkembangan sepakbola Indonesia mulai pesat. Dan, diteruskan oleh Artono Martosoewignyo. Saat itu, kehidupan Soeratin menjadi serba sulit. Meski sempat bekerja di perusahaan kontruksi dengan gaji yang besar. Namun, karena kecintaannya terhadap Indonesia dan sepakbola, ia tinggalkan pekerjaan itu. Alhasil pada tanggal 1 Desember 1959, Indonesia berduka. Soeratin wafat dalam keadaan ekonomi yang mengenaskan. Pada tahun 1965, PSSI yang diketuai Maulwi Saelan menggelar Soeratin Cup untuk mengenang bagaimana perjuangan Soeratin menyatukan pemuda-pemuda Indonesia untuk sepakbola. Dari Soeratin Cup situlah muncul talenta muda berbakat, seperti Adjat Sudrajat – PERSIB Bandung, Ronny Pasla – PSMS Medan dan Sutan Harhara dari Persija Jakarta. Dan, menjadikan Soeratin Cup sebagai ajang rutin. Soeratin Cup sempat terhenti akibat kisruh PSSI tahun 2012. Cukup lama terhenti, Soeratin Cup kembali bergulir pada tahun 2014 dengan batasan usia 17 tahun. Hasilnya, banyak pesepakbola muda yang bermunculan seperti Gian Zola, Maldini Pali, Febri Hariyadi dan masih banyak lagi pemain berbakat yang lahir dari Soeratin Cup. Dan, yang paling terbaru ada nama Egy Maulana Vikri, bintang timnas u-19. Egy yang membela Persab Brebes berhasil keluar sebagai juara dan Egy juga menjadi top skor. Terima kasih Ir. Soeratin Sosrosoegondo atas jasanya dalam memajukan sepakbola Indonesia. Jasa-jasa mu dalam sepakbola Indonesia tidak akan masyarakat Indonesia lupakan. Semoga, sepakbola Indonesia semakin hari-semakin baik. Dan, pembinaan usia muda berjalan dengan baik. “Soeratin Engkaulah Pahlawan Sepakbola Indonesia !!!”(pah/adt)