Fransiskus Jekson Bofra tidak pernah menyangka dirinya bisa dipanggil untuk mengikuti seleksi Timnas Indonesia U-16 di Jakarta. Pemain yang akrab disapa Jekson ini terbang jauh dari wilayah timur Indonesia tepatnya dari kampung Fef, Kabupaten Tambrauw, Sorong, Papua Barat untuk bersaing dengan 39 pemain yang ikut pada sesi kedua seleksi Garuda Muda tahap kedua.
Pemain berusia 15 tahun mulai menjadi salah satu dari enam pemain asal Papua dan Papua Barat yang dipanggil mengikuti seleksi. Dirinya sudah mengenal sepak bola sejak berusia tujuh tahun, atau ketika Jekson duduk di bangku kelas satu sekolah dasar (SD).
Tidak pernah berlatih di sekolah sepak bola, Jekson kerap berlatih sendiri dengan teman-teman di kampung halamannya, dengan bermain sepakbola mini maupun futsal.
“Saya sangat terharu dan bangga karena bisa dipanggil pelatih untuk bisa bergabung di seleksi Timnas U-16 ini. Walaupun belum ada nama-nama pasti yang akan lolos ke timnas, saya bangga sekali bisa mendapat pengalaman latihan bersama semuanya di sini,” ungkap Jekson.
Dipanggil mengikuti seleksi di level timnas dan menjejakkan kaki di Jakarta memang menjadi pengalaman baru bagi Jekson. Dirinya mengaku kaget saat melihat 39 pemain lain ketika seleksi dimulai sejak hari pertama pada Sabtu (12/6) lalu.
“Pertama kali ke sini, saya kaget melihat postur teman-teman seumuran saya yang tinggi-tinggi, sementara saya pendek. Disitu saya telepon bapak saya dan bilang kalau teman-teman di sini posturnya lebih besar dari saya. Tapi bapak saya mengatakan saya harus berjuang sesuai kemampuan, menunjukkan skill yang saya punya dan fokus selama seleksi,” ujar tambah Jekson sambil menitikkan air mata.
Jekson sempat berkaca-kaca sampai akhirnya menitikkan air mata. Jekson sedikit menceritakan tentang keluarganya, dan kemudian mengingat pesan dari sang ayah yang terus memotivasi dirinya yang kini tengah jauh dari keluarga.
“Saya anak keempat dari lima bersaudara dan saya satu-satunya anak laki-laki di keluarga yang bermain sepa kbola. Ibu saya sudah meninggal dan kami hanya tinggal dengan bapak. Bapak selalu berpesan, sampai disana (Jakarta) kamu harus giat untuk mengejar mimpi kamu. Itu yang selalu saya ingat,” lanjut Jekson
Jekson memang bukan lahir dari keluarga yang bisa bermain sepak bola. Namun, mimpi dan perjuangan Jekson untuk bermain sepak bola dimulai ketika dirinya melihat permainan sang bintang idola Boaz Solossa, pesepakbola asal Papua yang juga merupakan pemain bintang Persipura dan pernah lama bermain bersama Timnas Indonesia.
“Harapannya saya bisa menampilkan yang terbaik, latihan sungguh-sungguh dan mendapat ilmu dari seleksi serta latihan ini. Semoga setelah kembali dari sini saya bisa membagi pengalaman saya dengan saudara-saudara saya yang ada di kampung,” tutup Jekson.
Hadirnya Jekson dan kelima anak-anak berbakat dari Papua semakin menambah persaingan ketat pada seleksi tahap kedua.
“Kami tim pelatih sempat melakukan seleksi di Papua dan Papua Barat, yang artinya hal ini memberikan kesempatan untuk semua anak-anak terbaik di Indonesia untuk bisa ikut seleksi. Dari Sabang sampai Merauke kita berikan kesempatan untuk ikut seleksi agar bisa masuk Timnas U-16. Saya sangat bersyukur ternyata anak-anak dari Papua juga bagus-bagus dan semoga mereka bisa cepat beradaptasi dengan yang lain,” tutup Bima.