Gali Potensi Atlet Daerah, PSOI Aceh Gelar Surfing Competition

Gali Potensi Atlet Daerah, PSOI Aceh Gelar Surfing Competition

Puluhan peselancar mempertunjukkan aksinya menaklukkan ombak pada ajang Surfing Competition 2022 yang memperebutkan memperebutkan piala Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Aceh Besar. Kegiatan yang diikuti 24 peselancar itu, digelar sejak 26-27 Februari 2022, di Kawasan Pantai Babah Kuala, Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. “Kegiatan ini bersifat lomba, tetapi di tingkat Kabupaten Aceh Besar,” kata Ketua Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PSOI) Aceh, Dery Setyawan, pada Minggu (27/2/2022). Dery mengatakan, kompetisi yang keseluruhan pesertanya adalah peselancar muda di Kabupaten Aceh Besar ini sengaja digelar guna mencari potensi atlet daerah. “Jadi kita siapkan atlet-atlet peselancar dari Aceh mulai dari sekarang,” ujarnya. Atlet-atlet yang telah dipilih nantinya, dikatakan ketua Pengprov PSOI Aceh itu, akan dibina untuk dipersiapkan dalam sejumlah kompetisi. Mulai dari kejuaraan daerah (kejurda), kejuaraan wilayah (kejurwil), kejuaraan nasional (kejurnas) hingga Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Tahun 2024 Aceh-Sumut (Sumatra Utara) mendatang. “Tujuan kegiatan ini adalah untuk mencari bibit-bibit baru untuk persiapan kita di PON ke depan,” ujarnya. Selain itu, kegiatan Surfing Competition yang digelar dikatakan Dery, sebagai tanda telah terbentuknya Pengurus Cabang (Pengcab) PSOI Aceh Besar beberapa waktu lalu. Terbentuknya Aceh Besar sebagai cabang baru, menambah jumlah pengurus di tingkat kabupaten kota. Sebelumnya telah terbentuk di Simeulue, Singkil, Aceh Selatan, Aceh Barat, Sabang, dan Banda Aceh. “Mudah-mudahan nanti ke depan akan kita bentukan lagi pengurus kabupaten kota yang tersebar di Aceh,” ucapnya.

Peselancar Muda Indonesia Incar Tiket ke Olimpiade Tokyo

Peselancar Muda Indonesia Incar Tiket ke Olimpiade Tokyo

Pengurus Besar Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PB PSOI) masih berharap bisa mengirimkan atletnya ke Olimpiade Tokyo. Salah satu upayanya adalah berburu tiket melalui kejuaraan kualifikasi surfing di El Salvador, 29 Mei hingga 6 Juni. “Masih ada lima slot yang diperebutkan pada kualifikasi terakhir itu. Makanya akan kami maksimalkan meski prosesnya bakal tidak mudah,” kata Ketua Umum Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PSOI), Arya Sena Subyanto, di Jakarta pada Kamis (25/2). Menurut dia, saat ini PSOI menyiapkan tiga atlet putra yaitu Rio Waida, I Ketut Agus Aditya Putra dan Hairil Anwar serta tiga atlet putri yaitu Taina Angel Izquierdo, Kailani Kusuma Johnson dan Dhea Natasya. Dari keenam peselancar itu, nama Rio Waida yang menjadi unggulan. Surfer muda asal Bali itu memiliki peringkat yang lebih baik dibanding rekan-rekannya. Peluangnya untuk tampil di Olimpiade Tokyo terbilang masih cukup lebar. “Menurut peringkat, peluang paling besar ada pada Rio Waida. Tapi kita lihat dan doakan yang terbaik untuk semua atlet di El Salvador nanti,” ungkap Ketua Harian PSOI yang juga merangkap manajer tim nasional surfing, Egy Adhitya Hilman. Karier Rio Waida memang terbilang cukup mengesankan. Ketika masih berusia 19 tahun, dirinya pernah mengalahkan juara dunia dua kali, Gabriel Medina. Momen tersebut terjadi pada ajang World Surf League 2019 di Pantai Keramas, Bali. Sekarang ini Rio dan kawan-kawan masih melakukan latihan rutin di Bali. “Untuk latihan mereka tidak ada masalah. Semua atlet ada di Bali. Mereka kan atlet profesional. Jadi terus berlatih,” tegas Arya. Rencananya para surfer akan berangkat El Salvador pada tanggal 16 Mei. Proses keberangkatan ke negara Amerika Tengah itu tidak mudah. Hal ini dikarenakan belum adanya kedutaan besar El Salvador di Indonesia. Sehingga ada kendala dalam pengurusan visa. “Kami juga sudah komunikasi dengan Kedutaan El Salvador di Thailand. Tapi kan bukan wewenang dari mereka. Makanya hingga saat ini kami terus berkomunikasi dengan yang berwenang di Indonesia,” ungkap Arya. Untuk Olimpiade Tokyo, sebetulnya para surfer Indonesia tidak diberikan target khusus. Karena PSOI masih seumur jagung. Organisasi yang mewadahi para surfer itu baru terbentuk dan disahkan oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). “Dulu memang sempat stagnan. Tapi sekarang mulai kembali. Apalagi Indonesia merupakan tujuan peselancar dunia. Kita punya ombak yang bagus mulai dari timur hingga Sumatera,” cerita Arya. Kehadiran PSOI mendapat atensi baik dari Ketua Umum KONI Pusat, Marciano Norman. Menurutnya surfing di Indonesia bisa berkembang dengan baik menjadi olahraga yang juga memajukan pariwisata. Sehingga bisa menggerakkan roda ekonomi daerah. “Bali, Nias merupakan daerah yang menjadi jujukan peselancar dunia. Dua daerah itu juga menjadi tujuan wisata. Kami harapkan PSOI bergerak cepat termasuk bekerjasama dengan media cetak maupun elektronik untuk publikasinya,” kata Norman. Selanjutnya Norman, berharap kedepan PSOI bisa melahirkan peselancar kelas dunia. Yang bisa berprestasi di kancah internasional seperti Olimpiade. Mengingat kondisi alam di Indonesia sangat mendukung surfer tanah air untuk berlatih maksimal. “Harapannya pada Olimpiade 2023, ada medali emas selain dari bulutangkis. Bisa angkat besi, penahan, bela diri maupun surfing,” tutup pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Badan Intelejen Nasional tersebut.