Sosok Si Kembar Lena-Leni Andalan Cabor Sepak Takraw

Sudah tahukah kamu dengan dua perempuan kembar ini? Lena dan Leni digadang-gadang menjadi sosok unik dalam perwakilan kontingen Indonesia di ajang Asian Games 2018. Tak hanya unik karena kembar, tapi kemampuannya dalam cabang olahraga sepak takraw juga jadi andalan. Lansiran dari tempo.co (15/08/2018), sosok keduanya kemarin ikut latihan bersama pelatnas lain di  Stadion Ranau Jakabaring, Palembang, Selasa 14 Agustus 2018. Di stadion itu sendiri, terdapat 24 orang yang berlatih teknik sepak sila, cungkil dan sepak kuda. Lena dan Leni yang mengenakan bandana putih dikepalanya, makin membuat susah dibedakan saat dari dekat. Sepak cungkil yang dimiliki kedua perempuan ini sangat tajam. Mereka pernah mendapatkan dua perunggu pada Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan. Tak hanya itu, pada ajang PON 2016, dua anak kembar ini mendapatkan satu emas Ketika diajak bicara, mereka saling menimpali dan saling melengkapi jawaban. “Kami saudara kembar yang lahir di Indramayu, Jawa Barat, 7 Juni 1989,” ujar mereka saling menimpali, seusai latihan. Sepak cungkilan kedua pemain kembar ini tajam, bahkan kemampuan dua wanita berambut kriting itu pernah menyumbang dua perunggu bagi Indonesi pada Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, tiga emas PON 2016, satu emas king’s cup 2016 di Thailand, dan perak -pada ajang SEA Games 2017 di Malaysia. Diakui oleh Lena-Leni, prestasinya tersebut berawal dari keikutsertaan mereka di olahraga voli. Ketika sekolah dasar, Lena-Leni sama-sama rutin latihan bola voli. Saat SMP menjadi andalan di sekolahnya. Bahkan mereka sempat menjadi atlet voli dalam pertandingan setingkat provinsi Jawa Barat. Menurut dua sosok anak kembar ini, bermain voli, main bola kaki hingga bulu tangkis itu menyenangkan. Semua permainan bola tersebut, dikenalkan oleh sang ayah yang berprofesi sebagai petani dan juga pemain bola tingkat kabupaten sebagai kiper. Ayahnya mengenalkan Lena-Leni pada bola kaki, bulu tangkis, voli, hingga sepak takraw. Semua olahraga tersebut menurut dua anak kembar ini membuat bahagia, karena lari-lari dan loncat. Cabang olahraga sepak takraw baru ditekuni saat di sekolah menengah atas (SMA). Ada alasan dan cerita unik tersendiri nih kenapa Lena-leni menekuni sepak takraw di SMA. Jadi, Lena berkata sambil tertawa, “Kami fokus saja latihan takraw biar jadi atlet dan sekolah gratis,” Dahulu, kondisi ekonomi yang lemah membuat mereka saat masih SMP harus juga bekerja mencuci piring di kantin sekolah. Semua itu dilakukan untuk uang saku. Kini, dari hasil kerja keras dan segudang prestasi yang telah ditorehkan, dua kembar ini sudah bisa menaikkan haji kedua orangtuanya. Perjuangan Lena-Leni, sosok kembar ini belum usai, mereka berdua harus bekerja keras demi mengejar prestasi di Asian Games 2018. Pertandingan sepak takraw sendiri akan dimulai pada 19 Agustus. Semoga cabor sepak takraw bisa raih emas!     (tempo.co)

Inspiratif, Mengenal Sosok Bambang Pamungkas, Sang Pencetak Gol Timnas Indonesia

Siapa yang tidak mengenal sosok pesepakbola Indonesia satu ini. Bambang Pamungkas, merupakan sosok yang terkenal bagi pencinta sepakbola Indonesia. Ia dikenal sebagai pencetak gol tim nasional Indonesia, dan hingga kini masih sebagai ikon Persija Jakarta. Kisah Perjalanan dan Prestasi Sejak kecil, Bambang Pamungkas atau yang lebih dikenal bepe, tergabung di beberapa klub sepakbola lokal sejak usia delapan tahun, seperti di SSB Getas (1988-1989), SSB Ungaran Serasi (1989-1993) dan Diklat Salatiga (1996-1999). Pertama kali beraksi di lapangan hijau saat menjadi pemain timnas U-19 turnamen Piala Asia. Bepe berhasil merebut gelar Top Scorer meraih tujuh gol selama pertandingan. Prestasi tersebut membuat Ia lolos seleksi pemain Persija 1999. Melihat kemampuan mencetak gol terbaik dari bapak tiga anak ini, klub Eropa pun menawari Ia masa percobaan seperti klub Roda JC Kerkrade Belanda, FC Koeln Jerman dan Borussia Moncengladbach Jerman. Hingga akhirnya, Ia memilih EHC Norad. Namun, setelah 4 bulan disana, kontrak di Negara tersebut pun tak diperpanjang Bepe. Ia kembali lagi ke Persija pada 2000-2004. Awal 2005, Ia mencoba peruntungan ke Malaysia, dengan membela klub Selangor FC. Di sana Ia pun sukses menciptakan gol-gol, hingga memenangkan Piala FA Malaysia, Piala Malaysia dan Liga Utama Malaysia. Selama di Malaysia, total Bepe meraih 63 gol dalam pertandingan. Setelah dua tahun lamanya, Ia kembali lagi ke Persija. Dengan nomor punggung 20 kebanggaannya tersebut, Bepe kembali membela klub itu hingga saat ini. Berbagai prestasi Bambang Pamungkas yang telah diraih, seperti di Liga Indonesia, Indonesia Super League, kompetisi internasional seperti Piala Suzuki AFF 2010 dan Kualifikasi Pra-Piala Dunia 2014. Bahkan Bepe adalah pemegang rekor penampilan terbanyak dan top skorer Indonesia dengan 77 penampilan dan 36 gol versi FIFA kategori A. WOW! Pasang Surut Perjalanan Bepe, Kemampuan Bepe dalam menyundul, lompatan tinggi, menggiring bola, dan melepaskan tendangan keras sudah tidak diragukan lagi. Kiprah kisah perjalanan dan prestasi yang telah Ia raih tidak lepas dari kisah pasang surutnya juga. Sang idola ini juga pernah merasakan kegagalan, misal saat Ia tidak diikut sertakan ke Piala AFF 2004, dan juga ada kegagalan kiprah dalam liga Australia bersama Wellington Phoenix pada 2010. Mengambil Inspirasi dari Sosok Bambang Pamungkas Di usia yang terbilang terus bertambah, kinerja Bepe dianggap makin menurun dan kontribusi golnya kian surut. Namun, Bepe selalu bangkit dan menampilkan yang terbaik. Dari awal karir, Bambang Pamungkas lebih menggunakan skill dan intelegensi untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. Kegagalan justru membuat Bepe belajar untuk tetap bermain sportif, menjaga emosi dan yang terpenting sebelum bertanding Ia terus berlatih tanpa letih.  Dengan berusaha dan menjalankan pola hidup serta pikir yang sehat, itulah sebuah resep jitu yang menjadikan Bepe terus tampil di sepakbola tanah air. Dijelaskan Bepe dalam situs goal.com, “Sebagai seorang atlet, modal utama yang harus selalu dijaga adalah kesehatan. Oleh karena itu, pola hidup sehat dan seimbang menjadi syarat utama,” “Serta satu hal lagi yang tidak kalah penting adalah menjaga pola pikir yang sehat. Dengan pola pikir yang sehat, kita akan dapat memberikan respons terhadap segala sesuatu yang terjadi (baik kejadian yang baik maupun kurang baik) dalam hidup kita dengan lebih positif,” Bepe memberikan pesan inspiratif bagi pemain-pemain junior, Ia mengingatkan untuk jangan  berhenti bermimpi karena suatu saat nanti, mimpi itu pasti menjadi kenyataan. Untuk mewujudkannya, dibantu oleh keyakinan, kerja keras, dan disertai doa. Oleh karena itu, persiapkan diri sebaik mungkin. Bambang Pamungkas, merupakan striker (penyerang) yang langka di Indonesia. keunggulan dari pemain lainnya dan langka di Indonesia menurut  Ivan Kolev, mantan pelatih timnas Indonesia, adalah pada komitmen serta profesionalisme. Reputasi yang telah Ia bangun dari dulu hingga sekarang sebagai pesepakbola di Indonesia sangat tidak mudah. Semua itu dilakukan oleh pemain yang identik dengan nomor 20 ini dengan kedisiplinan serta kerja keras. Bambang Pamungkas selalu menjaga karakternya sebagai panutan yang tak hanya untuk pesepakbola muda, tetapi juga diri sendiri, keluarga, dan Indonesia.

Tiga Film Inspiratif Yang Mengangkat Kisah Perjuangan Para Atlet Nasional

Perjuangan para atlet nasional memang perlu diabadikan terutama untuk menginspirasi anak-anak muda di Indonesia. Film merupakan salah satu wadah dimana cerita para atlet dapat didokumentasikan. Perlu kamu ketahui, beberapa film di Indonesia sudah mengangkat perjuangan dari para atlet nasional yang sudah berperan dalam mengharumkan nama bangsa di dunia internasional. Berikut 3 film yang inspiratif dari para atlet Indonesia tersebut. King Film King merupakan film yang terinspirasi dari atlet bulutangkis legendaris Liem Swie King. Film yang disutradarai oleh Ari Sihasale ini dirilis pada tahun 2009 lalu. Film ini menceritakan bagaimana perjuangan anak bernama Guntur untuk mengukir prestasi di cabang olahraga bulutangkis. Liem Swie King menjadi inspirasi Guntur dan juga idola dari sang ayah. Sang ayah yang juga seorang komentator bulutangkis memang sangat mencintai cabang olahraga ini meski bukan seorang atlet. Kecintaannya kepada bulutangkis ditularkan kepada Guntur hingga Guntur ingin menjadi juara dunia seperti Liem Swie King. Dengan semangat yang tinggi dan pengorbanan berat yang harus dilakukan, Guntur tak berhenti untuk berjuang mendapatkan beasiswa bulu tangkis dan meraih cita-citanya menjadi juara dunia bulu tangkis kebanggaan Indonesia. Meski ini bukan film biografi dari Liem Swie King, tetapi film ini sangat mengugah semangat anak muda yang menonton untuk selalu bersemangat dalam mengejar cita-cita. Liem Swie King yang lahir pada 28 Februari 1956 memang pernah menjadi perhatian publik sejak menang dari Rudy Hartono di final All England tahun 1976. Saat menjadi pemain bulutangkis nasional, Liem terkenal dengan smash andalannya, berupa jumping smash. Sejak saat itu ia dijuluki sebagai “King Smash”. Ditahun 1988, Liem mengundurkan diri sebagai atlet setelah 15 tahun telah mengukir prestasi di dunia bulutangkis.