Soekarno, Blitar dan Asian Games

Kota Blitar menjadi salah satu dari 53 daerah di Indonesia yang akan disinggahi oleh Torch Relay atau Kirab Obor Asian Games 2018. (Pras/NYSN)

Blitar- Soekarno, Blitar, dan Asian Games. Tiga kata itu tak dapat dipisahkan. Soekarno adalah Presiden pertama Republik Indonesia (RI) yang menjabat pada periode 1945 – 1967. Lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901, ia memainkan peranan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Dan, setelah wafat pada 21 Juni 1970, Soekarno atau akrab disapa Bung Karno dimakamkan di Blitar, Jawa Timur (Jatim). Makam mantan orang nomor satu di Republik ini terletak di sebelah utara kota Blitar, tepatnya di Jalan Ir. Soekarno, yang berada di daerah Bendogerit, Kecamatan Sananwetan. Semasa hidup, Bung Karno tak hanya berurusan dengan politik, juga memiliki perhatian pada olahraga. Ditangannya, olahraga menjelma menjadi kekuatan mahadahsyat yang melambungkan bangsa. Diboikot Komite Olimpiade Internasional (KOI) di pesta olahraga multievent dunia, Olimpiade, tak membuat Bung Karno gentar. Apalagi kelimpungan dan menjadi tak percaya diri. Ganefo pun digelar di Jakarta pada 10-22 November 1963 sebagai tandingan. Tak diundangnya Indonesia pada Olimpiade Tokyo 1964 adalah sanksi yang harus diterima menyusul tak diundangnya Israel dan Taiwan saat menggelar Asian Games 1962 di Jakarta. Pesta olahraga multievent antar-bangsa Asia digelar 24 Agustus-4 September 1962. Mengusung semboyan Onward! No Retreat (MajuTerus! Pantang Mundur) dengan melibatkan 2.200 atlet dari 51 negara kawasan Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Eropa (Timur), Ganefo layak disebut olimpiade tandingan. Dunia pun terperangah. Sama terperangahnya dunia saat Indonesia menggelar Asian Games IV 1962. Kini, setelah 56 tahun, Indonesia kembali dipercaya menjadi tuan rumah pesta akbar negara se-Asia itu, pada 18 Agustus – 2 September 2018. Rangkaian pelaksanaan multievent empat tahunan itu dimulai dari kirab obor (torch relay) yang telah dimulai pada 15 Juli 2018 dari kota New Delhi, India, dan disatukan dengan ‘api abadi’ yang berasal dari Mrapen, Jawa Tengah (Jateng). Berawal dari Yogyakarta, obor akan dibawa mengelilingi Indonesia. Dan, Kota Blitar, Jawa Timur, jadi satu kota yang dilintasi Obor Asian Games 2018. Obor dijadwalkan tiba di Blitar, pada Jumat (20/7). Heru Puji Mardianto, sekretaris Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) kota Blitar, mengatakan bila Kota Blitar jadi kota pertama di Jawa Timur yang disinggahi Obor Asian Games 2018. Obor Asian Games ini nantinya akan segera dibawa ke makam Bung Karno, yang ada di Kelurahan Bendogerit, Kota Blitar. “Di Makam Bung Karno akan ada acara penyambutan,” jelas Heru, Kamis (19/7). Usai upacara penyambutan, dua pelari akan membawa obor Asian Games 2018 ke kantor Wali Kota di Jalan Merdeka Kota Blitar. “Setelah dari MBK akan ada dua pelari yang membawa obor ke kantor Wali Kota. Di sana akan transit sebentar untuk kemudian obor dibawa ke Malang,” tukas Heru. (Adt) Berikut jadwal pawai obor Asian Games 2018 di Kota Blitar : Jam 07.00 – 08.30 WIB Rombongan berangkat dari Bandara Abdurrahman Saleh, Malang Jam 08.30 – 08.35 WIB Rombongan memasuki Kota Blitar berhenti di area City Walk dilanjutkan pelari membawa obor ke area dalam Makam Bung Karno Jam 08.35 – 09.00 WIB Serah terima obor di area Makam Bung Karno Jam 09.00 – 09.10 WIB Pelari membawa obor kembali ke City Walk dan dilanjutkan naik mobil menuju kantor Wali Kota Blitar dengan rute Jalan Ir Soekarno – Jalan Panglima Sudirman – Jalan Ahmad Yani – Jalan Merdeka Jam 09.10 – 13.00 WIB Serah terima obor di Kantor Wali Kota Blitar dan acara seremonial Jam 13.00 WIB Rombongan pembawa obor melanjutkan perjalanan ke Kota Malang dengan rute Kantor Wali Kota Blitar Jalan Merdeka – Jalan Wilis – Jalan Pandan – Jalan Lawu – Jalan Anjasmoro – Jalan Sudanco Supriyadi (batas kota)

Kiblat Kekuatan Panahan di Korsel, Riau Ega : Medali Realistis, Emas AG 2018 Optimis

Pemanah putra nasional asal Jawa Timur, Riau Ega Agatha, yang akan tampil di ajang Asian Games 2018 nanti. (Pras/NYSN)

Jakarta- Pemanah putra nasional Riau Ega Agatha, mengatakan kekuatan cabang olahraga panahan saat ini berada di Asia. Ia mengaku tak terbebani meraih medali emas di ajang Asian Games 2018, pada Agustus-September mendatang. “Kalau mau dibilang beban, ya bukan beban. Tugas atlet itu mencari medali. Pelatih hanya mendampingi untuk memberikan yang terbaik,” ujar Riau di Lapangan Panahan, Senayan, Jakarta, Selasa (10/4). “Kalau untuk atlet, dapat medali itu realistis. Tapi, kalau untuk emas, ya harus optimis. Jadi apapun kejuaraannya, medali itu suatu yang realistis bagi atlet,” lanjut pria kelahiran Blitar, 25 November 1991. Terkait persaingan, ia mengungkapkan untuk cabang panahan di Asia terdapat juara dunia, serta pelatih terbaik. Sehingga, ia menganggap hal itu sebagai keuntungan baginya. “Karena Indonesia berada diwilayah Asia, jadi semuanya punya kesempatan yang sama, cuma saat Asian Games, ya harus fokus melawan kemampuan mereka,” terang pemanah yang pernah mengalahkan juara dunia asal Korea Selatan, Woo-Jin, di ajang Olimpiadi 2016 Rio de Janeiro, Brazil itu. Namun, guna mewujudkan medali emas, ia akan tetap mewaspadai pemanah-pemanah negri ginseng, Korea Selatan. “Kiblatnya kekuatan panahan itu di Korea Selatan, dari dulu. Jadi disana gudangnya atlet-atlet berprestasi. Para pelatih terbaik dunia, ya juga dari sana,” cetus jebolan PPLP Panahan Jatim ini. Ia mengaku jika untuk kemampuan tekhik hamper semua negara Asia merata. Bahkan masing-masing atlet punya kemampuan berkembang yang baik. “Mungkin, kendala kami itu kurang kuat mental bertandingnya. Korea Selatan itu, selama setahun penuh, rutin mengikuti kejuaraan, sementara atlet Indonesia sangat kurang,” tutupnya. (Adt)