Pebulutangkis Junior Mulai Rutin Ke Turnamen Internasional, PBSI: Level Senior Tantangannya Lebih Berat

Duet ganda campuran Leo Rolly Carnando (kiri) dan Indah Cahya Sari Jamil yang menjadi juara dunia junior 2018 di Toronto, Kanada, kembali tampil dengan pebulutangkis muda lainnya dalam event turnamen International Challenge di Bangladesh dan turnamen Junior International di Turki, pada Desember nanti. (djarumbadminton.com)

Jakarta- Usai Kejuaraan Dunia Junior 2018, di Markham Pan Am Center, Ontario, Toronto, Kanada, pada 5-18 November lalu, Pengurus Pusat (PP) Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) bakal mempersiapkan para atlet muda Indonesia itu mengikuti sejumlah turnamen. Bagi pemain yang berada di kategori junior akan tampil pada turnamen International Challenge pada 11-15 Desember di Dhaka, serta Turki Junior International pada 13-16 Desember di Ankara, Turki. Bagi pemain yang tak lagi berada di kategori junior atau berusia 18 tahun ke atas, mulai dipersiapkan ke kategori senior. Ahmad Budiarto, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PP PBSI, mengatakan para pemain muda harus berlatih lebih keras. Sebab, tantangan yang akan mereka hadapi di level senior sangat berat. “Pemain muda harus mematangkan diri. Sebab di senior tantangannya akan lebih berat,” ujar Budiarto, di Jakarta, pada Senin (26/11). Sebelumnya, di Kejuaraan Dunia Junior 2018, tim bulutangkis Indonesia berhasil meraih satu medali emas dan medali perak dari sektor ganda campuran, serta tiga medali perunggu dari ganda putri dan nomor beregu. Dikatakan Budiarto, hasil itu tak terlalu mengecewakan. Namun, diakuinya, Indonesia belum pernah membawa pulang trofi sejak Piala Suhandinata itu diperebutkan pada 2009. “Saya pikir ini menjadi tantangan bagi kita semua, termasuk pelatih dan pengurus untuk mengondisikan potensi positif yang ada di pemain agar tercipta tim yang solid,” tegasnya. Sementara itu, pelatih junior Pelatnas PBSI Amon Santoso memastikan, duet atlet ganda campuran Leo Rolly Carnando/Indah Cahya Sari Jamil berlanjut pada turnamen 2019. “Kami masih akan tetap melanjutkan pasangan Leo/Indah karena mereka harus mencari poin untuk turnamen Jerman, Belanda, dan Austria,” kata Amon. Ia mengatakan dobel Juara Dunia Junior 2018 di Kanada itu akan mengikuti turnamen di Bangladesh dan Turki. “Bisa juga, lawan tidak bisa memantau mereka karena mereka masih asing dan tidak terpantau,” kata Amon tentang faktor keuntungan pasangan baru ganda campuran junior Indonesia ini. Amon mengatakan Leo/Indah akan menjadi pasangan utama ganda campuran junior pada 2019. “Tapi, mereka juga akan ikut beberapa event kejuaraan senior guna menambah kematangan selain menambah poin mereka,” kata Amon. Leo mengaku hanya satu bulan berlatih dengan Indah setelah mengikuti kejuaraan di India jelang Kejuaraan Dunia Junior 2018. “Saya hanya persiapkan diri sendiri dan menerapkan kemampuan individu saya pada pertandingan,” kata atlet berusia 17 tahun itu. Sedangkan Indah mengaku permainannya bersama Leo dapat menggebrak pasangan lain dalam Kejuaraan Dunia Junior 2018, karena saling menyambung, di permainan depan net dan di sisi belakang lapangan. “Bola belakang Leo, dapat menutup permainan depan saya, sehingga serangan dan pertahanan kami seakan menyambung,” kata Indah. (Adt)

Berkat Figur Ayah, Katon Melesat Ke Turnamen Bola Basket Internasional

Katon Adjie Baskoro

Nasihat dari orang tua kepada anak memang sangat berarti, terutama untuk bekal masa depan sang anak. Dan perlu di catat, bahwa tidak ada seorangpun orang tua yang ingin mencelakai anaknya sendiri. Atlet basket asal Jawa Timur, Katon Adjie Baskoro atau yang akrab disapa Katon, dirinya sangat bersyukur menuruti nasihat sang ayah ketika ia sedang bingung memilih cabang olahraga yang akan ia tekuni. Ia sempat terjebak antara dua pilihan cabang olahraga kesukaannya, yaitu futsal dan basket. “Waktu saya SMA kelas 1, saya sempat cuti dari basket karena ingin menjalani futsal saja. Tetapi di kelas 2 dan 3 SMA, saya balik lagi ke basket hingga sekarang. Saya selalu ingat kata-kata papa saya “Mulai sekarang kayanya kamu harus pilih antara basket dan futsal karena sudah semakin dewasa” gitu kata papa saya. Saya jadi bingung. Terus papa juga beropini begini “basket merupakan olahraga yang lebih keren dibanding futsal. Karena semua orang Indonesia kayanya bisa main futsal tapi gak semua bisa main basket.” Yaudah akhirnya saya pilih basket deh.” Ujarnya Saran dari ayahnya tersebut membawa Katon memenangkan berbagai kompetisi nasional bahkan turnamen internasional seperti Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNas) 2017, Juara 1 Kompetisi Indonesian Basketball League (IBL) 2014-2017. 3 on 3 di Shanghai China dan Juara 2 Southeast Asia Basketball Association (SEABA) di Singapura. Bagi Katon menjadi seorang atlet adalah hal yang menyenangkan bahkan berkat basket, ia berteman dengan atlet-atlet dari berbagai negara. “Pengalaman seru menjadi atlet basket menurut saya, jadi punya banyak teman dari setiap negara. Bisa jalan-jalan keluar negeri, bisa tahu budaya-budaya dinegeri orang lain dan bisa tukar pikiran mengenai basket di negara masing-masing,” tutur mahasiswa Manajemen Layanan Pariwisata Universitas Surabaya ini. Saat ini, Katon bergabung selama 3 tahun dalam klub basket nasional, CLS KNIGHT. Ia juga menuturkan bahwa setiap pertandingan, setiap lawan yang akan dihadapi memang susah. Namun dapat dihadapi dengan persiapan yang baik. “Menurut saya semua lawan itu susah. Tapi memang tergantung mental dan persiapan saya dan tim.” Tutupnya (put/adt)