Siap Tarung, Muddai Madang: KONI dan Olahraga Indonesia Harus Mandiri

Muddai Madang ingin KONI lebih mandiri. (Adt/NYSN)

Jakarta- Muddai Madang secara resmi menyerahkan formulir pencalonan untuk maju dalam pemilihan Calon Ketua Umum (Caketum) Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat pada Musyawarah olahraga nasional (Musornas) KONI Pusat, pada 2 Juli 2019. Muddai mengaku dirinya sudah memenuhi persyaratan minimal untuk maju menjadi calon Ketum KONI Pusat. Dijelaskannya, persyaratan minimal itu adalah bentuk dukungan dari 34 anggota KONI Pusat meliputi induk cabang olahraga (Cabor) serta KONI Provinsi yang telah dikantongi, dari persyaratan minimal yang ditetapkan yakni 10 anggota. “Jadi hari ini, Jumat (21/6) saya resmi mendaftarkan diri menjadi Calon Ketua Umum KONI Pusat, tepat jam 15.10 WIB. Saya datang mendaftar tentunya memenuhi persyaratan, dengan membawa dukungan dari 34 anggota KONI Pusat,” ungkap Muddai. Ia didampingi beberapa perwakilan tim suksesnya di Lantai 11 Gedung Pusat Pengelola Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, Jumat (21/6). “Sebanyak 34 anggota KONI Pusat itu tediri dari induk cabor maupun KONI Provinsi. Karena bagi saya mereka itu statusnya sama, yakni sama-sama anggota KONI Pusat. Jadi tidak ada satu di antara dua itu yang punya kekhususan. Sehingga saya tidak membedakannya. Karena kedua-duanya itu sama, seusai Ad/Art,” tambah Muddai. Terkait visi-misi, Muddai menyebutkan ada beberapa yang sangat penting. Namun, yang terpenting baginya adalah menginginkan KONI dan olaharaga di Indonesia bisa lebih mandiri dengan menjadikan olahraga di Tanah Air industri. “Sebenarnya beberapa waktu lalu sudah saya sampaikan (visi-misi). Jadi visi-misi saya itu ada dua yang paling penting, yakni menguasahakan KONI dan olahraga Indonesia itu lebih mandiri dengan menjadikan olahraga di Tanah Air itu industri,” ungkap Muddai. Ia menerangkan visi-misi membentuk olahraga industri itu perlu beberapa tahapan. Namun, menurutnya, dirinya sudah mengantongi strategi untuk menjalankan hal tersebut, di antaranya menghasilkan olahraga prestasi. “Kalau kita bicara olahraga industri, kita perlu tahapan-tahapan, tapi intinya adalah kalau mau jadi industri ada beberapa kondisi yang harus kita penuhi. Pertama olahraga itu harus berkualitas, berkualitsas itu artinya berpretasi, yang kedua kemasannya harus menarik dan mengundang minat masyarakat, terakhir kita harus harmonis sesama pemangku lembaga olahraga dan pemerintah serta KONI itu harus profesional dan berintegritas,” tuturnya. Muddai menyatakan setelah penyerahan berkas, selanjutnya ia akan melakukan konsolidasi dengan tim, agar bisa meyakinkan para pemilik suara. “Tentunya adalah meyakinkan itu dengan visi-misi saya,” urainya. Lebih lanjut, Muddai berharap pada Musornas yang kemungkinan besar digelar di Jakarta itu mendapatkan kepercayaan dari para anggota KONI untuk bisa menjadi orang nomor satu di KONI. Selain itu, ia menghimbau agar demokrasi di KONI Pusat ini berjalan lancar dengan mengedepankan sportifitas. “Saya berharap pada Musornas nanti, bisa mendapatkan kepercayaan, sehingga bisa memimpin KONI Pusat. Saya juga mengimbau, untuk bersama-sama menghormati dan menghargai demokrasi. Kita harus berkompetisi secara sehat, agar menarik. Kita berkompetisi itu di arena bukan di luar arena. Kalah menang itu biasa, yang terpenting, kita itu bisa berkompetisi di arena,” ungkapnya. “Kita ini olahragawan, olahraga itu sportifitas, dan jiwanya harus petarung. kalau petarung ya harus bertarung. Itulah dasar dari olarahraga. Jadi kita harus membiasakan diri berkompetisi secara sehat, bukan dengan cara-cara yang lain, meskipun cara yang lain itu halal, tapi sebagai olahragawan, kita harus mendapatkan medali atau kemenangan itu dari arena bukan dari luar arena,” tukas Muddai. (Adt)

PON Tiap Dua Tahun, Menpora : Percepat Pembinaan Atlet dan Infrastruktur Olahraga di Daerah

Menpora Imam Nahrawi menyebut PON dua tahun sekali akan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada atlet-atlet Indonesia untuk menunjukkan prestasinya. (Kemenpora)

Jakarta- Pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) yang semula dihelat setiap empat tahun sekali bakal berubah menjadi dua tahun sekali. Hal itu disinyalir bisa membantu proses pembinaan atlet Indonesia serta pembangunan infrastruktur olahraga di daerah dengan cepat. Imam Nahrawi, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), mengatakan percepatan penyelenggaraan PON memberi kesempatan seluas-luasnya kepada atlet-atlet Indonesia untuk menunjukkan prestasinya. “Ada percepatan atlet untuk belajar bertanding di PON. Institusi di bidang olahraga terkait kebijakan untuk pembatasan usia, sehingga lebih cepat atlet bertanding. Ini membantu proses pembibitan atlet di daerah, ” ujarnya saat pembukaan Musornas dan Rakernas Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu (25/4). Selain itu, ia menyebut pelaksanaan PON dua tahun sekali dengan melibatkan dua daerah akan membantu percepatan pembangunan infrastruktur di daerah. “Kalau dua tahun sekali, saya yakin pembangunan infrastuktur olahraga juga akan ikut berkembang dengan baik. Tapi itu semua butuh kesiapan pemerintah daerah masing-masing,” lanjutnya. Pada Musornas dan Rakernas KONI 2018 telah memutuskan melalui pemungutan suara dari 34 provinsi yang ada di Indonesia, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatera Utara (Sumut) mendapatkan 24 suara untuk menjadi tuan rumah PON 2024. Sedangkan dua calon tuan rumah lainnya yakni Bali dan Nusa Tenggara Barat hanya mendapatkan 8 suara. Kemudian Kalimantan Selatan (Kalsel) hanya memperoleh 2 suara. “Selamat kepada Aceh dan Sumatera Utara yang akan menjadi tuan rumah PON 2024,” tukas Imam. (Adt)