Atlet 21 Tahun Asal Aceh Sandang Juara Dunia, Menpora : Hapkido Segera Masuk Anggota KONI

Imam Nahrawi (Menpora) memberikan apresiasi kepada Hurairah (kanan) atas prestasinya menjadi juara dunia Hapkido, di Jung Gu Community Center, Seoul, Korea Selatan, pada 29 Juli 2018. (Kemenpora)

Jakarta- Apresiasi tak sebanding dengan prestasi. Begitulah ungkapan yang menggambarkan perasaan Hurairah (21), atlet hapkido asal Aceh. Namanya memang tak setenar Lalu Muhammad Zohri sang juara dunia lari, tapi prestasi yang diraih juga turut mengharumkan Indonesia di kancah dunia. Sayed Ali Rafsanjani, Pelatih Hapkido, mengatakan pada 2018 ini, Hurairah meraih empat medali emas, saat mewakili Indonesia di ajang Kejuaraan Hapkido. Dua emas diperoleh dari Kejuaraan Hapkido se-Asia Tenggara, dan dua emas lainnya pada Kejuaraan Dunia Hapkido (World Hapkido Martial Arts Federation/WHMAF), di Seoul, Korsel. “Masing-masing prestasi itu dipersembahkan Hurairah dari dua kategori yaitu Nak Bop High Jump (lompat tinggi), dan Nak Bop Long Jump (lompat jauh). Tak hanya sebagai juara dunia, Hurairah juga dinobatkan sebagai atlet Hapkido terbaik pria se-Asia Tenggara,” ujar Sayed, di Widya Chandra yang merupakan kediaman Menpora, Rabu (15/8). Masing-masing prestasi itu dipersembahkan Hurairah dari dua kategori yaitu Nak Bop High Jump (lompat tinggi) dan Nak Bop Long Jump (lompat jauh). Tak hanya sebagai juara dunia, ia juga dinobatkan sebagai atlet hapkido terbaik pria se-Asia Tenggara. Hapkido adalah salah satu olahraga beladiri yang berasal dari Korea. Beladiri ini memakai prinsip memanfaatkan kekuatan lawan. Hapkido menggunakan perpaduan serangan seperti pukulan, tendangan, kuncian, bantingan, jurus, dan penggunaan senjata. Dalam kesempatan itu, Imam mengapresiasi prestasi yang ditorehkan Hurairah yang mengharumkan nama bangsa di pentas internasional. “Kami dari Kemenpora akan memberikan bantuan yang Insya Allah nanti bisa membantu untuk mengembangkan usaha keluarga Hurairah yang ada di rumah,” urai menteri asal Bangkalan, Madura, Jawa Timur itu. Diketahui, Hurairah lahir dari keluarga kurang mampu. Ayahnya M Harun (50) bekerja sebagai kuli panggul di Pasar Lambaro, Aceh Besar, sedangkan ibunya seorang penjual makanan gorengan. Bahkan, rumahnya yang berukuran 6×6 meter dengan 2 kamar di Desa Lamtanjong, Kecamatan Sibreh, Aceh Besar, merupakan bantuan dari Baitul Mal. Dikutip dari laman kumparan, Hurairah yang telah lulus dari MAN pada tahun 2015 lalu sempat memilki keinginan untuk melanjutkan pendidikannya di tingkat universitas, namun keterbatasan biaya membuat dirinya harus mengubur mimpi tersebut. “Saya ingin sekali kuliah di jurusan olahraga. Tapi ayah tidak punya biaya,” ujarnya. Kini atlet nasional tersebut lebih banyak menghabiskan waktu dengan membantu orang tuanya bekerja. Meski sibuk bekerja ia tetap melatih olahraga yang melambungkan namanya di pentas dunia, akido pada sore hari. “Tidak ada kegiatan apa-apa, hanya bantu orang tua bekerja. Kuliah ingin sekali di jurusan olahraga, tapi lantaran tidak ada biaya niat itu saya abaikan. Ya, karena memang tidak mampu,” kata Hurairah. Kembali, Imam berharap nantinya Hapkido bisa masuk ke dalam olahraga yang berada di bawah pembinaan KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia). “Beberapa olahraga baru memang belum masuk struktur organisasi KONI. Karena mereka juga melahirkan prestasi dan mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia,” ujar pungkasnya. (Adt)