Dijanjikan Boleh Makan Mie Instan, Nadia Berjuang Untuk Jadi Juara Catur

Siswi kelas 5 SD Islam Sinar Cendekia Jombang, Tangsel yang bernama Aulia Nadia Azzahra sangat berprestasi dalam bidang olahraga catur. Ketika tinggal di Kalimantan, Nadia mengikuti jejak kakaknya yang juga seorang atlet catur, Aisha Nadine Sharikha yang sudah lebih dulu tergabung dalam Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PERCASI) Kalimantan. Nadia mengatakan bahwa ibunya sudah sering menawarkan untuk bergabung dalam latihan catur seperti kakaknya, namun dirinya masih ragu sampai pada akhirnya tertarik karena melihat kakaknya mengikuti kejuaraan. Nadia mulai mengikuti latihan catur sejak masih di bangku Taman kanak-kanak, dan lebih mendalaminya lagi ketika duduk di kelas 3 SD sekaligus mulai mengikuti berbagai kejuaraan. Prestasi Nadia antara lain Juara 1 O2SN se kabupaten Kutai Timur 2016, juara 3 catur cepat O2SN SD se provinsi Kaltim 2016, Juara 3 Kejuaraan Daerah Kaltim Junior Putri F 2014, dan Juara 2 O2SN SD se Tangsel 2017. Setelah naik kelas 5 SD, Nadia dan keluarga pindah ke Jakarta. Mulai dari situlah Nadia lebih sering mengikuti berbagai kejuaraan. “Mama melarang makan mie kalau menjelang kejuaraan. Tapi kalau akhirnya jadi juara, hadiahnya boleh makan mie. Aku bahagia banget kalau dapet hadiah itu.” Kata Nadia dengan nada polos sambil tersenyum. Nadia juga pernah merasa capek dan hampir menyerah untuk mengikuti lomba, tapi ibunya teris mensupport dan selalu memberi semangat sehingga Nadia bisa bangkit kembali. Perasaan menyesal juga pernah menghampiri Nadia ketika ia mengikuti Japfa Chess Festival. Nadia terlalu menganggap sepele lawan mainnya dan terlalu percaya diri, sehingga pada akhirnya ia kalah dalam pertandingan. Tapi ayah dan ibu selalu mendampingi Nadia. Mereka selalu mengajari Nadia untuk lebih merendahkan diri dan tidak mengandalkan kekuatannya sendiri. Nadia juga selalu diingatkan untuk rajin berdoa dan belajar mengaji, walaupun sibuk mengikuti kejuaraan. “Disiplin, pantang menyerah, rajin berdoa dan mengaji, nanti kalau sudah jadi juara kan kita juga yang senang.” ujar Nadia seraya memberikan saran untuk teman-temannya yang sedang berjuang. Rahmawati, Ibunda Nadia mengatakan, awalnya Nadia dan kakaknya hanya iseng-iseng mengikuti latihan catur untuk mengasah otak, tetapi karena Rahmawati melihat anak-anaknya berpotensi pada bidang olahraga tersebut, akhirnya Rahmawati menuntun anak-anaknya untuk fokus pada catur. “Bagi saya, menjadi atlet itu akan membentuk karakter dan fisik anak-anak dan saya rasa saya sudah menemukan jalan untuk anak-anak saya kedepannya.” ujar Rahmawati, yang juga mengatakan bahwa sekolah Nadia dan Nadine di Sinar Cendekia sangat mendukung kegiatan positif para muridnya. Rahmawati bersyukur karena sekolah dapat bekerja sama dalam mendukung anak-anaknya, bahkan pihak sekolah tidak pernah lupa untuk memberikan info-info tugas sekolah untuk Nadia dan Nadine agar tidak tertinggal pelajaran. Rahmawati juga tidak pernah memaksakan anak-anaknya dalam menjalani sesuatu. Diakuinya, dia tidak masalah jika anaknya tidak mau menjadi atlet. Tapi ia bersyukur karena anak-anaknya mengerti bahwa perjuangan mereka dari merintis itu tidak mudah, sehingga mereka tetap mempertahankan apa yang sudah dicapai. “Jalan yang berliku-liku itu memang tidak sedikit orang yang ingin menyerah karena tidak sanggup melewati proses, tapi tidak ada perjuangan yang sia-sia, maka dari itu jangan putus asa.” pesan Rahmawati.(crs/adt)

Pernah Kecewa, Pecatur Muda Ini Targetkan Juara Porprov

Nadine saat mengikuti JAPFA Chess Festival 2017

Catur yang umumnya sangat identik dengan para orang yang sudah berumur dengan menggunakan strategi pertarungan dalam bentuk miniatur mulai banyak di minati oleh remaja, kali ini catur berhasil memikat Aisha Nadine Sharikha, yang lahir di Sangatta, 9 juli 2004 tertarik dengan catur. Nadine, siswi kelas 7 SMP Sinar Cendekia Jombang, Rawalele, Tangsel merupakan siswi yang berprestasi di bidang olahraga catur. Remaja penggemar pempek ini memaparkan kepada NYSN mulai berlatih catur sejak kelas 2 SD, sekitar umur 7 tahun. Tetapi sempat berhenti satu tahun yang lalu dan kembali memulai di bangku kelas 4 SD sekaligus awal dirinya mengikuti berbagai kejuaraan catur. “Waktu saya kelas 2 SD, saya mengikuti les piano. Terus di depan tempat les saya ada tempat les catur. Kalau saya belum dijemput, biasanya saya sering menunggu di tempat ekskul catur dan melihat orang-orang yang sedang berlatih catur sekaligus mempelajarinya. Lama kelamaan saya tertarik main catur, dan akhirnya ikut ekskul catur di sekolah untuk mengembangkan diri saya agar bisa bermain catur lebih baik lagi. Saya tertarik main catur krn seru aja lihatnya. sekitar 5 bulan, saya mencoba fokus belajar catur, lalu saya mengikuti kejuaraan untuk menambah pengalaman.”cerita Nadine Nadine juga telah mengumpulkan cukup banyak prestasi luar biasa dalam berbagai kejuaraan catur, diantaranya : Juara 1 O2SN SD se kabupaten Kutai Timur 2015 juara 2 catur cepat O2SN SD se provinsi Kaltim 2015 juara 1 O2SN SMP se-Tangsel 2017 Juara 1 Kejuaraan Daerah Kaltim Junior Putri E 2014 Juara 3 Kejuaraan Daerah Kaltim Junior Putri E 2015 Juara 2 Kejuaraan Daerah Kaltim Junior Putri D 2016. Ternyata, walau sudah banyak mencetak prestasi, Nadine mengakui terkadang masih ada saat dimana ia merasa capek dan malas berlatih. “Belum lagi berlatih memory, saya dan adik juga atlet memory Indonesia. Cuma ya kalau mau ikut kejuaraan, harus tetap giat berlatih.” jelas Nadine yang juga mempunyai adik yang berprestasi di bidang olahraga yang sama. Nadine juga mengatakan kepada NYSN, jika kejuaraan memakan waktu sampai berhari-hari, ia sering kali tertinggal pelajaran, jadi ia harus rajin mengejar ketinggalan, salah satunya dengan mengikuti pelajaran tambahan dan aktif di sekolah. Kejurnas dan Porprov juga diakui Nadine merupakan tantangan terberat dan tersulit karena mayoritas pesertanya sudah sangat berpengalaman, bahkan ada yang sudah mempunyai gelar. Siswi yang juga hobby membaca novel ini juga pernah merasakan pengalaman pahit saat mengikuti kejurnas. “Saya sempat kalah melawan tim lain, karena kecurangan di tim lain yang sudah kerja sama antara pelatih dan pemain. Disitu saya sangat kecewa sekali, dan saya nangis ke ibu saya karena kalah.” ungkap nadine. Akan tetapi, Nadine bukan merupakan anak yang pantang menyerah. Jika gagal terus untuk mencobanya lagi. “Jangan pantang menyerah, intinya latihan dan berdoa, semuanya pasti akan ada hasilnya cepat atau lambat. Kalo gagal coba lagi, belajar dari kegagalan itu, dan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yg sama. Semangat terapkan sikap disiplin jg, manfaatkan waktu dengan baik. Orang sukses itu orang yg pandai memanfaatkan waktu, dan belajar setiap kesalahannya.” pesan Nadine (crs/adt)