CdM: Indonesia Punya Banyak Atlet Muda Berpotensi

CdM: Indonesia Punya Banyak Atlet Muda Berpotensi

Olimpiade Tokyo 2020 telah “melahirkan” banyak atlet muda yang potensial di berbagai cabang olahraga (cabor) di dalam negeri. Ke depan, atlet Indonesia yang berlaga dalam ajang olahraga bergengsi dimanapun akan mampu menorehkan prestasi yang dapat membanggakan bangsa. “Ini yang membanggakan. Atlet-atlet muda kita yang ikut berprestasi seperti dari cabor angkat besi ada Windi Cantika yang berusia 19 tahun dan Rahmat 20 tahun. Sedangkan, di cabor menembak ada atlet yang berusia 16 tahun,” ujar Chef de Mission (CdM) Indonesia untuk Olimpiade Tokyo 2020, Rosan Perkasa Roeslani, dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang bertajuk “PON XX Papua: Target Prestasi Kelas Dunia” pada Senin (23/8/2021). Menurutnya, saat ini banyak atlet dari berbagai cabor diyakini akan mampu menorehkan prestasi yang membanggakan untuk ibu pertiwi. Karena, atlet tersebut memiliki kemampuan yang mampu bersaing dengan atlet lain dari luar negeri kala berlaga dalam ajang kompetisi skala regional maupun internasional yang sedang diikutinya. Cabor yang dimaksud antara lain: panjat tebing, selancar (surfing), renang, dan panahan. Cabor yang dimaksud di atas memiliki peluang dalam menorehkan prestasi kala mengikuti ajang komptisi olahraga bergengsi dalam berbagai skala tingkatan ke depan. “Kita bisa optimalkan, tapi kembali lagi itu kita harus lakukan yakni pembinaannya sedini mungkin dan secara terus-menerus,” imbuhnya. Cabor olahraga di atas, lanjut Rosan, dapat mengikuti pola pembinaan yang dilakukan oleh dua cabor yang kerap kali menjadi langganan mendapatkan medali dalam ajang olaharaga internasional, yakni angkat besi dan bulu tangkis. Keduanya memiliki pola pelatihan yang sangat baik, sehingga membuat atletnya kerap kali mendapatkan medali emas, perak, maupun perunggu. “Kita pakai contoh dua cabang olahraga yang memang sudah terbukti dan hasilnya mereka terus memberikan medali pada Indonesia,” tuturnya. Pelatihan Nasional (Pelatnas) yang menjadi bagian dari pembinaan wajib, dari kedua cabang olahraga tersebut secara disiplin kerap dilakukan setelah mengikuti berbagai ajang olahraga. Secara rutin pelatihan dilakukan oleh pengurus olahraga terkait untuk senantiasa menjaga atletnya tetap dalam performa yang terbaik ketrika mengikuti olahraga. “Dua cabang ini selalu bisa menyumbangkan medali, ternyata mereka melakukan hal yang sama adalah Pelatnas yang tidak putus itu. Jadi kalau ada event besar tetap bagus performanya,” katanya. Disamping itu, dalam mengoptimalkan performa atlet yang berlaga bagi Indonesia, Rosan menambahkan, perlunya jaminan kesejahteraan bagi atlet dari berbagai pemangku kepentingan. Ini penting dilakukan, dalam rangka memberi semangat atlet terus bergelora setiap menghadapi ajang olahraga dari skala regional bahkan internasional di masa mendatang. Tiongkok misalnya. Di sana pemerintah menjamin kesejahteraan para atlet yang berlaga dalam setiap ajang olahraga. Sehingga, berbagai kebutuhan yang diperlukan bagi atlet dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan para atlet tersebut. Ini merupakan kunci dalam membuat atlet tetap terjaga performanya ketika berlaga di ajang kompetisi. “Ini juga salah satu kunci yang harus kita sempurnakan dengan kita perbaiki cepat dapat terjamin kesejahteraan melalui kerja sama pemerintah dengan berbagai pemangku kepentingan,” pungkasnya. Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora) telah menyusun desain besar olahraga nasional dalam meningkatkan prestasi olahraga nasional di tingkat internasional. Salah satu muatan dalam desain besar ini adalah menetapkan beberapa cabang olahraga (cabor) unggulan dan sudah mulai dilakukan dengan diikutsertakan dalam event olahraga internasional Olimpiade dan Paralimpiade. Cabor tersebut adalah bulu tangkis, angkat besi, panjat tebing, panahan, menembak, wushu, karate, taekwondo, balap sepeda, atletik, renang, senam artistik, dan pencak silat. Sedangkan Paralimpiade punya lima cabor prioritas, yakni para badminton, para tabble tennis, para power lifting, para atletik, dan para swimming. Cabor-cabor yang kerap memberikan prestasi di pentas dunia ini akan dijadikan model pembinaan bagi cabor lainnya. Pembinaan cabor prestasi ini memang dinilai telah berjalan dengan baik dengan pola dan mekanisme yang juga baik. Sumber: Industry.co.id

Catatan Angkatan Menajam, PABBSI Kawal Berat Badan Atlet Angkat Besi Asian Games

Ketua Umum PABBSI Roslan P. Roeslani menyebut catatan angkatan atlet Pelatnas mengalami peningkatan. (Adt/NYSN)

Jakarta- Rosan Perkasa Roeslani, Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat dan Binaraga Seluruh Indonesia (PABBSI), mengatakan skill atlet Pelatnas Asian Games 2018, terutama catatan angkatan para lifter terus mengalami peningkatan. Para atlet menjalani Pelatnas di Markas Komando Pasukan Marinir (Mako Pasmar), Jalan Kwini II No. 6, Jakarta Pusat. “Alhamdulillah para atlet catatan angkatannya membaik. Kami juga tingkatkan terkait kedisiplinannya. Apalagi pelatihannya di Kwini,” ujar Roslan di Kawasan Senayan, Jakarta, Rabu (30/5). Ia menyebut saat ini pihaknya fokus untuk menjaga berat badan para atlet. Sebab, menurutnya, dahulu berat badan para atlet baru ditekankan ke ukuran ideal menjelang pertandingan. “Nah dari sekarang itu kami menjaga berat badan mereka harus tetap ideal. Kami coba terapkan itu. Tapi, memang nggak gampang, sebab mengubah kebiasaan makan. Itu yang paling sulit, apalagi di bulan puasa,” lanjutnya. Terlebih, sebut Roslan, pihaknya hingga harus mendatangkan pemuka agama guna menjelaskan kepada atlet agar mereka tidak dipaksakan untuk berpuasa. “Karena ini untuk kepentingan negara makannya kami panggil beberapa ustad memberikan pengertian soal itu,” tambahnya. Jika atlet melakukan puasa penuh, maka itu akan mempengaruhi angkatan dan berat badan. Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) itu, menjelaskan selama Ramadhan porsi latihan para lifter tidak ada pengurangan maupun penambahan. “Ini sudah dekat Asian Games, kalau tetap puasa memang akan sedikit repot. Makannya kami ketat, untuk jangan makan banyak karbohidrat dan jangan suka nyolong-nyolong. Ini benar-benar kami jaga. Karena misi kami sekarang ketat. Itulah yang kami sebut masih jadi tantangan,” tutup Roslan. (Adt)