PPLM Kirim 11 Mahasiswa ke Kejuaraan Dunia Sepak Takraw, Kemenpora: Jadi Peluang Unjuk Prestasi

Raden Isnanta, Deputi III Bidang Pembudayaan Olahraga, melepas kontingen sepak takraw ke kejuaraan dunia King's Cup, di Nakhon Ratchasima, Thailand, 23-30 September 2018. (Kemenpora)

Jakarta- Raden Isnanta, Deputi III Bidang Pembudayaan Olahraga Kemenpora, melepas kontingen sepak takraw nasional untuk berlaga di Kejuaraan Dunia Sepak Takraw ke-33 King’s Cup, di Nakhon Ratchasima, Thailand, pada 23-30 September 2018. “Ini adalah peluang untuk menunjukkan prestasi di event bergengsi. Dan bermain di kasta pertama sepak takraw dengan performa terbaik. Pelatih silakan amati, ikuti rekam jejak para atlet secara total. Semoga menjadi pencatatan terbaik bagi tim pemandu bakat,” ujar Isnanta, di Gedung PPITKON, Senayan, Jakarta, Kamis (20/9). Menurutnya, sepak takraw bisa menjadi tontonan yang menarik dan berpeluang menjadi industri. Ia melanjutkan, nantinya atlet yang berstatus mahasiswa dan tak masuk Pelatnas, tetap diusahakan untuk diikutsertakan pada kejuaraan-kejuaraan sebagai program berjenjang. “Semua memiliki kesempatan bersama untuk berkembang. Selamat berlatih dan bertanding, jaga kekompakan,” tambah Isnanta. Sementara itu, Edi Suryanto, Kepala Bidang Pengelolaan PPLM, mengatakan tujuan para atlet mengikuti Kejuaraan Dunia Sepak Takraw di Thailand yakni untuk memberikan pengalaman bertanding di level internasional. Selain itu, lanjutnya, sebagai bahan evaluasi pelatihan atlet di Pusat Pendidikan dan Latihan Mahasiswa (PPLM). Di kejuaraan yang sama pada 2017 lalu, Indonesia berhasil meraih 1 medali perak melalui nomor putra beregu, dan merebut 1 medali perunggu lewat nomor putri beregu. “Kontingen terdiri dari 11 atlet PPLM Nasional, 17 atlet hasil seleksi Kejurnas (Kejuaraan Nasional) Piala Menpora 2018, yakni 16 atlet putra dan 3 pelatih, serta 12 atlet putri dan 3 pelatih, 1 meassure, 1 pelatih fisik, 1 orang medis, dan 1 ofisial, sehingga totalnya sekitar 38 orang,” ungkap Edi. Pada 2018 ini, tim sepak takraw PPLM Indonesia akan mengikuti 5 nomor yang dipertandingkan, yaitu nomor tim even (pa-pi), nomor quadrant (pa-pi), nomor regu even (pa-pi), nomor double even (pa-pi) dan hoop putra. Sedangkan, Asnawi Abdulrahman, Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Persatuan Sepak Takraw Indonesia (PSTI), menyebut kejuaraan King’s Cup Thailand 2018 dijadikan sebagai ajang seleksi bagi para atlet untuk masuk Pelatnas SEA Games 2019. Selain itu, tambahnya, akan dipersiapkan Pelatnas jangka panjang untuk Asian Games XIX/2022. “Terima kasih kepada Kemenpora karena memberangkatkan kontingen terbesar sepak takraw nasional ke kejuaraan dunia. Ini adalah sejarah dan pertama kali,” tegasnya. “Jaga semangat, kebersamaan, kekeluargaan, satu rasa, satu kata, satu tujuan meraih prestasi di King’s Cup 2018. Walaupun mendadak, tapi harus tetap optimis memberikan kejutan prestasi,” tukas Asnawi. (Adt)

Cetak Atlet Kelas Dunia, Kemenpora Segera Maksimalkan SKO

Raden Isnanta (Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga Kemenpora) membuka Rapat Koordinasi Pengelolaan Olahraga Tahun 2018, di Hotel NAM Center, Kemayoran, Jakarta. (Kemenpora)

Jakarta- Demi mencetak atlet kelas dunia, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) bakal memaksimalkan Sekolah Khusus Olahraga (SKO). Hal itu diungkapkan Raden Isnanta, Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga Kemenpora pada Rapat Koordinasi (Rakor) Pengelolaan Olahraga 2018, di Hotel NAM Center, Kemayoran, Jakarta, pekan ini. Beberapa atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) mengukir prestasi di pentas internasional, seperti mreiah titel juara pada Asian U-19 Beach Volleyball Championship 2018, di Thailand, 21-26 Maret 2018. Terakhir, para atlet PPLP berhasil menjadi runner-up pada Kejuaraan Dunia Pencak Silat Junior 2018, di Songkhla, Thailand, 23-29 April 2018. Ia mengatakan hasil dari pembinaan yang dilakukan harus mampu melahirkan atlet berprestasi internasional sekaligus go-internasional, seperti Egy Maulana Vikri asal SKO Ragunan, Jakarta. “Kita harus mampu mencetak atlet yang berprestasi Internasional, yang dimulai dari level grass root, seperti Usia 12, Usia 14, Usia 16 yang nantinya ditampung melalui PPLP, bahkan PPLM (Pusat Pendidikan dan Latihan Mahasiswa),” ujar Isnanta. Ia berharap optimalisasi pembinaan atlet harus tercapai serta diiringi peningkatan kemampuan pelatih. “Jangan sampai atlet potensial tidak berkembang karena kemampuan atlet yang tak sejalan dengan kemampuan pelatih membangkitkan kemampuan atlet itu,” imbuhnya. Isnanta menjelaskan sebagai bagian dari pembelajaran dan pembinaan mental, pihak Kemenpora tak menjanjikan bonus atlet juniornya. “Meskipun yang bersangkutan sukses menjuarai event internasional,” cetusnya. Namun, apresiasi lain atas prestasi atlet junior di level internasional dapat berupa beasiswa. “Kalau beasiswa itu boleh. Tapi kalau bonus uang tunai atau yang lainnya, Kemenpora tak membiasakannya. Bonus baru kami berikan, setelah mereka menjadi atlet senior,” tukasnya. Diakuinya, saat ini atlet yang berasal dari PPLP menjadi tumpuan Kemenpora guna melahirkan bibit atlet potensial. “Saat ini, banyak atlet PPLP yang sukses menjuarai event internasional. Kami berharap atlet jebolan PPLP bisa meraih prestasi dunia,” tegas Isnanta. (Adt)