Anak Penjual Martabak di Solo, Jadi Juara Karate Internasional di Belgia

Nandana Putra Purnama (11), Siswa kelas V SD Al Islam 2 Jamsaren, Solo, diapit ayah dan ibunya didepan rumah mereka yang sederhana, serta membawa piala hasil juara di 3rd edition of International Karate Open of Province de Liege, Herstal, Belgia, 14-21 November lalu. (medcom.id)

Solo- Tak ada yang istimewa dari rumah berwarna krem di Jalan Ponconoko I, Tipes, Serengan, Solo, Jawa Tengah ini. Bahkan beberapa cat di bagian pintunya tampak telah mengelupas. Sebuah gerobak bertulis ‘Martabak Bagong’, terparkir di sisi timur rumah. Siapa sangka, rumah serta gerobak itu telah menjadi saksi bisu perjuangan Nandana Putra Purnama (12). Nanda, sapaannya, adalah juara internasional di ajang 3rd edition of International Karate Open of Province de Liege, Herstal, Belgia, pada 14-21 November 2018 lalu. Selain meraih emas di nomor kumite putra, ia juga mengukir medali emas untuk nomor Kata. “Di sini, kami masih ngontrak,” ungkap ayah Nanda, Rohman Sidik Purnomo, akhir pekan lalu, dilansir Medcom.id. Nanda adalah anak kedua dari pasangan Rohman Sidik Purnomo (41) dan Nuryani Puji Lestari (37). Sehari-hari, Rohman bekerja menjual martabak di Jalan Radjiman, Solo. Rohman berjualan setiap pukul 17.00 WIB hingga 22.00 WIB. Sedangkan istrinya adalah ibu rumah tangga biasa. Penghasilan sebagai penjual martabak, lanjut Rohman, memang tak seberapa. Namun semangat Rohman untuk mengasah potensi anak keduanya dalam bidang karate tak pernah surut. Nanda, ucap Rohman, menggemari olahraga karate sejak duduk di kelas TK nol besar. Potensi bocah kelahiran Solo, 6 September 2007 itu, dipengaruhi oleh minat Nanda saat menonotn film laga Ultraman. “Sejak bayi, ia suka nonton Ultraman,” sahut Rohman sembari tertawa dan menunjukkan koleksi keping VCD film Ultraman di rumahnya. Selama menggeluti karate, seringkali Nanda mengikuti berbagai kompetisi karate. Hanya saja, mereka sering terbentur biaya pendaftaran, transportasi dan akomodasi. Terlebih jika kompetisi digelar di luar kota. Sebab, keluarga Rohman hanya mengandalkan penghasilan jualan martabak yang setiap hari tak tentu jumlahnya. “Kuncinya Nanda harus tahu tanggal kompetisi, minimal sebulan sebelumnya. Jadi, kami menabung lebih dahulu untuk bayar pendaftaran dan akomodasi,” terang Rohman. Ia menyebut akan menabung sehari Rp20ribu, jika Nanda memberi jadwal sebuah kompetisi. Selain kompetisi, Rohman mengaku perlengkapan karate tidaklah murah. Satu set perlengkapan mulai dari kostum, hingga pelindung dan sabuk, bahkan bisa mencapai Rp7 juta. Namun bukan Rohman namanya, jika menyerah pada mimpi anaknya menjadi juara karate. Perjuangannya sebagai tulang punggung keluarga tidak sia-sia. Meniti kompetisi demi kompetisi, Nanda pun akhirnya memenangi kejuaraan karate tingkat internasional di Herstal, Belgia. Disiplin. Demikian Rohman mengungkapkan kunci kesuksesan anaknya. Di rumah, Rohman selalu menanamkan bahwa kedisiplinan penting untuk selalu diterapkan. “Shalat harus tepat waktu, begitu juga dengan latihan,” ujar bapak dua anak tersebut. Sejak meminta izin mengikuti karate, Rohman tak pernah khawatir anaknya menyalahgunakan karate untuk berkelahi. Sebab Nanda, akunya, adalah anak pintar, pengertian dan tidak neko-neko. “Kalau di rumah sering juga bantuin saya membeli bahan untuk jualan martabak,” beber pria berusia 41 tahun itu sembari tersenyum. Terus mengasah potensi Nanda dan menyekolahkan putranya hingga perguruan tinggi menjadi impian Rohman dan istrinya. Ia berharap, dari prestasinya suatu saat Nanda akan mendapatkan beasiswa hingga jenjang universitas. Sebelum tampil di Belgia, Nanda menyabet gelar Juara dalam putaran final Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) cabor Karate, yang berlangsung di Jogja, September lalu. Siswa kelas V SD Al Islam 2 Jamsaren ini, mengalahkan wakil Kalimantan Timur di partai puncak. Ia meraih medali emas dari nomor kumite tingkat SD/MI. Beruntung, Pemerintah Kota Solo, Jawa Tengah, akhirnya berjanji menjamin pendidikan untuk anak berprestasi tersebut. Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo akan memberikan kemudahan Nanda untuk masuk ke Kelas Khusus Olahraga (KKO) di SMPN 1 Surakarta. “Minimal itu yang bisa kita berikan,” kata Rudy pada Senin (26/11). Menurutnya, KKO yang dimiliki Pemkot Solo tepat membina prestasi Nanda. Apalagi, KKO juga menyediakan kelas khusus untuk olahraga karate. Selain menjamin pendidikan untuk Nanda, pemerintah Solo juga akan berusaha memberi hadiah prestasi, dalam bentuk uang pembinaan. Rudy, begitu dia disapa, belum dapat menjanjikan kapan hadiah itu bisa cair. “Kalau untuk dana tidak terencana seperti ini kan kita kesulitan. Sekarang selain bencana tidak bisa cair. Tapi kita tetap akan usahakan,” ujar Rudy. (Adt)