Apriyani Rahayu berhasil mengibarkan bendera Merah-Putih berkibar di podium teratas pada Olimpiade Tokyo 2020. Bersama Greysia Polii, Apriyani berhasil mengandaskan perlawanan Chen Qingchen/Jia Yifan, pada final ganda putri bulu tangkis Olimpiade Tokyo 2020. Sekaligus menghadirkan medali emas pertama bagi Indonesia.
Bertanding di Musashino Forest Plaza, Senin (2/7/2021) siang WIB, Greysia/Apriyani berhasil menang atas Chen Qinchen/Jia Yifan, dua gim langsung dengan skor 21-19 dan 21-15.
Kesuksesan Greysia/Apriyani memastikan Indonesia mendapatkan medali emas pertamanya di Olimpiade Tokyo 2020. Selain itu, mereka juga sukses mencetak sejarah sebagai pasangan ganda putri Indonesia pertama yang meraih medali emas Olimpiade.
Jauh sebelum meraih medali emas Olimpiade, terdapat jalan terjal yang harus dilewati Apriyani Rahayu dalam meniti karier sebagai atlet bulu tangkis. Apriyani berjuang meraih mimpi di tengah keterbatasan ekonomi. Fakta ini diungkapkan oleh sang ayah, Amiruddin P dalam wawancara bersama TribunSultra.com.
Amiruddin P mengatakan, saat kecil Apriyani sering bermain bulu tangkis menggunakan raket yang dimiliki almarhum ibunya.
“Boleh dikata, Apriyani belum lancar bicara sudah bermain bulu tangkis,” beber Amiruddin saat ditemui dikediamannya di Kelurahan Lawulo, Kecamatan Anggaberi, Minggu (01/8/2021) dikutip dari TribunSultra.com.
“Almarhum mamanya pemain bulu tangkis, jadi itu ada raket bekas. Mamanya kadang dia wakili Dinas dulu di Provinsi,” kata Amiruddin.
Sang ayah juga menjelaskan saat bermain bulu tangkis di masa kecil, Apriyani menggunakan raket yang sudah tak layak pakai milik almarhum ibunya.
“Belum bisa beli raket dulu, masih disambung-sambung (tali senar),” lanjut Amiruddin.
Melihat anaknya yang mulai hobi bermain bulu tangkis, Amiruddin kemudian membuatkan lapangan di halaman rumahnya untuk tempat latihan putrinya.
Berkat raket bekas itu pada akhirnya jadi gerbang pembuka bagi Apriyani untuk menata karier lebih serius di dunia bulu tangkis.
Adapun, Apriyani sudah mulai mengikuti turnamen bulu tangkis saat masih usia dini. Ia sudah pernah mengikuti kejuaraan daerah hingga tingkat Provinsi Sulawesi Tenggara. Dari situlah bakat Apriyani mulai tercium oleh pemandu bakat.
Dilansir dari Tribun Timur, pada tahun 2011, Apryani Rahayu ke Jakarta dan dibawa ke PB Pelita milik Icuk Sugiarto di kawasan Kosambi, Jakarta Barat. Lalu sejak 2014 hingga 2016, Apriyani Rahayu mendapat kesempatan mewakili Indonesia di berbagai ajang Kejuaraan Dunia Junior.
Pada 2017, Apriyani mulai berlatih di Pelatihan Nasional (Pelatnas) Cipayung, Jakarta. Sejak saat itu Apriyani mulai bermain di level senior dan diduetkan dengan Greysia Polii.
Padahal, Greysia sejatinya sudah berniat pensiun pada 2017 setelah Olimpiade Rio 2016. Terlebih, pasangan dia saat itu (Nitya Krishinda Maheswari) mengalami cedera.
Namun, Greysia akhirnya tak jadi gantung raket usai sang pelatih memintanya menjadi duet Apriyani Rahayu. Dia diminta untuk membuat semakin berkembang. Hingga akhirnya mereka menuai berbagai prestasi dan kini berhasil meraih medali emas di Tokyo 2020.
Biodata Apriyani Rahayu
Nama lengkap: Apriyani Rahayu
Tempat, tanggal lahir: Konawe, Sulawesi Tenggara, Indonesia, 29 April 1998
Usia: 23 tahun
Tinggi badan: 163 cm
Pegangan raket: Kanan
Nomor: Ganda putri
Ranking saat ini: 6 (dengan Greysia Polii, 29 Juni 2021)
Prestasi:
– Olimpiade: Emas (Tokyo 2020)
– Kejuaraan Dunia: Perunggu (2015, 2018, 2019)
– Piala Sudirman: Perunggu (2019)
– Asian Games: Perunggu (2018 ganda putri dan beregu)
– SEA Games: Emas (2019 ganda putri), perunggu (2019 beregu)
– Kejuaraan Tim Asia: Perunggu (2018)