Lagi-lagi Tunduk Dari China, Timnas Pelajar Putra dan Putri Segel Status Juru Kunci Kejuaraan Pelajar Asia 2018

Yogyakarta- Meski memperkecil ketinggalan selisih satu angka pada detik terakhir, Timnas Basket Pelajar Putri Indonesia harus menyerah 60-65 kepada China, di perebutan posisi ketiga, kejuaraan basket pelajar Asia 2018, di Yogyakarta, Kamis (13/9).

Tampil di GOR Among Rogo, anak asuh pelatih Tjetjep Firmansyah sebenarnya berpeluang memaksa tim tirai bambu duel di perpanjangan waktu (overtime), saat tertinggal 60-63, pada 16 detik terakhir. Namun, ketatnya pertahanan China yang unggul postur tubuh, membuat Adelaide Wongsohardjo dan kolega, tetap gagal menambah angka.

Tim merah putih remaja justru makin tertinggal. Dengan kekalahan tersebut, tim putri Indonesia resmi berada di posisi juru kunci, dari empat negara peserta di ajang yang bertajuk 8th Asian Schools Basket Ball Championship 2018.

Adelaide, anggota tim Asian Games 2018 yang akrab disapa Lady, kembali jadi motor serangan Indonesia dengan raihan 24 angka dan delapan rebound. Permainan Lady mampu diimbangi Faizzatus Shoimah, rekan sesama asal Malang, yang menyumbang 18 angka dan tujuh rebound.

Usai pertandingan, baik Lady dan Faiz, panggilan Faizzatus, mengatakan meski kalah, permainan mereka sebenarnya jauh lebih baik dari sebelumnya. “Saya kira, permainan kami lebih baik dibanding pertandingan sebelumnya karena kami bermain lebih lepas,” kata Faiz, siswi SMA 8 Malang, yang dipercaya sebagai kapten.

Pada pertandingan babak penyisihan grup menghadapi China sebelumnya, tim putri Indonesia takluk dengan selisih mencapai 12 angka, yaitu 50-62. Kehadiran Lady yang baru saja memperkuat tim Asian Games 2018 Indonesia beberapa waktu lalu di Jakarta, menurut Faiz ikut membantu mendorong motivasi pemain lain.

“Ada Lady sangat membantu dan mendorong semangat juang teman-teman karena dalam tim kami ada pemain Asian Games,” kata Faiz. Ye Yao Zhang memimpin putri China mencetak angka tertinggi dan nyaris mencatat “double – double” , yaitu 18 angka dan sembilan rebound.

Pertandingan sebenarnya berlangsung seimbang dan ketat pada babak pertama ketika terjadi saling kejar angka dan silih berganti pimpinan perolehan angka. Babak pertama ditutup dengan keunggulan tipis China 30 – 28 setelah Adelaide gagal melakukan dua kesempatan lemparan bebas.

Sampai pertengahan babak kedua, Indonesia masih tetap bisa mengimbangi permainan China dengan selisih angka tipis. Saat pertandingan tersisa lima menit, China mencetak 11 angka secara beruntun dan memperbesar selisih keunggulan berkat beberapa lemparan tiga angka yang akurat.

Adelaide yang sempat dirawat, usai terkena hantam dengkul lawan yang mengenai tulang rusuknya, sempat membuat daya serang tim melemah, tapi kembali bangkit memperkecil ketinggalan pada detik-detik terakhir.

Kenyataan pahit berikutnya juga dialami Timnas basket pelajar putra Indonesia, menyusul nasib rekan putri, paska ditaklukkan Hong Kong 65-81 (32-40), pada perebutan peringkat ketiga di tempat yang sama.

Dengan kekalahan di perebutan peringkat ketiga tersebut, tim putra yang dilatih Rifki Antolyon, juga harus menerima nasib menjadi tim paling buncit, karena gagal memenangi satu partai pun, dari empat pertandingan.

Kejuaraan di pertandingan yang memakai sistem setengah kompetisi itu diikuti empat negara, yakni China, Hong Kong, Thailand dan tuan rumah Indonesia. Pada pertandingan sebelumnya, tim putri Indonesia akhirnya menyerah 60-65 kepada China di meski mampu memberikan perlawanan sampai detik – detik terakhir.

Menghadapi China, tim merah putih hanya mampu mengimbangi permainan lawan pada sepuluh menit pertama saat skor 16-16. Pada kuarter berikutnya, China yang unggul postur tubuh, stamina maupun teknik, semakin menjauh dalam perolehan angka, terutama melalui lemparan tiga angka yang lebih akurat.

Dari sepuluh pemain yang diturunkan, tak satu pun yang sanggup mencetak angka diatas sepuluh. Hanya sang kapten, Gregorius Lindu Aji, yang menyumbang sembilan angka, sebagai topskor Indonesia.

Sementara skor tertinggi untuk China dicetak Chun Hung Lai dengan 17 angka, disusul Ko Han Chan dan Zhi Kang Liang, masing-masing 13 dan 11 angka. Usai pertandingan, Rifki memberikan catatan khusus buat tim pelajar Indonesia, terutama yang berkaitan dengan persiapan.

“Untuk kejuaraan pelajar di masa mendatang, saya berharap agar waktu persiapan bisa lebih lama, dan tidak bisa hanya sembilan hari, karena pemain berasal dari daerah dan sekolah berbeda,” tukasnya. Rifki juga menyesalkan skenario jadwal yang dibuat panpel. Sebagai tuan rumah, Indonesia seolah tak punya andil dalam penjadwalan.

Seharusnya, sebelum menentukan penjadwalan, proses itu dikoordinasikan dengan pelatih. “Ini bukan curang, tapi memberi pengertian pada pelatih, soal peta pertarungan di lapangan. Sebagai tuan rumah, seharusnya Indonesia bisa menyeknariokan jadwal yang ramah bagi perjuangan tuan rumah,” sergahnya.

“Ini kan tidak, tau-tau bertemu tim kuat, lalu lawan kualitas di bawahnya. Terbalik. Habis duluan tenaga kalau begitu. Low to high, bukan high to low. Seharusnya yang sedang dulu kemudian naik melawan tim dengan level di atasnya. Tapi, ini bukan alasan. Saya minta maaf atas hasil ini, dan saya siap bertanggung jawab,” pungkas Rifki. (Adt)

Leave a Comment