Takluk Dari Korea, Pengalaman dan Jam Terbang Jadi Pekerjaan Rumah Supriadi/Sri Maryati

Jakarta- Duet Supriadi/Sri Maryati akhirnya harus menerima kekalahan dari wakil Korea Selatan, Lee Dong Seop/Lee Sun Ae, pada laga bulutangkis kursi roda (wheelchair) nomor perorangan Asian Para Games III/2018, di Istora Senayan, Jakarta, pada Sabtu (6/10).

Sejak awal laga, wakil Merah Putih selalu kesulitan memundi angka dari pasangan Negeri Ginseng itu. Saat jeda interval gim pertama, Supriadi/Maryati tertinggal jauh 2-11. Kesalahan demi kesalahan yang dilakukan Maryati membuat poin yang diraih Lee/Lee makin menjauh.

Supriadi/Maryati bahkan hanya mampu menambah enam poin, dan dipaksa melepas gim pertama dengan skor terpaut jauh 8-21. Memainkan gim kedua, situasi tak berubah. Dobel Korea tak memberikan kesempatan tuan rumah berkembang. Meski didukung penuh suporter yang hadir, namun itu belum cukup membangkitkan semangat Supriadi/Maryati.

Jeda interval kedua harus berakhir dengan kedudukan 11-1 untuk Lee/Lee. Sadar tertinggal perolehan poinnya, Supriadi/Maryati berusaha tampil fight. Tapi usaha mereka harus terhenti, karena Lee/Lee mengunci gim kedua ini dengan kemenangan 21-8. Sejatinya ini bukanlah pertemuan pertama bagi kedua pasangan.

Sebab, di Thailand Open 2018, beberapa waktu lalu, mereka pernah bentrok. “Sebelumnya penah ketemu di Thailand Open, kami juga kalah. Saya rasa faktornya pengalaman. Berdasarkan evaluasi dari pertemuan seblumnya, dari kami masih banyak yang harus diperbaiki, terutama teknik,” ujar Sri usai laga.

“Mereka lebih matang secara terknik, dan pergerakan kursi roda. Belasan tahun mereka bergelut di bulutangkis wheelchair. Pastinya, pengalaman tanding dan jam terbang mereka jauh di atas kami. Itu salah satu pekerjaan rumah yang harus dicarikan solusi untuk bersaing dengan negara-negara seperti Korea,” urai Supriadi.

Bagi Supriadi dan kolega, faktor non teknis tak menjadi persoalan serius. “Kalau angin di dalam lapangan, saya rasa tak berpengaruh. Kami sama-sama merasakan angin dan berpindah lapangan. Jadi tidak bermasalah,” jelas pria 32 tahun kelahiran Pati, Jawa Tengah itu.

Kendati takluk di nomor ganda campuran, namun Supriadi masih berpeluang di nomor tunggal. “Potensi saya di nomor tunggal. Saingan terberat Korea dan Hongkong. Tapi, wakil dari China dan Malaysia juga tidak bisa dianggap remeh,” tegas atlet yang mengalami kecelakaan sepeda motor usai pulang kerja menuju kediamannya pada 2005.join

Dobel campuran asal Indonesia berhadapan dengan lawannya Dobel campuran asal Korea
Dobel campuran asal Indonesia berhadapan dengan lawannya Dobel campuran asal Korea.

Supriadi dan Maryati memang tidak dibebankan target di nomor ganda campuran, terlebih mereka merupakan pasangan yang baru diduetkan menjelang hajatan Asian Para Games III/2018 ini.

“Supriadi dan Maryati baru kami pasangkan di event ini. Sebelumnya, prestasi mereka di tingkat nasional ya lumayan bagus, sehingga mereka berdua bisa masuk Pelatnas Asian Para Games 2018. Tapi, untuk event ini mereka baru dipasangkan,” cetus Jarot Hernowo, Pelatih Bulutangkis Kursi Roda.

Jarot mengungkapkan ia memberikan motivasi kepada anak didiknya pada kali ini. “Saat skor awal, mereka ketinggalan jauh. Saya hanya beri motivasi, dan kepercayaan diri mereka supaya bangkit. Jangan kasih angka mudah ke lawan. Dan, kalau bisa kasih perlawanan ke lawan, maka peluang untuk meraih poin,” tambahnya.

Ia menilai pertandingan tersebut setidaknya memberikan sebuah pencerahan bagi Supriadi dan Maryati. Sebab, lawan yang dihadapi bukanlah sembarangan dari sisi prestasi maupun peringkat.

“Ini penting untuk menambah pengalaman mereka. Kami punya proyeksi kedepan, yakni ASEAN Para Games 2019, di Filipina. Dan, mungkin saja duet ini bisa berubah, tapi juga bisa kami pertahankan, jika memang mereka punya potensi,” tukas Jarot. (Adt)

Leave a Comment