Sebanyak 32 atlet muda Indonesia dikirimkan untuk berlaga di ajang...
Read MoreKunci Gelar Indonesia Open 2018, Tontowi/Liliyana Siap Fokus Raih Emas Asian Games 2018
Jakarta- Duet Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir sukses menjadi kampiun Blibli Indonesia Open 2018 HSBC BWF World Tour Super 1000, di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (8/7). Mereka menekekuk pasangan Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, dua gim langsung, lewat duel berdurasi 38 menit, dengan skor 21-17 dan 21-8. Mendapat dukungan penuh publik yang hadir di partai puncak sepanjang laga, Owi/Butet, sapaan akrabnya, langsung menggebrak dan memimpin 11-8 di interval gim pertama. Pertandingan berlanjut, kedudukan sempat imbang 13-13. Kesalahan demi kesalahan yang dilakukan dobel Negeri Jiran itu memberi keuntungan bagi Owi/Butet dengan meraih empat angka beruntun. Skor berubah 17-13 untuk pasangan utama Merah Putih. Tekanan yang terus dilancarkan kubu Merah Putih disisa gim pertama tak mampu dibendung Chan/Goh. Alhasil, Owi/Butet mengunci gim pertama, 21-17. Memainkan gim kedua, dominasi pasangan Indonesia peraih medali emas Olimpiade 2016, Rio de Janeiro, Brasil itu terus berlanjut. Owi/Butet tak memberikan kesempatan pada lawan untuk mengembangkan permainan. Mereka langsung unggul 6-1, dan terus memundi poin demi poin. Interval gim kedua disudahi Owi/Butet dengan skor 11-3. Panen angka terus terjadi, hingga Owi/Butet membungkus gim kedua dengan selisih angka terpaut jauh, 21-8. Hasil ini membuat dobel penghuni pemusatan latihan nasional (Pelatnas) PBSI, Cipayung, Jakarta itu mempertahankan gelar juara di ajang turnamen bulutangkis terbaik di dunia itu. Kemenangan ini sekaligus gelar pertama setelah event ini kembali bergulir di Istora Senayan, Jakarta. Sebelumnya, mereka meraih gelar juara tahun lalu yang dihelat di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta. Kemenangan ini makin memperlebar rekor pertemuannya dengan Chan/Goh menjadi 10-1. Satu-satunya kekalahan Owi/Butet atas wakil Malaysia yang kini menghuni ranking 15 dunia versi BWF itu, terjadi di China Open 2002, dengan skor 19-21 dan 14-21. “Perasaan saya sebenarnya campur aduk. Saya senang akhirnya bisa juara. Sekaligus mematahkan mitos kalau Istora (Senayan) itu angker buat kami,” ujar Butet usai laga. “Tapi saya juga sedih, karena mungkin ini akan Indonesia Open terakhir buat saya. Saya pasti akan merindukan momen itu lagi. Tahun depan tidak bisa merasakan suasana seperti ini lagi,” lanjut pemain berpostur 1,65 meter itu. Selepas meraih hasil sempurna di turnamen berhadiah total Rp 17 miliar itu, mereka fokus ke Asian Games 2018, pada 18 Agustus – 2 September nanti. Bagi, Owi/Butet, pesta multievent empat tahunan itu menjadi impian untuk bisa meraih medali emas. “Kemenagan ini memberikan rasa optimis. Tapi Asian Games nanti tetap beda. Makannya kami harus fokus lagi lawan siapapun. Disisa waktu yang ada kami akan maksimalkan hingga saatnya bertanding di Asian Games nanti. Mudah-mudahan Asian Games bisa meraih medali emas,” tambah Butet. Semenara itu, Owi mengungkapkan di Asian Games 2018 semua lawan sama. Menurutnya, China menjadi lawan yang kuat, karena pemain mereka menghuni ranking 1 dan 2. “Jepang juga kuat. Kemudian Thailand, dan yang lainnya. Semoga saja kami bisa memberikan yang terbaik,” tukas Owi. (Adt)