Terungkap Kasus Match Fixing Di Indonesian Basketball League (IBL)

Terungkap-Kasus-Match-Fixing-Di-Indonesia-Basketball-League-IBL-1

Dunia basket di Indonesia baru-baru ini digegerkan dengan kabar yang mengejutkan. Terdapat kasus match fixing atau pengaturan skor yang dilakukan 8 pemain basket dan 1 official pada klub JNE Siliwangi Bandung. Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) mengeluarkan surat sanksi kepada 9 nama pada ajang Indonesia Basketball League (IBL) yaitu, Ferdinand Damanik, Tri Wilopo, Gian Gumilar, Haritsa Herludityo. Untung Gendro Maryono, Fredy, Vinton Nolan Sarawi, Robertus Riza Raharjo dan Zulhimi Fatturohman. Kesembilan nama ini telah melakukan pelanggaran dengan mengatur skor pada Seri II IBL musim lalu. Mereka berbuat curang pada 4 sampai 5 pertandingan. Mereka diduga menerima uang hingga 900 juta rupiah dalam satu kali laga. Rumor kasus ini sudah berhembus sejak ajang pemanasan Perbasi Cup 2017 sebelum IBL regular tahun 2017-2018 dimulai. Sejumlah nama-nama pemain dari klub Siliwangi sudah hilang dari daftar pemain yang akan berlaga. Bahkan kasus ini diduga sudah terjadi sejak dahulu ajang basket nasional Indonesia masih dengan nama National Basketball League (NBL) dan Kompetisi Bola Basket Utama (Kobatama). Namun, tidak pernah ada yang berani membuka kasus ini. Perbasi dan IBL Memberikan Sanksi Dalam surat yang dikeluarkan pada 21 November 2017 lalu, Perbasi memberikan sanksi tegas dengan membekukan pemain untuk mengikuti berbagai kegiatan basket di Indonesia baik sebagai pemain, official, pelatih dan sebagainya. Sanksi yang diberikan berbeda, seperti Ferdinand dibekukan selama 5 tahun, Triwilopo, Gian Gumilar, Haritsa dan Untung dijatuhi sanksi dibekukan selama 4 tahun. Fredy, Vinton dan Robertus selama 3 tahun dan Zulhimi selama 2 tahun. Perbedaan waktu sanksi ini dilihat dari seberapa besar kontribusi individu masing-masing dalam kasus ini. Bahkan, IBL pun ikut memberikan sanksi kepada pemain yang terlibat yaitu larangan bermain IBL seumur hidup. Sanksi keras ini diberikan karena melanggar peraturan IBL bab 4 pasal 7 ayat 2 yang berbunyi: “Apabila terdapat salah satu personel klub IBL yang terbukti melakukan game fixing (pengaturan skor), maka personel klub IBL tersebut akan dikenakan sanksi minimal Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah) dan tidak boleh mengikuti kegiatan PT BBI seumur hidup.” Pengakuan Dari Para Pelaku Kasus ini dibeberkan oleh salah satu nama dari 9 nama tersebut yang memberitahu kepada Perbasi dengan membawa bukti rekaman. Tetapi, Perbasi enggan memberitahukan siapa yang mengadu. Ia merasa bahwa tidak nyaman atas perbuatannya. 8 nama lainnya juga sudah mengaku kesalahannya. 9 pelaku meminta kepada Perbasi untuk tidak membeberkan apa saja yang sudah mereka lakukan dan mereka tetap menerima resiko dari perbuatan haram tersebut. Dalam pengakuannya, mereka sangat terpaksa melakukan hal tersebut karena mereka tidak dibayar oleh klubnya. Namun, pihak manajemen klub Siliwangi membantah hal tersebut dan mengaku tidak terlibat dalam match fixing. Pihak manajemen klub Siliwangi merasa kecewa atas perbuatan anggota dari klub Siliwangi. Bahkan pihak manajemen klub Siliwangi sangat mengapresiasi tindakan dari Perbasi dan IBL dengan memberikan sanksi dan mengusut tuntas kasus ini. Klub JNE Siliwangi Bandung memang gagal melaju ke playoff setelah kalah dalam 10 pertandingan dari 14 pertandingan yang dilakukan. Hingga saat ini, Perbasi masih melakukan investigasi dan sudah mengantongi 13 nama lain yang diduga terlibat. Perbasi juga mengajak kerja sama Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) untuk mengusut kasus ini yang bisa berlanjut ke pengadilan. Selain itu, Perbasi mencurigai ada 5 pemain asing dari Amerika dan Kanada yang ikut terlibat. Perbasi merasa dalang atau bandar yang mengatur skor dari kasus ini bukanlah orang Indonesia. IBL 2017/2018 Terancam Ditunda Ajang IBL 2017/2018 rencananya akan mulai diselenggarakan pada 8 Desember mendatang dan akan diikuti 10 tim nasional. Dengan adanya kasus yang masih terus bergulir ini menimbulkan banyak komentar tentang ajang IBL 2017/2018 yang terancam ditunda. Seperti tweet dari akun @jalapag13 yang memberikan balasan dari akun @mainbasket. Dalam tweetnya ia setuju jika IBL 2017/2018 untuk ditunda hingga kasus match fixing tuntas. Ada juga tweet dari akun @legolard yang tidak setuju jika ditunda karena melakukan investigasi bisa sambil berjalan dengan liga IBL. Semoga kasus ini bisa cepat terselesaikan dan pihak-pihak terkait bisa menerima hukuman yang adil untuk mewujudkan basket Indonesia yang bersih.(put)