Penyelenggara kompetisi basket Liga Mahasiswa (Lima) siap menggelar Lima Mandiri...
Read MoreAtlet Paralayang Butuh Jam Terbang, Menpora : Paralayang Paling Potensial Raih Emas
Jakarta- Cabang olahraga (Cabor) Paralayang untuk pertama kalinya dipertandingkan di ajang Asian Games 2018, dan diikuti 18 negara. Dengan banyaknya atlet berprestasi dari Indonesia, maka paralayang diharapkan mampu meraih medali emas pada multievent olahraga terbesar di Asia itu. Kepada para atlet, pelatih dan manager paralayang, Menpora Imam Nahrawi saat bertemu atlet Pelatnas Paralayang di Istana Negara, mengungkapkan jika laporan pertamanya pada Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait cabor yang berpotensi emas adalah paralayang. “Laporan pertama saya ke Presiden Joko Widodo, cabor yang berpotensi emas adalah paralayang. Dan, pada semua menteri saya katakan paralayang berpotensi raih emas,” ujar Imam usai Sidang Kabinet Paripurna dengan tema Persiapan Peluncuran Online Single Submission (OSS), di Istana Negara, didampingi Mulyana (Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga), Rabu (16/5). Terkait lawan yang patut diwaspadai di Asian Games nanti, Gendon Subandono, Pelatih Kepala Paralayang Tim Indonesia, menyebut Thailand, China, Korea Selatan, Nepal, dan Jepang. “Insyah Allah, kita akan berkunjung ke pelatnas paralayang, karena masih ada beberapa cabang olahraga yang belum dikunjungi termasuk cabor paralayang,” cetus menteri asal Bangkalan, Madura, Jawa Timur itu. Gendon menambahkan para atlet Paralayang harus lebih banyak mendapat jam terbang. “Sejauh ini, latihan biasanya dilakukan di Gunung Mas, Puncak, Bogor, Jawa Barat,” tutur Gendon. Dalam kesempatan itu, Imam melakukan dialog terkait fasilitas, honor, petugas message hingga menu makanan. “Honor lancar ya?” tanya Imam. “Lancar,” jawab atlet. “Kalau fisioterapi atau massage bagaimana?” tanya Imam lagi. “Kalau massage, masseur yang ada sekarang ini adalah masseur lokal untuk cowok, yang cewek belum ada,” jawab Gendon. “Untuk massgae bisa diambil dari UNJ (Universitas Negeri Jakarta),” timpal menteri peraih gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Jawa Timur itu. (Adt)