Pati– Kejuaraan nasional (Kejurnas) Tenis Junior Pelti Pati Open 2018 benar-benar menjadi ajang kebolehan para petenis di Indonesia, khususnya Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Dari kejuaraan tersebut, pengurus Pelti Pati mengaku bangga, karena banyak bibit petenis dari Pati, untuk level KU-10 dan KU 12.
Ketua Pengurus Cabang (Pengcab) Pelti Pati, Joni Kurnianto di sela penyerahan hadiah juara tunggal putra mengatakan, banyak atlit tenis dari Pati yang naik mengikuti level di atasnya. Ia mencontohkan petenis berbakat tuan rumah, Diah Ayu Novita Yosri Saputri, yang seharusnya masuk KU-14, namun juga turun dinomor KU-16.
“Ini berarti mereka ingin menguji kemampuan dengan para pemain level di atasnya. Mereka ini ingin mendapat tantangan yang lebih,” ujar Joni, pada Sabtu (8/9). Ia menambahkan, capaian ini merupakan hal yang positif, mengingat pembinaan yang sudah dilakukan Pelti Pati selama ini.
All Pati Final terjadi di nomor tunggal putra KU 12, yang mempertemukan Andika Rizky Putra melawan Michael Ihsan Wicaksana. Duel sekota itu akhirnya dimenangkan Andika Rizky Putra dengan skor 8-1, di Lapangan Tenis Bakorwil I Pati, Jawa Tengah.
Andika, siswa kelas 7 SMP Negeri 2 Pati, melenggang ke babak puncak setelah juga memenangi pertarungan menghadapi rekannya dari Pati, Natanael Santoso, 8-4. Sedangkan Michael Ihsan Wicaksana melaju ke final setelah mencatatkan kemenangan atas Ahmad Bey Nurmultazam.
Petenis yunior Pati juga berhasil menjadi yang terbaik di nomor tunggal putra KU 10 tahun, yaitu Christian Dwi Widianto. Petenis yang saat ini bertengger di peringkat 9 nasional itu, menjadi juara setelah membukukan kemenangan atas Wicaksono Wahyu Trijati.
Sementara itu, petenis asal Sukoharjo, Lucky Candra mengaku, jika kejurnas kali ini diikuti lebih sedikit pesera dari tahun sebelumnya. Namun, kualitas petenis jauh lebih baik. “Lebih sedikit dari tahun lalu, tapi kualitas pesertanya terbaik di Indonesia,” ungkap pemuda, yang menyabet juara dua ganda putra KU-18 ini.
Selain itu, kejurnas yang diselenggarakan 3–9 September, ini dinilai para Pembina dan orang tua atlit sebagai kejuaraan dengan hadiah yang besar, dibanding kejuaraan serupa di daerah lain. Dalam kejuaraan tersebut, tak sedikit petenis nasional yang ikut ambil bagian, salah satunya Diah.
Diah adalah petenis masa depan asli Pati, yang pernah mewakili Indonesia di ITF World Junior Tennis Competition, ITF Asia 14, dan Under Development Championship 2018.
Remaja bertubuh kecil yang seharusnya turun pada KU-14, pada kejurnas kali ini memilih bertanding dinomor tunggal putrid KU-16.
Meski ‘naik kelas’ di level usia bertanding, Diah sanggup mengunci partai final, meski akhirnya meraih juara kedua. Sementara dinomor ganda KU-16, petenis kelahiran Pati 9 November 2004, juga sukses membuat prestasi dan menyabet juara satu. (Adt)