Harga Piringan Ultimate Frisbee Sangat Terjangkau, Tapi Masih Impor

Piringan Ultimate Frisbee ternyata harganya sangatlah terjangkau, meski harus impor dari luar negeri. (ebay.com.au)

Jakarta- Di Indonesia, Ultimate Frisbee atau olahraga lempar-tangkap piringan terbang, kurang dikenal. Bahkan jarang menemukan orang-orang yang memainkan olahraga Ultimate Frisbee ini. Meski olahraga permainan ini terbilang sangat menyenangkan, dimana pemain harus berlari, melompat, hingga melempar. Karena kurang populer dibandingkan olahraga lain, sehingga untuk mendapatkan peralatan Ultimate Frisbee di Indonesia cukup sulit. Beberapa toko olahraga menyediakan peralatan Ultimate Frisbee akan tetapi dengan kualitas kurang baik. Dan, untuk mendapatkan piringan Ultimate Frisbee dengan kualitas bagus, ternyata harus impor atau membeli dari luar negeri. Dan disarankan memakai jenis piringan yang sedikit lebih berat, dibandingkan piringan mainan yang biasa. Agar dapat mengontrol arah dan jarak lemparan dengan jauh lebih mudah, daripada menggunakan piringan Ultimate Frisbee biasa. Sedangkan yang direkomendasikan adalah piringan Ultimate Frisbee seberat 175 gram. “Memang harus 175 gram beratnya. Itu standart untuk berat piringan Ultimate Frisbee,” sebut Florence Armein, Pengurus Perhimpunan Olahraga Lempar-Tangkap Piringan (Ultimate Frisbee) Indonesia, Discindo. “Alat ini masih impor dari luar negeri. Kalau di Indonesia masih sulit menemukan alat ini. Maka untuk mendapatkan piringan ini kami selalu minta dikirim dari luar negeri. Termasuk bila ada kejuaraan, maka semua piringan didatangkan dari luar negeri,” sambungnya. Soal harga, Florence menyebut masih terjangkau, namun kendala utamanya adalah piringan ini tidak mudah ditemukan dan jarang dijual di Indonesia. “Kalau untuk harga tidak terlalu mahal. Bila sudah masuk Indonesia, harganya itu sekitar Rp 200 ribu sampai Rp 270 ribu perbuah,” ungkapnya. Senada, Christopher Bristow, Pelatih Ultimate Frisbee, bahkan harus pergi ke Singapura untuk membelinya. “Saya itu kalau ke Singapura, dari Indonesia bawa tas kosong. Tapi, pulangnya tas penuh semua oleh piringan. Susah sekali mencari alat itu di Indonesia. Jadi harus beli di luar negeri,” beber Chris. Meski dibeberapa situs belanja online menawarkan piringan Ultimate Frisbee dengan harga yang sangat terjangkau. Namun, kualitas dari alat tersebut masih belum bisa dipastikan dan sesuai standart Worl Flying Disc Federation (WFDF), organisasi yang menaungi olahraga Ultimate Frisbee dunia. (Adt)

Rutin Gelar Nusantara Cup, Ultimate Frisbee Bidik Animo Kalangan Muda

Olahraga Ultimate Frisbee kini mulai mempopulerkan aktifitasnya di kalangan usia muda. (Pras/NYSN)

Jakarta- Ultimate Frisbee, salah satu olahraga tua di dunia, dan populer pada dekade 1960-70. Di Indonesia, olahraga lempar-tangkap piringan terbang itu mulai berkembang sejak 1990-an. Dan, rutin menggelar turnamen atau kejuaraan sejak 2000-an. Tahun ini, kejuaraan Ultimate Frisbee skala internasional ‘Nusantara Cup’ bakal digelar di Seminyak, Bali, pada 30-31 Maret. Ia menyebut Nusantara Cup diikuti 10 tim dari luar negeri termasuk China, Singapura dan Australia. “Pada 30-31 Maret, kami akan gelar Kejuaraan Ultimate Frisbee di Bali. Ini kami lakukan untuk mempopulerkan olahraga ini, terutama kalangan muda,” ujar Florence Armein, Pengurus Perhimpunan Olahraga Lempar-Tangkap Piringan (Ultimate Frisbee) Indonesia Discindo, pada Sabtu (17/3). “Tapi, kejuaraan ini tak diakui oleh WFDF (World Flying Disc Federation), organisasi yang menaungi olahraga ultimate dunia, karena Indonesia belum memiliki organisasi ultimate yang diakui secara resmi baik oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) maupun Komite Olimpiade Indonesia (KOI),” cetusnya. Gelaran itu dilakukan sebagai upaya untuk terus mengenalkan olahraga lempar-tangkap piringan terbang ini pada kalangan muda. Florence menambahkan, tantangan yang dihadapi pengurus dalam menggelar turnamen Nusantara Cup itu tanpa sponsor. Sehingga, lanjutnya, untuk dana para pengurus mengeluarkan secara pribadi. “Kami tak mendapatkan sponsor, sehingga semua biaya turnamen kami tanggung sendiri, termasuk penginapan dan segala hal perlengkapan lainnya,” ungkapnya. Disisi lain, Christopher Bristow, Pelatih Ultimate Frisbee, mengatakan dirinya merasa kesulitan dalam mengembangkan olahraga Ultimate Frisbee di Indonesia. “Saya sudah melatih frisbee di Indonesia selama lima tahun, terutama di sekolah-sekolah. Terkadang saya merasa kesulitan untuk mengajak orang untuk bergabung di beberapa universitas,” bebernya. Bahkan, jelas Chris, mereka berjanji untuk datang berlatih memainkan permainan ini, namun kenyataannya mereka tidak datang. “Terlalu sulit meyakinkan orang-orang untuk mencoba sesuatu yang baru,” tukasnya. Namun, seiring waktu, ia mengungkapkan, Ultimate Frisbee mulai menunjukkan perkembangan yang baik. “Mereka berminat terhadap olahraga ini, mulai dari anak usia muda hingga orang dewasa,” sambung Chris. (Adt)