IDGEN-Uni Papua Gelar Festival Sepak Bola untuk Perdamaian 2018, Semai Benih Perdamaian Dalam Diri Generasi Muda Indonesia

Yayasan Generasi Indonesia Internasional (IDGEN) dan Komunitas Sepak Bola Uni Papua, resmi menggelar Festival Sepak Bola untuk Perdamaian (Football for Peace Festival) 2018, di Stadion Soemantri Brodjonegoro, Jakarta Selatan (Jaksel), pada Sabtu (22/9). (Riz/NYSN)

Jakarta- Yayasan Generasi Indonesia Internasional (IDGEN) dan Komunitas Sepak Bola Uni Papua, resmi menggelar Festival Sepak Bola untuk Perdamaian (Football for Peace Festival) 2018, di Stadion Soemantri Brodjonegoro, Jakarta Selatan (Jaksel), pada Sabtu (22/9). Event ini bertujuan menyemai benih perdamaian dalam diri generasi muda Indonesia, sekaligus agen diplomasi budaya. “Dispora (Dinas Pemuda dan Olahraga) atau Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta wajib mendukung, termasuk memberi fasilitas lapangan sepak bola milik Jakarta,” ujar Ratiyono, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) DKI Jakarta, Sabtu (22/9). Menurutnya, event ini mampu membangkitkan semangat guna mempererat persatuan dan kesatuan, serta kebhinekaan, dalam sepak bola. “Sepak bola mampu memberikan edukasi nilai sportifitas. Satu sisi menjadi lawan bertanding di lapangan, tapi disisi lain sesungguhnya kawan dalam bermain. Ini filosofi dari sepak bola,” lanjutnya. “Kedepan semua pihak yang terlibat seperti Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), serta kementerian lain bisa bersinergi, sehingga kedepannya event Football for Peace Festival makin kuat dalam menyemai persatuan dan persahabatan,” terang Ratiyono. Sementara itu, Harry Widjaja, CEO Uni Papua, mengatakan tahun ini adalah penyelenggaraan yang kedua kalinya, dan Football for Peace Festival 2018 digelar satu hari penuh yakni pada Sabtu (22/9). “Kami bersama dengan Kemenlu dan Kemenkopolhukam menyelenggarakan event Football for Peace Festival ini dengan melibatkan 19 tim yang terdiri dari Kedubes negara sahabat, komunitas sepak bola lokal, komunitas ekspatriat, dan sekolah berbasis agama yakni pesantren dan sekolah Katolik,” cetus Harry. Ia menambahkan event sepak bola untuk perdamaian ini adalah pertama kali dihelat di 4 kota, yakni Banda Aceh dan Manokwari (24-28 September), Jakarta (1-5 Oktober), dan Tabanan (18-21 Oktober). Selain itu, pihaknya melibatkan unsur TNI (Tentara Nasional Indonesia), Polri (Kepolisian Republik Indonesia), BNN (Badan Narkotika Nasional), Dispora (Dinas Pemuda dan Olahraga), serta LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), sebagai narasumber workshop kebangsaan. “Dan untuk peserta, kami mengundang para praktisi sepak bola, guru-guru olahraga, organisasi dan komunitas kepemudaan, perguruan tinggi, dan sekolah sepak bola, sebagai peserta training of trainers dan festival sepak bola untuk perdamaian di 4 regional itu. Total yang terlibat dalam kegiatan ini sekitar 1000 orang,” jelasnya. Harry menyebut event ini nantinya akan memilih 2 anak dari masing-masing regional ditambah 1 orang pendamping dari setiap regional untuk diberangkatkan ke Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), dalam rangka coaching clinic dan trauma healing bagi anak-anak korban gempa, dan pihaknya juga akan menyerahkan 1000 bola. “Anak-anak yang terpilih sekaligus dinobatkan sebagai duta sepak bola untuk perdamaian dan akan bertugas mengkampanyekan nilai-nilai perdamaian dan toleransi melalui sepak bola kepada rekan-rekan mereka,” tukas Harry. (Adt)