Venue Equestrian Park Pulomas Senilai 400 Miliar, Sanggup Tampung Ratusan Kuda

Venue Equestrian Park di Kawasan Pulomas, Jakarta Timur, tampak dibuat spesial menyerupai kuda melompat (Jumping horse), sehingga lebih ikonik. (Pras/NYSN)

Jakarta- Venue Equestrian Park di Kawasan Pulomas, Jakarta Timur, terus dikebut pembangunannya. Arena cabang olahraga berkuda Asian Games 2018 itu menghadirkan kemewahan. Pada bangunan utama (main stadium) tampak bentuk bangunan dibuat spesial menyerupai kuda melompat, sehingga lebih ikonik. “Main Tribune terdiri dari 4 lantai, kapasitasnya adalah 1.000 penonton untuk outdoor, lalu 500 untuk VIP. Ini bangunan tribun-nya juga agak spesial karena desain bentuknya seperti kuda melompat (jumping horses). Terlihat lebih ikonik,” ujar Bambang Mursalim, Direktur Utama PT Pulomas Jaya, di Jakarta, Selasa (3/4). Kemudian, lanjut Bambang, untuk kandang kuda yang biasanya satu lantai, dibuat dua lantai, sehingga jumlahnya 156 unit. “Diperkirakan sanggup menampung kuda dari negara-negara peserta Asian Games 2018 itu sekitar 100 sampai 120 ekor kuda,” sambungnya. Soal pembangunan, ia mengaku venue Equestrian Park prosesnya sudah mencapai 95 persen. Yang tersisa, ungkap Bambang, adalah lapangan pasir outdoor arena. “Special footing material tinggal menunggu datangnya pasir dan bahan mix-nya, yang diimport dari Jerman. Serta pembenahan cross country arena, landscape yang sebentar lagi selesai,” paparnya. Sementara, anggaran yang diberikan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk pembangunan Equestrian Park sebesar Rp 417 miliar, termasuk biaya sertifikasi lahan yang mencapai Rp 50 miliar. “Target penyelesaian 100 persen ini, kami perkirakan dibulan Mei. Jadi, kira-kira 3 bulan sebelum penyelenggaran Asian Games 2018, pada Agustus,” tukasnya. Sejauh ini pihaknya tak menemukan kendala berarti dalam pembangunan venue internasional itu. Namun, faktor cuaca menjadi salah satu kendala penyelesaikan konstruksi arena pertandingan. “Selain itu import material. Jadi pasirnya khusus kami cari dari seluruh Indonesia. Karena ukuran dan warnanya itu harus khusus, serta kandungan pasir silica khusus. Ini memakan waktu lama,” bebernya. “Kemudian bahan import geotekstil yang diimport dari Jerman. Sehingga butuh waktu produksi, pengapalan dan shipping untuk bisa sampai ke Indonesia,” urainya. Saat ini, Equestrian Park juga mengejar sertifikat bebas penyakit hewan atau Equine Disease Free Zone (EDFZ) dari Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE). “Pada Mei, OIE akan menggelar sidang guna memastikan Indonesia bebas dari penyakit hewan. Ini aturan Equestrian Internasional, bahwa kawasan pertandingan, harus bebas dari hewan apapun, termasuk lalat,” tegas Bambang. Diketahui, cabang olahraga Equestrian Asian Games 2018 bakal menggelar tiga disiplin pertandingan, yakni dressage, jumping, dan eventing. (Adt)